Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang
diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu
basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah. Untuk menyatakan derajat
hubungan antara partikel-partikel tanah dengan kandungan air tanah digunakan angka-angka
konsistensi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka konsistensi tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel partikel
tanan dan ketahanan massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan secara
kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah
terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Penetapan
konsistensi tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg
karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan
dengan angka kandungan pada batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui suatu test laboratorium dimana akan didapat
pula variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tidak merupakan
harga mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan, tekanan, serta berbagai kekuatan
yang mempengaruhi bentuk tanah. Keadaan air terendah dimana tanah masih bersifat plastis
(lekat) disebut batas plastis (plastis limit), dan batas tertinggi dimana tanah masih bersifat
plastis disebut batas cair (Liquid limit). Sedangkan indeks plastisitas dapat didefenisikan
Ideks Plastisitas = Batas CairBatas Plastis. Jika pengolahan tanah dilakukan pada kandungan
air dibawah batas plastis maka tanah akan bergumpal dan pecah. Sebaliknya jika diolah diatas
batas cair maka tanah akan bersifat seperti benda cair. Jadi pengolahan tanah yang paling
tepat adalah saat kadar air tanah berada diantara batas cair dan batas plastis.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Agar mahasiswa mampu menentukan konsistensi tanah dalam keadaan basah, lembab,
kering.
2. Agar mahasiswa mampu menentukan ketahan massa tanah terhadap remasan tekanan
atau pijitan tangan dalam keadaan basah, lembab dan kering.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu konsistensi tanah dalam keadaan basah,
lembab, kering.
2. Mahasiswa mengetahui ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijatan
dalam keadaan basah, lembab, kering.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah
dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan
yang mempengaruhi bentuk tanah. Dalam profil tanah tiap horizon berbeda konsistensinya.
Konsistensi di tentukan oleh tekstur sifat dan jumlah kaloid-kaloid organik dan anrganik,
struktur dan terutama kandungan air tanah.
Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang
efesien. Tanah liat dapat begitu lengket bila basah sehingga dapat menyebabkan pembajakan
menjadi sulit. Bukit pasir menunjukan sifat kohesif dan adhesive yang minimum serta mudah
terdeformasi, sehingga apabila di lewati kendaraan bermotor akan mudah macet (Anonim,
2017).
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel
tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan
basah, lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan
atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka
atterberg (Nurhidayati, 2006).
2.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir,
debu dan liat. Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar,
sedang, agak halus,dan hancur.
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling
yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan
memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang
teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa
kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat
secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air
di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat
menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan
mengikat air. Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat
mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam
pemupukan. Sasaran pokok cara kerja dalam penetapan tekstur tanah adalah dengan
penentuan agihan ukuran dan jarak penyusun fase padat tanah, yaitu dengan menguji suatu
media utuh tanah diantara muka ibu jari dan telunjuk, serta memperhatikan rasa tanah dan
sifat yang murni (Purwowidodo, 2006).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya
gaya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi.
Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sanagt basah atau jenuh air
(Syarief. S, 1994).
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan
meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila
gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan
berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering. Penetapan
konsistensi tanah dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif.
Prinsip penetapan sucara kualitatif adalah penentuan ketahanan masa tanah terhadap remasan,
tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah (Anonymous, 2009).
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain:
1. Bahan induk
Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk
secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang
terbentuk secara ektodinamomorf. Dalam pembentukannya terdapat 2 proses yairtu :
a. Bahan induk terangkut (Prinsip erosi dan pengendapan)
Aliran air dan partikel tanah dan fragmen bahan sedimen. Jika air mengalir cepat,
maka membawa partikel besar dan sedimen lebih banyak. Jika aliran menjadi lambat
partikel bear diendapkan terlebih dahulu.
b. Bahan diendapkan air
Adapun bahan yang diendapkan air yaitu berupa endapan aluvial, endapan banjir dan
teras, dan delta. Endapan aluvial terbentuk akibat aliran air terhenti sehingga sedimen
terjadi cepat. Endapan ini kebanyakan terjadi di daerah pegunungan. Endapan banjir dan
teras yaitu teras mencerminkan sisa dataran tinggi yang lebih tua, aliran sungai telah
memotong menjadi dataran banjir. Delta yaitu terbentuk jika sedimen halus yang dibawa
oleh sungai diendapkan .
2. Waktu
Waktu adalah faktor dalam yang menentukan interaksi semua faktor di atas ketika
mengembangkan tanah. Seiring dengan waktu, tanah berevolusi fitur tergantung pada faktor-
faktor pembentukan lain dan pembentukan tanah (Anonim1, 2012).
3. Topografi (relief)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Topografi alam dapat mempercepat atau
memperlambat kegiatan iklim. Topografi miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga
membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama
atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah
4. Organisme
Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi
bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat
dipengaruhi oleh kegiatan organisme tanah. Disamping itu, unsur nitrogen dapat diikat ke
dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun
yang bersimbiosis dengan tanaman/vegetasi (Harjdowigeno, 1987).
5. Iklim
Suhu (temperatur) dan curah hujan adalah unsur iklim yang saling mempengaruhi
sifat tanah. Perubahan temperatur dapat menyebabkan retaknya bahan (pelapukan).
Temperatur juga mempengaruhi jumlah bahan organik yang dihasilkan, produksi bahan
organik meningkat dengan meningkatnya temperatur asalkan cukupnya hujan untuk
pertumbuhan tanaman. Meningkatnya temperatur juga meningkatkan kecepatan dekomposisi
bahan organik. Curah hujan mempengaruhi pelapukan dari jumlah serta dekomposisi bahan
organik. Jika curah hujan meningkat, maka kecepatan erosi dan produksi bahan-bahan
organik juga meningkat asalkan temperatur cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Jika
curah hujan cukup untuk menggenangi lahan, dekomposisi bahan organik akan terhambat
karena kurangnya oksidasi.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Tanah acara tentang konsistensi Tanah dilaksanakan pada hari jumat
pukul 13:00-Selesai WITA dan bertempat di lapangan gedung Teknik Pertanian STIPER
KUTAI TIMUR.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Pot
2. Pengaduk
3. Pulpen
4. Kertas
3.2.2 Bahan
1. Tanah
2. Air aquadest
3.3 Prosedur Kerja
1. mengambil contoh tanah dan meletakkan dalam tangan secukupnya.
2. Memijit tanah di antara jari telunjuk dan ibu jari dalam keadaan berbagai kandungan
lengas tanah, mulai kering, lembab dan basah.
3. Merasakan dengan beberapa pembeda yaitu nyeri, ngeres licin, halus seperti sabun dan
lengket di jari.
4. Mengambil plastisitas (apakah massa tanah cukup liat untuk dapat di buat bentuk-bentuk
tertentu tanpa retak atau pecah)
5. Menentukan konsistensi tanah dalam keadaan kering, lembab dan basah dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Tanah basah
A.O tak lekat (non sticky), tak ada adhesi tanah pada jari,
1. agak-lekat (slightly sticky): sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah lepas lagi.
2. lekat (stickly) ; ada adhesi tanah pada jari dan kalau dipijit memapar.
3. sangat lekat (very stickly) ; adhesi tanah menempelkan ibu jari telunjuk yang sukar
dilepaskan.
B.O tak liat (non plastic), tak dapat membentuk gilingan-gilingan kecil.
1. agak liat (slightly plastic); dapat di bentuk gilingan-gilingan kecil yang mudah dirubah
bentuknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan Konsistensi Tanah
Kondisi Tanah Basah
No Sample Kering Lembab
Basah Lembab Kering Tak Liat Tak Lekat
1 P1A1 - -
2 P1A2 - - Agak Sangat
Lekat Liat
3 P1A3 - - Keras Gembur

4 P2A1 - -
5 P2A2 - - Agak Sangat Sangat
Gembur
6 P2A3 - - Lekat liat Keras

7 P3A1 - -
8 P3A2 - - Sangat Sangat
Agak Liat Lunak
9 P3A3 - - Lekat Gembur

4.2 Pembahasan
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya dari tanah luar, yang
merupakan indikator derajat menifestasi kekuatan dan corak gaya fisik (kohesi dan adhesi)
yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan
menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (plasticity), menjadi gembur (friable) dan
lunak (soft) serta menjadi keras dan kaku (chorent) pada saat kering. Faktor yang
mempengaruhi konsistensi tanah melipiti struktur tanah (porositas) berat isi dan kadar air
tanah. Tanah yang didominasikan pasir maka konsistensi tanah rendah (plastis,tidak lekat
dank eras). Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah,
lembab dan kering. Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-miritkan atau membuat bulatan
atau gulungan.
Pada prakitkum ini penetapan tekstur tanah dilakukan metode pijit dilakukan
berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk), konsistensi tanah
dilakukan dengan cara mengambil tanah lalu merasakan dengan beberapa perbedaan dari
masing-masing tekstur tanah yang diambil dari sampel pot berbeda. Pada praktikum
konsistensi tanah dilakukan dengan tiga perlakuan terhadap tanah, yang pertama pada pot
pertama dalam kondisi tanah yaitu kering, lembab, basah pada saat di rasakan di tangan yang
basah antara tak lekat dan tak liat terasa lekat dan liat, di tangan yang kering terasa agak
keras, di tangan yang lembab terasa sangat gembur. Yang kedua pada pot kedua dalam
kondisi tanah yaitu kering, lembab, basah pada saat di rasakan di tangan yang basah antara
tak lekat dan tak liat terasa agak lekat dan sangat liat, di tangan yang kering terasa sangat
keras, di tangan yang lembab terasa gembur. Yang ketiga pada pot ketiga dalam kondisi tanah
yaitu kering, lembab, basah pada saat di rasakan di tangan yang basah antara tak lekat dan tak
liat terasa sangat lekat dan agak liat, di tangan yang kering terasa lunak, di tangan yang
lembab terasa sangat gembur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sampel pot pertama memiliki kondisi tanah yaitu kering, lembab, basah pada saat di
rasakan di tangan yang basah antara tak lekat dan tak liat terasa lekat dan liat, di tangan
yang kering terasa agak keras, di tangan yang lembab terasa sangat gembur.
2. Sampel pot kedua dalam kondisi tanah yaitu kering, lembab, basah pada saat di rasakan di
tangan yang basah antara tak lekat dan tak liat terasa agak lekat dan sangat liat, di tangan
yang kering terasa sangat keras, di tangan yang lembab terasa gembur.
3. Sampel pot ketiga dalam kondisi tanah yaitu kering, lembab, basah pada saat di rasakan di
tangan yang basah antara tak lekat dan tak liat terasa sangat lekat dan agak liat, di tangan
yang kering terasa lunak, di tangan yang lembab terasa sangat gembur.
4. Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang
efesien. Tanah liat dapat begitu lengket bila basah sehingga dapat menyebabkan
pembajakan menjadi sulit. Bukit pasir menunjukan sifat kohesi dan adhesi yang minimum
serta mudah terdeformasi, sehingga apabila di lewati kendaraan bermotor akan mudah
macet.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dilaksanakan para mahsiswa lebih memperhatikan
jalannya praktikum supaya para mahasiswa memahami apa yang dilaksanakanpada saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Modul Praktikum. Ilmu Tanahi. Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah
Tinggi Ilmu Pertanian, Kutai Timur. Sangatta
Handayani, Suci . 2008 . Bahan Asistensi Praktikum Ilmu Tanah . Fakultas Pertanian
UGM . Yogyakarta .
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. IlmuTanah. Perguruan Tinggi Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta.
Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian
Unisma. Malang
Praharyanto. 2012. Tekstur Tanah. www.praharyant zone.blogspot.com/2012/Tekstur_Tanah/
diakses pada tanggal 25 maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai