Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan. Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus, dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan daerah industri di belakangnya. Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan berbagai faktor- faktor di bawah ini. Tetapi biasanya tidak semua faktor bisa terpenuhi, sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal. Pemilihan lokasi rencana pelabuhan dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik lokasi yang meliputi: 1. Aksesibilitas (Kondisi Jalan Menuju Lokasi) Suatu pelabuhan akan dapat berkembang dengan baik apabila lokasi tersebut terhubung dengan jaringan jalan atau saluran transportasi air dengan daerah di sekitarnya, sehingga muatan (barang dan penumpang) dapat diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat. Kondisi jalan yang baik, lebar, datar, dan dekat dengan lokasi pelabuhan memungkinkan hubungan yang lancar dengan kota-kota di sekitarnya. 2. Daerah Pengaruh (Hinterland) Pelabuhan yang mempunyai daerah pengaruh subur dengan populasi penduduk cukup padat dan dekat dengan kota-kota besar di sekitarnya akan dapat berkembang dengan baik. Masyarakat dan industri akan mudah memanfaatkan keberadaan pelabuhan, baik untuk angkutan penumpang, barang, maupun komoditi lainnya. 3. Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan yang cukup luas baik di perairan maupun daratan, akan dapat menampung fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan. Tinjauan daerah perairan menyangkut luas perairan yang diperlukan untuk alur pelayaran, kolam putar (turning basin), penambatan dan tempat berlabuh. Daerah daratan juga harus cukup luas untuk bisa mengantisipasi perkembangan di daerah sekitar pelabuhan, seperti pengembangan industri dan kegiatan lainnya. Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang, dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit, maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal- kapal bisa masuk ke pelabuhan. Selain keadaan tersebut, kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya melakukan pengerukan daerah tersebut untuk menimbun tempat lain. 4. Kondisi Oseanografi (Hidrooseanografi) Perairan pelabuhan harus tenang terhadap serangan gelombang dan terhindar dari sedimentasi. Untuk itu, sedapat mungkin pelabuhan berada di perairan yang terlindung secara alami dari pengaruh gelombang seperti di perairan yang terlindung oleh pulau, di teluk, di muara sungai atau estuari. Namun, apabila hal ini tidak memungkinkan, pelabuhan ditempatkan di pantai terbuka dengan membuat pemecah gelombang, dengan konsekuensi biaya pembangunan menjadi lebih mahal. Pemecah gelombang merupakan fasilitas pelabuhan yang sangat mahal. 5. Fasilitas Pendukung Keberadaan fasilitas pendukung pelabuhan yang telah ada di lokasi pelabuhan seperti: air bersih, listrik, dan komunikasi. Dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan tersebut akan dapat diketahui apakah suatu lokasi layak dibangun suatu pelabuhan. Perlu diketahui kelayakan pelabuhan tersebut dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini: 1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan. 2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam pelabuhan. 3. Penghasilan dari pelabuhan untuk dapat mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan dan biaya operasional dan pemeliharaan pelabuhan. 4. Manfaat dari pelabuhan tersebut terhadap perkembangan daerah pengaruh. Pada Tugas Terstruktur ini, lokasi pelabuhan adalah di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah adalah 1.211,60 km2.
I.2 Daerah Hinterland
Pengertian daerah hinterland, yaitu The areas of a country that are away from the coast, from the banks of large river or from the main cities: The rural/ agricultural hinterland (Oxford University, 2010) dan pengertian lainnya adalah: 1. The land directly adjacent to and inland from a coast. 2. A region serve by a port city and its facilities. 3. A region remote from urban areas: back country. Jadi, yang dimaksud dengan daerah hinterland adalah daerah belakang suatu pelabuhan, dimana luasnya relatif dan tidak mengenal batas administratif suatu daerah, provinsi atau batas suatu negara tergantung kepada ada atau tidaknya pelabuhan yang berdekatan dengan daerah tersebut. Di samping itu jaringan lalu lintas perhubungan darat, seperti: jalan raya, kereta api, dan lalu lintas sungai memegang peranan penting pula untuk daerah belakang tersebut. Pertumbuhan sosial dan ekonomi sangat dipengaruhi oleh gerak laju pertumbuhan sektor ekonomi terutama sektor yang memiliki peranan dominan, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan jumlah penduduk disertai dengan mobilitasnya yang semakin meningkat, sehingga perkembangan jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan terhadap hierarki dan fungsi kota-kota. Adanya peningkatan hierarki serta pengembangan fungsi kota-kota memberikan implikasi terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan untuk mendukungnya.
I.3 Prasarana Pelabuhan
Kapal laut diusahakan oleh suatu perusahaan pelayaran untuk mengangkut barang dan/atau penumpang. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut tergantung banyak faktor seperti banyak/sedikitnya barang dan penumpang yang diangkut, waktu pelayaran kapal, waktu singgah di pelabuhan, dan sebagainya. Semakin banyak barang/penumpang yang diangkut akan memberikan penghasilan yang besar. Waktu pelayaran dipengaruhi oleh kecepatan kapal. Kapal yang berlayar dengan kecepatan penuh akan memakan bahan bakar yang banyak, sebaliknya jika terlalu lambat dapat mengacaukan jadwal pelayaran dan kemungkinan kerusakan (busuk) barang yang diangkut. Biasanya kapal berlayar dengan kecepatan ekonomi, yaitu suatu kecepatan dimana pengeluaran biaya adalah serendah mungkin. Kapal yang berada di pelabuhan harus membayar biaya jasa pelabuhan, yang meliputi biaya pandu, tunda, labuh, tambat, air, dermaga, dan sebagainya. Untuk menghemat biaya, maka kapal harus diusahakan sesingkat mungkin berada di pelabuhan. Oleh karena itu, berbagai kegiatan di pelabuhan harus dapat dilakukan secepat mungkin; dan kapal dapat sesegera mungkin meninggalkan pelabuhan. Berbagai kegiatan yang ada di pelabuhan antara lain melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang, penyelesaian surat-surat administrasi, pengisian bahan bakar, reparasi, penyediaan perbekalan dan air bersih, dan sebagainya. Untuk bisa memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus bisa memenuhi beberapa persyaratan berikut ini: 1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang dapat diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat. 2. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (daerah pengaruh) subur dengan populasi pendukung yang cukup padat. 3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup padat. 4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar. 5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dan sebagainya) dan gudang-gudang penyimpanan barang. 6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas mereparasi kapal-kapal. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, pada umumnya pelabuhan mempunyai bangunan-bangunan berikut ini: 1. Pemecah Gelombang (Breakwaters) Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang besar yang datang dari laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini. Ujung pemecah gelombang (mulut pelabuhan) harus berada di luar gelombang pecah. Apabila daerah perairan sudah terlindung secara alami, misalnya berada di selat, teluk, muara sungai, maka tidak diperlukan pemecah gelombang. 2. Alur Pelayaran Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan keluar/masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan. Apabila laut dangkal, maka harus dilakukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan. 3. Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar (di kolam putar), dan sebagainya. Kolam pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup. Di laut yang dangkal diperlukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang direncanakan. 4. Dermaga Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar dengan pantai yang disebut wharf dan yang menjorok (tegak lurus) pantai disebut pier atau jetty. Pada pelabuhan barang, di belakang dermaga harus terdapat halaman yang cukup luas untuk menempatkan barang-barang selama menunggu pengapalan atau angkutan ke darat. Dermaga ini juga dilengkapi dengan kran atau alat bongkar-muat lainnya untuk mengangkut barang dari dan ke kapal. 5. Alat Penambat Alat penambat digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu merapat di dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke dermaga. Alat penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan yang berupa pelampung penambat. Pelampung penambat ditempatkan di dalam dan di luar perairan pelabuhan. Bentuk lain dari pelambung penambat adalah dolphin yang terbuat dari tiang-tiang yang dipancang dan dilengkapi dengan alat penambat. 6. Gudang Lini I Gudang lini I dan lapangan penumpukan terbuka, yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan atau yang dibongkar dari kapal sebelum dikirim ke tempat tujuan. Gudang lini I digunakan untuk menyimpan barang- barang yang mudah rusak, mudah hilang, dan barang berharga yang memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan hujan. Sedangkan lapangan penumpukan terbuka digunakan untuk menyimpan barang- barang besar, berat (mesin, besi, pipa, dll) yang tidak mudah hilang dan rusak akibat cuaca dan hujan. Untuk barang-barang yang mengganggu, berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah meledak, dan lain-lain harus ditumpuk di gudang khusus, bahkan terhadap barang berbahaya kelas 1 (bahan peledak), harus langsung dikeluarkan dari daerah kerja pelabuhan. 7. Gedung Terminal untuk Keperluan Administrasi. 8. Fasilitas Bahan Bakar untuk Kapal. 9. Fasilitas Pandu Kapal Fasilitas pandu kapal, kapal tunda, dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk membawa kapal masuk/keluar pelabuhan. Untuk kapal- kapal besar, keluar/masuknya kapal dari/ke pelabuhan tidak boleh dengan kekuatannya (mesinnya) sendiri, sebab perputaran baling-baling kapal dapat menimbulkan gelombang yang akan mengganggu kapal-kapal yang sedang melakukan bongkar muat barang. Untuk itu, kapal harus dihela oleh kapal tunda, yaitu kapal kecil bertenaga besar yang dirancang khusus untuk menunda kapal. 10. Peralatan Bongkar Muat Barang Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat (gantry crane), kran apung, kendaraan untuk mengangkat/memindahkan barang seperti forklift, straddle carrier, sidelift truck, dan sebagainya. 11. Fasilitas-fasilitas Lain Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan muatan kapal seperti terminal penumpang, ruang tunggu, karantina, bea cukai, imigrasi, dokter pelabuhan, keamanan, dan sebagainya.