Anda di halaman 1dari 27

1

DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan
Daftar Nama Anggota
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 LiteraturKomoditas yang Diamati
2.2 Hama pada Komoditas yang Diamati
2.3 Penyakitpada Komoditas yang Diamati
2.4 Pengendalian pada Komoditas yang Diamati
Bab III Kondisi Umum Wilayah
3.1 Lokasi Fieldtrip
3.2 Sejarah Lahan
3.3 Penggunaan Lahan
3.3.1 Jenis Penggunaan Lahan
3.3.2 Sistem Tanam yang Ada di Lokasi Pengamatan
3.3.3 Jenis Komoditas yang Ada Di Lokasi Fieldtrip
Bab IV Metode Pelaksanaan
4.1 Tempat dan Waktu
4.2 Alat dan Bahan ( + Fungsi)]
4.3 Pengamatan (Metode Pengamatan)
4.3.1 Pengamatan Hama, Musuh Alami dan Serangga Lain
(Menggunakan Pitfall, Yellow trap, Sweepnet, Pengambilan secara
Langsung)
4.3.2 Pengamatan Penyakit
4.3.3 Pengamatan Pengolahan Tanah/Faktor Edafik
4.3.4 Pengamatan Pengendalian yang Dilakukan oleh Petani
Bab V Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil Pengamatan
5.1.1 Hama yang Ditemukan (Nama Ilmiah + Dokumentasi Lapang,
Klasifikasi Hama+ Gejala dan Tanda)
5.1.2 Musuh Alami yang Ditemukan ( Nama Ilmiah + Dokumentasi
Lapang, Klasifikasi Hama+ Gejala dan Tanda)
5.1.3 Serangga Lain yang Ditemukan ( Nama Ilmiah + Dokumentasi
Lapang, Klasifikasi Hama+ Gejala dan Tanda)
2

5.1.4 Penyakit yang Ditemukan (Nama Ilmiah + Dokumentasi,


Klasifikasi Hama+ Gejala dan Tanda)
5.1.5 Metode Pengolahan Tanah yang Diterapkan oleh Petani
5.1.6 Jenis Pengendalian yang Dilakukan oleh Petani
a. Pengendalian dengan MenggunakanKultur Teknis
b. Pengendalian dengan PemanfaatanMusuh Alami
c. Pengendalian dengan MenggunakanPestisida
d. Pengendalian dengan Menggunakan Varietas Tahan
e. Pengendalian Lain (Fisik, Mekanik, atau yang Lainnya)
5.2 Pembahasan
5.3.1 (Pembahasan Mengenai Jenis OPT yang Ditemukan Beserta
Hubungannya dengan Pengendalian yang Dilakukan dan
Dibandingkan dengan Literatur)
5.3.2 Pembahasan Serangan OPT Dikaitkan dengan Konsep Ambang
Ekonomi dan Ambang Kerusakan
5.3.3 Keunggulan Pengendalian yang Diterapkan oleh Petani
5.3.4 Analisis Keadaan Pertanian yang Ada di Lokasi Pengamatan
5.3.5 Potensi Pemanfaatan Musuh Alami dalam Mengendalikan OPT
5.3.6 Rekomendasi terhadap Kegiatan Budidaya yang Ada di Lokasi
Fieldtrip
Bab VI Penutup
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian (Budidaya, Pengendalian,
dll.) pada Lokasi Fieldtrip
Daftar Pustaka
Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alat

Tabel 2 Bahan
3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman Kubis


4

Gambar 2 Kumbang Kubah Spot

Gambar 3 Laba-laba

Gambar 4 Wereng Hijau

Gambar 5 Lalat Rumah

Gambar 6 Tipulidae

Gambar 7 Busuk Hitam

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


5

Hama adalah sekelompok binatang yang menyerangtanaman budidaya


yang dapat merugikan dalam aspek ekonomi, kualitas maupun kuantitas.
Sedangkan Pathogen adalah jamur, bakteri, virus dan nematode yang menyerang
tanaman budidaya yang dapat merugikan dalam aspek ekonomi, kualitas mapun
kuantitas. Hama dan pathogen berperan penting dalam menurunkan produksi
tanaman budidaya.
Dalam pengertian hama dan pathogen diatas kita dapat mampu
mengklasifikasi perlakuan apa yang dapat kita beri pada tanaman budidaya dalam
waktu dan cara yang tepat. Karena setiap gejala dan tanda yang ditimbulkan oleh
hama ataupun penyakit berbeda-beda sehingga kita dapat memberi perlakuan yang
tepat. Oleh karena itu pengendalian hama dan pathogen secara terpadu perlu
dilakukan.
Solusi pengendalian hama yang dilakukan dapat melalui cara fisik, kimia,
biologi, dan mekanis. Pengendalian secara fisik dilakukan langsung melalui
kontak antara manusia dengan hamanya. Pengendalian secara kimia dilakukan
dengan cara pemberian pestisida. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan
cara alami atau dengan agen hayati seperti mikroorganisme dan musuh alami.
Sedangkan pengendalian secara mekanis dilakukan dengan bantuan alat yang
digerakan oleh mesin.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikan melakukan field trip ini agar praktikandapat mengetahui


cara yang efektif dalam mengendalikan hama dan dapat mengidentifikasi gejala
serta tanda penyakit pada tanaman budidaya.

1.3 Manfaat
Manfaat dalam melakukan field trip ini adalah agar dapatmenanggulangi
hama dan penyakit pada tanaman budidaya dengan lebih tepat dan efektif.
6

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1. Literatur Komoditas yang Diamati

Gambar 1 Tanaman Kubis

Kubis termasuk dalam kingdom plantae, yang memiliki divisi


spermatophyta, serta termasuk dalam dicotyledonae, ber-family compositae,
memiliki genus Lactuca, dan berspesies Lactuca sativa L (Rukmana, 1996).

Kubis sebagai sayuran dataran tinggi memerlukan penanganan yang


khusus sejak pra sampai pasca panennya. Oleh karena itu penerapan sistem
agribisnis dalam usaha tani kubis sangat diperlukan,sehingga keuntungan yang
diperoleh petani kubis menjadi lebih baik. Sampai saat ini pengembangan
sayuran kubis sebagian besar masih dilakukan secara tradisional pada skala
pemilikan lahan yang relatif kecil. Pola usaha tani sayuran kubis biasa dilakukan
pada lahan dengan luas kurang dari 0,3 hektar, lahan pertanaman seringkali
belum siap. Kubis bunga sampai saat ini masih termasuk sayuran mewah,
harganya cukup mahal, dan konsumennya sebagian besar adalah penduduk di kota
kota besar (Rukmana,1996).

Pengembangan budidaya kubis menjanjikan prospek yang cerah,


menunjang perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan petani,
mengurangi impor dan meningkatkan ekspor non migas,memperluas kesempatan
kerja, mengembangkan agribisnis, melestarikan dan meningkatkan kualitas
lingkungan. Meskipun demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa
pengembangan komoditas ini masih terbatas di daerah dataran tinggi, dan luas
7

arealnya jauh di bawah kubis krop dan petsai. Sampai saat ini titik berat
pengendalian hama tanaman kubis bunga dan brokoli masih mengandalkan
pengendalian kimia secara berlebihan baik dari segi dosis maupun jumlah
perlakuan. Ditinjau dari segi penekanan populasi hama penguasaan inteksida
berhasil baik, namun diingat adanya pengaruh samping yang tidak diinginkan
(Oka, 1995).
8

2.2. Hama pada Komoditas yang Diamati

Salah satu hama yang menyerang tanaman kubis adalah Crocidolomia


binotalis Zeller atau sekarang dikenal dengan Crocidolomia pavonana Fabricius
atau bisa disebut hama ulat Crocsi. C. pavonana merupakan salah satu hama
pentingpada tanaman sayuran Brassicaceae seperti kubis, brokoli, kol bunga, sawi
dan lobak. Pada kubis, hama ini memakanyang masih muda sampai habis
kemudian bergerak menuju ke bagian titik tumbuh, dan apabila diserang penyakit
maka tanaman akan mati karena bagian dalamnya menjadi busuk (Rani, et. al.
2013)

Selain itu ada literatur yang yang mengatakan hama yang menyerang
tanaman kubis diantaranya yaitu Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae),
Crocidolomia pavonana Fab. (Lepidoptera: Pyralidae), Spodoptera litura Fab.
(Lepidoptera: Noctuidae), Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera:
Noctuidae), Chrysodeixis orichalcea L. (Lepidoptera: Noctuidae), Liriomyza
(Diptera: Agromyzidae) dan Myzus persicae Sulz. (Homoptera: Aphidoidae) (Nia,
et. al. 2013).

2.3. Penyakit pada Komoditas yang Diamati


Penyakit yang menyerang tanaman kubis sangat beragam jenisnya. Salah
satu yang cukup serius adalah penyakit akar gada (clubroot) yang disebabkan oleh
Plasmodiophora brassicae Wor. yang menyebabkan bengkak pada akar. Gejala
yang timbul yaitu akar-akarnya membesar dan menyatu, seperti gada (alat
pemukul) sehingga disebut akar gada. Tanaman yang terserang patogen akar gada
tampak merana, kerdil, daun-daunnya berwarna kelabu dan lebih cepat menjadi
layu (Hendriyani, et.al,2012).
Busuk hitam (black rot) merupakan penyakit penting pada tanaman kubis.
Penyakit ini terdapat di semua daerah penanam kubis di seluruh dunia dan
menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit disebabkan oleh bakeri Xanthomonas
campestris Pv. Campetris yang dapat bertahan dari musim ke musim pada biji-
bijian kubis, dalam tanah, pada tumbuhan lain serta dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Bakteri diisolasi dari pertanaman kobis yang menampakkan gejala busuk hitam,
9

yaitu daun mengering dan berwarna coklat dari bagian tepi. Urat-urat daun
berwarna hitam serta di bagian dalamnya seperti basah (Widadi, et.al,2011).
Bercak daun alternia merupakan penyakit pada tanaman kubis yang
menyerang bagian daun. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Alternaria
brassicae. Penyakit ini menimbulkan bercak-bercak kecil berwarna kelabu gelap
dan berjamur berwarna putih. Penyakit ini timbul lebih dominan ke daun yang
lebih tua dan akan mempercepat timbulnya pembusukan. Dan pada daun akan
berbentuk cicin sepusat pada tangkai dan daun (Maulana, et. al, 2015).
Busuk basah merupakan penyakit pada tanaman kubis yang menyerang
pada bagian daun juga. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora.
Penyakit ini mengubah warna daun menjadi warna coklat atau kehitaman lalu
bercak membesar dan membentuk lekukan yang tidak teratur ditambah dengan
suhu lembab tinggi menimbulkan jaringan daun tampak serta terjadi pembusukan
serta infeksi pada daun (Maulana, et. al, 2015).
Penyakit kaki hitam merupakan kanker pada batang dan berwarna coklat
muda kemudian menjadi hitam. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri pathogen
Phoma Lingam. Pada bagian tengah ada titik hitam yang berjamur piknidium.
Dalam batang terjadi pembusukan kering berwarna coklat dan daun menjadi layu
bergantungan yang segar mempunyai tepi berwarna merah. Perakaran yang sakit
menimbulkan tanaman layu dan mati (Maulana, et. al, 2015)

2.4. Pengendalian pada Komoditas yang Diamati


2.4.1 Pengendalian Hama
a. Sweepnet

Pengendalian dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan


alat bernama sweepnet yang berbentuk seperti jaring-jaring untuk
menangkap hama dengan resleting diujung untuk membuka dan
memindahkan hama pada kantong plastik atau toples untuk diamati
(Aryoudi, et. al 2015).

b. Pitfall
10

Pengendalian ini dilakukan dengancara membuat perangkap


serangga dengan bahan deterjen dan air di letakkan di tanah atau
dibawah di tempat supaya serangga bisa jatuh. Hal ini bertujuan untuk
menarik serangga dengan wangi harumnya dan mematikan serangga
dengan air deterjen tersebut (Aryoudi, et. al 2015).

c. Yellow Trap

Pengendalian ini dilakukan dengan cara membuat perangkap


dengan kertas berwarna kuning dan diberi lem yang di letakkan pada
tempat terbuka. Hal ini bertujuan untuk menangkap serangga dengan
warna yang cerah menyerupai bunga yang kemudian serangga melekat
pada kertas tersebut.

Penggunaan perangkap warna berperekat merupakan suatu


metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk
mendeteksi awal munculnya serangga. Metode ini lebih efisien
dibandingkan dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap
langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman
(Heinz, et .al. 1982).
11

Bab III
Kondisi Umum Wilayah

3.1 Lokasi Field Trip

Lokasi pengamatan fieldtrip Dasar Perlindungan Tanaman (DPT) ini


berada di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Sumberbrantas, Kota Batu, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Fieldtrip ini dilakukan pada hari Sabtu, 19 November
2016 pada jam 10.00-12.00. Lokasi pengamatan di daerah yang disebut Cangar
dengan ketinggian 14.00-17.00 mdpl yang terletak di kaki gunung Arjuno.

3.2 Sejarah Lahan

Lahan berawal dari hutan yang dibuka oleh warga secara perlahan dan
lama kelamaan hutan tersebut berubah menjadi lahan perkebunan. Lalu para
pemilik lahan memberikan para petani hanya mengurus lahan perkebunan dengan
tidak mengembalikan uang sewa, dengan kata lain pemilik lahan memberikan
kewenangan untuk mengatur lahannya tersebut.

3.3 Penggunaan Lahan

3.3.1 Jenis Penggunaan Lahan

Tanah yang berada di lokasi pengamatan adalah tanah tegalan dikarenakan


para petani menggunakan irigasi hanya pada saat kemarau yang sebagaimana sifat
dari tanah tegalan akan kering pada saat musim kemarau. Hal itu membuat para
petani menggunakan tendon untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan
irigasi lahan tersebut. Letak tendon tersebut berada di kaki gunung Arjuno.

3.3.2 Sistem Tanam yang Ada di Lokasi Pengamatan

Sistem tanam yang dilakukan petani disana adalah monokultur, dengan


komoditas Kubis. Tetapi para petani ini mengakali dengan tidak melakukan
monokultur secara besar-besaran / dengan skala luas. Mereka hanya melakukan
12

2
monokultur ini dengan luas 2 Gawangan yang setara dengan 400 m . Selain

itu, para petani menghindari hilangnya kandungan hara tanah dengan


menggunakan kembali sisa-sisa dari panen sebelumnya.

Pertama mereka mencangkul lahan yang akan mereka garap, lalu mereka
memberikan sisa-sisa dari panen sebelumnya sebagai bahan pupuk organik.
Setelah memberikan sisa-sisa panen lalu menutupnya dengan tanah, setelah itu
mereka menambahkan lagi pupuk majemuk dan pupuk kandang sebagai pupuk
tambahan. Setelah itu baru mereka menutup lagi dengan tanah. Setelah itu bibit
baru ditanam dengan jarak 40 50 cm dan menyilang agar pertumbuhan dari
tanaman tersebut tidak terhambat oleh tanaman satu sama lain.

3.3.3 Jenis Komoditas yang Ada Di Lokasi Fieldtrip

Karena para petani menerapkan monokultur pada lahan mereka, maka


komoditas yang mendominasi lahan mereka adalah komoditas kubis. petani
tersebut menanggulangi Tetapi ada juga tumbuhan liar lain seperti gulma dan
rumput liar yang berada dalam daerah milik petani tersebut.
13

Bab IV
Metode Pelaksanaan

4.1 Tempat dan Waktu

Tempat : Desa Sumberbrantas, Kecamatan Sumberbrantas, Batu,

Jawa Timur, Indonesia.

Waktu : 10.00 12.30 WIB

4.2 Alat dan Bahan ( + Fungsi)

Tabel 1. Alat

Alat Fungsi
Sweepnet Untuk menangkap serangga
Pitfall Untuk menangkap serangga
Yellow trap Untuk menangkap serangga
Kamera Untuk mendokumentasi pengamatan
Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

Tabel 2. Bahan

Bahan Fungsi
Alkohol 70% Untuk membius serangga
Kapas Sebagai tempat untuk alkohol saat membius serangga
Plastik 1 kg Sebagai tempat serangga dikumpulkan
Karet gelang Untuk mengikat plastic 1 kg
Plastik Sebagai tempat menaruh specimen
Toples Sebagai tempat menaruh specimen

4.3 Pengamatan
4.3.1 Pengamatan Hama, Musuh Alami, dan Serangga Lain
a. Pitfall

Menyiapkan alat dan bahan


14

Mengintari plot dengan letter U sambil mengayunkan


sweepnet sebanyak 3 kali

Menutup sweepnet di ayunan ke tiga lalu mengambil


serangga yang tertangkap

Memindahkan serangga yang tertangkap kedalam plastik


yang sudah di beri alkohol

Mengamati serangga yang terperangkap di pitfall. Lalu


mendokumentasikan serangga yang terjebak tersebut. Mengambil dan
membawa pitfall untuk identifikasi serangga yang telah terperangkap.
Dari pengamatan menggunakan pitfall didapatkan serangga berupa
semut dan lalat.

b. Yellow trap

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat yellow trap dari aqua bekas


15

Meletakkan yellow trap di tengah plot

Tunggu satu hari dan catat hasil serangga yang tertangkap

Mengamati serangga yang terperangkap pada yellow trap. Lalu


mendokumentasikan serangga yang telah terjebak tersebut. Mengambil
dan membawa untuk identifikasi serangga yang telah terperangkap.
Dari pengamatan menggunakan yellow trap didapatkan serangga
berupa lalat rumah.

c. Sweepnet

Menyiapkan alat dan bahan

Memberi air dan deterjen kedalam aqua gelas

Meletakkan 4 aqua gelas yang sudah di isi air dan deterjen


ke pojok-pojok plot
16

Biarkan satu hari dan catat hasil serangga yang tertangkap

Buka sweepnet dari resleting di belakang sweepnet. Lalu ambil


serangga yang ada di dalam sweepnet. Membius serangga dengan
kapas yang sudah dikasih alkohol. Setelah itu masukkan ke dalam
plastik, ikat plastik tersebut menggunakan karet agar serangga tersebut
tidak lepas. Bawa dan dokumentasikan untuk mengidentikfikasi
serangga yang telah ditemukan. Dari hasil pengamatan menggunakan
sweepnet didapatkan serangga berupa lalat.

d. Pengambilan secara langsung


Menangkap serangga yang dilihat secara langsung menggunakan
tangan. Memasukkan ke dalam plastik dengan membius terlebih
dahulu serangga yang didapat menggunakan kapas yang sudah diberi
alkohol. Mengidentifikasi serangga yang telah ditangkap. Dari hasil
pengamatan dengan cara pengambilan secara langsung didapatkan
serangga berupa wereng hijau, lalat rumah, laba-laba, Kumbang kubah
spot, dan Tipulidae.

4.3.2 Pengamatan Penyakit


Menurut pengamatan yang telah dilakukan, tanaman kubis yang
mempunyai tanda-tanda terserang penyakit didokumentasikan dan diidentifikasi.
Didapatkan penyakit Xanthomonas campestris Pv. Campestris. Gejala serta tanda
17

yang disebabkan oleh penyakit tersebut ialah daun menguning di setiap jaringan
yang lama kelamaan menjadi warna coklat lalu mengering dan berubah menjadi
warna hitam , terjadi pembusukan dan infeksi dan daun berguguran satu persatu
(Maulana, et. al, 2015).

4.3.3 Pengamatan Pengolahan Tanah/Faktor Edafik


Menurut pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Bapak Sudarto mengolah lahannya dengan membuat lahan yang ditanami
oleh kubis lebih tinggi.

4.3.4 Pengamatan Pengendalian yang Dilakukan Petani


Menurut hasil wawancara dengan Bapak Sudarto, pengendalian yang
dilakukan oleh beliau adalah dengan menggunakan bahan kimia atau yang sering
disebut dengan pestisida. Menurut beliau, cara ini merupakan cara yang paling
efektif karena dapat dengan mudah dilakukan.
18

Bab V
Hasil dan Pembahasan
5.3 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan lapang yang kami temukan dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
5.3.1 Hama yang Ditemukan
Hama yang ditemukan pada pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Kumbang Kubah Spot

Kumbang kubah spot termasuk dalam kingdom animalia, yang


memiliki filum arthropoda, serta termasuk dalam kelas insecta, berordo
coleoptera memiliki famili coccilinedae bergenus Epilachna dan
berspesies Epilachna sparsa.

Gejala dan Tanda

Bagian daun yang terserang hanya tersisa mesofil dan tulang-tulang


daunnya saja (hama memakan daun dari permukaan bawah). Pada
serangan berat, daun tersebut akan berubah warna menjadi kecokelatan
dan kemudian berlubang (Sutarminingsih, 2007).

Gambar 2 Gambar Kumbang kubah spot


19

5.3.2 Musuh Alami yang Ditemukan

Musuh alami yang ditemukan pada pengamatan adalah sebagai berikut:

1. Laba-laba

Laba-laba termasuk dalam kingdom animalia, yang memiliki filum


arthropoda, serta termasuk dalam kelas Arachnida, berordo Araceae
memiliki famili Araneidae bergenus Araneus dan berspesies Araneus
diadematus.

Gejala dan Tanda

Laba-laba menjerat mangsanya dengan jaring-jaring, kemudian


membunuh mangsa yang terperangkap di jaringnya (Jasin, 1987).

Gambar 3 Gambar Laba-laba

5.3.3 Serangga Lain yang Ditemukan

Serangga lain yang ditemukan pada pengamatan adalah sebagai berikut:

1. Wereng Hijau
Wereng hijau termasuk dalam kingdom animalia, yang memiliki filum
arthropoda, serta termasuk dalam kelas Insecta, berordo Hemiptera
memiliki famili Cicadeillidae bergenus Nephotettix dan berspesies
Nephotettix virescens.
20

Gambar 4 Gambar Wereng Hijau

2. Lalat Rumah
Lalat rumah termasuk dalam kingdom animalia, yang memiliki filum
arthropoda, serta termasuk dalam kelas Insecta, berordo Diptera
memiliki famili Schizophora bergenus Muscidae dan berspesies M.
domestica.

Gambar 5 Gambar Lalat Rumah

3. Tipulidae
Laba-laba termasuk dalam kingdom animalia, yang memiliki filum
arthropoda, serta termasuk dalam kelas Insecta, berordo Diptera
memiliki famili Tipulidae bergenus Nephrotoma dan berspesies
Nephrotoma appendiculata.

Gambar 6 Gambar Tipulidae


21

Hama wereng hijau, lalat rumah dan tipulidae pada tanaman kubis
hanyalah sebagai hama yang singgah dan bukan hama utama pada tanaman kubis.
Sedangkan menurut Nia, et.al. (2013) mengatakan bahwa hama yang menyerang
tanaman kubis diantaranya yaitu Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae),
Crocidolomia pavonana Fab.(Lepidoptera: Pyralidae), Spodoptera litura Fab.
(Lepidoptera: Noctuidae),Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera:
Noctuidae), Chrysodeixis orichalcea L.(Lepidoptera: Noctuidae), Liriomyza
(Diptera: Agromyzidae) dan Myzus persicaeSulz. (Homoptera: Aphidoidae).

5.3.4 Penyakit yang Ditemukan (Nama Ilmiah + Dokumentasi, Klasifikasi


Hama+ Gejala dan Tanda)
Penyakit yang ditemukan pada pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Busuk Hitam
Xanthomonas Campestris termasuk dalam kingdom Bacteria, yang
memiliki filum Proteobacteria, serta termasuk dalam kelas Gamma
Proteobacteria, berordo Xanthomonadales memiliki famili
Xanthomonadaceae bergenus Xanthomonas dan berspesies
Xanthomonas campestris.

Gejala dan Tanda


Munculnya warna kekuningan dengan bercak-bercak kecokelatan
pada daun tanaman. Apabila dibiarkan, warna cokelat akan berubah
menjadi kehitaman (Purwanto, 2011).
22

Gambar 7 Busuk Hitam

5.3.5 Metode Pengolahan Tanah yang Diterapkan oleh Petani


Dalam penerapan pengolahan lahan tanaman kubis yang berada di lahan
Bapak Sudarto dilakukan secara tradisional atau menggunakan cangkul. Lahan
yang dimiliki oleh Bapak Sudarto tidak terlalu luas tidak dimungkinkan
menggunakan traktor. Selain itu, penggunaan traktor dalam pengolahan lahan
dapat meningkatkan biaya produksi. Sehingga keuntungan yang didapatkan akan
menurun tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dalam
mengatasi masalah tersebut, Bapak Sudarto mengolah tanah dengan membalik
tanah permukaan agar tanah menjadi gembur semakin baik untuk media tanam.
Selain itu Bapak Sudarto menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran
ayam yang dicampurkan di tengah tengah diantara tanaman kubis.

5.3.6 Jenis Pengendalian yang Dilakukan oleh Petani


Para petani juga melakukan pengendalian terhadap hama yang
menyerang tanamannya. Pengendaliannya sebagai berikut :

a. Pengendalian dengan MenggunakanKultur Teknis


Pengendalian dilakukan dengan cara melakukan penanaman silang
dengan jarak 40-50cm, hal ini dilakukan agar pertumbuhan tidak
terhambat dan dapat menghentikan pertumbuhan hama. Juga dilakukan
rotasi tanam, setelah tanaman panen kemudian mengganti tanaman
yang lain.

b. Pengendalian dengan PemanfaatanMusuh Alami


Pengendalian ini tidak dilakukan oleh petani.

c. Pengendalian dengan MenggunakanPestisida

Pengendalian dengan macam Insektisida dan Fungisida serta


menggunakan Pupuk Kimia Majemuk.

d. Pengendalian dengan MenggunakanVarietas Tahan


Grand 11, Bibit ini memiliki keunggulan dari beebrapap bibit lain
berupa dapat bertahan terhadap hama gudang saat pendistribusian ke
beberapa wilayah di Indonesia.
23

Pengendalian Lain (Fisik, Mekanik, atau yang Lainnya)


Tidak ada, karena metode pengendalian hanya melalui kultur teknis,
pestisida dan varietas tahan.

5.4 Pembahasan
5.4.1 (Pembahasan Mengenai Jenis OPT yang Ditemukan Beserta Hubungannya
dengan Pengendalian yang Dilakukan dan Dibandingkan dengan
Literature)
Selama field trip Dasar Perlindungan Tanaman tepatnya pada pengamatan
komoditas kubis (Brassicae oleracea) hama yang terdapat pada komoditas kubis
yang berada di Sumberberantas, Bumiaji, Malang hanya adalah kumbang kubah
spot (Epilachna sparsa). Kumbang Epilachna sparsa ini, dapat mengakibatkan
daun pada kubis terdapat lubang lubang. Pengendalian yang digunakan oleh
Bapak Sudarto selaku petani kubis di daerah tersebut, menggunakan pestisida
sintetik atau kimia. Hal itu digunakan agar pengendaliannya berlangsung secara
cepat membasmi hama yang berupa serangga.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh, Seto dan Soekarto
(2013), bahwa penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintetis berkembang
luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun,
penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama,
resurgensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan
dan sangat berbahaya bagi manusia.

5.2.2 Pembahasan Serangan OPT Dikaitkan dengan Konsep Ambang Ekonomi


dan Ambang Kerusakan.
Serangan Kumbang Epilachna Sparsa pada tanaman kubis saat
pengamatan hanya satu ekor yang terlihat pada lahan tersebut dan tanaman kubis
tersebut baru ditanam, sehingga tanaman tersebut masih kecil dan serangan hama
tidak sebesar tanaman kubis yang sudah besar. Kerugian secara ekonomi yang
terjadi karena serangan hama Kumbang Epilachna sparsa tidak menimbulkan
kerugian pada tanaman kubis di lahan Bapak Sudarto.

5.2.3 Keunggulan Pengendalian yang Diterapkan oleh Petani


1. Keunggulan dalam aspek kultur teknis :
a. Tidak menyebabkan degradasi tanah.
b. Ramah lingkungan.
24

c. Petumbuhan hama benar benar dapat terhenti karena sumber


d. Makanan hilang.
e. Meningkatkan kesuburan tanah.

2. Keunggulan dalam aspek varietas tahan :


a. Tidak ada pencemaran lingkungan.
b. Penggunaan praktis dan secara ekonomi menguntungkan.
c. Efektifitas pengendalian bersifat terus menerus dan tahan lama.
d. Cocok dengan segala jenis tanaman.

3. Keunggulan dalam aspek pestisida :


a. Dapat diaplikasikan dengan mudah.
b. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat.
c. Dapat diaplikasikan dalam area luas dalam waktu yang singkat.
d. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi dalam
jangka pendek.
e. Dapat diaplikasikan pada tanaman manapun dan kapanpun.

5.2.4 Analisis Keadaan Pertanian yang Ada Di Lokasi Pengamatan


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada saat field trip dapat
diketahui bahwa pola tanam pada daerah tersebut menggunakan sistem tanaman
monokultur. Hal ini didukung dengan hanya terdapat satu jenis tanaman yang
ditanam di lahan tersebut yaitu komoditas kubis. Sedangkan lahan perkebunan
yang sekarang digarap oleh petani dahulunya merupakan kawasan hutan yang
dijadikan perkebunan secara perlahan.

5.2.5 Potensi Pemanfaatan Musuh Alami dalam Mengendalikan OPT


Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap Bapak Sudarto, beliau
tidak menggunakan pengendalian hama melalui musuh alami. Walaupun musuh
alami sangat berpotensi dalam mengendalikan hama karena pengunaan musuh
alami dapat membasmi hama tertentu secara tepat sasaran. Untuk mengendalikan
hama, Bapak Sudarto menggunakan pestisida yang penggunaannya secara teratur.

5.2.6 Rekomendasi terhadap Kegiatan Budidaya yang Ada Di Lokasi Fieldtrip


Sebaiknya petani juga menggunakan pengendalian melalui senjata biologis
(musuh alami),

Bab VI
Penutup

6.1 Kesimpulan
25

Pada fieldtrip yang dilaksanakan di Desa Sumberbrantas pada tanggal 19


November 2016 dengan komoditas yang diamati adalah kubis. Hama asli dari
tanaman kubis adalah Epilachna sparsa. Sedangkan, hama singgah dari tanaman
kubis adalah Nephotettix virescens, M. domestica dan Nephrotoma appendiculata.
Kemudian, musuh alami yang ditemukan dari tanaman kubis adalah Araneus
diadematus. Hama-hama tersebut dapat dikendalikan dengan berbagai cara
pengendalian.
Pertama, pengendalian dengan carasweepnet, yaitu pengendaliann dengan
menggunakan alat berbentuk jaring-jaring untuk menangkap hama dengan
resleting diujung untuk membuka dan memindahkan hama. Kedua, pengendalian
dengan carapitfall, yaitu pengendalian ini dilakukan dengan cara membuat
perangkap serangga dengan bahan deterjen dan air di letakkan di tanah atau
dibawah di tempat supaya serangga bisa jatuh. Ketiga, pengendalian dengan
carayellow trap, yaitu pengendalian dilakukan dengan cara membuat perangkap
dengan kertas berwarna kuning dan diberi lem yang di letakkan pada tempat
terbuka. Permasalahan petani selain pada hama juga terdapat penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yang dinamakan Xanthomonas campestris dengan gejala
dan tanda yaitu terdapat lubang pada daun tanaman kubis.

6.2 Saran untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian (Budidaya, Pengendalian,


dll.) pada Lokasi Fieldtrip
Dalam fieldtrip kali ini, diharapkan petani pada komoditas kubis
memperhatikan dosis dalam menggunakan pestisida dan meminimalkan
menggunakan pestisida dalam mengendalikan OPT, karena dengan menggunakan
pestisida yang tidak sesuai takarannya dapat berdampak buruk terhadap
lingkungan.sehinga sistem pertanian tidak berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Aryoudi, Antji. Pinem, Mukhtar Iskandar. Marheni. 2015. Interaksi Tropik Jenis
Serangga di atas Permukaan Tanah (Yellow Trap) dan pada Permukaan
26

Tanah (Pitfall) pada Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di


Lapangan. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara

Badjo, Ran., C. S., Rante. E. R. M. Meray., B. H. Assa., M. F. Dien. 2013.


Serangan Hama Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) pada
TanamanKubis(Brassica oleracea var. capitata L.) di
KelurahanKakaskasen II, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon.
Jurnal. Sulawesi Utara: Universitas Sam Ratulangi.

Kumarawati, Ni Putu Nia., I, Wayan Supartha., Ketut, Ayu Yuliadhi. 2013.


Struktur Komunitas dan Serangan Hama-Hama Penting Tanaman Kubis
(Brassica oleracea L.). Jurnal. Bali: Universitas Udayana.

Hendriyani,Ni Made Yunita., I Ketut Saada.,Ni Wayan Suniti. 2012.Pengendalian


Penyakit Akar Gada Yang Disebabkan Oleh Plasmodiophora brassicae
Wor. pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.var .capitata L.) dengan
Beberapa Ekstrak. Jurnal. Bali: Universitas Udayana

Sihombing, Stevi Windy. Pangestiningsih, Yuswani. Tarigan, Mena Uly. 2013.


Pengaruh Perangkap Warna Berpekat Terhadap Hama Capsida
(Cyrtopeltis tenuis Reut) (Hemiptera : Miridae) Pada Tanaman Tembakau.
Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara

Widadi,Sri., Linayanti., Sumiyati. 2011. Exploration Of Bactriophage Virulent to


Xanthomonas Campestris Pv Campetris Toward Development as
Biocontrol Agent For Cabbage Black Rot Disease. Jurnal. Solo: UNS

Jasin, M. 1987. Zoology in Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya

Kristanto, Seto Pandu., Sutjipto., Soekarto. 2013. Pengendalian Hama pada


Tanaman Kubis dengan Sistem TanamTumpangsari. Jurnal. Jember: UNEJ

Maulana, Asep. Destiani, Dini. 2015. Perancangan Sistem Pakar Untuk


Mengidentifikasi Penyakit Pada Tanaman Sayuran Kubis. Jurnal. Garut:
Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Mulyono,S. 2008 Bercocok Tanam Kubis. Ganeca exact. Bekasi


27

Oka, I.N. 1995.Pengendalian Hama dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah


Mada University Press.

Rukmana, R. 1996.Kubis Seri Budidaya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

NB :

ATUR LAGI JARAK BEFORE AFTER MSING2 PARAGRAF.


PENULISAN DIPERBAIKI.

HALAMAN JUDUL SMPAI KATA PENGANTAR DIBERI HALAMAN i-iv


CENTER DI BAWAH

HALAMAN 1 DIMULAI DARI LATAR BLKG DILETAKKAN DI UJUNG


KANAN ATAS

Anda mungkin juga menyukai