Anda di halaman 1dari 6

Widya Teknika Vol.22 No.

2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

VARIASI BAHAN MATERIAL DAN UKURAN DIAMETER POROS


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN PUNTIR

Toni Dwi Putra

ABSTRAKSI

Material bahan pada sebuah poros (shaft) sangat perlu untuk ditentukan sifatnya seperti modulus
geser, kekuatan luluh puntir, dan modulus pecah. Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan
material yang getas. Deformasi yang terjadi pada benda uji diukur dari perpindahan sudut puntir suatu titik di
dekat ujung suatu benda, dibandingkan pada suatu titik elemen memanjang yang sama. Dalam pengujian
puntir, biasanya menggunakan bahan dengan penampang bulat, karena untuk menguji data dari variasi
material dan diameter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi bahan material terhadap kekuatan
puntir dan variasi ukuran diameter poros terhadap kekuatan puntir dengan menggunakan mesin uji puntir.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Variasi material dan diameter digunakan sebagai
variable bebas, sedangkan kekuatan puntir digunakan sebagai variable terkait. Dalam metode ini, mesin
puntir digunakan untuk memuntir material dari ST37, ST90 dan VCN. Kemudian, data diambil dan hasilnya
dianalisis.
Bahan material ST 37 Dengan diameter 4 mm adalah sebesar 3662,072 N.mm, untuk diameter 5
mm sebesar 7126,40033 Nmm dan untuk diameter 6 mm adalah sebesar 12326,5 Nmm ,kenaikanya tidak
begitu besar karena kandungan karbonnya rendah. ST 90 memiliki momen puntir yang lebih besar dari ST 37
sehingga lebih ulet untuk dipuntir. Rata-rata momen puntir pada material ST 90 pada diameter 4 mm adalah
sebesar 8860,806 Nmm, sedangkan untuk diameter 5 mm sebesar 17349,384 Nmm dan untuk diameter 6 mm
adalah sebesar 29965,418 Nmm. VCN memiliki momen puntir paling tinggi dibandingkan ST 37 dan ST 90
sehingga tidak disarankan untuk proses puntir. Rata-rata momen puntir pada material VCN pada diameter 4
mm adalah sebesar 11655,51 Nmm, sedangkan untuk diameter 5 mm sebesar 22685,9673 Nmm dan untuk
diameter 6 mm adalah sebesar 39252,502Nmm.

Kata kunci : Diameter, Momen Puntir, Materil Bahan dan Mesin Uji Puntir

PENDAHULUAN elastisitas geser secara eksperimental, dengan


Pembebanan utama poros adalah asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam
puntiran yang terjadi pada elemen mesin ataupun proses punter seperti: Poros lurus dengan
beban gabungan. Kekuatan poros haruslah penampang lingkaran, Torsi bekerja konstan
diketahui menggunakan alat uji puntir.Alat uji sepanjang batang pada sumbu polar, Pemantang
puntir merupakan suatu alat yang dirancang untuk lintang akan kembali lagi pada posisi semula
mengukur seberapa besar kekuatan puntir yang setelah kembali.
dapat dilakukan pada saat pengujian poros. Hal Uji puntir pada suatu bahan teknik
tersebut dapat dilakukan dengan memuntir dilakukan untuk menentukan sifat-sifat seperti
batang uji terus-menerus sampai batang uji modulus geser, kekuatan luluh puntir, dan
patah/putus. Alat uji puntir digunakan industri modulus pecah. Uji puntir sering digunakan untuk
untuk pengukuran dan mendapatkan data menguji bahan-bahan getas. Deformasi yang
kekuatan puntir, sehingga kekuatan yang ingin terjadi pada benda uji diukur dari perpindahan
diketahui dapat diterima dan diketahui. sudut puntir suatu titik didekan ujung suatu
Benda uji puntir umumnya memiliki benda, dibandingkan pada suatu titik pada elemen
penampang lintang silinder, karena bentuk ini memanjang yang sama pada arah berlawanan.
mewakili geometri paling sederhana dalam Dalam pengujian puntir biasanya digunakan
penghitungan tegangan yang terjadi pada benda dengan penampang bulat, dikarenakan hal
material. Dalam batas elastis tegangan geser tersebut merupakan geometri paling sederhana
bervariasi secara linier dari nol di bagian pusat dalam perhitungan tegangan yang terjadi.[4]
lingkaran hingga perangkat model uji torsi
digunakan untuk melakukan simulasi terhadap ST 37 adalah jenis baja konstruksi yang
berbagai perubahan parameter dalam puntiran dan mempunyai kekuatan tarik minimal 37 kg/mm2
nilai menentukan sifat-sifat seperti modulus atau 370 N/mm2 besi ini tergolong baja lunak

116 116
Widya Teknika Vol.22 No.2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

(mild steel ) karena memiliki kandungan karbon Untuk Poros lubang


(c) 0.16% Jadi ST 37 termasuk dalam baja karbon J = (/2)(r04- r14)
rendah, yang merupakan baja natural yang maka besarnya tegangan tersebut sebesar:
banyak digunakan dalam suatu konstruksi mesin,
karena memiliki sifat ulet, mudah dibentuk, kuat
maupun keras. ST 90 adalah jenis baja konstruksi
yang mempunyai kekuatan tarik minimal 90
kg/mm2 atau 900N/mm2.[6][9] Keterangan:
ST 90 merupakan paduan dari JIS SCM J = The polar moment of inertia (mm4),
447 AISI 4340. Yang merupakan salah satu r = radius benda pejal (mm),
jenis baja paduan rendah menurut standar AISI ro = radius benda pejal (mm),
(American Iron and Steel Institute) dan DIN r1 = radius benda pejal (mm),
1.65565, 40. NICR MO6, baja AISI 4340. D = Diameter benda pejal (mm),
(http://www.nicovindomandiri.com/id/produk- D1 = Diameter luar batang (mm),
kami/besi-baja).[6][9] D2 = Diameter dalam batang (mm).
VCN adalah produk baja paduan rendah MT = Momen puntir (Kgf.mm)
kekuatan tinggi (High strength low Alloy-
HSLA steel ) keluaran Bohler yaitu yang elevalen
dengan standard Europe EN 25 atau jermannya
DIN 34cr. Sedangkan perbedaan VCN dan
material lainnya adalah terletak pada kandungan
Cr nya yang lebih tinggi. VCN juga merupakan
baja paduan khusus yang komposisinya dapat
dikeraskan, ulet, dan tidak mudah patah. [6][9]

SIFAT MEKANIS MATERIAL.


Sebuah poros berpenampang bulat dan
lurus pada ujungnya di jepit fik dan ujung yang
lain bebas dan diberikan momen eksternal (Mx). Gambar 1. Dimensi beban puntir [4].
Untuk menurunkan persamaan dasar, kita perlu
mengkombinasikan hubungan dari Kinematika, Untuk menentukan sudut puntir , dinyatakan
statika dan hukum Hooke. Dengan membuat dalam radian. Jika L adalah panjang uji dari
asumsi-asumsi ; [2] benda uji, maka besarnya regangan geser adalah
1. potongan melintang tidak berubah selama pada saat uji puntir, pengukuran yang dilakukan
torsi, yaitu semua titik-titik penampang adalah momen puntir MT dan sudut puntir .
menjalani pemotongan yang sama. Titik pada Biasanya diperoleh diagram momen puntir.Sifat-
garis lurus dalam penampang sebelum memutar sifat elastis pada puntiran dapat diperoleh
tetap pada garis lurus setelah terjadi deformasi: dengan menggunakan momen puntir pada batas
garis radial yang bersilangan tetap lurus. proporsional atau momen puntir pada suatu
2. bagian terpotong melintang tetap, yaitu sudut puntir tertentu, biasanya, 0,001 rad/inci
mereka tidak melengkung. Oleh karena itu, kita panjang ukur, dan dilakukan perhitungan
tidak mengamati deformasi tegaklurus terhadap tegangan geser yang berkaitan dengan momen
penampang melintang. puntir, dengan menggunakan persamaan-
Momen puntir ditetapkan oleh tegangan- persamaan di atas. Untuk benda uji tabung,
tegangan geser yang terbentuk pada penampang biasanya diperlukan pengukuran batas elastis
lintang batang. Tegangan geser pada pusat puntiran atau kekuatan luluh yang teliti. Karena
batang bernilai nol, dan bertambah secara linear gradien tegangan melintang melintasi diameter
terhadap jari-jari batang. Dikarenakan tegangan batang padat, maka serat-serat permukaan
geser terjadi pada permukaan batang benda terhambat oleh tegangan yang lebih kecil pada
kerja, untuk benda kerja silinder padat.[4] serat yang di dalam. Jadi, peluluhan (yielding)
yang pertama terjadi, pada umumnya tidak
Momen puntir yang berkerja pada suatu mudah diamati dengan instrument yang biasa
poros membentuk potongan dimana perpotongan digunakan untuk mengukur sudut
tersebut menunjukan kekuatan puntir.Suatu puntir.Pemakaian benda uji tabung berdinding
poros memiliki momen inersial puntir sebesar J. tebal memperkecil efek-efek diatas, karena
Berikut ini persamaan yang digunakan pada praktis tidak terdapat gradien tegangan. Akan
poros.[5] tetapi, harus diperhatikan bahwa pengurangan
Untuk poros pejal tebal dinding tidaklah besar, atau terjadinya
J=.r4/2 tekukan (buckling) dan bukan puntiran.
117
Widya Teknika Vol.22 No.2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan MT = 71.620 .10 (kg mm)[3].


bahwa untuk menentukan kekuatan luluh geser
dan modulus elastisitas, maka perbandingan
panjang bagian penampang yang menyempit Keterangan :
terhadap diameter luar , harus disekitar 10 kali, P = daya (Hp)
dan perbandingan tebal terhadap diameter harus n = putaran (rpm)
sekitar 8 hingga 10 kali. Poros merupakan salah satu bagian yang
terpenting dari setiap mesin. Hampir setiap
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan
putaran. Peranan utama dalam tranmisi seperti
itu dipegang oleh poros.

METODOLOGI PENELITIAN.
Eksperimental murni digunakan mesin
bubut agar benda uji dapat mempunyai kesamaan
bentuk,kecepatan, pemakanan dan putaran
mesin,diharapkan hasilnya stabil,Sedangkan
instrumen untuk penyaluran gunakan mesin
Gambar .2. Grafik hubungan antara punter dan puntir. Penelitian di laksanakan bulan februari
sudut punter .[5] 2012 dan untuk tempat penelitian ini adalah
bengkel Teknik Mesin dan CNC . VEDC Malang.
Sifat-sifat elastis pada puntiran dapat diperoleh Variabel penelitian
dengan menggunakan momen puntir pada batas a. Variabel Tetap : Alat uji puntir yang dibuat
proporsional atau momen puntir pada suatu sudut sebelumnya
puntir tertentu, biasanya, 0,001 rad/inci panjang b. Variabel Bebas : Variasi material dan
ukur, dan dilakukan perhitungan tegangan geser diameter poros yang akan di uji puntir.
yang berkaitan dengan momen puntir, dengan c. Material yang akan digunakan adalah yang
menggunakan persamaan-persamaan di atas. umumnya digunakan dalam dunia industri
Untuk benda uji tabung, biasanya diperlukan yaitu : ST 37, ST 90, dan VCN 150
pengukuran batas elastis puntiran atau kekuatan d. Diameter yang akan diuji yaitu : 4, 5, 6
luluh yang teliti. Karena gradien tegangan
melintang melintasi diameter batang padat, maka
e. Panjang 200 mm
serat-serat permukaan terhambat oleh tegangan
yang lebih kecil pada serat yang di dalam. Jadi,
peluluhan (yielding) yang pertama terjadi, pada
umumnya tidak mudah diamati dengan
instrument yang biasa digunakan untuk mengukur
sudut puntir.Pemakaian benda uji tabung
berdinding tebal memperkecil efek-efek diatas,
karena praktis tidak terdapat gradien tegangan.
Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa
pengurangan tebal dinding tidaklah besar, atau
Gambar 3. Material Uji Puntir.[7].[8]
terjadinya tekukan (buckling) dan bukan puntiran.
Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa untuk menentukan kekuatan luluh geser
dan modulus elastisitas, maka perbandingan
panjang bagian penampang yang menyempit
terhadap diameter luar , harus disekitar 10 kali,
dan perbandingan tebal terhadap diameter harus
sekitar 8 hingga 10 kali.
Sebuah poros yang mendapat pembebanan
utama berupa moment puntir harus dihitung dari
Gambar 4. Peralatan Pengujian.[2]
daya N (Hp) yang ditransmisikan dengan
putaran n (rpm) poros adalah :
MT = 71.620 (kg cm) [1]

118
118
Widya Teknika Vol.22 No.2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

Fasilitas Perencanaan VCN dengan diameter Rata- rata untuk 4mm =


Didalam pelaksanan pengujian puntir 11655,51 5mm = 22685,9673 Nmm dan 6mm =
menggunakan beberapa alat pendunkung baik 39252,502 Nmm,momen puntirnya lebih besar di
pemesinan ataupun kerja bengkel. bandingkan ST 90 Menunjukkan pemilihan
a.Gergaji potong material dengan beban puntir melebihi kekuatan
b.Mesin bubut puntirnya ditujukan pada grafik.
c.Mesin miling CNC
Pelaksanaan Pengujian Material Hubungan Pengujian Material ST 37 terhadap
Momen Puntir
1. Poros dipasangkan ke fix jaw dan portable jaw Dari tabel 1. dapat dibuat grafik hubungan
yang kemudian pada masing-masing cekam diameter terhadap Momen puntir
dirapatkan serapat mungkin sehingga tidak pada pengujian puntir sbb:
sampai terjadi selip.
2. Poros diuji dengan cara memuntir
menggunakan alat uji puntir yang telah dibuat,
yang kemudian diambil data dari masing-
masing diameter dan jenis material yang
dipakai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hubungan Diameter dan Material terhadap
Momen Puntir Gambar 6. Grafik Hubungan Pengujian Material
Dari table 1. dapat dibuat grafik hubungan ST 37 terhadap Momen Puntir.
diameter dan material terhadap
momen puntir sebagai berikut: Dari grafik diatas yaitu hubungan antara diameter
terhadap momen puntir pada diameter 4mm
didapatkan untuk ST37 dengan pengujian 1 =
3642,778 Nmm pengujian 2 = 3660.123Nmm dan
pengujian 3 = 3683.314 Nmm hal ini hampir
kelihatan sama dan mendekati lurus,dikarnakan
pengujiannya 1 bahan yaitu ST37 oleh sebab itu
semakin besar diameter benda maka semakin
besar pula momen puntirnya
pada diameter 5mm didapatkan dengan pengujian
1 = 7135.106 Nmm pengujian 2 = 7139.199
Nmm dan pengujian 3 = 7104.899 Nmm hal ini
hampir kelihatan sama dan mendekati
Gambar 5. Grafik Hubungan Diameter dan lurus,dikarnakan pengujiannya 1 bahan yaitu
Material terhadap Momen Puntir ST37 oleh sebab itu semakin besar diameter
benda maka semakin besar pula momen
Dari grafik diatas yaitu hubungan antara diameter puntirnya.
dan material terhadap momen puntir pada diameter 6mm didapatkan dengan pengujian
menunjukkan bahwa semakin besar diameter 1 = 12326.435 Nmm pengujian 2 = 12254.133
pada material maka momen puntir yang Nmm dan pengujian 3 = 12398.932 Nmm hal ini
dihasilkan semakin besar. Pada material ST 37 hampir kelihatan sama dan mendekati
diameter Rata-rata yaitu untuk 4mm = 3662,072 lurus,dikarnakan pengujiannya 1 bahan yaitu
N.mm, 5mm = 7126,40033 Nmm dan 6mm = ST37 oleh sebab itu semakin besar diameter
123.26,5 Nmm,momen puntirnya lebih kecil di benda maka semakin besar pula momen
bandingkan ST90 dan VCN. Menunjukkan puntirnya.
pemilihan material dengan beban puntir tidak
melebihi kekuatan puntirnya ditujukan pada Hubungan Pengujian Material ST 90 terhadap
grafik. Momen Puntir
ST 90 dengan diameter Rata- rata untuk 4mm = Dari tabel 1. dapat dibuat grafik hubungan
8860,806, 5mm = 17349,384 Nmm dan 6mm = diameter terhadap Momen puntir pada pengujian
29965,418 Nmm,momen puntirnya lebih besar di puntir sbb:
bandingkan ST37 Menunjukkan pemilihan
material dengan beban puntir melebihi kekuatan
puntirnya ditujukan pada grafik.
119
Widya Teknika Vol.22 No.2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

PEMBAHASAN.
Hubungan Diameter dan Material terhadap
Momen Puntir
Hubungan antara diameter dan material terhadap
momen puntir menunjukkan bahwa semakin
besar diameter pada material maka momen puntir
yang dihasilkan semakin besar. Untuk material uji
puntir yaitu ST 37, ST 90, VCN yang mempunyai
momen puntir lebih besar adalah material jenis
VCN yang mempunyai komposisi dan spesifikasi
Gambar 7. Grafik Hubungan Pengujian Material material yang lebih baik (Baja Paduan rendah
ST 90 terhadap Momen Puntir. kekuatan tinggai).

Dari grafik diatas yaitu hubungan antara diameter Hubungan Pengujian Material ST 37 terhadap
terhadap momen puntir pada diameter 4mm Momen Puntir
didapatkan untuk ST90 dengan pengujian 1 = Hubungan antara diameter terhadap momen
8853.986 Nmm pengujian 2 = 8830.015Nmm dan puntir menunjukkan bahwa pada pengujian
pengujian 3 = 8898.420 Nmm hal ini hampir didapatkan untuk material ST 37 dengan diameter
kelihatan sama dan mendekati lurus,dikarnakan 6 mm mempunyai momen puntir yang lebih besar
pengujiannya 1 bahan yaitu ST90 oleh sebab itu dibandingkan dengan diameter 4 dan 5 mm.
semakin besar diameter benda maka semakin Untuk ST 37 dengan diameter 4 = 3662,072
besar pula momen puntirnya. Nmm dan diameter 6 = 12326,5 Nmm, hal ini
pada diameter 5mm didapatkan dengan pengujian dikarenakan besaran dari momen puntirnya tidak
1 = 17368,483 Nmm pengujian 2 = 17284.878 begitu besar karena kandungan karbonya rendah.
Nmm dan pengujian 3 = 17394.793 Nmm hal ini
hampir kelihatan sama dan mendekati Hubungan Pengujian Material ST 90 terhadap
lurus,dikarnakan pengujiannya 1 bahan yaitu Momen Puntir
ST90 oleh sebab itu semakin besar diameter Hubungan antara diameter terhadap momen
benda maka semakin besar pula momen puntir menunjukkan bahwa pada pengujian
puntirnya. didapatkan untuk material ST 90 dengan diameter
pada diameter 6mm didapatkan dengan pengujian 6 mm mempunyai momen puntir yang lebih besar
1 = 29822.178 Nmm pengujian 2 = 30026.807 dibandingkan dengan diameter 4 dan 5 mm.
Nmm dan pengujian 3 = 30047.270 Nmm hal ini Untuk ST 90 Dengan diameter 4 = 8860,806
hampir kelihatan sama dan mendekati Nmm dan Diameter 6 = 29965,418 Nmm, hal ini
lurus,dikarnakan pengujiannya 1 bahan yaitu ST 90 lebih baik dari ST 37 dan bisa untuk
ST90 oleh sebab itu semakin besar diameter konstruksi berat.
benda maka semakin besar pula momen
puntirnya. Hubungan Pengujian Material VCN terhadap
Momen Puntir
Hubungan Pengujian Material VCN terhadap Hubungan antara diameter terhadap momen
Momen Puntir puntir menunjukkan bahwa pada pengujian
Dari tabel 1. dapat dibuat grafik hubungan didapatkan untuk material VCN dengan diameter
diameter terhadap Momen puntir 6 mm mempunyai momen puntir yang lebih besar
pada pengujian puntir sbb: dibandingkan dengan diameter 4 dan 5 mm.
Untuk momen puntir VCN Lebih besar lagi dan
kekerasannya VCN lebih tinggi dibandingkan
material ST 90 maupun material ST 37.

SIMPULAN DAN SARAN.


SIMPULAN:
1. ST 37 Dengan diameter 4 mm adalah sebesar
3662,072 N.mm, untuk diameter 5 mm
sebesar 7126,40033 Nmm dan untuk diameter
6 mm adalah sebesar 12326,5 Nmm
,kenaikanya tidak begitu besar karena
Gambar 8. Grafik Hubungan Pengujian Material kandungan karbonnya rendah.
VCN terhadap Momen Puntir 2. ST 90 memiliki momen puntir yang lebih
besar dari ST 37 sehingga lebih ulet untuk

120
120
Widya Teknika Vol.22 No.2; Oktober 2014
ISSN 1411 0660: 116 121

dipuntir. Rata-rata momen puntir pada


material ST 90 pada diameter 4 mm adalah (7).Subagyo, 2012. Uji material dan poros
sebesar 8860,806 Nmm, sedangkan untuk diameter dengan pengujian
diameter 5 mm sebesar 17349,384 Nmm dan puntir.Jurusan teknik mesin
untuk diameter 6 mm adalah sebesar Univ.Widyagama Malang
29965,418 Nmm.
3. VCN memiliki momen puntir paling tinggi (8). Schonmetz, Alois, 1985, Pengetahuan Bahan
dibandingkan ST 37 dan ST 90 sehingga Dalam Pengerjaan Logam,
tidak disarankan untuk proses puntir. Rata- Bandung, Angkasa.
rata momen puntir pada material VCN pada
diameter 4 mm adalah sebesar 11655,51 (9). Sularso,Kiyokatsu, 1987, Dasar Perencanaan
Nmm, sedangkan untuk diameter 5 mm dan Pemilihan Elemen Mesin,
sebesar 22685,9673 Nmm dan untuk Jakarta, PT.Pradnya Paramita.
diameter 6 mm adalah sebesar
39252,502Nmm. (10). Surdia,Tata, 1999,Pengetahuan Bahan
Teknik , Jakarta, Pradnya Paramita.
SARAN :

1. Untuk pengembangan lebih lanjut bisa


ditambahkan dengan sensor gerak agar
sewaktu benda puntir mengalami
patah/putus display pada amperemeter dan
voltmeter dapat berhenti pada saat itu juga.
Diharapkan bisa mendapatkan angka yang
optimal bukan hanya berdasarkan
pengamatan.
2. Perlu penambahan Variasi Material benda
uji dan variasi diameter pengujian.
3. Hasil penelitian bisa digunakan untuk
pedoman pemilihan bahan uji.

DAFTAR PUSTAKA

(1). Achmad, Zainur, 2006, Elemen Mesin I,


Bandung, Refika Aditama.

(2). Bird, John, 2007,Electrical Circuit Theory


and Technology, Elsevier Ltd,
United States of America.

(3). Dax, Wilhem dkk, 1987, Tabellenbuch Fuer


Metalltechnik,Hambung, Verlag
Handwerk and Technik G.m.b.h.

(4). Djaprie, Sriati, 1993, Metalurgi Mekanik


Edisi ketiga,Jakarta, Erlaga.

(5). Kreith, Frank, 2005, The Mechanical


Engineering Handbook Series,
CRC-Press: United States of
America.

(6). Mangonan, Pat L, Ph.D., P.E., FAMS, 1999,


The Principles Of Materials
Selection For Engineering Design,
Prentice-Hall,Inc:Simon & Schuster
/A Viacom Company.

121

Anda mungkin juga menyukai