Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS STRATEGI & PILIHAN PROGRAM

Dengan mempertimbangkan kondisi umum, serta potensi dan permasalahan yang ada,
disusun rencana strategis dan matriks kinerja sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah
yang penting untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (jangka menengah) yang
memiliki dampak besar dalam pencapaian visi dan misi serta menjadi acuan dalam pelaksanaan
program dan kegiatan di lingkungan Inspektorat Jenderal selama periode 2015 -2019. Setiap
tahunnya, program, kegiatan, rencana aksi, serta indikatornya dijabarkan dalam bentuk Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) melalui pendekatan Balanced Scorecard.
RKT dan PK tersebut menjadi acuan untuk mencapai sasaran strategis pada tahun yang
bersangkutan
Gambar 1. Alur Pikir
Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas, serta untuk mengomunikasikan kinerja
Inspektorat Jenderal, maka disusunlah Laporan Kinerja Inspetorat Tahunan. Dengan adanya
analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja tahunan yang dituangkan dalam Laporan
Kinerja, dimungkinkan teridentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) yang
kemudian dapat dijadikan sebagai umpan balik terhadap pencapaian visi dan misi serta
pelaksanaan Tugas dan Fungsi Inspektorat Jenderal.
Alur pikir pada bagian Gambar di atas menunjukkan bahwa perencanaan strategis
(Renstra) merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan
dibuat secara integral, efisien, terkoordinasi, serta berkesinambungan.

a. Tujuan dan Strategi Inspektorat Jenderal

Berdasarkan berbagai kondisi, potensi, dan permasalahan di atas, serta pencapaian


Rencana Strategis sebelumnya, dalam rangka mencapai visi dan misi serta selaras dengan nilai
nilai Kementerian Keuangan, Inspektorat Jenderal menetapkan Tujuan Program tahun 2015
2019, yaitu Terwujudnya pengawasan yang memberi nilai tambah untuk memastikan
pencapaian tujuan Kementerian Keuangan melalui peningkatan efektivitas proses
manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata kelola serta peningkatan akuntabilitas
aparatur di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuannya, Inspektorat Jenderal telah menyusun
peta strategi yang dibagi dalam tiga perspektif yaitu stakeholder / customer perspective, internal
process perspective, dan learning and growth perspective, yang secara keseluruhan jumlahnya
mencapai 9 sasaran strategis (SS).
Untuk stakeholder / customer perspective rincian sasaran strategisnya meliputi sasaran
strategis pengendalian mutu yang efektif (SS 1), penegakan hukum yang efektif (SS 2), dan
kepuasan pemangku kepentingan yang tinggi (SS 3).
Untuk mendukung terealisasinya perspektif stakeholder / customer, Inspektorat Jenderal
menerapkan 6 sasaran strategis pada perspektif internal process dan learning and growth, yaitu:
1. Internal process meliputi sasaran strategis inovasi proses bisnis pengawasan yang efektif (SS
4) dan implementasi pengawasan yang berkualitas (SS 5).
2. Learning and growth meliputi sasaran strategis SDM yang kompetitif (SS 6), organisasi yang
kondusif (SS 7), system manajemen informasi yang andal (SS 8), dan pengelolaan anggaran
yang optimal (SS 9).
b. Program, Kegiatan, dan Rencana Aksi
Berdasarkan Tujuan dan Sasaran Strategis yang ingin dicapai, serta memperhatikan
Rencana Strategis Kementerian Keuangan tahun 2015 2019, Inspektorat Jenderal menjalankan
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Keuangan sebagai
program utama Inspektorat Jenderal tahun 2015 2019. Berdasarkan program ini, disusun
kegiatan, rencana aksi, indikator, dan target kinerja yang akan dilaksanakan dan dicapai
Inspektorat Jenderal pada 2015 2019. Rincian, Program, Kegiatan, Rencana Aksi, Indikator,
dan Target Kinerja Inspektorat Jenderal, sebagaimana tertuang dalam Renstra Inspektorat
Jenderal Tahun 2015 2019, disajikan secara lengkap pada Matriks sebagai berikut:

Tabel 1. Matriks Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2015 2019
Sasaran Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
Strategis
Pengendalian Rata rata indeks opini 4 4 4 4 4
mutu dan BPK RI atas LK BA 15 (WTP) (WTP) (WTP) (WTP) (WTP)
penegakan dan LK BUN
Persentase policy 90% 90% 90% 90% 90%
hukum yang
recommendation hasil
efektif
pengawasan yang
ditindaklanjuti
Kementerian Keuangan
Kepuasan Persentase informasi 70% 70% 70% 70% 70%
pemangku perbuatan koruptif
kepentingan yang dilaporkan ke
yang tinggi KPK / aparat penegak
hukum
Indeks persepsi klien 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5
Inovasi proses Tingkat efektivitas 78% 79% 80% 81% 82%
bisnis pendampingan dan
pengawasan konsultasi
Persentase tingkat 80% 80% 80% 80% 80%
yang efektif
penerapan inovasi
Implementasi Nilai rata rata hasil 81,1% 81,1% 81,1% 81,1% 81,1%
pengawasan reviu standar AAIPI
yang Persentase investasi 92% 92% 92% 92% 92%
berkualitas yang terbukti
Persentase elemen 50% 50% 50% 50% 50%
IACM yang mencapai
level 4
Komunikasi Tingkat efektivitas 78% 78% 78% 78% 78%
pengawasan edukasi dan
yang efektif komunikasi
pengawasan
SDA yang Persentase pejabat yang 88% 88% 88% 88% 88%
kompetitif telah memenuhi standar
kompetensi jabatan
Organisasi Indeks kesehatan 74% 74% 74% 74% 74%
yang kondusif organisasi
Persentase 85% 85% 85% 85% 85%
implementasi inisiatif
Transformasi
Kelembagaan
Tingkat kematangan 75% 75% 75% 75% 75%
penerapan manajemen
risiko
Tingkat penerapan 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
pengendalian intern
Sistem Persentase 60% 60% 60% 60% 60%
informasi pemanfaatan
manajemen TeamMate dalam
yang penugasan pengawasan
terintegrasi
Pelaksanaan Persentase penyerapan 95% 95% 95% 95% 95%
anggaran anggaran dan
yang optimal pencapaian output
belanja

c. Penetapan Kinerja
Program, kegiatan, rencana aksi, indikator, dan target kinerja dalam Rencana Strategis
Inspektorat Jenderal, dijabarkan dalam suatu rencana kerja yang lebh rinci mengenai pengawasan
dan dukungan pengawasan selama setahun dalam rangka mencapai sasaran strategis dan tujuan
yang telah ditetapkan. Rencana kinerja dimaksud dibuat awal tahun anggaran yang memuat
kegiatan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran sesuai program yang ditetapkan, indikator
keberhasilan pencapaiannya, serta pendanaan yang diperlukan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Inspektorat Jenderal tahun 2016 disusun dan dijalankan
dalam rangka mencapai sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategis
Inspektorat Jenderal tahun 2016 yang dirancang berbasis Balanced Scorecard. Peta Staregis
Inspektorat Jenderal tahun 2016 dibagi dalam tiga perspektif, yaitu stakeholder / customer
perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective, yang mencakup
9 (Sembilan) SS dengan IKU-nya masing masing dengan total 17 (tujuh belas) IKU. Peta
Strategi Inspektorat Jenderal tahun 2016 tesebut disajikan pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2.Peta Strategi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan 2016


Sebagai alat ukur atas pencapaian 9 (Sembilan) SS di atas, telah ditetapkan 17 (tujuh
belas) IKU seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Target IKU Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2016


Sembilan SS dan 17 (tujuh belas) IKU tersebut beserta targetnya masing masing
terangkum dalam RKT Inspektorat Jenderal 2016, serta dijadikan Penetapan Kinerja (PK) atau
Kontrak Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun 2016 yang ditandatangani Inspektur Jenderal dan
Menteri Keuangan sebagai pernyataan kesanggupan / kesediaan Inspektur Jenderal menjalankan
tugas dengan segala konsekuensinya dengan indikator kinerja berupa Capaian IKU terkati yang
akan dievaluasi secara periodic. Adapun, PK atau Kontrak Kinerja Inspektur Jenderal. Sebagai
bentuk salah satu evaluasi dan pertanggungjawaban atas capaian PK atau Kontrak Kinerja
tersebut, disusun Laporan Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2016 yang disampaikan Inspektur
Jenderal kepada Menteri Keuangan.
d. Analisis Strategi dan Pilihan Kegiatan
Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan dan / atau kegagalan dari pelaksanaan program kegiatan
sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam Peta Strategi Itjen. Pengukuran kinerja
dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada IKU sebagaimana yang
terdapat dalam Kontrak Kinerja Itjen. Adapaun penjelasan capaian IKU selama tahun 2016
secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian mutu yang efektif


a) Rata rata indeks opini BPK atas LK BA 15 dan LK BUN

Pada tahun 2016 opini WTP atas LK BUN masih mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dan LK BA 15 mendapat opini WTP dari BPK RI. Realisasi IKU rata rata
indeks opini BPK RI atas LK BA 15 dan LK BUN sebesar 3,5 dari target nilai indeks 4 sehingga
indeks capaian adalah sebesar 87,50.
Sesuai peran dan tugas fungsinya, Itjen selama tahun 2016 telah melaksanakan beberapa
kegiatan untuk mendukung pencapaian target atas IKU rata rata indeks opini BPK RI atas LK
BA 15 dan LJ BUN. Kegiatan tersebut diantaranya:
Reviu Laporan Keuangan
Pendampingan atas pemeriksaan BPK RI terkait temuan LKPP 2015
Mengadakan rapat koordinasi rencana tindak lanjut BPK terkait implementasi SPAN bersana
DJPB
Menyampaiakan Hasil Kajian Kebijakan Penyusunan LK BUN ke Dirjen Perbendaharaan
Membahas Hasil Kajian tersebut dengan Dit. APK

Dalam mendukung proses tersebut, Itjen melaksanakan beberapa action plan sebagai
berikut:
Koordinasi pembahasan tindak lanjut temuan BPK dengan unit eselon I terkait
Penyusunan PMK pedoman penerapan pengendalian internal atas penyusunan laporan
keuangan
Memfasilitasi proses koordinasi antaran DJPb, DJKN, dan Kementerian BUMN selaku
RUPS PT.PLN terhadap permasalahan terkait ISAK 8
Penetapan IKU opini LK BUN pada Kontrak Kinerja unit yang terkait di tahun 2017
b) Persentae policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti

Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti adalah


perbandingan antara jumlah policy recommendation yang ditindaklanjuti sampai dengan tahun
2016 dengan jumlah policy recommendation yang dihasilkan oleh Itjen tahun 2015.
Policy recommendation tersebut diharapkan mampu menjadi solusi alternative untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi unit eselon I di lingkungan Kemenkeu. Adapun
untuk melihat tingkat efektivitas hasil pengawasan Itjen dapat diukur dari seberapa besar tingkat
implementasi atas policy recommendation yang diusulkan Itjen mampu ditindaklanjuti oleh unit
eselon I terkait.

2. Penegakan hukum yang efektif


a) Persentase informasi perbuatan koruptif yang dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) / aparat penegak hukum
Persentase informasi gratifikasi, pungutan liar, kolusi, dan perbuatan koruptif yang
dilaporkan ke KPK / Aparat Penegak Hukum adalah perbandingan antara jumlah informasi
gratifikasi, pungutan liar, kolusi, dan perbuatan koruptif yang dilaporkan, dilakukan pertukaran,
dilakukan kerjasama / koordinasi penanganan ke KPK / Aparat Penegak Hukum dengan jumlah
laporan audit investigasi yang terindikasi tindak pidana korupsi.
Hasil audit investigasi yang terindikasi tindak pidana korupsi adalah hasil audit
investigasi yang mengungkapkan adanya pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan yang
menerima gratifikasi, menerima suap, dan melakukan pemerasan.

b) Persentase rekomendasi hukuman disiplin yang ditindaklanjuti

Persentase investigasi yang ditindaklanjuti adalah perbandingan antara jumlah


rekomendasi hukuman disiplin hasil audit investigasi oleh Itjen yang telah ditindaklanjuti pada
tahun tersebut dengan outstanding jumlah rekomendasi hasil audit investigasi yang disampaikan
kepada pimpinan unit eselon I bersangkutan.
Jumlah rekomendasi yang diperhitungkan adalah outstanding rekomendasi yang tertuang
dalam Laporan Hasil Audit Investigasi dan Surat Hasil Audit Investigasi yang diterbitkan tahun
2013 sampai dengan satu semester sebelum pengukuran IKU.
3. Kepuasan pemangku kepentingan yang tinggi
Indeks kepuasan pemangku kepentingan
Indeks Kepuasan Pemangku Kepentingan Itjen merupakan pengukuran atas tingkat
keberhasilan pelaksanaan pengawasan yang mendapatkan penilaian positif dari pemangku
kepentingan Itjen. Pengukuran tingkat keberhasilan tersebut dilakukan melalui:
Survei terhadap Unit / Kantor Vertikal yang dilaksanakan pada tiap penugasan pengawasan
terkait TPU oleh Itjen
Survei terhadap unit eselon II mitra TPU (steering committee) yang dilaksanakan setelah
seluruh tahapan Tema Pengawasan Unggulan selesai dilaksanakan
Survei pada akhir tahun terhadap pemangku kepentingan Itjen yang meliputi Menteri
Keuangan, Wakil Menteri Keuangan, dan pejabat eselon I

4. Inovasi proses bisnis pengawasan yang efektif


a) Persentase penerapan audit TI

Persentase action plan pengembangan unit audit TI (Teknologi Informasi) dalam rangka
peningkatan kapasitas audit TI di lingkungan Itjen memiliki tahapan sebagai berikut:
Tahap I: Penyusunan program kerja evaluasi unit audit TI (20%)
Tahap II: Pelaksanaan evaluasi unit audit TI (20%)
Tahap III: Penyusunan rekomendasi dan rencana pengembangan unit audit TI (20%)
Tahap IV: Sosialisasi hasil evaluasi unit audit TI (10%)
Tahap V: Penyusunan pedoman audit terintegrasi (20%)
Tahap VI: Workshop pedoman audit terintegrasi (10%)
IKU ini bertujuan untuk mengukur pencapaian inovasi proses bisnis pengawasan melalui
pengembangan audit TI; dengan mengevaluasi kapasitas unit audit TI; menyusun rekomendasi
dan rencana pengembangan kapasitas unit audit TI; serta mengembangkan pola hubungan audit
TI dan audit proses bisnis sebagai audit terintegrasi di lingkungan Itjen.

b) Persentase implementasi Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) menuju continuous


audit

Teknik audit berbantuan computer (TABK) sesuai Peraturan Inspektur Jenderal nomor
PER-10/IJ/2014 merupakan suatu analisis data menggunakan perangkat teknologi informasi
untuk membantu proses pelaksanaan audit. Pengujuan efektivitas pengendalian khususnya
pengendalian aplikasi maupun pengujian substantive yang mencakup jumlah data yang besar dan
kompleksitas transaksi yang tinggi dapat menjadi lebih efektif dan efisien dengan TABK. Pada
tahun 2016, Itjen mengembangkan metodologi audit teknologi informasi dalam rangka
implementasi continuous audit.

5. Implementasi pengawasan yang berkualitas


a) Nilai Internal Audit Capabilty Model (IACM)
Capaian IKU nilai IACM diperoleh dari hasil penilaian mandiri yang dilaksanakan oleh
Tim Assessor Inspektorat VII. Penilaian mandiri tersebut dilakukan untuk menilai seluruh
elemen pada IACM berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) BPKP Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (initial
assessment). Seteleha diperoleh level setiap elemen yang ada, capaian IKU Nilai IACM adalah
rata rata capaian level tiap elemen.

b) Nilai rata rata hasil reviu standar audit AAIPI


Nilai rata rata hasil reviu standar audit AAIPI diperoleh dari penilaian sejawat antar
Inspektorat di lingkungan Itjen dengan skala 1 s.d 100.

c) Nilai rata rata hasil reviu standar audit AAIPI


Persentase investagasi yang terbukti adalah persentase hasil investigasi yang dinyatakan
terbukti berdasarkan Laporan Hasil Audit Investigasi dibandingkan dengan jumlah investigasi
yang dilakukan. Terbukti dalam hal ini adalah adanya penyimpangan atau pelanggaran. Itjen.

6. SDM yang kompetitif


Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency
Standar Kompetensi Jabatan adalah jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat
keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan, yang meliputi standar soft competency dan hard
competency. Soft competency (kompetensi manajerial) diartikan sebagai kemampuan atau
keahlian yang dimiliki seseorang dalam mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia,
serta membangun interaksi dengan orang lain. Kompetensi ini dikategorikan ke dalam tiga
kelompok besar yaitu Thinking, Working, dan Relating.
Hard competency (kompetensi teknis) adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki
seseorang yang berkaitan dengan teknis suatu pekerjaan sesuai dengan jabatannya. Kompetensi
Teknis berdasarkan Kamus Kompetensi Teknis Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
memiliki 2 cluster kompetensi yaitu kelompok kompetensi yang berhubungan dengan aspek
pekerjaan utama (core) yakni auditing yang diwakili oleh unit Inspektorat I s.d VII dan
Inspektorat Bidang Investigasi sejumlah 17 kompetensi, serta aspek pekerjaan pendukung
(supporting) yang diwakili oleh Sekretariat Itjen, sejumlah 44 kompetensi.

7. Organisasi yang kondusif


a) Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan
Berdasarkan KMK 36 Tahun 2013, program Transformasi Kelembagaan memuat 87
inisiatif Transformasi yang penyelesaiaannya dibedakan atas 3 kurun waktu:
Membangun momentum untuk reformasi (2013 2014)
Membangun keunggulan operasional dan layanan dalam skala besar (2015 2019)
Melembagakan terobosan dalam jangka panjang (2019 2025)
Monitoring dan evaluasi kesuksesan implementasi inisiatif program Transformasi
Kelembagaan, dilaporkan secara semesteran kepada Menteri Keuangan, namun progress
penyelesaiannya dilaporkan tahunan untuk kegiatan yang dilaksanakan pada tahun bersangkutan.
Dari 7 (tujuh) rencana tindak Transformasi Kelembagaan, 5 (lima) diantaranya sudah
direalisasikan dengan penuh. Sedangkan 2 (dua) rencana tindak yang belum terealisasi antara
lain pembentukan Komite Audit dan penyusunan regulasi Tata Kelola Kementerian Keuangan
masih dalam pembahasan internal Itjen.

b) Tingkat penerapan pengendalian intern


Tingkat penerapan pengendalian intern adalah simpulan efektivitas pengendalian intern
tiap unit eselon I yang diperoleh dari hasil pelaksanaan pemantauan efektivitas dan implementasi
dan kecukupan rancangan pengendalian intern (PEIKR) oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI)
sesuai KMK No. 32/KMK.09/2013. Tingkat penerapan pengendalian intern tersebut terdiri dari
tiga level yaitu level 1: pengendalian intern mengandung kelemahan material; Level 2:
pengendalian intern efektif dengan pengecualian, dan Level 3: pengendalian intern efektif.

c) Persentase rekomendasi auditor eksternal yang ditindaklanjuti


Persentase rekomendasi auditor eksternal yang ditindaklanjuti adalah rekomendasi dari
auditor eksternal (BPK dan BPKP) terhadap Itjen yang harus selesai ditindaklanjuti dalam tahun
berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Suatu rekomendasi selesai ditindaklanjuti apabila
rekomendasi yang diberikan telah dilaksanakan dan dinyatakan diusulkan selesai oleh auditor
eksternal.

8. Sistem manajemen infornasi yang andal


a) Persentase pemanfaatan Sistem Manajemen Audit dalam penugasan pengawasan
Persentase pemanfaatan Sistem Manajemen Audit dalam penugasan pengawasan adalah
penggunaan Sistem Manajemen Audit secara komprehensif dengan status akhir project
implementation tracking yang difinalisasi oleh Pengendali Teknis maksimal pada saat laporan
diterbitkan. Penugasan Pengawasan meliputi kegiatan asurans yaitu audit, reviu, evaluasi, dan
pemantauan / monitoring.

b) Persentase downtime system Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)


Tingkat downtime system TIK adalah terhentinya layanan TIK yang memiliki tingkat
kritikalitas sangat tinggi dari masing masing Unit Eselon I yang disebabkan oleh gangguan
pada infrastruktur TIK ataupun core system layanan TIK meliputi: layanan internet, layanan
intranet, server / operating system (OS), aplikasi, dan database yang dikelola oleh unit TIK Pusat
dan Unit TIK Eselon I.
Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak
terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor faktor
antara lain potensi kerugian finansial, potensi tuntutan hukum, citra Kementerian Keuangan, dan
jumlah pengguna yang dirugikan.

9. Pengelola anggaran yang optimal


Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
Implementasi pengelolaan anggaran di Itjen diukur atas tiga komponen, yaitu:
Penyerapan anggaran
Komponen ini mengukur kesesuaian realisasi belanja Belanja Barang dan Belanja Modal
yang dilaksanakan dibandingkan pagu Belanja Barang dan Belanja Modal yang telah
ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan (BA 015).
Efisiensi
Adalah hasil lebih atau sisa dana yang diperoleh setelah pelaksanaan dan / atau
penandatangan kontrak dari suatu kegiatan yang target sasarannya telah dicapai. Apabila
pencapaian output tidak mencapai 100% maka unsur efisiensi tidak diukur. Hasil lebih atau
sisa dana adalah selisih lebih pagu kontrak dengan realisasi kontrak dimana selisih lebih pagu
dimaksud sudah tidak dialihkan kembali untuk kegiatan / belanja lainnya.
Pencapaian output
Output belanja adalah output yang terdapat pada Rencana Kerja Anggaran K/L DIPA.
Pengukuran pencapaian output belanja berpedoman pada SE-7/MK.1/2014 tentant tata cara
pengukuran IKU penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja di lingkungan
Kementerian Keuangan. Realisasi pencapaian output dapat dilihat dalam aplikasi monev
kinerja penganggaran.

Anda mungkin juga menyukai