Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Madu
2.1.1 Definisi Madu
Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nektar
bunga. Madu juga merupakan suatu campuran gula yang dibuat oleh lebah dari
larutan gula alami hasil dari bunga yang disebut nektar. Madu hasil dari lebah
yang ditampung dengan metode pengambilan moderen berupa cairan jernih
dan bebas dari benda asing (Molan, 1999).
2.1.2. Jenis Madu
Madu digolongkan berdasarkan bunga sumber nektarnya yaitu :
a. Madu monoflora merupakan madu yang sumber nektarnya didominasi
oleh satu jenis tanaman, contohnya madu kapuk, madu randu, madu
kelengkeng, madu karet, madu jeruk, madu kopi dan madu kaliandra.
b. Madu multiflora atau madu poliflora merupakan madu yang sumber
nektar dari berbagai jenis tanaman, contohnya madu Nusantara, madu
Sumbawa dan madu Kalimantan. Lebah cenderung mengambil nektar dari
satu jenis tanaman dan akan 8 mengambil dari tanaman lain apabila belum
mencukupi (Molan, 1999).
2.1.3. Kandungan madu murni terdiri dari:

Madu juga mengandung enzim enzim seperti diastase, glukosa


oksidase, katalase serta vitamin A, betakaroten, vitamin B kompleks
lengkap, vitamin C, D, E dan K. Selain itu juga dilengkapi mineral berupa
kalium besi, magnesium, fosfor, tembaga, mangan, natrium dan kalsium.
Bahkan terdapat hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh glukosa oksidase
dan inhibin (Hamad, 2007).
2.1.4. Manfaat madu
a. Antimikroba
Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan dan
infeksi. Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadar keasaman dan
pengaruh osmotik berperan untuk membunuh mikroba.
b. Kemampuan penyembuh luka
Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan luka, mengabsorbsi
cairan edema di sekitar luka dan menambah nutrisi. Luka bakar
Membangkitkan reaksi pencegahan untuk menyembuhkan luka bakar.
c. Antioksidan
Kandungan plasma darah semakin bertambah untuk melawan oksidasi
dengan kadar yang lebih tinggi setelah minum madu. Dan terdapat juga
fenolik didalam madu yang sangat efektif untuk ketahanan tubuh melawan
stres (Bangroo dkk, 2005; Khatri dkk, 2005).
2.2 Kulit
Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif, mengatur
diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan,
termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa
dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak (Moh. Anief, 1997).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat kira-
kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,
serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Fungsi Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan
perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,
seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya),
gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet,
gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel
melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi
ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari
kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0-6,5.
2.2.2 Jenis-Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
a. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
b. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
c. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang
ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk
dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.
Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak
terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase extern
adalah minyak (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi
merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika
terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m).
Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan
komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung
beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar
adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit.
Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan
tidak lengket (Ditjen POM, 1985). Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut
Voight,1995 adalah:
a. Mampu menyebar dengan baik pada kulit.
b. Memberi efek dingin terhadap kulit
c. Tidak menyumbat pori-pori kulit
d. Bersifat lembut
e. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4 Body Scrub
Body Scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur. Produk lulur berupa
krem yang mengandung butiran-butiran kasar di dalamnya. Bahan alami yang dapat
digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras giling kasar, belimbing, jeruk
nipis, pepaya, bunga-bungaan, daun-daunan, biji coklat,kopi, dan kedelai. Scrub berfungsi
mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit tubuh yang kasar dan kusam, selain itu juga
berfungsi membantu mempercepat pergantian sel-sel kulit tubuh yang baru, bersih dan
sehat. Scrub/peeling atau lulur adalah perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara
menggerakan telapak tangan memutar sambil mengusap permukaan kulit yang sudah
diberi produk lulur. Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker.
Perawatan ini diakhiri dengan bath terapy dan pengolesan lotion, body cream atau body
butter untuk memaksimalkan hasil perawatan.

2.5 Data Praformulasi Bahan


Setil alkohol
Propilen glikol
Tea
Asam stearat
Gliserin
Strawbery
a. Asam Stearat [FI edisi III, HOPE 6th edition]

1. Struktur Kimia

2. Rumus molekul C18H36O2


3. Berat molekul 284,47
4. Titik Lebur 69-70 C
5. Pemerian Zat padat keras mengkilat menunjukan susunan
hablur, putih atau kuning pucat.
6. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian
etanol 95%, 2 bagian kloroform, dan 3 bagian eter
7. Stabilitas dan Stabil dan dapat ditambahkan antioksidan.harus
penyimpanan disimpan dalam tempat tertutup rapat, sejuk, kering,
dan terhindar cahaya matahari.
8. Inkompatibilitas Asam stearate inkompatibel dengan metal hidroksida,
basa, agen pereduksi, dana gen pengoksida basis salep
yang dibuat dengan asam stearate akan menjadi kental
jika bereaksi dengan senyawa zink dan garam
kalsium.
9. Fungsi Emulsifying agent, solubilizing agent

b. Gliserin [FI edisi IV, HOPE 6th edition]

1. Rumus molekul C3H8O3


2. Berat molekul 92,09
3. Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopis, netral terhadap lakmus.
4. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak, dan dalam minyak menguap.
5. Stabilitas dan Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan
penyimpanan pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang
beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 %
dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin
bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang
perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk
mencairkannya. Dan harus disimpan pada wadah
tertutup rapat.
6. Inkompatibilitas Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan
oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium
klorat atau potasium permanganat. Adanya
kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari
campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin
7. Fungsi Humectant, emollient, solvent, cosolvency
8. Aplikasi

c. Trietanolamin (TEA) [HOPE 6th edition]


1. Rumus struktur

2. Nama kimia 2,20,200-Nitrilotrietanol


3. Nama lain TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine;
tris (hydroxyethyl)amine.
4. Rumus molekul C6H15NO3
5. Berat molekul 149,19
6. Organoleptis a. Bentuk : berupa cairan kental,
jernih, sangat higroskopis
b. Warna : tidak berwarna sampai
berwarna kuning pucat
c. Bau : sedikit berbau amoniak
7. Kelarutan Pelarut Kelarutan pada suhu 200C
Aseton Dapat bercampur
Karbon tetraklorida Praktis tidak larut
Benzen 1 : 24
Etil eter 1 : 63
Metanol Dapat bercampur
Air Dapat bercampur
8. Titik lebur 20-21oC
9. Stabilitas dan TEA dapat berwarna coklat bila terpapar udara dan
penyimpanan cahaya; disimpan dalam wadah kedap udara, terhindar
dari cahaya, kering dan sejuk.
10. Inkompatibilitas TEA dapat bereaksi dengan asam mineral menjadi
bentuk garam dan ester, dengan asam lemak yang
tinggi bentuk garam dari TEA dapat laut dalam air dan
mempunyai sifat seperti sabun.
11. Fungsi Bahan alkali, emulgator
12. Aplikasi agen akali, agen pengemulsi dengan penggunaan TEA
2-4% v/v

d. Setil Alkohol [HOPE 6th edition]

1. Pemerian Serbuk putih, butiran atau berbentuk kubus yang


memiliki bau khas dan rasa hambar.
2. Kelarutan Sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter.
Kelarutan meningkat dengan adanya peningkatan
suhu. Praktis tidak larut dalam air
3. Stabilitas dan Stabil dalam asam, alkali, cahaya dan udara, dan tidak
penyimpanan menjadi tengik. Harus disimpan pada tempat yang
sejuk dan kering.
4. Inkompatibilitas Inkompatibel dengan oksidator kuat
5. Fungsi Stiffening agent

e. Aquadest [FI edisi IV, 1995]

1. Nama kimia Hidrogen oksida


2. Nama lain Aqua purificata, Air murni
3. Rumus molekul H2O
4. Berat molekul 18,02 g/mol
5. Organoleptis a. Bentuk : cairan
b. Warna : jernih
c. Bau : tidak berbau
d. Rasa : tidak berasa
6. pH 5,0-7,0
7. Stabilitas dan Lindungi dari kontaminasi partikel ion bahan organik
penyimpanan yang dapat menaikkan konduktivitas dan jumlah
karbon organik
8. Fungsi Pelarut

f. Propilen Glikol [FI edisi IV, 1995]

1. Rumus molekul CH3CH(OH)CH2OH

2. Berat molekul 76.09 g/mol


3. Pemerian Cairan kental, jernih,tidak berwarna ,rasa khas, praktis
tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
4. Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
7. Stabilitas dan Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
penyimpanan rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan
kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi
menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat&
asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol,
gliserin, atau air.
8. Fungsi Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab,
plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin.
Daftar Pustaka

Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta:
Penerbit Gadjah Mada University Press
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Furnawanti, 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (eds.), 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, Sixth Edition USA, Pharmaceutical Press.
Robert, H.D. 1997. Aloe Vera: A Scientific A pproach. Vantage Press, Inc. New York.
Sudarto, Y. 1997. Lidah buaya. Kanisius. Yogyakarta.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai