Strategi Analisis Itjen
Strategi Analisis Itjen
Dengan mempertimbangkan kondisi umum, serta potensi dan permasalahan yang ada,
disusun rencana strategis dan matriks kinerja sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah
yang penting untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (jangka menengah) yang
memiliki dampak besar dalam pencapaian visi dan misi serta menjadi acuan dalam pelaksanaan
program dan kegiatan di lingkungan Inspektorat Jenderal selama periode 2015 -2019. Setiap
tahunnya, program, kegiatan, rencana aksi, serta indikatornya dijabarkan dalam bentuk Rencana
Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) melalui pendekatan Balanced Scorecard.
RKT dan PK tersebut menjadi acuan untuk mencapai sasaran strategis pada tahun yang
bersangkutan
Gambar 1. Alur Pikir
Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas, serta untuk mengomunikasikan kinerja
Inspektorat Jenderal, maka disusunlah Laporan Kinerja Inspetorat Tahunan. Dengan adanya
analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja tahunan yang dituangkan dalam Laporan
Kinerja, dimungkinkan teridentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) yang
kemudian dapat dijadikan sebagai umpan balik terhadap pencapaian visi dan misi serta
pelaksanaan Tugas dan Fungsi Inspektorat Jenderal.
Alur pikir pada bagian Gambar di atas menunjukkan bahwa perencanaan strategis
(Renstra) merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan
dibuat secara integral, efisien, terkoordinasi, serta berkesinambungan.
Tabel 1. Matriks Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2015 2019
Sasaran Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
Strategis
Pengendalian Rata rata indeks opini 4 4 4 4 4
mutu dan BPK RI atas LK BA 15 (WTP) (WTP) (WTP) (WTP) (WTP)
penegakan dan LK BUN
Persentase policy 90% 90% 90% 90% 90%
hukum yang
recommendation hasil
efektif
pengawasan yang
ditindaklanjuti
Kementerian Keuangan
Kepuasan Persentase informasi 70% 70% 70% 70% 70%
pemangku perbuatan koruptif
kepentingan yang dilaporkan ke
yang tinggi KPK / aparat penegak
hukum
Indeks persepsi klien 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5 2,75 / 5
Inovasi proses Tingkat efektivitas 78% 79% 80% 81% 82%
bisnis pendampingan dan
pengawasan konsultasi
Persentase tingkat 80% 80% 80% 80% 80%
yang efektif
penerapan inovasi
Implementasi Nilai rata rata hasil 81,1% 81,1% 81,1% 81,1% 81,1%
pengawasan reviu standar AAIPI
yang Persentase investasi 92% 92% 92% 92% 92%
berkualitas yang terbukti
Persentase elemen 50% 50% 50% 50% 50%
IACM yang mencapai
level 4
Komunikasi Tingkat efektivitas 78% 78% 78% 78% 78%
pengawasan edukasi dan
yang efektif komunikasi
pengawasan
SDA yang Persentase pejabat yang 88% 88% 88% 88% 88%
kompetitif telah memenuhi standar
kompetensi jabatan
Organisasi Indeks kesehatan 74% 74% 74% 74% 74%
yang kondusif organisasi
Persentase 85% 85% 85% 85% 85%
implementasi inisiatif
Transformasi
Kelembagaan
Tingkat kematangan 75% 75% 75% 75% 75%
penerapan manajemen
risiko
Tingkat penerapan 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3
pengendalian intern
Sistem Persentase 60% 60% 60% 60% 60%
informasi pemanfaatan
manajemen TeamMate dalam
yang penugasan pengawasan
terintegrasi
Pelaksanaan Persentase penyerapan 95% 95% 95% 95% 95%
anggaran anggaran dan
yang optimal pencapaian output
belanja
c. Penetapan Kinerja
Program, kegiatan, rencana aksi, indikator, dan target kinerja dalam Rencana Strategis
Inspektorat Jenderal, dijabarkan dalam suatu rencana kerja yang lebh rinci mengenai pengawasan
dan dukungan pengawasan selama setahun dalam rangka mencapai sasaran strategis dan tujuan
yang telah ditetapkan. Rencana kinerja dimaksud dibuat awal tahun anggaran yang memuat
kegiatan kegiatan dalam rangka mencapai sasaran sesuai program yang ditetapkan, indikator
keberhasilan pencapaiannya, serta pendanaan yang diperlukan.
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Inspektorat Jenderal tahun 2016 disusun dan dijalankan
dalam rangka mencapai sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategis
Inspektorat Jenderal tahun 2016 yang dirancang berbasis Balanced Scorecard. Peta Staregis
Inspektorat Jenderal tahun 2016 dibagi dalam tiga perspektif, yaitu stakeholder / customer
perspective, internal process perspective, dan learning and growth perspective, yang mencakup
9 (Sembilan) SS dengan IKU-nya masing masing dengan total 17 (tujuh belas) IKU. Peta
Strategi Inspektorat Jenderal tahun 2016 tesebut disajikan pada Gambar 2 berikut:
Pada tahun 2016 opini WTP atas LK BUN masih mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dan LK BA 15 mendapat opini WTP dari BPK RI. Realisasi IKU rata rata
indeks opini BPK RI atas LK BA 15 dan LK BUN sebesar 3,5 dari target nilai indeks 4 sehingga
indeks capaian adalah sebesar 87,50.
Sesuai peran dan tugas fungsinya, Itjen selama tahun 2016 telah melaksanakan beberapa
kegiatan untuk mendukung pencapaian target atas IKU rata rata indeks opini BPK RI atas LK
BA 15 dan LJ BUN. Kegiatan tersebut diantaranya:
Reviu Laporan Keuangan
Pendampingan atas pemeriksaan BPK RI terkait temuan LKPP 2015
Mengadakan rapat koordinasi rencana tindak lanjut BPK terkait implementasi SPAN bersana
DJPB
Menyampaiakan Hasil Kajian Kebijakan Penyusunan LK BUN ke Dirjen Perbendaharaan
Membahas Hasil Kajian tersebut dengan Dit. APK
Dalam mendukung proses tersebut, Itjen melaksanakan beberapa action plan sebagai
berikut:
Koordinasi pembahasan tindak lanjut temuan BPK dengan unit eselon I terkait
Penyusunan PMK pedoman penerapan pengendalian internal atas penyusunan laporan
keuangan
Memfasilitasi proses koordinasi antaran DJPb, DJKN, dan Kementerian BUMN selaku
RUPS PT.PLN terhadap permasalahan terkait ISAK 8
Penetapan IKU opini LK BUN pada Kontrak Kinerja unit yang terkait di tahun 2017
b) Persentae policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
Persentase action plan pengembangan unit audit TI (Teknologi Informasi) dalam rangka
peningkatan kapasitas audit TI di lingkungan Itjen memiliki tahapan sebagai berikut:
Tahap I: Penyusunan program kerja evaluasi unit audit TI (20%)
Tahap II: Pelaksanaan evaluasi unit audit TI (20%)
Tahap III: Penyusunan rekomendasi dan rencana pengembangan unit audit TI (20%)
Tahap IV: Sosialisasi hasil evaluasi unit audit TI (10%)
Tahap V: Penyusunan pedoman audit terintegrasi (20%)
Tahap VI: Workshop pedoman audit terintegrasi (10%)
IKU ini bertujuan untuk mengukur pencapaian inovasi proses bisnis pengawasan melalui
pengembangan audit TI; dengan mengevaluasi kapasitas unit audit TI; menyusun rekomendasi
dan rencana pengembangan kapasitas unit audit TI; serta mengembangkan pola hubungan audit
TI dan audit proses bisnis sebagai audit terintegrasi di lingkungan Itjen.
Teknik audit berbantuan computer (TABK) sesuai Peraturan Inspektur Jenderal nomor
PER-10/IJ/2014 merupakan suatu analisis data menggunakan perangkat teknologi informasi
untuk membantu proses pelaksanaan audit. Pengujuan efektivitas pengendalian khususnya
pengendalian aplikasi maupun pengujian substantive yang mencakup jumlah data yang besar dan
kompleksitas transaksi yang tinggi dapat menjadi lebih efektif dan efisien dengan TABK. Pada
tahun 2016, Itjen mengembangkan metodologi audit teknologi informasi dalam rangka
implementasi continuous audit.