ABSTRAK
Kata kunci: rumah potong ayam tradisional, biosurfaktan, tegangan permukaan, SDS-PAGE
ABSTRACT
Tabel 5.1 Karakteristik Morfologi Koloni dan Bakteri Asal Limbah Pemotongan RPA
Rerata Jumlah Koloni
Morfologi Koloni Morfologi Bakteri
Kode Bakteri (cfu/ml)*
Isolat Limbah Pemotongan
Warna Bentuk Tepi Bentuk Gram
(102cfu/ml)*
P1 Putih Bulat Rata Coccobacill Negatif 275.20
P2 Putih Bulat Rata Bacill Positif 5.32.30
P3 Putih Tak beraturan Tidak rata Bacill Positif 3.51.90
Total 35.89.40
Tabel 5.2 Karakteristik Morfologi Koloni dan Bakteri Asal Limbah Cucian Karkas RPA
Rerata Jumlah Koloni
Morfologi Koloni Morfologi Bakteri
Kode Bakteri (cfu/ml)*
Isolat Limbah Cucian Karkas
Warna Bentuk Tepi Bentuk Gram
(103cfu/ml)*
C1 Putih Bulat Rata Coccobacill Negatif 356.00
C2 Putih Bulat Rata Bacill Positif 4.42.09
C3 Putih Bulat Rata Cocccus Negatif 1.41.20
C4 Kuning Bulat Rata Coccobacill Negatif 8.53.00
Total 49.312.29
Keterangan: * Rerata jumlah bakteri dihitung dari duplikat sampel yang ditanam pada duplikat
cawan dengan 4 ulangan.
P: Limbah Pemotongan,
L: Limbah Cucian Karkas
Oksidase
Motilitas
Katalase
Genus
Aerobik
MR-VP
Spora
Gram
Indol
TSIA
Isolat
O/F
P1 - - + + + + - - + + Pseudomonas sp.
P2 + + + + + + F - + + Bacillus sp.
P3 + + + + + + - - + + Bacillus sp.
C1 - - + + + + F - + + Pseudomonas sp.
C2 + + + + + + F - + + Bacillus sp.
C3 + + + + + + F - + + Bacillus sp.
C4 - - + + + + F - + + Pseudomonas sp.
Keterangan:
(-) negatif (P) sampel limbah pemotongan (F) Fermentatif
(+) positif (C) sampel limbah cucian karkas
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa positif, tidak berspora, dan bersifat motil.
isolat P2, P3, C2 dan C3 memiliki Pseudomonas sp. terdapat pada limbah
karakteristik mendekati genus Bacillus sp.. yang mengandung minyak yang dapat
Barrow (1993) menyatakan bahwa dimanfaatkan untuk pengolahan limbah
Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk cair (Tantrip, 2009).
batang, tergolong bakteri bersifat motil
(reaksi non-motil kadang terjadi), Uji Seleksi Bakteri Penghasil
menghasilkan spora yang biasanya resisten Biosurfaktan
pada panas, bersifat aerob (beberapa Setelah didapatkan isolat bakteri
spesies bersifat anaerob fakultatif), asal limbah pemotongan dan cucian karkas
katalase positif, dan oksidasi bervariasi. rumah potong ayam tradisional, dilakukan
Isolat P1, C1 dan C4 setelah uji seleksi bakteri dengan menggunakan 2
dilakukan karakterisasi memiliki metode, yaitu Blood Haemolysis Test dan
karakteristik mendekati genus emulsifikasi. Uji seleksi dilakukan untuk
Pseudomonas sp. yang memiliki morfologi mengetahui kemampuan bakteri tersebut
bakteri berbentuk batang, Gram negatif, sebagai penghasil biosurfaktan. Hasil dari
bersifat aerob, katalase positif, oksidasi uji seleksi dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Uji Seleksi Bakteri Asal Limbah Cair RPA Tradisional
Kode Blood Haemolysist
Emulsifikasi Keterangan
Isolat Test
P1 - Tidak Diuji Pseudomonas sp.
P2 + 0,083 Bacillus sp.
P3 + 0,167 Bacillus sp.
C1 + 0,032 Pseudomonas sp.
C2 + 0,052 Bacillus sp.
C3 + 0,050 Bacillus sp.
C4 + 0,086 Pseudomonas sp.
Keterangan: Emulsifikasi diukur dengan nilai OD pada 610 nm
(+) membentuk zona bening
(-) tidak membentuk zona bening
Hasil positif ditunjukkan dari N-heksan yang berada di atas cairan media
Blood Haemolysist Test pada Tabel 5.4 pasti akan menurun.
didapat 6 isolat yang menghasilkan zona Berdasarkan Tabel 5.4
bening, yang mengindikasikan adanya menunjukkan bahwa isolat P2, P3, dan C4
bakteri penghasil biosurfaktan. Zona memiliki aktivitas emulsifikasi yang baik
bening dibentuk oleh bakteri penghasil karena memiliki nilai emulsi yang besar.
surfaktan yang memiliki kemampuan Hasil uji emulsifikasi dinyatakan adanya
untuk memecah dan mengurai materi aktivitas emulsifikasi. Aktivitas
organik yang terdapat pada media agar emulsifikasi berhubungan dengan
darah (Anandaraj et al., 2010). konsentrasi surfaktan, karena semakin
Biosurfaktan juga memiliki besar konsentrasi biosurfaktan,
kemampuan mengemulsikan zat cair yang kemampuan senyawa tersebut untuk
berbeda polaritas, hal ini dapat diketahui mengemulsifikasi minyak mentah juga
dengan melakukan uji emulsifikasi. Prinsip semakin bertambah (Walter et al. 2010).
uji emulsifikasi adalah perbandingan tinggi Kosaric (2001) menyatakan bahwa
minyak yang teremulsi di dalam air dengan emulsifikasi dari biosurfaktan dapat terjadi
tinggi campuran minyak dan air. akibat adanya beberapa faktor.
Campuran minyak dan air yang dikocok Diantaranya adalah keberadaan senyawa
dengan kecepatan tinggi akan hidrofob dan senyawa hidrofil, kondisi air,
mengakibatkan kedua zat cair menyatu. temperatur dan komponen ataupun
Namun, adanya perbedaan polaritas akan molekul biosurfaktan itu sendiri.
mengakibatkan campuran air dan minyak
memisah setelah dibiarkan hingga stabil. Pengukuran Tegangan Permukaan
Biosurfaktan di dalam campuran tersebut Hasil koleksi isolat Bacillus sp.
akan mencegah terjadinya pemisahan dan Pseudomonas sp. dengan konsentrasi
tersebut dan akan menghasilkan lapisan aktivitas emulsifikasi yang besar diukur
minyak teremulsi (Willumsen et al, 2000). tegangan permukaannya dengan metode
Emulsi yang terjadi pada permukaan Cincin Du-Nouy. Semakin besar
cairan dapat terjadi karena kemampuan konsentrasi biosurfaktan, kemampuan
senyawa surfaktan untuk menggabungkan senyawa tersebut untuk mengemulsifikasi
senyawa polar (cairan media Nutrient minyak mentah juga semakin baik.
Broth) dan senyawa non polar (N-heksan). Surfaktan adalah senyawa yang dapat
Bodour & Miller-Maier (1998) menurunkan tegangan permukaan
menyatakan bahwa jumlah senyawa air/larutan. Aktivitas surfaktan diperoleh
surfaktan yang terbentuk dapat dinyatakan karena memiliki sifat ganda dari
melalui kemampuan surfaktan mengurangi molekulnya. Molekul surfaktan memiliki
tegangan pada permukaan cairan. Dengan sifat polar (gugus hidrofilik) dapat dengan
adanya emulsi yang terbentuk di antara mudah larut di dalam air dan sifat non
cairan media dan N-heksan, maka volume polar (gugus hidrofobik) yang mudah larut
dalam minyak (Willumsen, 2000).
kDa
250__
130__
100__
70__
55__
35__
25__
15__
10__
M P2 P3 C4
Gambar 5.1 Profil Pita Protein Isolat Bakteri Penghasil Biosurfaktan menggunakan SDS-
PAGE.
Keterangan: M: Marker; P2 dan P3: dugaan isolat Bacillus sp.; C4: dugaan
isolat Pseudomonas sp.
Dari hasil running dengan gel protein dengan berat molekul 69,94 kDa,
elektroforesis menggunakan SDS-PAGE 57,97 kDa, 50,70 kDa, dan 44,34 kDa.
dapat terdeteksi berat molekul isolat Pseudomonas sp. memiliki profil
bakteri penghasil biosurfaktan dengan pita protein fungsional dengan berat
kisaran 11,60 kDa hingga 136,72 kDa, molekul 20 60 kDa dari hasil isolasi
berat molekul protein dan jumlah pita protein ekstraselular (Liao et al., 1998,
masing-masing isolat bakteri penghasil McKevitt et al., 1989, and Sexton et al.,
biosurfaktan yang memiliki kemiripan 1994).
dapat dilihat pada Tabel 5.5. Profil pita protein yang terdeteksi
berkaitan erat dengan karakteristik dari
Tabel 5.5 Karakterisasi Bakteri Penghasil isolat bakteri penghasil biosurfaktan hasil
Biosurfaktan berdasarkan Berat isolasi. Kemiripan pita protein yang
Molekul Hasil SDS-PAGE terdeteksi antara isolat bakteri penghasil
dengan Satuan kDa biosurfaktan yang didapat dari limbah
pemotongan menunjukan bahwa isolat
P2 P3 C4 hasil isolasi mempunyai karakteristik yang
104,57 104,57 - sama. Semakin banyak jumlah kemiripan
- - 69,94 pita protein yang terdeteksi, maka tingkat
68,09 68,09 - kesamaan karakteristik isolat bakteri
penghasil biosurfaktan hasil isolasi
61,17 61,17 - semakin tinggi. Berbeda dengan isolat
- - 57,97 yang didapat dari limbah cucian karkas
- - 50,70 tidak menunjukkan kemiripan dengan
46,78 46,78 - kedua isolat tersebut berdasarkan berat
- - 44,34 molekul dari profil pita proteinnya. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa adanya variasi
Dari hasil SDS-PAGE pada bakteri penghasil biosurfaktan pada limbah
Tabel 5.5 dapat dilihat karakteristik pita cair rumah potong ayam tradisional
protein isolat P2, P3 dan C4 yang berdasarkan profil pita protein dengan
memperlihatkan jumlah pita protein menggunakan metode SDS-PAGE.
beserta berat molekul protein terdeteksi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa KESIMPULAN
karakteristik fenotip ketiga isolat memiliki Berdasarkan hasil penelitian
variasi bakteri penghasil biosurfaktan yang maka disimpulkan bahwa dari hasil isolasi
dikelompokkan dalam genus berbeda bakteri penghasil biosurfaktan asal dari
(Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.) limbah cair rumah potong ayam tradisional
berdasarkan berat molekul pita protein. didapatkan jumlah bakteri 8,84,2x102
Didapat dua isolat, P2 dan P3 cfu/ml dari limbah pemotongan dan jumlah
(Bacillus sp.) yang berasal dari limbah cair bakteri 8,53,0x103 cfu/ml dari limbah
pemotongan memiliki kemiripan cucian karkas. Bakteri penghasil
ditunjukan dengan adanya pita protein biosurfaktan asal limbah cair rumah
dengan berat molekul 104,57 kDa, 68,09 potong ayam tradisional memiliki
kDa, 61,17 kDa, dan 46,78 kDa. Menurut karakteristik fenotip mendekati genus
Mubarik (2001) Bacillus sp. memiliki Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.. Hasil
berat molekul pada profil pita protein 44- karakteristik profil pita protein mendukung
78 kDa. Pada isolat C4 (Pseudomonas sp.) adanya variasi genus bakteri penghasil
yang berasal dari limbah cucian karkas biosurfaktan. Isolat penghasil biosurfaktan
memiliki perbedaan dengan kedua isolat hasil isolasi limbah cair rumah potong
tersebut dapat dilihat dari profil pita ayam tradisional diketahui mempunyai
potensi yang cukup baik sebagai penghasil
biosurfaktan yang ditunjukkan dengan Bird, T. 1993. Kimia Fisika Untuk
kemampuan bakteri tersebut terhadap Universitas. Jakarta: Gramedia
penurunan tegangan permukaan. Pustaka Utama.
Bodour, A. A. and R. M Miller-Maier.
UCAPAN TERIMA KASIH 1998. Application of a Modified
Terima kasih kepada direktorat Drop Collapsing Technique for
jenderal DIKTI karena telah memberikan Surfactant Quantitation and
pembiayaan penelitian ini. Terima kasih Screening of Biosurfactant
kepada Laboratorium Sentral Ilmu Hayati, Producing Microorganisms. Journal
Laboratorium Mikrobiologi Program of Microbiological Methods. 32:
Kedokteran Hewan, serta Laboratorium 273-280.
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Brenner, Don J., Noel R. Krieg, J.T.
sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Staley. 2005. Bergeys Manual of
Systematic Bacteriology. Second
DAFTAR PUSTAKA Edition. Vol. 2. Springer.
Brown, M. J. 1990. Biosurfactants for
Amara, Amro A, et al. 2009. The Cosmetic Applications. International
Possibility to Use Bacterial Protease Journal of Cosmetic Science. 13: 61-
and Lipase as Biodetergent. Global 64.
Journal of Biotechnology &
Biochemistry 4 (2): 104-114 Cameotra, S. S. and R. S. Makkar. 2004.
Recent Applications of Biosurfactant
Anandaraj, B and P.Thivakaran. 2010. as Biological and Immunological
Isolation and Production of Molecules. Cur. Opin. Microbiol. 7:
Biosurfactant Producing Organism 262-266.
from Oil Spilled Soil. Journal
Bioscient Technology, vol 1 Dehghan, G. G., E. Behravan, and M.
(3),2010,120126 p.g. Department of Moshafi. 2008. Studies on
Microbiology, Thanthai Hans Biosurfactants Production by
Roever College, Peramabalur 621 Bacillus licheniformis. Iran:
212. Tamilnadu., India. Pharmaceutics Research Center,
Kerman University of Medical
Aqi. 2008. Biosurfaktan dalam Operasi Sciences.
Teknik Lingkungan. Teknologi.
Forum Sains Indonesia. Devrise, L.A., Pot, B., Vandamme, P.,
Kersters, K., and Haesebrouck, F.,
Asian Productivity Organiztion. (2001), 1995. Identification of Enterococcus
Green Productivity Training spesies isolated from food product of
Manual. Tokyo: APO animal origin. Int. J. Food
Barrow dan Feltham. 1993. Manual for Microbiol. 26, 187-197.
identification of medical bacteria. Fatimah. 2007. Uji produksi biosurfaktan
3rd Edn. Cambridge University oleh pseudomonas sp. pada substrat
Press, Cambridge, London. yang berbeda. Jurusan Biologi
Berber, Ismet. 2004. Characterization of FMIPA Universitas Airlangga
Bacillus species by numerical Surabaya
analysis of their SDS-PAGE protein Francy DS, Thomas JM, Raymond RL and
profiles. Journal of Cell and Ward CH, 1991. Emulsification of
Molecular Biology 3: 33-37. Hali Hydrocarbons by Surface Bacteria. J
University, Printed in Turkey. ind Microbiol 8: 234246.
Garrity, G. M. 2005. Bergeys Manual of Liao, C.H. and D.E. McCallus. 1997.
Systematic Bacteriology. Second Biochemical and genetic
Edition. Vol. 2. Part B. Springer. characterization of an extracellular
protease from Pseudomonas
Handayani D.T. 2006. Karakterisasi
fluorescens CY091. Appl. Environ.
Protein Imunoglobulin Y (IgY)
Microbiol. 64:914-921.
Kuning Telur H5N1, H5N2, H5N9
Menggunakan Metode Sodium Maslin, P and R. M. Maier. 2000.
Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Rhamnolipid-Enhanced ineralization
Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). of Phenanthrene in Organic-Metal
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Co-Contaminated Soils.
Institut Pertanian Bogor. Bioremediation Journal. 4(14): 295-
308
Jennings, E. M. and R. S. Tanner. 2000.
Biosurfactant - Producing Bacteria Mubarik, Rachmania. 2011. Penapisan
Found in Contaminated and Bacillus dan Karakterisasi Protease
Uncontaminated Soils. Proceedings dan Amilase Ekstraseluler yang
of the 2000 Conference on Dihasilkan untuk Degradasi Sisa
Hazardous Waste Research. Dept. of Pakan pada Budi Daya Udang.
Botany and Microbiology, Institut Pertanian Bogor: Maret.
University of Oklahoma. Mulligan, C.N. 2005. Environmental
Johnsons V, Sigh M, Saini VS, Andikari application for biosurfactants.
DK, Sista V and Yadav NK, 1992. Environ.Pollut. 133:183-198. Saeki,
Bioemulsifer Production Using Non H., M. Sasaki, K. Komatsu, and H.
Aseptic Fermentation of Mixed Matsuda. 2007. Remediation of
Cultures. J Biotechnol and Bioeng Spilled Oil Using Biosurfactant
44: 661666. Produced by Gordonia sp. JE-1058.
Bioresearch Center. Japan Energy
Kholiq, Ing M. Abdul. 2012. Balai
Corporation.
Teknologi BPPT mengembangkan
Biosurfaktan untuk Bioremediasi Nafiah. 2010. Lemak Ayam Cegah Global
Hidrokarbon. Serpong. Warming. http://id.shvoong.com/
exactsciences/chemistry/2035780 -
Kosaric, N. 2001. Biosurfactants and
lemak - ayam -cegah-global-
Their Applications for Soil
warming/. (18 Maret 2011).
Bioremediation. Food Technol.
Biotechnol. 39(4): 295304. Nugroho, Astri. 2006. Produksi
Biosurfaktan oleh Bakteri Pengguna
Kumar, S. dan Nussinov, R. 2001. How
Hidrokarbon dengan Penambahan
do Thermophilic Protein Deal with
Variasi Sumber Karbon. Jurusan
Heat. Cellular and Molecular Life
Teknik Lingkungan. Universitas
Science. 58, 1216-1233.
Trisakti. Grogol. Jakarta Barat. Hal:
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di 312-316.
Laboratorium. Edisi pertama. P.T.
Nur, M. A. dan H. Adijuwana. 1989.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Teknik Pemisahan dalam Analisis
Lestari, Septianingtyas. Fitri W. Hartanti. Biologi. Departemen Pendidikan dan
2010. Tegangan Permukaan Cairan Kebudayaan. Direktorat Jendral
dengan Metode Cincin Du Nouy. Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Departemen Kimia. Fakultas Universitas Ilmu Hayat Institut
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Pertanian Bogor, Bogor.
Alam. Institut Teknologi Bandung.
Parra, J. L., J. Guinea, M. A. Manresa, M. SNI 2897-2008. Metode Pengujian
Robert, M. E. Mercade, F. Comelles Cemaran Mikroba Dalam Daging,
and M. P. Bosch. 2000. Chemical Telur Dan Susu, Serta Hasil
Characterization and Olahannya. ICS 67.120.20
Physicochemical Behavior of Soo, Y. D., Seok, B. L. and Eun, K. K.
Biosurfactant. J. Am. Oil Chem. 2005. Characteristics of Microbial
Soc. 66: 141-145. Biosurfactant as an Antifungal Agent
Rantam, F. A. 2003. Metode Imunologi. Against Plant Pathogenic Fungus.
Edisi 1. AUP. Surabaya Journal of microbiology and
biotechnology. 15: 1164-1169.
Reynold, J. 2004. O/F Glucose Media.
http/:www.rlc.deccd.edu Tang, Muhamad dan Veinardi Suendo.
2011. Pengaruh Penambahan
Riffiani, Rini. 2010. Bakteri Penghasil
Pelarut Organik Terhadap
Biosurfaktan yang Diisolasi dari
Tegangan Permukaan Larutan
Pulau Laki Kepulauan Seribu.
Sabun. Prosiding Simposium
Bidang Mikrobiologi. Vol.5.
Nasional Inovasi Pembelajaran dan
Desember. Bogor.
Sains 2011 (SNIPS 2011), Bandung,
Rosenberg, M., D. Gutnick, and E. Indonesia
Rosenberg. 2003. Adherence of
Tarntip. R dan Thungkao Sirichom. 2011.
Bacteria to Hydrocarbons: A Simple
Isolation of proteolytic, lipolytic, and
Method for Measuring Cell-surface
bioemulsifying bacteria for
Hydrophobicity.FEMS Microbiology
improvement of the aerobic
Letters. 9: 29-33.
treatment of poultry processing
Sheppard, J. D. and C. N. Mulligan. 2000. wastewater. African Journal of
The Production of Surfactin by Microbiology Research Vol. 5(30)
Bacillus subtilis Grown on Peat
Wardhana, W. A. 2001. Dampak
Hydrolysate. Appl. Microbiol.
Pencemaran Lingkungan.
Biotechnol. 27: 110-116.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Singh, A., Van Hamme J.D. and Ward
Willumsen PA, and Karlson U, 2000.
O.P. 2006. Surfactants in
Screening of Bacteria, Isolated from
Microbiology and Biotechnology:
PAH Contaminated Soils, for
Parts 2, Applications Aspects.
Production of Biosurfactans dan
Biotechnol. Adv. 25(1): 99-121.
Bioemulsifiers. Biodegradation 7:
Singgih M.L dan M. 415423.
Kariana.2008. Peningkatan
Produktifitas & Kinerja Lingkungan
Dengan Pendekatan Green
Productivity Pada Rumah
Pemotongan Ayam XX ,Purifikasi
Jurnal Teknologi & Manajemen
Lingkungan, ISSN: 1411-
3465, Jurusan Teknik Lingkungan
FTSP-ITS & Ikatan Ahli Teknik
Penyehatan & Teknik Lingkungan
Indonesia-Jawa Timur, Volume
9,Nomor 2, Surabaya, Juli 2008