Anda di halaman 1dari 111

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah merupakan media tanam yang penting bagi tanaman. Tanah

mengandung banyak unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk

kelangsungan hidupnya. Setiap tanah memiliki kandungan yang berbeda-beda,

tergantung dari jenis tanahnya. Komponen tanah terdiri dari fase padat (organik

dan anorganik) dan fase non padat ( gas/ udara dan air).

Seorang ahli tanah menganggap tanah sebagai tubuh alam yang berdimensi

dalam dan luas. Ia juga memandang tanah sebagai hasil kerja gaya-gaya

pembangunan dan penghancur. Pelapukan bahan organic merupakan kejadian

destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru sepetii liat, dan perkembangan

suatu horizon merupakan kejadian sintetik.(Goeswono soepardi, 1983).

Adapun penyiapan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat

kebenaran hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara

pengambilan contoh tanah, yaitu:

1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample): digunakan untuk penetapan berat

jenis isi (bulk density), berat jenis partikel (particle density), porositas tanah,

kurva pF dan permeabilitas tanah.


2. Contoh tanah tidak utuh / terganggu (disturbed soil sample): digunakan untuk

penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensial, warna tanah dan analisis

kimia tanah.
3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat): digunakan untuk

penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan mengkerut yang

dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier Extensibility).

1
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan

sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik

tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat

fisik tanah di lapangan.

Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat

volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah,

permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk

ruang pori total (RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air

tanah optimum untuk pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau

pengerutan tanah (COLE = coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser

tanah.

B. Tujuan

Menyiapkan contoh tanah kering angin/ udara dengan diameter 2 mm dan

contoh tanah halus (diameter 0,5 mm) yang digunakan untuk acara penetapan

kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra.

II.TINJAUAN PUSTAKA

2
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,

yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan

dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat

tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad

hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu

bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan

sifat-sifat yang dimiliki (Hardjowigeno, 1987).

Pengambilan contoh adalah suatu aktivitas pengumpulan sebagian volume

tanah yang mewakili suatu wilayah tersebut secara keseluruhan. Pengambilan

contoh tanah harus didahului dengan perencanaan sesuai dengan tujuan

pengambilan contoh dan tingkat ketelitian data yang diinginkan. Pengambilan

contoh tanah dapat dilakukan dengan cara sistematis, random/acak, komposit,

bebas , tergantung pada tujuan dan sasaran yang diinginkan (Saraswati ,dkk.

2007).

Seorang ahli tanah menganggap tanah sebagai tubuh alam yang berdimensi

dalam dan luas. Ia juga memandang tanah sebagai hasil kerja gaya-gaya

pembangunan dan penghancur. Pelapukan bahan organic merupakan kejadian

3
destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru sepetii liat, dan perkembangan

suatu horizon merupakan kejadian sintetik (Goeswono soepardi, 1983).

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah

tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai

kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka

berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1,

pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas. Untuk memperoleh contoh tanah

yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti keadaan lapangan (tidak

terganggu), maka perbandingan antara luas permukaan tabung logam bagian luar

(tebal tabung) dan luas permukaan tabung bagian dalam tidak lebih dari 0,1

(Hammond, dkk, 2010).

Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed

soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan

cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh

tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah,

perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain (Cameroon, 2011).

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifatsifat kimia

tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan,

karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat

dikemas menggunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label

yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman

tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong plastik. Jika label

dimasukkan ke dalam kantong plastik bersamaan dengan dimasukkannya contoh

4
tanah, maka label dalam ini perlu dibungkus dengan kantong plastik kecil, agar

informasi yang telah tercatat tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air

tanah (Jury, 2012).

Pengambilan contoh tanah terganggu(disturbed), contoh tanah yang diambil

dengan cara ini digunakan untuk analisis kimia tanah, seperti pH dan C organic.

Contoh tanah yang dianalisis merupakan campuran dari sub contoh tanah yang

diambil dari berbagai titik contoh yang berbeda. (munir,1995).

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami

yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis

indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada

kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang terbuat

dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh

tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan

tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau

kardus yang kokoh. Untuk analisis IKA dibutuhkan 2 kg contoh tanah (Warrick,

2012).

III. METODE PRAKTIKUM

5
A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mortir dan penumbuknya,

saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm), tambir untuk peranginan, kantong plastik, dan

spidol untuk menulis label.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah terganggu

yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan selama kurang lebih satu

minggu.

B. Prosedur Kerja

1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati.

2. Kemudian tanah diayak dengan saringan berturut-turut dari yang diameter 2

mm, 1 mm, dan 0,5 mm.

3. Contoh tanah yang tertampung pada saringan 1 mm merupakan contoh tanah

yang berdiameter 2 mm.

4. Contoh tanah yang lolos dari saringan 0,5 mm merupakan contoh tanah halus.

5. Contoh tanah dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi label sebagai

keterangan.

IV. PEMBAHASAN

6
Tanah merupakan benda alam yang memiliki sifat beragam. Setiap tempat

terkadang memiliki tanah dengan sifat yang berbeda dengan tempat lainnya.

Seperti sudah dibahas sebelumnya, perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh

banyak faktor, di antaranya yaitu bahan induk dan proses alam yang terjadi pada

bahan induk tersebut. Tanah memiliki banyak fungsi. Secara umum, tanah dilihat

sebagai alat produksi dalam bidang pertanian. Karena salah satu fungsi tanah

adalah sebagai tempat atau media tumbuh bagi tanaman. Karena itu, sifat-sifat

tanah baik sifat fisika, kimia maupun biologi sangat menentukan produktivitas

tanaman pertanian.

Jika diperhatikan lebih jauh, peran tanah sebagai media tumbuh bagi

tanaman pertanian di antaranya yaitu sebagai berikut.

Tanah berperan sebagai tempat berdirinya tanaman.

Tanah berperan sebagai media yang menyediakan air dan unsur-unsur hara

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tanah juga berperan sebagai penyedia udara yang dibutuhkan oleh akar

dalam membantu pertumbuhan pohon.

Selain sebagai media tumbuh tanaman, tanah juga berfungsi sebagai tempat

hidup bagi makhluk hidup yang lain. Bagi manusia tanah sangat besar artinya.

Tanah sebagai tubuh Bumi merupakan tempat tinggal dan tempat beraktivitas bagi

manusia. Pada akhirnya tanah juga menjadi tempat manusia dikuburkan setelah

meninggal dunia. Selain itu, tanah juga dimanfaatkan dan diolah oleh manusia

7
untuk kesejahteraan hidupnya. Misalnya untuk usaha budidaya pertanian yaitu

menanami tanah dengan berbagai jenis tanaman yang dapat bermanfaat bagi

manusia. Selain itu, tanah juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan

berbagai bahan bangunan dan industri kerajinan seperti batu bata, genteng,

tembikar, dan lain sebagainya.

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui. Sebagai sumber daya alam, tanah merupakan objek yang

dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

berbagai studi, terutama Ilmu Tanah, peran tanah sebagai media tumbuhnya

tumbuhan banyak dikaji.

Sebagai sumber daya alam, tanah berperan penting sebagai sarana untuk

mengembangkan usaha budidaya pertanian. Zaman dahulu, saat belum mengenal

teknik budidaya atau usaha bercocok tanam, manusia mendapatkan bahan

makanan untuk kebutuhan sehari-harinya dengan mengumpulkan berbagai jenis

bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan berburu binatang di hutan serta

menangkap ikan di sungai.

Sejak manusia mulai mengenal dunia bercocok tanam, tanah sudah

dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan usaha budidaya pertanian.

Berbagai teknologi sudah dikembangkan untuk memanfaatkan tanah sebagai

media usaha budidaya pertanian, mulai dari teknologi budidaya pertanian

sederhana yang sudah dikembangkan oleh manusia semenjak sistem ladang

berpindah, hingga teknologi budidaya modern yang banyak dikembangkan

8
dewasa ini. Berbagai inovasi teknologi pertanian terus bermunculan. Semua

diupayakan untuk mendapatkan hasil pertanian dengan produktivitas yang tinggi.

Kemudian kita mengenal istilah pertanian konvensional dan pertanian

organik. Dua sistem budidaya inilah yang banyak digunakan dalam skala luas dan

memanfaatkan tanah/badan Bumi dalam jumlah besar. Perubahan sistem budidaya

dan intensitas penggunaan sebuah lahan (tanah) sebagai media tanam akan

berpengaruh terhadap kondisi tanah tersebut, terutama tingkat kesuburan tanah

untuk digunakan pada usaha budidaya selanjutnya.

Penggunaan lahan atau eksploitasi tanah sebagai media tanam pada usaha

budidaya pertanian, khususnya yang menggunakan teknik budidaya pertanian

konvensional, telah banyak mengubah sifat-sifat tanah, baik secara fisik, biologi

maupun kimia. Hal inilah yang kemudian mendorong ahli-ahli tanah dan ahli-ahli

pertanian untuk terus mengkaji dan menghasilkan teknologi-teknologi pertanian

yang ramah lingkungan serta dapat memperbaiki dan mempertahankan sifat-sifat

fisik, kimia dan biologi tanah agar tetap mampu berperan sebagai media tanam

yang baik bagi tanaman budidaya.

Adapun penyiapan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat

kebenaran hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara

pengambilan contoh tanah, yaitu:

9
1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample): digunakan untuk penetapan

berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel (particle density), porositas tanah,

kurva pF dan permeabilitas tanah.

2. Contoh tanah tidak utuh / terganggu (disturbed soil sample): digunakan

untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensial, warna tanah dan

analisis kimia tanah.

3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat): digunakan

untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan mengkerut yang

dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier Extensibility).

Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah

tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai

kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka

berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1,

pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas. Untuk memperoleh contoh tanah

yang baik dan tanah di dalam tabung tetap seperti keadaan lapangan (tidak

terganggu), maka perbandingan antara luas permukaan tabung logam bagian luar

(tebal tabung) dan luas permukaan tabung bagian dalam tidak lebih dari 0,1

(Hammond, dkk, 2010).

Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed

soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan

cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh

10
tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah,

perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain (Cameroon, 2011).

Contoh tanah terganggu dapat juga digunakan untuk analisis sifat-sifat kimia

tanah. Kondisi contoh tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan,

karena sudah terganggu sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat

dikemas menggunakan kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label

yang berisikan informasi tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman

tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong plastik. Jika label

dimasukkan ke dalam kantong plastik bersamaan dengan dimasukkannya contoh

tanah, maka label dalam ini perlu dibungkus dengan kantong plastik kecil, agar

informasi yang telah tercatat tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air

tanah (Jury, 2012).

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami

yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis

indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada

kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang terbuat

dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh

tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan

tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau

kardus yang kokoh. Untuk analisis IKA dibutuhkan 2 kg contoh tanah (Warrick,

2012).

11
Entisol merupakan jenis tanah yang baru saja mulai terbentuk dengan

tingkat perkembangan profil tanah awal atau termasuk dalam jenis tanah muda.

Ketersediaan unsur hara sangat di tentukan oleh jenis bahan induk, tetapi pada

umumnya rendah karena sebagian unsur hara masih terikat dalam bentuk mineral.

Penggunaan Entisol untuk lahan pertanian, seperti perkebunan tebu (Saccharum

officinarum), akan semakin menguras ketersediaan unsur hara dan bahan organik.

tanah jika pengelolaan lahan tidak memperhatikan tehnik-tehnik konservasi. Hal

ini menyebabkan penurunan kualitas tanah.

Sifat fisika dan kimia tanah Entisol pada kedua jenis penggunaan lahan,

digunakan sebagai indikator menetapkan fungsi-fungsi tanah dalam menentukan

Indeks Kualitas Tanah. Tanah dapat berfungsi dengan baik dalam menopang

kehidupan organisme yang hidup di dalam dan di atasnya, menunjukkan kualitas

tanah yang baik.

Entisol merupakan tanah belum berkembang dan banyak dijumpai pada

tanah dengan bahan induk beragam (Munir, 1996). Pada tanah yang belum

berkembang atau baru mulai berkembang, unsur hara masih terikat bahan induk

dan belum tersedia bagi tanaman. Dari nilai IKT menunjukkan bahwa kualitas

tanah Entisol pada hutan lebih tinggi dari lahan pertanian. Semakin tinggi kualitas

tanah menunjukkan tingkat kesuburan tanah semakin baik.

Tanah entisol merupakan tanah yang masih sangat muda, yaitu baru dalam

proses tingkat permulaan dalam perkembangannya, (Kata Ent berarti recent atau

12
baru). Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison

pedogenik yang nyata.

Entisol terjadi di bagian lapisan atmosfer di daerah dengan bahan induk dari

pengendapan matrial baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau

pengendapan lebih cepat daripada laju perkembangan tanah. Seperti lereng curam,

dataran banjir dan dunes. Kriteria utama ordo entisol adalah tidak-adanya

organisasi material tanah. Tanah-tanah ini menunjukkan sedikit (tidak-ada)

perkembangan struktur atau horison dan menyerupai material dalam timbunan

pasir segar.

Ciri-ciri tanah entisol :

1. Tanah yang baru berkembang

2. Belum ada perkembangan horison tanah

3. Meliputi tanah-tanah yang berada diatas batuan induk

4. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru

Tanah entisol mencakup kelompok tanah alluvial, tanah regosol dan tanah

litosol. Ditemukan pada beragam kondisi lingkungan. Entisol meliputi sekitar

16% permukaan lahan di bumi yang bebas es. Entisol mempunyai kadar lempung

dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah

sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah

melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Banyak entisol teksturnya

13
berpasir dan sangat dangkal (tipis). Tanah entisol banyak terdapat di daerah

alluvial atau endapan sungai dan endapan rawa-rawa pantai, oleh sebab itu tanah

ini sering disebut tanah alluvial.

1. Ciri Umum tanah Entisol

Ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang

nyata. Jenis jenis tanah pada Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari

asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar berkadar

bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur

halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan kemungkinan

oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan

alamiah dari sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah

ini kaya akan unsur hara kecuali N akan tetapi unsur ini belum mengalami

pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik,

pupuk kandang dan pupuk hijau.

2. Karakteristik Tanah Entisol

Sifat dan karakteristik Tanah entisol yaitu cenderung memiliki tekstur yang

kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah teroksidasi

dengan udara, kelembapan dan pH nya tanah entisol selalu berubah, hal ini

dikarenakan tanah entisol selalu basah dan rendah, ini disebabkan tanah entisol

selalu basah dan terendam dalam cekungan. Dan karena tanah entisol memiliki

kadar asam yang sangat tinggi atau sangat rendah. Jadi kadar asamnya kurang

14
baik untuk ditanami. Akan tetapi kalau dilakaukan pemupukan dengan baik dan

suplai air dikendalikan, beberapa Entisol pun dapat dipakai untuk pertanian

pembatasnya adalah solum yang tipis, tekstur liat, atau neraca lengas-tanah yang

defisit mengenai jenis jenis air.

Untuk pengelolaan Tanah entisol dapat digunakan apabila dikembangkan

metode baru :

Sistem drainase untuk mengairi tanah ketika kadar asamnya mulai rendah,

juga dapat ditambah dengan pemupukan dengan hasil yang optimal agar tidak

menjadi penyebab tanah tandus.

Dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman penutup tanah seperti

rumput atau alang-alang, pembuatan terasering pada lereng miring agar tidak

mudah tererosi.

Pemberian mulsa (plastic atau organic) dan bendengan untuk mengurangi

penguapan.

Pada tanah entisol tidak terdapat hewan-hewan seperti cacing, karena

keadaanya yang kurang subur, dan komposisi mineralnya adalah terdapatnya

mineral kuarsa dan oksida besi.

Dikarenakan entisol merupakan salah satu jenis tanah yang kandungan

bahan organik rendah dan teksturnya didominasi oleh pasir. Tanah dengan

karakter tersebut umumnya mempunyai permasalahan dalam penyedian unsur

15
hara bagi tanaman khususnya unsur nitrogen karena pencucian. Upaya

pengelolaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nitrogen dalam tanah yaitu

dengan pemberian pupuk anorganik (urea dan ZA) dan pemberian pupuk organik

misalnya pupuk cair dari air kelapa dan kotoran ayam.

3. Pemanfaatan Tanah Entisol

Di Indonesia tanah Entisol banyak diusahakan untuk areal persawahan baik

sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini

mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi

tanah dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah yang berasal dari abu

vulkan ini kaya akan hara tetapi belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila

terdapat cukup aktivitas bahan organik sebagai penyedia asam-asam organic.

Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi seperti di

Karawang, Indramayu dan Delta Brantas. Palawija, tebu di Surabaya. Entisol yang

berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi

berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. (baca : ciri ciri tanah subur dan

tidak subur)

Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai,

misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Karawang.

Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian tanah ini

tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus sudah

terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik. Banyak

tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah endapan

16
sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di daerah-

daerah Aluvial ini.

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai

berikut:

Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia

berjalan sangat lambat

Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih

banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat

dilereng-lereng curam (baca : cara mencegah erosi tanah)

Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih

lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar

sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai

Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi

bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain

Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan aerasi

yang baik. Untuk kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan juga hara

tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis tanah ini sebaiknya perlu

memperkaya bahan organiknya, sedangkan untuk memperbaiki struktur tanah

yang porous dan juga sebagai sumber hara N. Disamping itu juga meminimalkan

kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.

17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Seorang ahli tanah menganggap tanah sebagai tubuh alam yang berdimensi

dalam dan luas.

2. Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang

tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan

hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat

tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk,

jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.

3. Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium.

18
4. Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian

tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu dengan sifat-

sifat yang dimiliki.

5. Pengambilan contoh adalah suatu aktivitas pengumpulan sebagian volume

tanah yang mewakili suatu wilayah tersebut secara keseluruhan.

6. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan cara sistematis,

random/acak, komposit, bebas , tergantung pada tujuan dan sasaran yang

diinginkan.

7. Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah

tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir

menyamai kondisi di lapangan.

8. Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed

soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan

cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg.

9. Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang
kokoh dan tidak mudah pecah.

B. Saran

Keterbatasan alat dan bahan pada saat praktikum membuat praktikan harus

berkelompok dalam pelaksanaan praktikum. Ini yang harus dimanfaatkan oleh

semua praktikan agar mereka aktif secara individu pada saat pelaksanaan

19
praktikum. Sehingga nantinya semua praktikan dapat memahami proses

praktikum secara keseluruhan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cameron, D. R., M. Nyborg, J. A. Toogood, and D. H. Laverty. 2011. Accuracy of

field sampling for soil tests. Can. J. Soil.Sci. 51: 165-175.

Hakim.N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung :

Lampung.

Hammond, L. C., W. L. Prichett, and V. Chew. 2010. Soil sampling in relation to

soil heterogeneity. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 22: 548-552.

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa : Jakarta

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta.

Jury, W. A., G. Sposito, and R. E. White. 2012. A transfer function model of solute

transport through soil. I. Fundamental conceps. Water Resources Research.

22: 243-247.

Munir, Moch. 1995.Tanah Tanah Utama Indonesia. Bumi Rafflesia : Gajah Mada

20
University Press

Saraswati, Rasti, dkk.2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian

dan Pengembangnan Sumberdaya Lahan Pertanian : Bogor

Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah . IPB : Bogor

Warrick, A. W., and D. R. Nielson. 1980. Spatial variability for soil physical

properties in the field. p. 319-344. In D. Hillel (Ed.). Application of Soil

Physics. Academic Press : Toronto.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun

dalam hori-son-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air

dan udara serta merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.


Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan

mengalir pada permukaan tanah. Jadi tidak hanya berperan sebagai media

21
pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur air. Analisis tanah

membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah.

Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda bergantung pada

proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis).

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan

hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media

gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,

hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi,

garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan

juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman

memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.

Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan

gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi:

1. Air higroskopis

Air higroskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat

sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan

selput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks

tanah ditahan pada tegangan antara 31 10.000 atm (pF 4,0 4,7).

2. Air kapiler

22
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan

adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping

atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati piro mikro dan dinding

pori mikro, ditahan pada tegangan antara 1/3 15 atm (pF 2,54 4,20).
Air kapiler dibedakan menjadi: a) Kapasitas lapang yaitu air yang dapat

ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang

terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48

jam sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang,

tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman, karena pori makro berisi

udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas

lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54. b) Titik layu

permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman

tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan

tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm

atau pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai Koefisien Layu Tanaman.
3. Air gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena

mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah

hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah

menjadi masam dan miskin hara.

B. Tujuan

Menetapkan kadar air tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air

maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan

massa dengan padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

23
II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel

tanaman dan mikroba terdiri dari air. Air yang diserap tanaman disamping

berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada

hampir seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan

melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah

sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi. (Kemas, 2005)

Air dalam tanah menurut jumlah dan keadaanya dibagi kedalam tiga

keadaan yaitu;

- Air adhesi

- Air higroskopis

- Air kapiler

Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga-rongga

yang terdapat dalam butir-butir tanah atau di dalam agregat tanah, yaitu

24
merupakan larutan dan berbagai senyawa dan garam yang biasa larut dalam tanah

(Henry,Foth, 1994)

Cara biasa untuk menyatakan jumlah air dalam tanah adalah dalam persen

terhadap tanah kering. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu

persentase volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air tanah

dapat digolongkan ke dalam: (1) gravimetri, (2) tegangan dan hisapan, (3)

hambatan listrik (blok tahanan), dan (4) pembaruan neutron (neutron scattering).

(Hakim, dkk, 1986)

Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung

terhadap pertumbuhan tanaman dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya.

Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran

pembedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak langsung

melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air tanah

(Gardner, 1986).

Metode gravimetri merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang

sangat tinggi. Namun metode ini harus dilakukan di laboratorium sehingga

penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk mendapatkan

satu nilai kadar air tanah (Hermawan, 2014).

Bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan

potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :

25
a) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori

tanah terisi oleh air.

b) Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori

tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih

besar dari gaya gravitasi.

c) Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang

ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk

aktivitas, dan mempertahankan turgornya.

d) Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat

kuat oleh gaya matrik tanah. (Hanafiah, 2007)

Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan

kandungan air pada tanaman lapang (Pf 2,53) dikurangi dengan persentase

keadaan tanah padaa titik layu permanen (Pf 4,2). Dalam hal ini nilai-nilainya

sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi

mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai

teksttur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang

tadi (Hanifah, 2004).

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.

Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada

tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir

umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau

26
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya

curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya

evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),

tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau

kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,

2010).

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga

bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang

dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik

layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan

pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik

layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).

27
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah botol timbang, oven,

timbangan analitis, keranjang stainless, kertas label, spidol, tang penjepit,

eksikator, pipet ukur 2 mm, cawan tembaga porus, cawan petridis, bejana seng,

bak perendam, botol semprot, colet, dan kertas saring.

Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari contoh tanah kering angin

berdiameter 2 mm dan 0,5 mm, dan aquades.

B. Prosedur Kerja

1. Kadar air tanah kering angin (udara)

a. botol timbang dan penutupnya dibersihkan lalu diberi label kemudian

ditimbang (a gram)
b. kemudian botol timbang diisi dengan contoh tanah kering 2mm, kurana lebih

setengah botol timbang, ditutup lalu ditimbang (b gram)


c. botol timbang yang berisi dimasukkan ke dalam oven dengan tutup terbuka.

Pengovenan dilakukan dengan suhu 105C selama minimal 4 jam


d. setelah pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan

menggunakan tang penjepit

28
e. kemudian botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan

menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15

menit
f. setelah 15 menit, botol timbang diambil satu persatu dengan tang penjepit,

kemudian ditimbang dengan timbangan yang sama (c gram)


g. kemudian data pengamatan dimasukkan dalam tabel, lalu dihitung kadar air

tanah kering anginnya dengan rumus

2. Kadar air kapasitas lapang ( metode pendekatan )

a. keranjang kuningan diberi label lalu ditimbang (a gram)


b. keranjang tanahh yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bejana seng
c. setelah itu keranjang kuningan tersebut diisi dengan contoh tanah kering udara

yang berdiamter 2 mm setinggi 2.5 cm (sampaintanda batas) secara merata

tanpa ditekan
d. kemudian diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-

lahan pada titik tanpa bersinggungan (1 titik=0.67 ml), kemudian bejana seng

ditutup dan diletakan di tempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit
e. setelah itu, keranjang kuningn dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan

hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab lalu di timbang (b gram)


f. data hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel, lalu kapasitas lapang

dihitung dengan rumus

3. Kadar air maksimum tanah

a. cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan lalu diberi label secukupnya

29
b. pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring lalu dijenuhi air dengan

menggunakan botol semprot, krlebihan air dapat dibersihkan dengan serbet

(lap), kemudian dimasukkan ke dalam petridis lalu ditimbang (a gram)


c. cawan tembaga poros dikeluarkan dari petridis, kemudian diisi dengan contoh

tanah halus (diameter 0.5 mm) kurang lebih 1/3-nya, cawan diketuk ketuk

sampai permukaan tanahnya rata, kemudian contoh tanah halus dimasukkan

lagi 1/3-nya dengan cara yang sama sampai cawan tembaga porus penuh

dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet.


d. cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu bambu

di bawahnya agar air bebas masuk ke dalam cawan tembaga porus.

Perendaman dilakukan selama 12 jam


e. setelah perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam,

permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet kemudian

dibersihkan dengan serbet (lap, lalu cawan dimasukkan ke dalam petridis yang

digunakan pada saat penimbangan pertama, kemudian ditimbang (b gram)


f. setelah itu, cawan dimasukkan ke dalam oven selama 12 jam dengan suhu

105C
g. setelah pengovenan selesai, cawan diangakat dengan tang penjepit dan

dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan

tang penjepit kemudian ditimbang (c gram)


h. tanah yang ada di cawan tembaga porus dibuang lalu dibersihkan dengan kuas,

dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang


i. data hasil pengamatan dicatat, lalu kadar air maksimun tanah dihitung.

30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Tabel 1.1 tanah kering udara

kadar air tanah


ULANGA Botol Timbang (a)+ Contoh (b) setelah
kering
N Kosong (a gr) tanah (b gr) dioven (c.g)
udara(%)
ka 1 27,58 gr 35,58 gr 34,93 gr 8,84 %

31
ka 2 22,49 gr 29,78 gr 29,24 gr 8%
Rata Rata 8,24%

Ada pun perhitungan penetapan kadar air pada tanah kering udara menggunakan
rumus sebagai berikut :
Penghitungan
Kadar Air Tanah Kering Udara

b1 c1 100 %
c1 a1
a. Ka1 =
(35,5834,93)
= (34,9327,58) 100

0,65
100
= 7,35

=8,84%

b2 c 2 100%
c2 a2
b. Ka2 =
( 29,7829,24 )
= (29,2422,49) x 100

0,54
x 100
= 6,75

=8%
Ka 1+ Ka2 8,84 +8 16,42
= = =8,42
c. Ka rata-rata = 2 2 2

Tabel 1.2 kapasitas lapang

32
Keranjang stainless (a)+ gumpalan tanah Kadar air kapasitas
No Ulangan
kosong (a gr) basah (b gr) lapang ( %)
1 KL 1 72.39 93,54 18,86 %
2 KL 2 76,86 89,22 27,72 %
Rata rata 23,29 %

Ada pun perhitungan penetapan kadar air pada tanah kapasitas lapang
menggunakan rumus sebagai berikut :
Perhitungan :

Kadar Air Kapasitas Lapang


2
b1 (a1 2) 100% ka1
a. KL1 =
2
100 + 8,42
= 93,54 (72,39+ 2 )

2
100 + 8,42
= 93,54 (74,39 )

2
100 + 8,42
= 19,5

= 10,44 + 8,42
= 18,86 %

2
b2 (a 2 2) 100% ka1
b. KL2 =
2
100 +8,42
= 89,22( 76,86+2 )

2
100 +8,42
= 89,22( 78,86 )

33
2
100 + 8,42
= 10,36

= 19,3 + 8,42
= 27,72 %

KL 1+ KL 2 18,86 +27,72
= =23,29
c. KL rata-rata = 2 2

Tabel 1.3 kadar air maksimum

Cawan + Petridish + Kadar air


(a) tanah
kertas saring (b) setelah cawan + kertas maksimum
basah
Ulangan jenuh + dioven 24 saring setelah ( %)
jenuh air (b
petridish (a jam (c gr ) dioven ( d gr )
gr)
gr )
KAM 1 72,36 118,14 98,02 71,85 74,93%

KAM 2 92,16 162,34 131,29 89,76 68,98%

Rata rata 71,95%

Ada pun perhitungan penetapan kadar air maksimum menggunakan rumus


sebagai berikut:

34
a. KAM 1 = (b - a) - (c - d ) x 100%
(c - d)
= (118,14-72,36) - (98,0271,85) x 100%
(98,02-71,85)
= 45,78 26,17 x 100%
26,17
= 19,61 x 100%
26,17
= 74,93 %

b. KAM 2 = (b - a) - (c - d ) x 100%
(c - d)
= (162,34-92,16) - (131,2989,76) x 100%
(131,29-89,76)
= 70,18 41,53 x 100%
41,53
= 28,65 x 100%
41,53
= 68,98 %

KAM 1+ KAM 2 74,92 +68,98 143,9


= = =71,95
c. KAM rata-rata = 2 2 2

B. Pembahasan

Mengamati kadar air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah

penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air pada tanaman atau

pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan air

(Poewidodo, 1991).

35
Fungsi dari pengovenan dilakukan yakni untuk menghilangkan kadar air

bebas yang berada dari bahan tersebut. Dimana air bebas dapat memicu

pertumbuhan mikroorganisme. Dengan menghilangkan kadar air bebas suatu

bahan diharapkan bahan tersebut dapat bertahan lama dan tentunya lebih awet

lagi.

Peletakkan cawan porus dan botol timbang ke dalam eksikator dalam

penetapan kadar air adalah untuk mendinginkan bahan atau alat gelas setelah

dipanaskan dan akan ditimbang, dan untuk mengeringkan bahan atau menyimpan

zat atau bahan yang terdapat di dalam cawan porus dan botol timbang harus

diliindungi terhadap pengaruh kelembapan udara dengan diletakkan di dalam

eksikator.

Ada 3 unsur pembentuk tanah, yaitu pasir (sand), debu (silt), dan lempung /

liat (clay). Setiap tanah terbentuk dari campuran 3 unsur ini (tidak mutlak,

minimal ada salah satu), unsur pembentuk yang dominan akan menentukan daya

serap air. Daya serap air (permeabilitas -> istilah dalam geografi) berurut dari

yang terkuat hingga yang terlemah adalah: pasir, debu, liat. Jika unsur pembentuk

tanah dominan pasir, maka daya serap airnya tinggi. Hal ini disebabkan karena

tekstur (ukuran butiran) pasir lebih besar dari 2 unsur pembentuk lainnya,

sehingga terbentuk banyak rongga di antara partikel-partikelnya. Sebaliknya, daya

serap liat rendah. Hal ini disebabkan karena teksturnya kecil sehingga partikel

tersusun rapat dan hanya menyisakan sedikit rongga untuk air masuk.

36
Tanah Vertisol memiliki persen pasir yang lebih dominan yaitu sebesar 57%

dan diikuti oleh persen liat sebesar 38% dan persen debu 5%. Dari jumlah persen

pasir, debu, dan liat, tanah Vertisol memiliki kelas tekstur liat berpasir (Suwardji

dkk., 2006). Tanah Entisol memiliki 66,5% fraksi pasir, 6,5% fraksi debu dan 27%

fraksi liat. Tanah ini termasuk dalam kelas lempung liat berpasir yang hampir

sama dengan lempung berliat hanya sedikit lebih kasar karena dominan fraksi

pasir. Pada tanah dengan dominan pasir memiliki ruang pori makro yang lebih

banyak dibandingkan pori mikro sehingga jumlah air yang diikat lebih sedikit. Hal

ini disebabkan oleh daya ikat antar partikel tanah lemah. Tanah Alfisol memiliki

69,5% fraksi pasir, 2,5% fraksi debu dan 28% fraksi pasir. Tanah ini tergolong

dalam kelas tekstur lempung liat berpasir. Alfiso memiliki kandungan fraksi pasir

yang paling tinggi (Suwardji, 2006cit. Novrizal dan Suwardji, 2012).


Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya.

Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai

tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986 cit. Prasetyo

dan Suriadikarta, 2006), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit,

dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus

(Subardja 1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005 cit.

Prasetyo dan Suriadikarta, 2012). Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang

hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isaet al. 2004;

Prasetyo et al. 2005 cit. Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Komposisi mineral

pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol. Bahan induk yang

didominasi mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan granit dan batu pasir,

cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk yang kaya akan mineral

37
mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu kapur cenderung

menghasilkan tanah dengan tekstur yang halus (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan

adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping

atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati piro mikro dan dinding

pori mikro, ditahan pada tegangan antara 1/3 15 atm (pF 2,54 4,20).
Air kapiler dibedakan menjadi: a) Kapasitas lapang yaitu air yang dapat

ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang

terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48

jam sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang,

tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman, karena pori makro berisi

udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas

lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54. b) Titik layu

permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman

tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan

tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm

atau pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai Koefisien Layu Tanaman.
Pada praktikum kali ini pada pengamatan kadar air tanah kering angin pada

ulangan I botol timbang dalam keadaan kosong (a gr) saat ditimbang

mendapatkan hasil sebesar 27,58 gr, kemudian setelah itu (a) + contoh tanah (b gr)

ditimbang kembali mendapatkan hasil sebesar 35,58 gr, kemudian (b) setelah di

oven (c gr) saat ditimbang kembali didapatkan hasil sebesar 34,93 gr, hingga

didapatkan kadar air tanah kering udara (%) sebesar 8,84 %.


Pengamatan kadar air tanah kering angin pada ulangan II botol timbang

dalam keadaan kosong (a gr) saat ditimbang mendapatkan hasil sebesar 22,49 gr,

38
kemudian setelah itu (a) + contoh tanah (b gr) ditimbang kembali mendapatkan

hasil sebesar 29,78 gr, kemudian (b) setelah di oven (c gr) saat ditimbang kembali

didapatkan hasil sebesar 29,24 gr, kemudian hingga didapatkan kadar air tanah

kering udara (%) sebesar 8 %.

Dari hasil kedua ulangan pada pengamatan kadar air tanah kering angin

tersebut didapatkan kadar air tanah kering angin rata-rata sebesar 8,42 %. Ada pun

perhitungan penetapan kadar air pada tanah kering udara menggunakan rumus

sebagai berikut :

Penghitungan

Kadar Air Tanah Kering Udara

b1 c1 100 %
c1 a1
a. Ka1 =

(35,5834,93)
= (34,9327,58) 100

0,65
100
= 7,35

=8,84%

b2 c 2 100%
c2 a2
b. Ka2 =

39
( 29,7829,24 )
= (29,2422,49) x 100

0,54
x 100
= 6,75

= 8%

Ka 1+ Ka2 8,84 +8 16,42


= = =8,42
c. Ka rata-rata = 2 2 2

Selanjutnya pada pengamatan kadar air kapasitas lapang pada ulangan I

keranjang stainless kosong dalam keadaan kosong saat (a gr) ditimbang

mendapatkan hasil sebesar 72,39 gr, kemudian setelah itu (a) + gumpalan tanah

basah (b gr) ditimbang kembali mendapatkan hasil sebesar 93,54 gr, kemudian

hingga didapatkan kadar air kapasitas lapang (%) sebesar 18,86 %.


Pengamatan kadar air kapasitas lapang pada ulangan II keranjang stainless

dalam keadaan kosong (a gr) saat ditimbang mendapatkan hasil sebesar 76,86 gr,

kemudian setelah itu (a) + gumpalan tanah basah (b gr) ditimbang kembali

mendapatkan hasil sebesar 89,22 gr, kemudian hingga didapatkan kadar air

kapasitas lapang (%) sebesar 27,72 %.

Dari hasil kedua ulangan pada pengamatan kadar air kapasitas lapang

tersebut didapatkan kadar air kapasitas lapang rata-rata sebesar 23,29 %. Ada pun

perhitungan penetapan kadar air pada tanah kapasitas lapang menggunakan rumus

sebagai berikut :

40
Perhitungan :

Kadar Air Kapasitas Lapang

2
b1 (a1 2) 100% ka1
a. KL1 =

2
100 + 8,42
= 93,54 (72,39+ 2 )

2
100 + 8,42
= 93,54 (74,39 )

2
100 + 8,42
= 19,5

= 10,44 + 8,42

= 18,86 %

2
b2 ( a 2 2) 100% ka1
b. KL2 =

2
100 +8,42
= 89,22( 76,86+2 )

2
100 +8,42
= 89,22( 78,86 )

2
100 + 8,42
= 10,36

= 19,3 + 8,42

41
= 27,72 %

KL 1+ KL 2 18,86 +27,72
= =23,29
c. KL rata-rata = 2 2

Selanjutnya pada pengamatan kadar air maksimum pada ulangan I cawan +

kertas saring jenuh + petridish dalam keadaan kosong (a gr) saat ditimbang

mendapatkan hasil sebesar 72,36 gr, kemudian setelah itu (a) + tanah basah jenuh

air (b gr) ditimbang kembali mendapatkan hasil sebesar 118,14 gr, kemudian (b)

setelah di oven 24 jam (c gr) saat ditimbang kembali didapatkan hasil sebesar

98,02 gr, kemudian petridish + cawan + kertas saring setelah di oven (d gr) saat

ditimbang kembali didapatkan hasil sebesar 71,58 gr, kemudian hingga

didapatkan kadar air maksimum (%) sebesar 74,93 %.


Pengamatan kadar air maksimum pada ulangan II cawan + kertas saring

jenuh + petridish dalam keadaan kosong (a gr) saat ditimbang mendapatkan hasil

sebesar 92,16 gr, kemudian setelah itu (a) + tanah basah jenuh air (b gr) ditimbang

kembali mendapatkan hasil sebesar 162,34 gr, kemudian (b) setelah di oven 24

jam (c gr) saat ditimbang kembali didapatkan hasil sebesar 131,29 gr, kemudian

petridish + cawan + kertas saring setelah di oven (d gr) saat ditimbang kembali

didapatkan hasil sebesar 89,76 gr, kemudian hingga didapatkan kadar air

maksimum (%) sebesar 68,98 %.

Dari hasil kedua ulangan pada pengamatan kadar air tersebut didapatkan

kadar air maksimum rata-rata sebesar 71,95 %. Ada pun perhitungan penetapan

kadar air maksimum menggunakan rumus sebagai berikut :

42
Penghitungan

a. KAM 1 = (b - a) - (c - d ) x 100%

(c - d)

= (118,14-72,36) - (98,0271,85) x 100%

(98,02-71,85)

= 45,78 26,17 x 100%

26,17

= 19,61 x 100%

26,17

= 74,93 %

b. KAM 2 = (b - a) - (c - d ) x 100%

(c - d)

= (162,34-92,16) - (131,2989,76) x 100%

(131,29-89,76)

= 70,18 41,53 x 100%

41,53

= 28,65 x 100%

41,53

= 68,98 %

43
KAM 1+ KAM 2 74,92 +68,98 143,9
= = =71,95
c. KAM rata-rata = 2 2 2

Jika dibandingkan dengan literatur hasil ini didapatkan dari hasil

pengamatan yang dimana menghasilkan sebuah data yang dapat dihitung dengan

rumus yang tersedia. Seperti halnya menurut (Hakim, dkk, 1986) Kadar air tanah

dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume

tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran

tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan

kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam

oven pada suhu 1000 C 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena

pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air

irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat

dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui

tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya

akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air

tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak

berpengaruh terhadap penggerakan horizontal.

44
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Air dalam tanah menurut jumlah dan keadaanya dibagi kedalam tiga keadaan

yaitu; air adhesi, air higroskopis dan air kapiler..


2. Cara biasa untuk menyatakan jumlah air dalam tanah adalah dalam persen

terhadap tanah kering.


3. Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan

kandungan air pada tanaman lapang (Pf 2,53) dikurangi dengan persentase

keadaan tanah padaa titik layu permanen (Pf 4,2).


4. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
5. Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu.


6. Air merupakan komponen utama tubuh tanaman, bahkan hampir 90% sel-sel
tanaman dan mikroba terdiri dari air.

B. Saran

Keterbatasan alat dan bahan pada saat praktikum membuat praktikan

harusberkelompok dalam pelaksanaan praktikum. Ini yang harus dimanfaatkan

oleh semua praktikan agar mereka aktif secara individu pada saat pelaksanaan

45
praktikum. Sehingga nantinya semua praktikan dapat memahami proses

praktikum secara keseluruhan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; edisi keenam. PT. Gelora Aksara

Pertama: Jakarta

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA: Lampung

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta

Hanifah. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Gravindo: Jakarta

Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta

Hermawan, B. 2014. Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat

Dielektrik Pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Program Studi Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Vol 6 (2) : 66-74

Kemas et al. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Lampung

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar online. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian : Universitas Sriwijaya.

Novrizal dan Suwardji. 2012. Prospek pengembangan tanaman jarak pagar

(Jatropacurcas) pada berbagai order tanah di Pulau Lombok. Seminar

Nasional Dukungan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan dalam

Mewujudkan Agribisnis Industrial Pedesaan BPTP NTB:23-30.

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2012. Karakteristik, potensi, dan teknologi

pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-47.

46
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

47
Tanah merupakan sesuatu yang dapat diukur karena memiliki 3 demensi

yaitu panjang, lebar dan kedalaman, juga mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang

berbeda-beda diantara tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat

tanah itu meliputi fisika dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain

tekstur, struktur, dan kadar lengas tanah. Beberapa contoh sifat kimia yaitu pH,

kadar bahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK). Setiap tanah

memiliki sifat mengembang dan mengkerut.

Berat ringannya tanah mempengaruhi besarnya derajat kerut tanah. Semakin

tinggi kandungan liat maka semakin besar derakat kerut tanah. Selain itu bahan

organik tanah berpengaruh sebaliknya, semakin tinggi bahan organik maka

semakin rendah derajat kerut tanah.

Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral

di dalamnya,termasuk mengetahui derajat kerut tanah merupakan suatu yang

penting dalam mempelajari karakteristik fisika tanah. Untuk itu pada pengamatan

ini akan dibahas mengenai derajat kerut tanah pada jenis tanah entisol, ultisol,

inceptisol, andisol, dan vertisol.

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

organik, udara, dan air. Bahan anorganik terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu

pasir, debu, dan liat. Masing-masing memiliki ukuran dan sifat yang berbeda-

beda:
1. Pasir (0,05-2,00 mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan

air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro dan lebih banyak,

perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik.

48
2. Debu (0,002-0,02 mm), merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah

kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang ukup

baik.
3. Liat (<0,002 mm), berbentuk lempengan, bila dibasahi amat lengket dan

sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar. Bila kering

menciut dan plastis menyerap energy panas, bila dibasai terjadi

pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas disebut panas

pembaspembasahan (heat of wetting).

Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.


Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan
organik tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi
kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.

B. Tujuan

Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah

dan membandingkan besarnya derajat kerut anatar jenis tanah yang diamati.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut

(bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi

pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh

kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. (Poerwowidodo, 1991).

49
Teksrur tanah terdiri atas fraksi pasir yang memiliki diameter 2.00-0.2 mm,

debu memiliki diameter 0.20-0.002 mm, liat memiliki diameter <0.002mm, dan

fraksi kerikil tidal digolongkan dalam fraksi tanah, namun fraksi kerilikmasih

tetap diperhitungkan dalam evalusi tekstur tanah. Fraksi pasir sangat didominasi

oleh mineral kuarso yang tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu

biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk. Fraksi liat lebih

berperan secara kimiawi dalam tanah karena bersifat koloid atau bermuatan listrik

yang aktif (Hanifah,2005).

Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,

mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sulit dalam pengolahannya sehingga disebut tanah berat.

(Sarief, 1986).

Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,

bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Notohadiprawiro, 1998).

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

50
jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara tanah

di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika dan

sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur, dan kadar

lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukan sifat yang dipengaruhi oleh adanya

unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut. Beberapa contoh

sifat kimia yaitu pH, kadar bahan organik dan Kapasitas Pertukaran Kation

(KPK). Setiap tanah memiliki sifat mengembang dan mengkerut (Aji, 2012).

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

organik,udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan

fraksi tanah yaitu:

1. Pasir (0,05 mm 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak liat,daya

menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori makro lebih banyak,

perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse tanh pasiran relatif lebih baik.

2. Debu (0,002mm 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir mikrodan

sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan

kohesi yang baik.

3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat

lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan mengerut yang besar. Bila

kering menciut banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi

51
pengembangan volume dan terjadi pelepasan yang disebut sebagai panas

pembasahan (Hardjowigeno, 1987).

Sifat fisis tanah yaitu sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan

massa tanah yang ada, misalnya volume tanah, kadar air, dan berat tanah. Dalam

keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu butiran padat (solid),

bagian air (water), dan bagian udara (air). Keberadaan materi air dan udara

biasanya menempati pada ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut.

( Asbi, 2012).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan pada praktikum kali ini adalah botol semprot,

cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lab pembersih.

52
Sedangkan bahan atau material yang dipakai antara lain contoh tanah halus

(<0,5 mm) dan air.

B. Prosedur Kerja

1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan kedalam cawan porselin,

ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata

dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.

2. Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan kedalam cawan dakhil yang

telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter

awal).

3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah trik

matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam

sekali sampai diameternya konstan (diameter terakhir).

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Pengukuran Derajat Kerut Tanah

No Jenis Pengamatan Ke
Tanah 1 2 3 4 5 6 7
1 Vertisol U1 37,30 35,18 37,22 30,53 29,88 28,16 28,10

53
U2 38,75 37,36 38,11 32,45 29,59 27,92 27,28
X 38,02 36,27 37,66 31,49 29,73 28,04 27,69
2 Andisol U1 37,21 36,91 35,39 35,39 35,39 - -
U2 37,10 36,17 35,60 35,60 35,60 - -
X 37,15 36,54 35,49 35,49 35,49 - -
3 Entisol U1 38,04 36,35 35,52 35,37 35,25 - -
U2 37,17 36,32 35,96 35,64 35,24 - -
X 37,60 36,33 35,74 35,50 35,24 - -
4 Ultisol U1 37,70 36,80 35,10 34,55 34,50 34,50 34,50
U2 37,40 36,30 35,34 34,56 34,43 34,43 34,37
X 37,55 36,55 35,22 34,55 34,43 34,43 34,43
5 U1
U2
X

Perhitungan derajat kerut tanah:

diameter awaldiameter ak hir


100
Derajat kerut = diameter awal

38,227,69
100
DKvertisol= 38,2

= 0,275 x 100%

= 27,5%

37,5534,43
100
DKandisol= 37,55

=8,3 %

35,433
100
DKultisol= 35,4

= 6,7 %

54
37,635,24
100
DKentisol = 37,6

= 6,27%

B. Pembahasan

Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering). Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang

kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.

Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi

jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,

1986).

Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik,

organik, udara, dan air. Bahan anorganik terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu

pasir, debu, dan liat. Contoh fraksi-fraksi tanah dalam ilmu kesuburan tanah dan

dasar ilmu tanah sebagai berikut:


1. Pasir (0,05-2,00 mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air

rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro dan lebih banyak,

perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik.
2. Debu (0,002-0,02 mm), merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah

kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang ukup baik.
3. Liat (<0,002 mm), berbentuk lempengan, bila dibasahi amat lengket dan sangat

plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar. Bila kering menciut dan

plastis menyerap energy panas, bila dibasai terjadi pengembangan volume dan

terjadi pelepasan panas disebut panas pembaspembasahan (heat of wetting).

55
Pengamatan derajat kerut tanah adalah untuk mengetahui besarnya derajat

kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut

antar jenis tanah yang diamati. Selain itu juga dapat untuk mengetahui sifat-sifat

tanah yang nantinya akan digunakan dalam bidang pertanian.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah

berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi

kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah

berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka

derajat kerut tanah semakin kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah adalah sebagai

berikut:

1. Jenis tanahnya termasuk dalam golongan tanah ringan atau golongan tanah

berat. Apabila termasuk golongan tanah berat maka, nilai derajat kerut tanah

akan semakin besar dan apabila termasuk golongan tanah ringan maka, nilai

derajat kerut tanah akan semakin kecil


2. Kandungan bahan organik tanah. Apabila kandungan bahan organiknya tinggi,

maka nilai derajat kerut tanah akan semakin kecil dan apabila kandungan

bahan organiknya rendah, maka nilai derajat kerut tanah akan semakin besar.

Pada praktikum derajat kerut tanah didapatkan hasil dari 2 ulangan setiap

jenis tanah terhadap derajat kerutnya, sebagai berikut: Pada tanah vertisol, untuk

U1 pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut sebesar 37,30, pada

pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 35,18, pada pengamatan ke-3

didapatkan derajat kerut sebesar 37,22, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat

56
kerut sebesar 30,53, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar

29,88, pada pengamatan ke-6 didapatkan derajat kerut sebesar 28,16, pada

pengamatan ke-7 didapatkan derajat kerut sebesar 28,10. Untuk U2 pada

pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut sebesar 38,75, pada pengamatan ke-2

didapatkan derajat kerut sebesar 37,36, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat

kerut sebesar 38,11, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar 32,45,

pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar 29,59, pada pengamatan

ke-6 didapatkan derajat kerut sebesar 27,92, pada pengamatan ke-7 didapatkan

derajat kerut sebesar 27,28. Untuk X pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat

kerut sebesar 38,02, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar

36,27, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 37,66, pada

pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar 31,49, pada pengamatan ke-5

didapatkan derajat kerut sebesar 29,73, pada pengamatan ke-6 didapatkan derajat

kerut sebesar 28,04, pada pengamatan ke-7 didapatkan derajat kerut sebesar

27,69. Dari hasil tersebut didapat perhitungan derajat kerut pada tanah vertisol

yaitu dengan rumus perhitungan:

38,227,69
100
DKvertisol= 38,2

= 0,275 x 100%

= 27,5%

Pada tanah andisol, untuk U1 pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat

kerut sebesar 37,21, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar

57
36,91, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 35,39, pada

pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar 35,39, pada pengamatan ke-5

didapatkan derajat kerut sebesar 35,39. Untuk U2 pada pengamatan ke-1

didapatkan derajat kerut sebesar 37,10, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat

kerut sebesar 36,17, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar

35,60, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar 35,60, pada

pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar 35,60. Untuk X pada

pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut sebesar 37,15, pada pengamatan ke-2

didapatkan derajat kerut sebesar 36,54, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat

kerut sebesar 35,49, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar

35,49, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar 35,49. Dapat

disimpulkan bahwa pada tanah andisol memiliki derajat kerut yang konstan

dimulai dari pengamatan ke-3 pengamatan ke-5. Dari hasil tersebut didapat

perhitungan derajat kerut pada tanah andisol yaitu dengan rumus perhitungan:

37,5534,43
100
DKandisol= 37,55

=8,3 %

Pada tanah entisol, untuk U1 pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut

sebesar 38,04, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 36,35, pada

pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 35,52, pada pengamatan ke-4

didapatkan derajat kerut sebesar 35,37, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat

kerut sebesar 35,25. Untuk U2 pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut

58
sebesar 37,17, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 36,23, pada

pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 35,96, pada pengamatan ke-4

didapatkan derajat kerut sebesar 35,64, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat

kerut sebesar 35,24. Untuk X pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut

sebesar 37,60, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 36,33, pada

pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 35,74, pada pengamatan ke-4

didapatkan derajat kerut sebesar 35,50, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat

kerut sebesar 35,24. Dapat disimpulkan bahwa pada tanah andisol memiliki

derajat kerut yang konstan pada pengamatan ke-5 yaitu +- 35,24. Dari hasil

tersebut didapat perhitungan derajat kerut pada tanah andisol yaitu dengan rumus

perhitungan:

35,433
100
DKultisol= 35,4

= 6,7 %

Pada tanah ultisol, untuk U1 pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut

sebesar 37,30, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 36,80, pada

pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar 35,10, pada pengamatan ke-4

didapatkan derajat kerut sebesar 34,55, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat

kerut sebesar 34,50, pada pengamatan ke-6 didapatkan derajat kerut sebesar

34,50, pada pengamatan ke-7 didapatkan derajat kerut sebesar 34,50. Untuk U2

pada pengamatan ke-1 didapatkan derajat kerut sebesar 37,40, pada pengamatan

ke-2 didapatkan derajat kerut sebesar 36,30, pada pengamatan ke-3 didapatkan

59
derajat kerut sebesar 35,34, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut

sebesar 34,56, pada pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar 34,43, pada

pengamatan ke-6 didapatkan derajat kerut sebesar 34,43, pada pengamatan ke-7

didapatkan derajat kerut sebesar 34,37. Untuk X pada pengamatan ke-1

didapatkan derajat kerut sebesar 37,55, pada pengamatan ke-2 didapatkan derajat

kerut sebesar 36,55, pada pengamatan ke-3 didapatkan derajat kerut sebesar

35,22, pada pengamatan ke-4 didapatkan derajat kerut sebesar 34,55, pada

pengamatan ke-5 didapatkan derajat kerut sebesar 34,43, pada pengamatan ke-6

didapatkan derajat kerut sebesar 34,43, pada pengamatan ke-7 didapatkan derajat

kerut sebesar 34,43. Dapat disimpulkan bahwa pada tanah ultisol memiliki derajat

kerut yang konstan dimulai dari pengamatan ke-5 pengamatan ke-6. Dari hasil

tersebut didapat perhitungan derajat kerut pada tanah vertisol yaitu dengan rumus

perhitungan:

37,635,24
100
DKentisol = 37,6

= 6,27%
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat kita lihat bahwa masing-masing

jenis tanah mempunyai derajat kerut yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut

tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain

itu, bahan orgaik tana berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan

organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.

60
Jika dibandingkan literatur

Entisol merupakan tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat

permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon

ochrik, atau histik bila tanah sangat lembek (ENT Recent = baru). Tanah ini dulu

disebit tanah Aluvial atau Regosol (Hardjowigeno, 1993).

Ultisol adalah tanah dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah,

bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah

kurang dari 35%. Tanah ini dulu disebut tanah Podzolik Merah Kuning yang

banyak terdapat di Indonesia. Kadang-kadang juga termasuk tanah Latosol dan

Hidromorf Kelabu (Hardjowigeno, 1987).

Inseptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada

Enttison (inceptum permulaan). Umumnya mempnyai horison kambik. Karena

tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah ini dulu

termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus dan lain-lain

(Hardjowigeno, 1987)

Andisol adalah tanah epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison

kambik, serta mempunyai bulk density (kerapatan limbak) kurang dari 0,85 g/cc

dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari bahan volkanik

vitrik, cinder atau pyroklastik vitrik yang lain (Hardjowigeno, 1987).

Vertisol merupakan tanah dengan kandungan air tnggi (lebih dari 30%)

diseluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengerut. Kalau kering

61
tanah mengerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, kalau basah mengembang

dan lengket (Hardjowigeno, 1987).

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila

kering).
2. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar,

mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah

ringan.
3. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,

bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya.

62
4. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah

semakin kecil.
5. Derajat kerut tanah adalah kemampuan tanah untuk mengembang dan

mengerut.
6. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda diantara tanah di

suatu tempat dengan tempat yang lain.


7. Contoh fraksi-fraksi tanah dalam ilmu kesuburan tanah dan dasar ilmu tanah
adalah pasir, debu dan liat.

B. Saran

Keterbatasan alat dan bahan pada saat praktikum membuat praktikan

harusberkelompok dalam pelaksanaan praktikum. Ini yang harus dimanfaatkan

oleh semua praktikan agar mereka aktif secara individu pada saat pelaksanaan

praktikum. Sehingga nantinya semua praktikan dapat memahami proses

praktikum secara keseluruhan dengan baik.

63
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Soeharto. 2012. Analisis Derajat Kerut Tanah. UGM : Yogyakarta

Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada :

Jakara

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah Cetakan 1. Mediyatama Sarana Perkasa :

Jakarta

Sarief, Saifuddin. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung

64
LAMPIRAN

65
66
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Warna tanah merupakan ciri tanah yag paling jelas dan mudah ditentukan di

lapang. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, dan

akumulasi bahan- bahan yang terjadi, misalnya kandungan bahan organik yang

tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap.

Tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah sedangkan

struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel

primer tanah hingga partikel sekunder yang membentuk agregat.

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan

memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan

67
halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat,

dengan cara sebagai berikut:

- Pasir : Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak

dapat dibentuk bola dan gulungan.

- Pasir Berlempung : Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat,

dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.

- Berpasir : Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat

bola tetapi mudah hancur.

- Lempung : Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat

dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan

mengkilat.

- Lempung Berdebu : Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.

- Debu : Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola

teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

- Lempung Berliat : Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk

bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

- Lempung Liat Berpasir : Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak

kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan

mudah hancur.

68
- Lempung Liat Berdebu : Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat,

dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan

mengkilat.

- Liat Berpasir : Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat,

dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

- Liat Berdebu : Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat

dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

- Liat : Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola

dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya

dari luar yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-

gaya fisik yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.

Struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer (pasir, debu,


dan liat) membentuk agregat tanah. Antara agregat yang satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh bidang belah secara alami.

B. Tujuan

1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku

Munsell Soil Color Chart.


2. Menetapkan tekstur tanah dari beberapa jenis tanah.
3. Menetapkan struktur tanah dari beberapa jenis tanah.
4. Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan kering, lembab dan basah dari

beberapa jenis tanah.

69
II. TINJAUAN PUSTAKA

Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali. Warna tanah

yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran langsung

dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar diamati dan diukur

dengan teliti misalnya seperti drainase. Jadi, warna tanah bila digunakan dengan

ciri-ciri lainnya berguna dalam pembentukan sebagian besar kesimpulan yang

penting dengan memperhatikan pembentukan tanah dan penggunaan lahan. (Foth,

1998)

Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan

jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan

tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa

dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna

tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik

maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan

bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan

70
kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna

tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan

kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna

reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau. (Madjid, 2009)

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 m, debu (slit) (berdiameter

0,20- 0,002 mm atau 200- 2m) dan liat (clay) (<2 m). Berdasarkan kelas

teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :

a) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang

mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

b) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung minimal 37,5 %

liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).

c) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

(Hanafiah, 2009)

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah. Gumpalan-

gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang

berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak

melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat

menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal. Tanah

dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-

71
unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.Strukktur tanah yang baik

adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan

dengan rapat. (Hanafiah, 2009)

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-

butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.

(Hardjowigeno, 1992)

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:

basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi

tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).

Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air

tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan

konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. (Abdul Madjid, 2009)

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah

(Notohadiprawiro,2000):

1. kadar air tanah

2. Bahan bahan penyemen agregattanah

3. Bahan dan ukuran agregat tanah

4. Tingkat agregasi

5.Faktor-faktor penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan

kadar bahan

72
organik)

Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak

licin, membentuk bola dalam keadaan dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah

digulung serta melekat. Karena tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat

dimanailkim musim basah dan kering jelas (Foth,1988).

Tanah Ultisol bertekstur liat berpasir dan memiliki ciri-ciri licin agak kasar,

membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta

melekat sekali. Tanah ini dikembangkan dari bahan bahan induk liat di hutan

dalam iklim humid untuk waktu yang sangat lama (Foth, 1988).

Tanah Inseptisol memiliki tekstur lempung berpasir dengan cirri-ciri agak

kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur, melekat. Tanah ini mengandung

pisah-pisah lempung lebih besar atau sama dengan 35% dan pasir lebih besar atau

sama dengan 45 %. Inseptisol termasuk dalam tanah Andosol karena teksturnya

lempung berpasir sebenarnya sudah sangat menyulitkan pertumbuhan padi sebab

suhunya rendah sehingga mengakibatkan proses pelapukan terhambat (Hakim,

1986).

Tanah Entisol mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai

dalam, berwarna kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi

batasannya sangat tegas, bertekstur pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir

tunggal, dan konsistensi gembur serta lepas (Munir, 1996)

Tanah Andisol dicirikan sebagai tanah mineral yang mempunyai sifat andik

dengan kriteria diantaranya adalah mempunyai berat isi tanah kurang dari 0.9 g/cc

73
sampai kedalaman lebih dari 35 cm dan didominasi bahan amorf dan atau

mengandung abu vulkano, abu apung, lapili dan sebangsanya lebih dari 60%

sampai kedalaman 35cm atau lebih atau mempunyai pH NaF 1N lebih dari 9.4

(Munir, 1996)

Menurut Madjid (2009), warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan

jelas dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya, yaitu :

1. Hue : Adalah panjang gelombang dominan atau warna dari cahaya


2. Value : Merupakan kartu warna kearah vertikal yang menunjukkan warna
tua dan muda atau hitam dan putih.
3. Chroma : Merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang
menunjukan Intensitas Cahaya.

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

74
Alat yang digunakan dalam praktikum acara pengamatan tanah dengan indra
antara lain cawan porselin, botol semprot,colet dan buku Munsell Soil Color
Chart.

Bahan yang digunakan adalah contoh tanah halus (<0,5 mm) dan tanah
masih berbentuk gumpalan (inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).

B. Prosedur Kerja

1. Warna Tanah
a. Diambil segumpal tanah yang lembab secukupnya (permukaannya tidak

mengkilap).
b. Tanah tersebut diletakan di bawah lubang kertas buku Munsell Soil

Color Chart.
c. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna.

Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.


2. Tekstur Tanah
a. Diambil sebongkah tanah kira- kira sebesar kelereng.
b. Dibasahi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
c. Tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar

halusnya tanah. Jika:


1) Bentuknya benang mudah dan membentuk pita panjang, maka besar

kemungkinan teksturnya liat.


2) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat.
3) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut

dan licin maka lempung berdebu, terasa kasar, lempung berpasir.


3. Struktur Tanah
a. Diambil sebongkah tanah.
b. Dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari

ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami.

Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas

struktur tanah.
4. Konsistensi

75
a. Diamati contoh tanah dalam berbagai kandungan air dengan dipijit

menggunakan ibu jari dan telunjuk.


b. Dilakukan pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah

dengan cara menambah air pada contoh tanahnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Warna dan Tekstur Tanah

Warna Tanah
No Jenis Tanah Tekstur Tanah
Notasi Warna Nama Warna

1. Andisol 2,5 YR 2,5/2 Very Dusty Red Pasir

2. Vertisol 5 YR 3/1 Very Dark Grey Mudah Patah

3. Ultisol 2,5 YR 2,5/4 Dark Reddish Brown Lempung Berliat

4. Entisol 7,5 YR Dark Brown Mudah Patah

5. Inseptisol 2,5 YR 2,5/4 Dark Reddish Brown Lempung Berliat

b. Struktur Tanah

No Jenis Tanah Struktur Tanah

76
Tipe Kelas Derajat

1. Andisol Remah Kasar Lemah

2. Vertisol Gumpal Halus Kuat

3. Ultisol Gumpal Halus Tidak Beragregat

4. Entisol Remah Halus Lemah

5. Inseptisol Gumpal Sedang Cukupan

c. Konsistensi

Konsistensi Basah Konsistensi Konsistensi


No Jenis Tanah Kering
Kelekatan Keliatan Lembab

1. Andisol S Po Gembur Lunak

2. Vertisol S Ps Vt H

3. Ultisol Ss Ps Vp Eh

4. Entisol Ss Po T Sh

5. Inseptisol S P Vf Sh

B. Pembahasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi warna tanah adalah sebagai berikut:


1. Kadar lengas atau tingkat hidratasi.

Kadar lengas dan hidratasi sangat berpengaruh terhap warna tanah, dalam

hal ini apabila dalam keadaan lembab hingga basah maka tanah akan tampak

berwarna hitam/kelam. Tingkat hidratasi sangat erat kaitannya dengan kedudukan

77
terhadap permukaan air tanah, yang mengarah ke warna reduksi (gleisasi), yaitu

kelabu biru hingga kelabu hijau.

2. Kadar bahan organik

Makin tinggi kandungan bahan organiknya, maka warna tanah akan makin

kelam. Sebaliknya,semakin rndah kandungan bahan organiknya warna tanah akan

tampak lebih terang.

3. Kadar dan mutu mineral

Mineral feldspar Kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih

pada tanah. Sedangkan khusus untuk feldspar dapt menyebabkan warna tanah

yang bermacam-macam, terutama warna merah. Hematit juga dapat menjadikan

warna merah sampai merah tua pada tanah.

Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat

tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah

berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas,

berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah

memadat (compressibility), dan lain-lainn (Hillel, 1982).

Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu

partikel tanah yang diameter efektifnya 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi

bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi

dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif

dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan

kelas tekstur tanah di lapangan.

78
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah adalah

sebagai berikut:

1. Bahan organik
Yang mana dalam pembentukan struktur tanah ini bahan organik berfungsi

sebagai perekat atau lem.


2. Aktivitas makhluk hidup
Bila didalam tanah banyak aktifitas makhluk hidupnya,maka tanah akan

menjadi gembur dan akibatnya struktur tanah menjadi lemah.


3. Tekstur
Tekstur menunjukan perbandingan relatif pasir, debu dan liat dalam tanah.

Tekstur juga menunjukan keadaan kasar atau halusnya suatu tanah itu,dari

penjelasan diatas dilihat. hubungan antara struktur dengan tekstur tanah yaitu

tekstur tanah sangat butuh peran tanah. Tanah yang kemantapan rendah makin

mudah diolah karena kandungan liatnya sedikit dan sebaliknya. Tekstur tanah

dengan struktur tanah erat sekali hubungannya. Sebagai contohnya, bila tekstur

tanahnya pasir maka struktur tanahnya granuler.


4. Perakaran
Akar berfungi untuk mendukung berdirinya tanaman dan mengangkut serta

menyerap air dan zat zat makanan dari dalam tanah. Bila akar tanaman tersebut

kuat maka akan mengubah struktur dari tanah tersebut, yang semula gumpalan

menjadi gumpal bersudut.


5. Organisme
Dalam hal ini sama saja dengan factor aktivitas makhluk hidup, yakni bila di

dalam tanah banyak terdapat organisme maka tanah menjadi gembur dan

berakibat pada struktur tanahnya yang menjadi lemah.


6. Bahan Induk
Bahan organik mempunyai sifat mengikat, memperbesar kemungkinan

penggumpalan yang mencirikan pada agregat individual. Bahan organik berperan

79
sebagai perekat partikel-partikel tanah sehingga jika bahan tersedia dalam jumlah

banyak partikel tanah sehingga mudah menyatu dan dapat dibentuk srtuktur

egregat yang kuat kemantapannya.


7. Erosi
Bahan hasil erosi mungkin diendapkan di lembah-lembah sungai untuk

menjadi bahan pembentuk tanah baru, atau mungkin terangkut sampai ke laut.

Sehingga bila struktur tanahnya tidak mantap maka erosi tanahnya akan terjadi.

Di Indonesia jenis tanahnya berupa gumpal, remah dan kersai. Ketiga jenis

tanah ini merupaka bentuk struktur tanah yang sering dijumpai di Indonesia.

Indonesia sendiri merupakan wilayah dengan tanah subur yang ciri-cirinya adalah

bentuk strukturnya gumpal, remah dan kersai. Tanah dengan bentuk struktur tiang

dan lempeng jarang ditemui di Indonesia karena tanah dengan bentuk struktur

tersebut tidak sesuai dengan bahan penyusun tanah yang ada di Indonesia, seperti

iklim, bahan induk, dan organisme. Jadi tanah yang terbentuk hanya berbentuk

gumpal, remah dan kersai.

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-

butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan

tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah

bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan,

pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah

yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada

alat pengolah tanah.

Dalam mengetahui konsistensi tanah maka terdapat berbagai manfaat

terutama dalam bidang pertanian, yaitu dapat menentukan cara pengolahan tanah

80
yang baik, dapat menentukan jenis tanaman yang cocok serta dapat mengetahui

kadar air dalam tanah (Guswono, 1983).

Makin tinggi konsistensi tanah, maka pengolahan pada tanah tersebut akan

makin sulit. Sama halnya sebagaimana pengaruh tekstur dan struktur, konsistensi

tanah juga mempengaruhi perakaran tanaman, infiltrasi, serta tingkat pengolahan

tanah. Makin tinggi konsistensi suatu tanah, makin terhambat perakaran suatu

tanaman dan infiltrasi air, serta makin sulit pengolahan pada tanah (Gliessman,

2000).

Pada praktikum kali ini pada pengamatan warna tanah dengan menggunakan

buku Munsell Soil Color Chart didapatkan pada tanah andisol memiliki notasi

warna 2,5 YR 2,5/2 yaitu berwarna very dusty red dengan tekstur pasir. Pada

tanah vertisol memiliki notasi warna 5YR 3/1 yaitu berwarna very dark grey

dengan tekstur mudah patah. Pada tanah ultisol memiliki notasi warna 2,5YR

2,5/4 yaitu berwarna dark reddish brown dengan tekstur lempung berliat. Pada

tanah entisol memiliki notasi warna 7,5YR yaitu berwarna dark brown dengan

tekstur mudah patah. Pada tanah inceptisol memiliki notasi warna 2,5YR 2,5/4

yaitu berwarna dark reddish brown dengan tekstur lempung berliat.

Pada praktikum kali ini pada pengamatan struktur tanah pada tanah andisol

memiliki struktur tanah; bentuk struktur: remah, kelas struktur: kasar, derajat

struktur: 1 (lemah) ped yang terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi

pecahan-pecahan yang lebih kecil, dibedakan sangat lemah dan agak lemah. Pada

tanah vertisol memiliki struktur tanah; bentuk struktur: gumpal, kelas struktur:

halus, derajat struktur: kuat. Pada tanah ultisol memiliki struktur tanah; bentuk

81
struktur: gumpal, kelas struktur: halus, derajat struktur: tidak beragregat. Pada

tanah entisol memiliki struktur tanah; bentuk struktur: remah, kelas struktur:

halus, derajat struktur: 1 (lemah) ped yang terbentuk jika tersinggung mudah

hancur menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, dibedakan sangat lemah dan

agak lemah. Pada tanah inceptisol memiliki struktur tanah; bentuk struktur:

gumpal, kelas struktur: sedang, derajat struktur: 2 (cukupan), sudah terbentuk ped

yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

Pada praktikum kali ini pada pengamatan konsistensi tanah pada tanah

andisol konsistensi basah (s dan po) konsistensi lembab: gembur konsistensi

kering: lunak. Pada tanah vertisol pada konsistensi basah (s dan ps) agak plastis

konsistensi lembab (vt) sangat teguh (very firm) dengan tekanan sangat kuat baru

hancur - konsistensi kering: (H). pada tanah ultisol konsistensi basah (ss dan ps)

tidak lekat dan agak plastis konsistensi lembab: (vp) konsistensi kering: (eH).

pada tanah entisol konsistensi basah (ss dan po) tidak lekat konsistensi lembab:

(t) konsistensi kering: (sH). pada tanah inceptisol konsistensi basah (s dan p)

konsistensi lembab: (vf) konsistensi kering: (sH).

Jika dibandingkan literatur sifat fisika tanah

Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya rasa agak

licin, membentuk bola dalam keadaan dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah

digulung serta melekat. Karena tanah ini dikembangkan dari bahan induk liat

dimanailkim musim basah dan kering jelas (Foth,1988).

82
Tanah Ultisol bertekstur liat berpasir dan memiliki ciri-ciri licin agak kasar,

membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta

melekat sekali. Tanah ini dikembangkan dari bahan bahan induk liat di hutan

dalam iklim humid untuk waktu yang sangat lama (Foth, 1988).

Tanah Inseptisol memiliki tekstur lempung berpasir dengan cirri-ciri agak

kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur, melekat. Tanah ini mengandung

pisah-pisah lempung lebih besar atau sama dengan 35% dan pasir lebih besar atau

sama dengan 45 %. Inseptisol termasuk dalam tanah Andosol karena teksturnya

lempung berpasir sebenarnya sudah sangat menyulitkan pertumbuhan padi sebab

suhunya rendah sehingga mengakibatkan proses pelapukan terhambat (Hakim,

1986).

Tanah Entisol mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai

dalam, berwarna kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi

batasannya sangat tegas, bertekstur pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir

tunggal, dan konsistensi gembur serta lepas (Munir, 1996)

Tanah Andisol dicirikan sebagai tanah mineral yang mempunyai sifat andik

dengan kriteria diantaranya adalah mempunyai berat isi tanah kurang dari 0.9 g/cc

sampai kedalaman lebih dari 35 cm dan didominasi bahan amorf dan atau

mengandung abu vulkano, abu apung, lapili dan sebangsanya lebih dari 60%

sampai kedalaman 35cm atau lebih atau mempunyai pH NaF 1N lebih dari 9.4

(Munir, 1996)

Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan

jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan

83
tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa

dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna

tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik

maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan

bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan

kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna

tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan

kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna

reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau. (Madjid, 2009)

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 m, debu (slit) (berdiameter

0,20- 0,002 mm atau 200- 2m) dan liat (clay) (<2 m). Berdasarkan kelas

teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :

a) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang

mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

b) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung minimal 37,5 %

liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).

c) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

(Hanafiah, 2009)

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah. Gumpalan-

gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang

84
berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak

melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat

menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal. Tanah

dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-

unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.Strukktur tanah yang baik

adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan

dengan rapat. (Hanafiah, 2009)

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-

butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.

(Hardjowigeno, 1992)

Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:

basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi

tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity).

Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air

tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan

konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. (Abdul Madjid, 2009)

85
V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.


2. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang

dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, debu

dan liat.
3. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah.
4. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-

butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
5. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah,

lembab, dan kering.


6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah: kadar air tanah,

bahanbahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat

agregasi dan faktor-faktor penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan

kadar bahan organik).

B. Saran

Keterbatasan alat dan bahan pada saat praktikum membuat praktikan

harusberkelompok dalam pelaksanaan praktikum. Ini yang harus dimanfaatkan

oleh semua praktikan agar mereka aktif secara individu pada saat pelaksanaan

praktikum. Sehingga nantinya semua praktikan dapat memahami proses

praktikum secara keseluruhan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta

86
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: UNILA

Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada :

Jakarta.

Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

Majid, Abdul. 2009. Sifat Fisika Tanah (Bagian 5: Konsistensi Tanah. Jakarta:

Erlangga

Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta : PT Dunia Pustaka

Jaya

Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas gadjah mada :

Yogyakarta

LAMPIRAN

87
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profil tanah adalah urutan-urutan horizon tanah, yaitu lapisan-lapisan tanah

yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi. Lapisan-lapisan tersebut

mempunyai sifat yang berbeda-beda. Untuk keperluan-keperluan tertentu

(misalnya genesa tanah, analisa tanah, biologi maupun fisika tanah dan keperluan

88
lainnya) sangat diperlukan gambaran yang lebih jelas tentang tanah, umumnya hal

ini dapat diatasi dengan pembutan suatu profil tanah. Untuk mengetahui sifat-sifat

pada setiap lapisan tanah, maka dilakukanlah praktikum pengamatan profil tanah.

Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari

proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan

menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah

tersebut akan menunjukan susunan horison yanag disebut profil tanah.

Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh

tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah

sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain

dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga

terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum pengambilan profil

untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah dengan sifat yang berbeda-beda yang

dilihat dari lapisan, kedalaman lapisan, batasan, topografi, warna, tesktur, struktur,

konsistensi, dan karatan.

Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki

horison-horison, horison-horison tersebut diantara lain yaitu :

1. Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa

tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa).

Horison ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh.

Merupakan horison organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral

89
2. Horison A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi

sehingga berwarna agak gelap. A2 Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi)

maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 Horison peralihan ke B,

lebih menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan

organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang

mengalami pencucian.

3. Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga

kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa

(seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.

4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial

dari horison diatasnya.

5. Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan

bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.

6. Horison R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat

ditembus akar tanaman.

B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui profil tanah atau lahan di suatu daerah.

2. Mengklasifikasikan masing masing profil tanah.

90
II. TINJAUAN PUSTAKA

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat

dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman

tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan

tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam

(natural forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan

pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan pencucian

bahan-bahan koloid (Wahyuaskari, 2011).

Cara- cara pembuatan profil tanah ada 3 yaitu :

a. Boring yaitu membuat lubang kedalam tanah dengan menggunakan alat bor

manual maupun alat bor mesin dengan kedalaman 120 cm

91
b. Minipit yaitu mengambil sampel tanah dengan kedalaman 150 180 cm

c. Profil yaitu sama dengan minipit namun lebih baik dengan kedalaman 150

180 cm.

Praktikum kali ini Pembuatan profil tanah dilakukan sebagai berikut :

1. Tanah yang telah digali atau di bor sebelumnya diamati, kemudian ambil

tanah tersebut yang berbeda jarak horisonnya. Kemudian susun dan letakkan

diatas Koran dari horizon atas hingga bawah.

2. Setelah itu amati juga ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas),

permeabilitas,dan iklim.

3. Satu persatu horizon tanah diamati menggunakan buku Munsell Soil

Color Chart kemudian hasilnya dicatat hasilnya dalam daftar isian profil.

4. Tanah dipotong sebagian / sedikit untuk melihat struktur tanah dan

kemudian hasilnya dicatat.

5. Tanah diambil lagi sebagian / sedikit dan dipijit dalam keadaan basah

yang telah diberikan air untuk menentukan konsistensinya kemudian hasilnya

dicatat.

6. Tanah diambil lagi sebagian / sedikit kemudian potongan tersebut

dimasukkan kedalam botol semprot yang telah berisi akuades kemudian diamkan

selama 15 menit, lalu PHnya diukur menggunakan PH saku. Hasilnya dicatat.

92
7. Tanah dipotong lagi sebagian / sedikit kemudian ditetesi yang pertama

menggunakan HCl dan diamati yang terjadi. Tanah dipotong lagi sebagian /

sedikit lalu yan kedua ditetesi menggunakan larutan H2O2 dan diamati yang

terjadi serta hasilnya dicatat.

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai

tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman

dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang

dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan

unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl);

dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi

aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi)

bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas

tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman

obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan (Kemas A.H., 2007).

Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan

dipelajari dilapang. (Sarwono, 2011).

Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan

klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan

tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi

untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar (Foth,1999).

93
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara

horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon

itu haruslah diperi secara lengkap. (Poerwidodo, 1991)

Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga

bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-E-

B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah,

meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang sangat

penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan

dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan

sesayuran yang berperan adalah kedalaman dibawah 20cm (Ali, 2004).

pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen di dalam tanah.

Makin tinggi kadar ion di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila

kandungan H+ sama dengan OH maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH

= 7 (Hardjowigeno, 2010)

94
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bor tanah, abney level

( clinometer ) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku,

botol semprot, kertas label, meteran, buku munsell soil color chart, kantong

plastik, spidol, buku peoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian profil.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan H2O2 3 %,

larutan HCl 10%, larutan -dipridil dalam 1N NH4Oac netral, aquades.

B. Prosedur Kerja

95
1. Tempat pembuatan profil, dipilih
2. Dilakukan pengeboran di tempat tempat profil yang akan dibuat sedalam 1

meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai

keseragaman.
3. Lubang digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran

panjang 2 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m. di depan bidang pengamatan

profil dibuat tangga ke bawah untuk memudahkan pengamat turun


4. Pengamatan dimulai mengukur dalamnya profil.
5. Diukur dari lapisan atas sampai bawah
6. Dilakukan penetapan batas horizon dan pencatatan kedalamanya pada isian

profil.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nomor lapisan 1 2 3 4 5
Dalam lapisan 0 - 33 cm 33 - 50 cm 50 - 72 cm 72-101 cm 101-146 cm
Simbol Lapisan O A A1 B C
Batas Lapisan d d g d g
Batas Topografi s w w s w
Warna tanah Dark brown Dark brown Dark Brown Dark Dark Brown
Brown
Tekstur tanah Cl Cl CS Cl Cl
Struktur tanah 1/c 2/m 2 / vc 2/c 1/m
Konsistensi ss / ps / i s/ ps / Vt Ss / ps / Vt Ss / ps / f Ss / ps / f

pH tanah (lapang) 5,5 6 7 5 5


Perakaran Halus sedikit Sampai : 0 38cm
Sampai : 0 150cm
Halus banyak
Reaksi terhadap ++++ ++++ ++++ +++ +++
H2O2
Reaksi Terhadap - - + ++ +
HCl

96
B. Pembahasan

Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari

proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan

menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah

tersebut akan menunjukan susunan horison yanag disebut profil tanah.

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang

menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai

lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain

dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga

terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum pengambilan profil

untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah dengan sifat yang berbeda-beda yang

dilihat dari lapisan, kedalaman lapisan, batasan, topografi, warna, tesktur, struktur,

konsistensi, dan karatan.

Dalam bidang pertanian mengetahui profil tanah ini bermanfaat dalam

mengetahui kondisi tanah atau suatu lahan disuatu daerah. Serta untuk

mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O - A) dan solum

tanah (O A E B) agar proses pertanian dapat menghasilkan hasil yang

97
baik.Dimana penelitian profil tanah juga biasa dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui jenis tanah tertentu. Setiap jenis tanah dan tipetipe tanah memiliki

ciri khas yang di pandang dari sifatsifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam

hal ini menyangkut tanah yang memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya

evolusi genetik dalam tanah (Poerwowidodo. 1991).

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan

tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-

faktor tersebut dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:

T = tanah b = bahan induk

f = faktor t = topografi

I = iklim w = waktu

o = organisme

Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada

dua, yaitu suhu dan curah hujan.

98
Suhu/Temperatur

Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu

tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan

tanah akan cepat pula.

Curah hujan

Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,

sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH

tanah menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:

1. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan

kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk

hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan

yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

2. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan

dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di

permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad

renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

3. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di

daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat

membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna

merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena

99
banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa

rumput.

4. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh

terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsurunsur

kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah

pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon

jati.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen

(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan

induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang

terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia)

yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah

berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.

Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas

tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung

unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga

dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk

tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan

kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

100
4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:

Tebal atau tipisnya lapisan tanah

Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis

karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi

sedimentasi.

Sistem drainase/pengaliran

Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya

menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat

pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi

semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis

mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.

Dalam pengamatan profil tanah di perlukan penambahan HCL dan H2O2,

penambahan HCL disini bertujuan untuk melihat kandungan kapur di dalam tanah

tersebut, HCL akan bereaksi dengan kapur, dan akan terbentuk gelembung keluar

dari tanah, kemudian penambahan H2O2 disini bertujuan untuk mengetahui

apakah didalam tanah tersebut mengandung bahan organik atau tidak jika tanah

101
tersebut mengandung bahan organik, maka secara otomatis tanah tersebut akan

mengeluarkan gelembung. Semakin banyak gelembung yang terbentuk, maka

semakin banyak kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut.

Demikian sebaliknya semakin sedikit gelembung yang terbentuk, maka semakin

sedikit kandungan bahan organik yang terkandung dalam tanah tersebut. Secara

teori horison tanah yang paling tinggi kandungan bahan organiknya adalah

horison O.

Pada praktikum acara Pengenalan Profil Tanah, memiliki prosedur kerja

agar praktikum dapat berjalan lancar sesuai dengan panduan yang ada. Pada

praktikum kali ini yang pertama adalah pemilihan tempat pembuatan profil tanah,

setelah memilih tempat yang ditentukan selanjutnya dilakukan pengeboran di

tempat profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1

meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman. Lubang digali sedemikian rupa

sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m dan

kedalaman 1,5 m. di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga ke bawah

untuk memudahkan pengamat naik turun saat melakukan pengamatan. Pada

pengamatan profil tanah ini dimulai dengan mengukur dalamnya profil tanah yang

telah dibuat, lalu lakukan pengamatan untuk menentukan hrison-horison tanah

dengan menusukkan pisau ke tanah dengan tekanan yang sama, lalu ukur batas

horison lalu catat ke dalam buku panduan isian profil. Lakukan terus sampai

mendapatnya horison O, A1, A2, B1, B2, kemudian tentukan batas topografinya.

Setelah selesai ambilah sebongkah tanah pada profil tanah tersebut untuk

melakukan analisis warna, tekstur, konsistensi, pH tanah, reaksi tanah terhadap

102
HCl yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat kapur pada tanah

tersebut, reaksi terhadap H2O2 yaitu untuk mengetahui ada tidaknya bahan

organik yang terkandung dalam tanah tersebut, perakaran dan sruktur tanah

tersebut.

Pada praktikum kali ini diperoleh hasil kedalaman lapisan pada lapisan I (0-

33 cm), kedalaman lapisan II (33-50 cm), lapisan III (50-72 cm), lapisan IV (72-

101 cm) dan lapisan V (101-146 cm).

Lapisan I tanah yang diamati adalah lapisan O, mempunyai batas lapisan

adalah defuse (d) batas peralihannya > 12,5 cm, batas topografinya smooth (s)

batasnya lurus teratur, dan mempunyai warna tanah dark brown, memiliki tekstur

tanah (CL) lempung berliat, pada konsistensi basah (ss dan ps) tidak lekat dan

agak plastis konsistensi lembab (i) lepas (loose) dan butir-butir tanah terlepas

satu dengan lainnya, memiliki pH tanah 5,5, saat direaksikan terhadap HCl adalah

(-) tidak mengandung zat kapur, saat direaksikan terhadap H2O2 adalah (++++)

sangat banyak terkandung bahan organi, memiliki struktur tanah; bentuk struktur:

gumpal, kelas struktur: kasar (c), derajat struktur: 1 (lemah) ped yang terbentuk

jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil,

dibedakan sangat lemah dan agak lemah .

Lapisan II tanah yang diamati adalah lapisan A1, mempunyai batas lapisan

adalah defuse (d) batas peralihannya > 12,5 cm, batas topografinya wavy (w)

batasnya berbentuk kantung dan lebar > dalam, dan mempunyai warna tanah dark

brown, memiliki tekstur tanah (CL) lempung berliat, pada konsistensi basah (s

103
dan ps) agak plastis konsistensi lembab (vt) sangat teguh (very firm) dengan

tekanan sangat kuat baru hancur, memiliki pH tanah 6, saat direaksikan terhadap

HCl adalah (-) tidak mengandung zat kapur, saat direaksikan terhadap H2O2

adalah (++++) sangat banyak terkandung bahan organik, memiliki struktur tanah;

bentuk struktur: gumpal, kelas struktur: sedang (m), derajat struktur: 2 (cukupan),

sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

Lapisan III tanah yang diamati adalah lapisan A2, mempunyai batas lapisan

adalah gradual (g) batas peralihannya 6,25 - 12,5 cm, batas topografinya wavy (w)

batasnya berbentuk kantung dan lebar > dalam, dan mempunyai warna tanah dark

brown, memiliki tekstur tanah (CS) liat berpasir, pada konsistensi basah (ss dan

ps) tidak lekat dan agak plastis konsistensi lembab (vt) sangat teguh (very firm)

dengan tekanan sangat kuat baru hancur, memiliki pH tanah 7, saat direaksikan

terhadap HCl adalah (+) mengandung zat kapur, saat direaksikan terhadap H2O2

adalah (++++) sangat banyak terkandung bahan organik, memiliki struktur tanah;

bentuk struktur: gumpal, kelas struktur: sangat kasar (vc), derajat struktur: 2

(cukupan), sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

Lapisan IV tanah yang diamati adalah lapisan B1, mempunyai batas lapisan

adalah defuse (d) batas peralihannya > 12,5 cm, batas topografinya smooth (s)

batasnya lurus teratur, dan mempunyai warna tanah dark brown, memiliki tekstur

tanah (CL) lempung berliat, pada konsistensi basah (ss dan ps) tidak lekat dan

agak plastis konsistensi lembab (f) teguh (firm) dengan tekanan agak kuat baru

hancur, memiliki pH tanah 5, saat direaksikan terhadap HCl adalah (++) sedikit

mengandung zat kapur, saat direaksikan terhadap H2O2 adalah (+++) cukup

104
banyak terkandung bahan organik, memiliki struktur tanah; bentuk struktur:

remah, kelas struktur: kasar (c), derajat struktur: 2 (cukupan), sudah terbentuk ped

yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

Lapisan V tanah yang diamati adalah lapisan B2, mempunyai batas lapisan

adalah gradual (g) batas peralihannya 6,25 12,5 cm, batas topografinya wavy

(w) batasnya berbentuk kantung dan lebar > dalam, dan mempunyai warna tanah

dark brown, memiliki tekstur tanah (CL) lempung berliat, pada konsistensi basah

(ss dan ps) tidak lekat dan agak plastis konsistensi lembab (f) teguh (firm)

dengan tekanan agak kuat baru hancur, memiliki pH tanah 5, saat direaksikan

terhadap HCl adalah (+) mengandung zat kapur, saat direaksikan terhadap H2O2

adalah (+++) cukup banyak terkandung bahan organik, memiliki struktur tanah;

bentuk struktur: remah, kelas struktur: sedang (m), derajat struktur: 1 (lemah) ped

yang terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan-pecahan yang

lebih kecil, dibedakan sangat lemah dan agak lemah.

Jenis perakaran halus banyak ditemukan karena akar halus merupakan akar

muda tanaman dan ditemukan dalam horizon O dan horizon A. sedangkan

perakaran kasar hanya sedikit ditemukan di horizon B. akar kasar merupakan akar

yang sudah tua. Disekitar tempat pengamatan merupakan tempat tumbuhnya

semak dan rerumputan, sehingga hanya ditemukan sedikit akar kasar dan banyak

akar halus. Perakaran pada horizon B1 sampai = 0 38 cm dan = 0 150 cm.

105
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan

cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman

tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian.


2. Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan

dipelajari dilapang..
3. Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi

tanah.
4. Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara

horizon dan dalam satu horizon.


5. Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga

bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-

E-B-C-R.
6. pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen di dalam tanah.
7. Penambahan HCl bertujuan untuk melihat kandungan kapur di dalam tanah

tersebut.
8. Penambahan H2O2 bertujuan untuk mengetahui apakah didalam tanah tersebut

mengandung bahan organik.

B. Saran

Keterbatasan alat dan bahan pada saat praktikum membuat praktikan harus

berkelompok dalam pelaksanaan praktikum. Ini yang harus dimanfaatkan oleh

106
semua praktikan agar mereka aktif secara individu pada saat pelaksanaan

praktikum. Sehingga nantinya semua praktikan dapat memahami proses

praktikum secara keseluruhan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

107
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada :

Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali. Jakarta.

Wahyuaskari. 2011. PROFIL TANAH. IPB : Bogor

Buckman,Harry O.1982.Ilmu Tanah.Bhatara Karya Aksara: Jakarta

Foth, Henry D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Peguruan Tinggi. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, Sarwono. 1983. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta

Hardjowigeno. S , 2003 . Ilmu Tanah . Akademi Persindo : Jakarta

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar online. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta

Tan, K.H. 1991. Principles of Soils Chemistry (Dasar-dasar Kimia Tanah). Gadjah

Mada University Press: Yogyakarta

LAMPIRAN

108
109
BIODATA

Nama : Yudha Sepfiyantoro purbadi


Nim : A1DO15055
Alamat : Perum. Taman Alamanda Blok A4/7 Tambun Utara, Bekasi
Ttl : Jakarta, 17 September 1997

110
No.hp : 089674073525
Bbm : 7DDD2826
Line : ysp26
Facebook : Yudha Sepfiyantoro Purbadi

111

Anda mungkin juga menyukai