Anda di halaman 1dari 7

Bab I

Pendahuluan

I.1 Lokasi Pelabuhan


Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai
dan daratan. Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi
tanah dan geologi, kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan
pelabuhan terhadap gelombang, arus, dan sedimentasi, daerah daratan yang
cukup luas untuk menampung barang yang akan dibongkar muat, jalan-jalan
untuk transportasi, dan daerah industri di belakangnya.
Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan berbagai faktor-
faktor di bawah ini. Tetapi biasanya tidak semua faktor bisa terpenuhi,
sehingga diperlukan suatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal.
Pemilihan lokasi rencana pelabuhan dilakukan dengan memperhatikan
kondisi fisik lokasi yang meliputi:
1. Aksesibilitas (Kondisi Jalan Menuju Lokasi)
Suatu pelabuhan akan dapat berkembang dengan baik apabila lokasi
tersebut terhubung dengan jaringan jalan atau saluran transportasi air
dengan daerah di sekitarnya, sehingga muatan (barang dan penumpang)
dapat diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat. Kondisi
jalan yang baik, lebar, datar, dan dekat dengan lokasi pelabuhan
memungkinkan hubungan yang lancar dengan kota-kota di sekitarnya.
2. Daerah Pengaruh (Hinterland)
Pelabuhan yang mempunyai daerah pengaruh subur dengan populasi
penduduk cukup padat dan dekat dengan kota-kota besar di sekitarnya
akan dapat berkembang dengan baik. Masyarakat dan industri akan
mudah memanfaatkan keberadaan pelabuhan, baik untuk angkutan
penumpang, barang, maupun komoditi lainnya.
3. Ketersediaan Lahan
Ketersediaan lahan yang cukup luas baik di perairan maupun daratan,
akan dapat menampung fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan. Tinjauan
daerah perairan menyangkut luas perairan yang diperlukan untuk alur
pelayaran, kolam putar (turning basin), penambatan dan tempat berlabuh.
Daerah daratan juga harus cukup luas untuk bisa mengantisipasi
perkembangan di daerah sekitar pelabuhan, seperti pengembangan
industri dan kegiatan lainnya.
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk
membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di
masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun
suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang, dan juga daerah
industri. Apabila daerah daratan sempit, maka pantai harus cukup luas
dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan
pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-
kapal bisa masuk ke pelabuhan. Selain keadaan tersebut, kondisi geologi
juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya melakukan pengerukan daerah
tersebut untuk menimbun tempat lain.
4. Kondisi Oseanografi (Hidrooseanografi)
Perairan pelabuhan harus tenang terhadap serangan gelombang dan
terhindar dari sedimentasi. Untuk itu, sedapat mungkin pelabuhan berada
di perairan yang terlindung secara alami dari pengaruh gelombang seperti
di perairan yang terlindung oleh pulau, di teluk, di muara sungai atau
estuari. Namun, apabila hal ini tidak memungkinkan, pelabuhan
ditempatkan di pantai terbuka dengan membuat pemecah gelombang,
dengan konsekuensi biaya pembangunan menjadi lebih mahal. Pemecah
gelombang merupakan fasilitas pelabuhan yang sangat mahal.
5. Fasilitas Pendukung
Keberadaan fasilitas pendukung pelabuhan yang telah ada di lokasi
pelabuhan seperti: air bersih, listrik, dan komunikasi.
Dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan
lokasi pelabuhan tersebut akan dapat diketahui apakah suatu lokasi layak
dibangun suatu pelabuhan. Perlu diketahui kelayakan pelabuhan tersebut
dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan,
termasuk pengerukan pertama yang harus dilakukan.
2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur
dan kolam pelabuhan.
3. Penghasilan dari pelabuhan untuk dapat mengembalikan biaya investasi
yang telah dikeluarkan dan biaya operasional dan pemeliharaan
pelabuhan.
4. Manfaat dari pelabuhan tersebut terhadap perkembangan daerah
pengaruh.
Pada Tugas Terstruktur ini, lokasi pelabuhan adalah di Kecamatan Kubu,
Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah adalah
1.211,60 km2.

I.2 Daerah Hinterland


Pengertian daerah hinterland, yaitu The areas of a country that are
away from the coast, from the banks of large river or from the main cities:
The rural/ agricultural hinterland (Oxford University, 2010) dan pengertian
lainnya adalah:
1. The land directly adjacent to and inland from a coast.
2. A region serve by a port city and its facilities.
3. A region remote from urban areas: back country.
Jadi, yang dimaksud dengan daerah hinterland adalah daerah belakang
suatu pelabuhan, dimana luasnya relatif dan tidak mengenal batas
administratif suatu daerah, provinsi atau batas suatu negara tergantung kepada
ada atau tidaknya pelabuhan yang berdekatan dengan daerah tersebut. Di
samping itu jaringan lalu lintas perhubungan darat, seperti: jalan raya, kereta
api, dan lalu lintas sungai memegang peranan penting pula untuk daerah
belakang tersebut.
Pertumbuhan sosial dan ekonomi sangat dipengaruhi oleh gerak laju
pertumbuhan sektor ekonomi terutama sektor yang memiliki peranan
dominan, dimana hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan jumlah
penduduk disertai dengan mobilitasnya yang semakin meningkat, sehingga
perkembangan jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan terjadinya
perubahan terhadap hierarki dan fungsi kota-kota. Adanya peningkatan
hierarki serta pengembangan fungsi kota-kota memberikan implikasi terhadap
kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan untuk mendukungnya.

I.3 Prasarana Pelabuhan


Kapal laut diusahakan oleh suatu perusahaan pelayaran untuk
mengangkut barang dan/atau penumpang. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan tersebut tergantung banyak faktor seperti banyak/sedikitnya
barang dan penumpang yang diangkut, waktu pelayaran kapal, waktu singgah
di pelabuhan, dan sebagainya. Semakin banyak barang/penumpang yang
diangkut akan memberikan penghasilan yang besar. Waktu pelayaran
dipengaruhi oleh kecepatan kapal. Kapal yang berlayar dengan kecepatan
penuh akan memakan bahan bakar yang banyak, sebaliknya jika terlalu
lambat dapat mengacaukan jadwal pelayaran dan kemungkinan kerusakan
(busuk) barang yang diangkut. Biasanya kapal berlayar dengan kecepatan
ekonomi, yaitu suatu kecepatan dimana pengeluaran biaya adalah serendah
mungkin.
Kapal yang berada di pelabuhan harus membayar biaya jasa pelabuhan,
yang meliputi biaya pandu, tunda, labuh, tambat, air, dermaga, dan
sebagainya. Untuk menghemat biaya, maka kapal harus diusahakan sesingkat
mungkin berada di pelabuhan. Oleh karena itu, berbagai kegiatan di
pelabuhan harus dapat dilakukan secepat mungkin; dan kapal dapat sesegera
mungkin meninggalkan pelabuhan. Berbagai kegiatan yang ada di pelabuhan
antara lain melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan
penumpang, penyelesaian surat-surat administrasi, pengisian bahan bakar,
reparasi, penyediaan perbekalan dan air bersih, dan sebagainya. Untuk bisa
memberi pelayanan yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus bisa
memenuhi beberapa persyaratan berikut ini:
1. Harus ada hubungan yang mudah antara transportasi air dan darat seperti
jalan raya dan kereta api, sedemikian sehingga barang-barang dapat
diangkut ke dan dari pelabuhan dengan mudah dan cepat.
2. Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang
(daerah pengaruh) subur dengan populasi pendukung yang cukup padat.
3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup
padat.
4. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh
selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang
atau mengisi bahan bakar.
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dan
sebagainya) dan gudang-gudang penyimpanan barang.
6. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas mereparasi kapal-kapal.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, pada umumnya pelabuhan
mempunyai bangunan-bangunan berikut ini:
1. Pemecah Gelombang (Breakwaters)
Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi daerah perairan
pelabuhan dari gangguan gelombang. Gelombang besar yang datang dari
laut lepas akan dihalangi oleh bangunan ini. Ujung pemecah gelombang
(mulut pelabuhan) harus berada di luar gelombang pecah. Apabila daerah
perairan sudah terlindung secara alami, misalnya berada di selat, teluk,
muara sungai, maka tidak diperlukan pemecah gelombang.
2. Alur Pelayaran
Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar/masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran harus mempunyai kedalaman
dan lebar yang cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan
pelabuhan. Apabila laut dangkal, maka harus dilakukan pengerukan
untuk mendapatkan kedalaman yang diperlukan.
3. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuh
untuk melakukan bongkar muat, melakukan gerakan untuk memutar (di
kolam putar), dan sebagainya. Kolam pelabuhan harus terlindung dari
gangguan gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup. Di laut
yang dangkal diperlukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman
yang direncanakan.
4. Dermaga
Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapatnya kapal dan menambatkannya pada waktu bongkar muat
barang. Ada dua macam dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan
sejajar dengan pantai yang disebut wharf dan yang menjorok (tegak
lurus) pantai disebut pier atau jetty. Pada pelabuhan barang, di belakang
dermaga harus terdapat halaman yang cukup luas untuk menempatkan
barang-barang selama menunggu pengapalan atau angkutan ke darat.
Dermaga ini juga dilengkapi dengan kran atau alat bongkar-muat lainnya
untuk mengangkut barang dari dan ke kapal.
5. Alat Penambat
Alat penambat digunakan untuk menambatkan kapal pada waktu
merapat di dermaga maupun menunggu di perairan sebelum bisa merapat
ke dermaga. Alat penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan
yang berupa pelampung penambat. Pelampung penambat ditempatkan di
dalam dan di luar perairan pelabuhan. Bentuk lain dari pelambung
penambat adalah dolphin yang terbuat dari tiang-tiang yang dipancang
dan dilengkapi dengan alat penambat.
6. Gudang Lini I
Gudang lini I dan lapangan penumpukan terbuka, yang terletak di
belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus
menunggu pengapalan atau yang dibongkar dari kapal sebelum dikirim
ke tempat tujuan. Gudang lini I digunakan untuk menyimpan barang-
barang yang mudah rusak, mudah hilang, dan barang berharga yang
memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan hujan. Sedangkan
lapangan penumpukan terbuka digunakan untuk menyimpan barang-
barang besar, berat (mesin, besi, pipa, dll) yang tidak mudah hilang dan
rusak akibat cuaca dan hujan. Untuk barang-barang yang mengganggu,
berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah meledak, dan lain-lain harus
ditumpuk di gudang khusus, bahkan terhadap barang berbahaya kelas 1
(bahan peledak), harus langsung dikeluarkan dari daerah kerja pelabuhan.
7. Gedung Terminal untuk Keperluan Administrasi.
8. Fasilitas Bahan Bakar untuk Kapal.
9. Fasilitas Pandu Kapal
Fasilitas pandu kapal, kapal tunda, dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk membawa kapal masuk/keluar pelabuhan. Untuk kapal-
kapal besar, keluar/masuknya kapal dari/ke pelabuhan tidak boleh dengan
kekuatannya (mesinnya) sendiri, sebab perputaran baling-baling kapal
dapat menimbulkan gelombang yang akan mengganggu kapal-kapal yang
sedang melakukan bongkar muat barang. Untuk itu, kapal harus dihela
oleh kapal tunda, yaitu kapal kecil bertenaga besar yang dirancang
khusus untuk menunda kapal.
10. Peralatan Bongkar Muat Barang
Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat (gantry crane), kran
apung, kendaraan untuk mengangkat/memindahkan barang seperti
forklift, straddle carrier, sidelift truck, dan sebagainya.
11. Fasilitas-fasilitas Lain
Fasilitas-fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal
dan muatan kapal seperti terminal penumpang, ruang tunggu, karantina,
bea cukai, imigrasi, dokter pelabuhan, keamanan, dan sebagainya.

Gambar I.1 Bangunan pada Pelabuhan

Anda mungkin juga menyukai