Anda di halaman 1dari 98

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Laboratorium adalah tempat bagi praktikan maupun peneliti untuk

melakukan percobaan. Melakukan percobaan di laboratorium tidak lepas dari

penggunaan zat-zat yang beraneka ragam, baik yang berbahaya maupun yang

aman bagi tubuh manusia. Untuk itulah alat-alat laboratorium diperlukan, selain

mempermudah percobaan juga mendukung keselamatan praktikan ketika

melakukan percobaan. Namun, tentu saja praktikan tidak dapat secara langsung

menggunakan alat-alat laboratorium tanpa mempunyai pengetahuan dan

kemampuan yang cukup untuk itu, karena masing-masing alat laboratorium

memiliki prosedur-prosedur tersendiri dalam penggunaannya.

Setiap percobaan kimia, selalu menggunakan peralatan yang berbeda atau

meskipun sama tapi ukurannya berbeda. Misalnya untuk mengambil larutan dalam

jumlah sedikit kita harus menggunakan gelas ukur bukan gelas beaker. Karena

ketelitian gelas ukur yang tinggi dan memang untuk mengukur zat cair, sedangkan

gelas beaker skala nya tidak akurat dan hanya sebagai wadah atau tempat larutan

atau sampel. Begitu pula dengan prosedur percobaan yang lain, praktikan harus

bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan laboratorium dengan tepat

sehingga tidak akan mengganggu kelancaran praktikum.

Mengingat betapa pentingnya pengetahuan dan prosedur penggunaan

peralatan laboratorium, maka pengenalan alat laboratorium sangat penting agar

setiap praktikum dapat berjalan sebagaimana mestinya dengan data yang akurat

tanpa terjadi hal hal yang tidak di inginkan.

4
B. Tujuan

Mahasiswa dapat mengenal bermacam-macam alat dan bahan kimia yang

sering dipakai dalam analisis atau percobaan serta penggunaannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

5
Ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat eksperimental. Ilmu kimia

mengembangkan metode ilmiah, maka pembelajaran kimia tidak hanya terbatas

pada pembelajaran, melalui eksperimen di dalam laboratorium kimia yang sangat

mutlak diperlukan. Dalam suatu laboratorium kimia terdapat alat-alat eksperimen

yang dapat digunakan untuk berbagai macam percobaan. Selain itu, di dalam

laboratorium kimia juga terdapat bahan-bahan eksperimen (Hiskia, 1993).

Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan

alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa

kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya (Firebiology, 2007).

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau

mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakuka praktikum tersebut.

Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan,

sehingga risiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan alat-

alat yang digunakan dan adanya ketelitian praktikan dalam melakukan

pengukuran atau perhitungan yang dilakukan menunjang ketetapan hasil analisis

kimia. Penggunaan alat yang tidak steril dapat menyebabkan kesalahan dalam

praktikum (Sudarmaji, 2005).

Ketetapan hasil analisis kimia menentukan macam, struktur, dan jumlah

zat, maka setiap cabang kegiatan manusia yang menyangkut materi, langsung atau

tidak langsung memerlukan analisa kimia (Harjadi, 1990).

Praktikum kimia tidak hanya mempelajari ala-alat percobaan namun kita

juga mempelajari bahan kimia. Karakteristik bahan kimia adalah bahan kimia

6
mudah terbakar, bahan pengoksidasi, bahan mudah meledak, bahan radioaktif,

bahan korosif, penyebab korosi, dan bahan beracun (toksik). Oleh karena itu,

diperlukan pengetahuan mengenai komposisi dan sifat dari bahan kimia tersebut,

sehingga dapat memahami sifat dan interaksi bahan tersebut dalam keadaan

lingkungan sekitar (Hiskia, 1993).

Pengenalan alat dan bahan yang dipakai saat praktikum mmeliputi macam-

macam alat dan bahan, mengetahui nama-nama alat, mengetahui sifat dari bahan

kimia, memahami fungsi serta cara kerja alat dan bahan tersebut. Setiap alat

dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan mempunyai fungsi

yang spesifik. Alat-alat tersebut terbuat dari bahan yang berbeda-beda, ada yang

terbuat dari gelas, porselen, kayu, alumunium, plastik, dan lain-lain. Peralatan

tersebut ada yang tahan terhadap basa, tahan terhadap kondisi normal. Oleh sebab

itu, penggunaan alat dan bahan kimia sangat menentukan keberhasilan suatu

penelitian (Chang, 2005).

Sebagian besar alat yang dipakai dalam analisis kimia terbuat dari gelas.

Selain itu ada pula yang terbuat dari porselin, besi, dan karet. Alat-alat yang

terbuat dari gelas antara lain:

1. Alat-alat yang terbuat dari gelas:


a. Buret, adalah pipet ukuran panjang, yang dilengkapi dengan kran untuk

mengukur volume cairan yang akan dikeluarkan atau dipindahkan secara

akurat sesuai dengan keinginan. Biasanya digunakan dalam titrasi. Ukuran

buret bervariasi dari 10 sampai 50 mL terbagi ke dalam skala kecil 1/10

mL.

7
b. Pipet seukuran, adalah pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan

atau zat cair dalam satu ukuran volume tertentu. Besarnya volume pipet

bervariasi dari 1 mL sampai 100 mL. tingkat kesalahannya kurang dari

0,01 mL.
c. Pipet tetes, pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan dengan cara

meneteskan larutan atau zat cair tanpa memperhatikan volumenya.


d. Volume flask (labu ukur) adalah labu gelas yang mempunyai volume

tertentu, serta mempunyai leher dan mulut yang sangat kecil dibandingkan

dengan labunya. Digunakan untuk mengencerkan larutan, menampung

larutan atau zat cair dengan volume yang tepat, dan membuat larutan

strandar dengan tepat dan teliti.


e. Gelas ukur, adalah tabung gelas berskala untuk mengukur volume larutan

atau zat cair dengan tepat. Gelas ukur bermulut lebar dan bercucuk, lebar

mulut sama dengan lebar alasnya. Standar deviasinya kira-kira 1 persen

dari volume yang sebenarnya.


f. Labu Erlenmeyer, adalah labu gelas untuk menampung larutan. Labu

Erlenmeyer ada yang berskala dan ada yang tidak, ada yang bertutup dan

ada yang tidak bertutup. Digunakan untuk menampung larutan pada saat

titrasi atau menampung larutan hasil destilasi.


g. Labu didih, adalah labu gelas yang digunakan untuk mendidihkan larutan.

Biasanya digunakan untuk destruksi jaringan.


h. Labu destilasi, adalah labu gelas untuk penyulingan (destilasi), misalnya

penyulingan amoniak (NH3) pada analisis Nitrogen.


i. Kuvet, adalah tabung gelas yang digunakan untuk menampung larutan

yang diukur dengan spektofotometer. Kuvet mirip dengan tabung reaksi,

namun ukurannya lebih kecil.

8
j. Eksikator atau desikator, adalah alat untuk menyimpan bahan atau benada

agar tetap kering, terutama bahan yang higroskopis.


k. Tabung reaksi, adalah tabung gelas yang dipakai untuk mereaksikan zat.
l. Gelas arloji, adalah cawan gelas berbentuk irisan bola yang digunakan

sebagai alat untuk penguapan atau pengeringan zat yang terlarut.

Alat-alat gelas yang dipakai dalam analisis kimia harus dibuat dari bahan gelas

yang tahan panas dan korosi. Biasanya alat-alat gelas yang memenuhi kualifikasi

tersebut bermerk: Pyrex, Scott, Assisten, Corning, dan Leerdam.

2. Alat-alat yang terbuat dari porselin:


a. Cawan porselin, cawan bercucuk yang diapakai untuk penguapan atau

pengeringan padatan dalam bentuk tepung.


b. Mortar, adalah alat tumbuk yang terbuat dari porselin untuk

menghancurkan zat dalam bentuk padatan.


c. Sendok porselin atau spatula, digunakan untuk mengaduk dan mengambil

bahan kimia berbentuk tepung dan padatan.

3. Alat-alat yang terbuat dari karet:


a. Filler, adalah alat penyedot yang gerdiri dari bola karet yang dilengkapi

dengan tiga cabang leher. Filler digunakan untuk menyedot dan

mengeluarkan larutan.
b. Prop atau tutup karet adalah tutup botol atau labu yang terbuat dari karet,

terkadang dilubangi untuk pipa destilasi.


4. Alat-alat yang terbuat dari logam:
a. Statif, adalah tiang besi yang digunakan untuk memegang buret atau gelas

lainnya. Statif dilengkapi dengan manice dan klem.


b. Oven listrik, digunakan untuk menghilangkan atau menguapkan air.
c. Waterbath, digunakan untuk memanaskan larutan tanpa kontak langsung

dengan sumber panas.


d. pH-meter, digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan

larutan.

9
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kimia pertanian pengenalan

alat dan bahan ini ada yang terbuat dari gelas antara lain buret, pipet seukuran,

pipet tetes, volumetric flask (labu ukur), gelas ukur, labu Erlenmeyer, labu didih,

labu destilasi, kuvet (cuvet), eksikator atau desikator, tabung reaksi, dan gelas

arloji. Alat-alat yang terbuat dari porselin antara lain cawan porselin, mortir, dan

sendok porselin atau spatula. Alat-alat yang terbuat dari karet antar lain filler dan

prop. Alat-alat yang terbuat dari logam antara lain statif, oven listrik, waterbath,

pH-meter, timbangan analitik, DHL-meter, muffle furnace, spektrofotometer,

flamefotometer, shaker, centrifuge, deep freezer, Atomic Absorbtion

Spectophotometer (AAS), kompor listrik, dan Bio Safety Cabinet.

10
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Natrium

Carbonat, Asam Asetat, Magnesum Oxide heavy, Kalium Klorida, Ammonium

nitrat, Saccharose reinst, Natrium Hidroksida, Ammonia Sollution, Ammonium

fluoride, Oksalic acid dehydrate, Hidrochloric acid fuming lasm klorida, dan

Asam Oksalat.

B. Prosedur Kerja
1. Alat-alat dan bahan kimia yang ada di laboratorium diamati.
2. Nama dan alat dan kegunaannya ditulis sesuai dengan nomornya.
3. Nama bahan kimia, rumus kimia, bobot molekul, derajat kemurnian, dan

keterangan lain yang ada pada label kemasan ditulis.


4. Hasil pengamatan ditulis dalam bentuk tabel.

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum

Tabel 1. Hasil pengamatan alat-alat laboratorium

N
Nama Alat Merk Kegunaan Gambar
o
Alat-alat yang terbuat dari gelas
Tempat

Assisten penampungan larutan


1 Buret
t yang digunakan

untuk titrasi.
Mengambil larutan
Pipet Assisten
2 dengan volume
seukuran t
tertentu.

Meneteskan larutan
3 Pipet tetes
dengan jumlah kecil.

4 Volumetric Phyrex Mengencerkan

Flask (labu larutan, menampung

12
larutan/zat cair

dengan volume yang

tepat dan membuat


ukur)
larutan

standardengan

ketepatan teliti.

Mengukur volume

5 Gelas ukur Phyrex zat kimia dalam

bentuk cair.

Sebagai tempat zat

yang digunakan
Labu
6 Phyrex untuk menampung
erlenmeyer
larutan pada saat

titrasi.

7 Labu didih Pyrex Mendidihkan larutan.

Menampung larutan
8 Labu destilasi Pyrex
saat penyulingan.

9 Kuvet (cuvet) Pyrex Menampung larutan

yang akan diukur

dengan

13
spektofotometer.

Eksikator Menyimpan bahan

10 atau - atau benda agar tetap

Desikator kering.

Mereaksikan suatu
11 Tabung reaksi -
zat.

Sebagai alas untuk

12 Gelas arloji Pyrex penguapan/pengering

an zat yang terlarut.


Alat-alat yang terbuat dari porselin.
Penguapan atau
Cawan
13 - pengeringan padatan
porselin
dalam bentuk tepung.
Menghancurkan zat
14 Mortir -
dalam bentuk padatan.
Mengaduk dan
Sendok
mengambil bahan
15 porselin atau -
kimia berbentuk
spatula
tepung padatan.
Alat-alat yang terbuat dari karet
Penyedot pipet yang

terdiri dari bola karet

16 Filler D&N yang dilengkapi

dengan 3 cabang

leher. Digunakan

14
untuk menyedot dan

mengeluarkan larutan.
Menutup labu,

17 Prop - terkadang dilubangi

untuk destilasi.
Alat-alat yang terbuat dari logam

1 Untuk tempat
Statif -
8 memgang buret.

1 Menghilangkan/me
Oven listrik BINDER
9 nguapkan air.

Memanaskan suatu

2 larutan tanpa
Waterbath NUOHAI
0 langsung terkena

sumber panas.

2 Mengukur derajat
pH-meter HANNA
1 keasaman.

2 Timbagan Mettler Mengetahui suatu

2 analitik toledo massa bahan.

15
2 Mengukur daya
DHL-meter -
3 hantar listrik.

2 Untuk proses
Muffle furnace Fotek
4 pengabuan.

Milton
2 Untuk mengukur
Spektrofotometer Roy
5 absorbansi.
Company

2 Mengetahui emisi
Flamefotometer Jenway
6 suatu logam.

Menghomogenkan
2 Kotterma
Shaker suatu larutan dan
7 n
mencari endapan.
Mengaduk dengan

2 Fisher gaya sentrifugal


Centrifuge
8 Scientific dan memecahkan

suatu ikatan.

Membekukan/men
2
Deep freezer Nuarre gawetkan suatu
9
bahan (-86C).

16
Pengukuran

Atomic serapan sinar oleh

3 Absorbtion Hitachi suatu atom dengan

0 Spectrophotomet Z-2000 menggunakan

er (AAS) panjang

gelombang.

3 Memanaskan
Kompor listrik Gerhardt
1 bahan.

Penyimpanan steril

3 Bio Safety dan menyimpan


Nuaire
2 Cabinet bahan agar tetap

kering.

Tabel 2. Hasil pengamatan bahan kimia

Bobot
No Rumus Derajat Keterangan
Nama Bahan Kimia Molekul
. Kimia Kemurnian lain
(gr/mol)
Serbuk,

1. Natrium Carbonat Na2CO3 105, 99 P. A warna

putih
2. Asam Asetat CH3COOH 60, 05 P. A Cair,

17
bersifat

korosif
Serbuk
Magnesium Oxide
3. MgO 40, 30 U. S. P warna
heavy
putih
Serbuk,

4. Kalium Klorida KCl 74, 55 P. A warna

putih
Lunak,

5. Ammmonium nitrat NH4NO3 80, 04 P. A warna

putih
Butiran

Ph Eur, Ph padat,
6. Saccharose reinst C12H22O11 324, 30
Nord, NF warna

putih
Serbuk

7. Natrium Hidroksida NaOH 40, 00 P. A warna

putih
8. Ammonia Sollution NH3 0, 91 25% Cairan
Serbuk
Ammonium
9. NH4F 37, 04 P. A warna
fluoride
putih
Oksalic acid
10. H2C2O4 38, 37 P. A Kristal
dihydrate
Hydrochloric acid

11. fuming lasm HCl 1, 19 37% Cairan

klorida
12. Asam oksalat C2H2O4 2+ 23, 09 P. A Putih,

18
H2O serbuk

19
B. Pembahasan

Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam alat,

berikut akan diuraikan pengkategorian dan penanganan alat-alat yang ada di

laboratorium berdasarkan kemampuan yang dimiliki alat untuk mendukung

berbagai proses yang dilakukan dalam percobaan ini.

Alat alat yang terbuat dari gelas, yaitu:

a. Buret, adalah alat kimia yang terbuat dari gelas yang memiliki ukuran yang

panjang. Buret dilengkapi dengan kran yang berfungsi untuk mengukur

volume cairan atau larutan yang akan dikeluarkan atau dipindahkan secara

akurat sesuai dengan yang dikehendaki. Buret biasa digunakan dalam titrasi.

Prinsip kerja buret adalah saat menggunakannya harus dalam keadaan bersih,

kering, dan bebas lemak. Sebelum titrasi dimulai, pastikan tidak ada

gelembung udara yang di bagian bawah kran karena dapat menyebabkan

kesalahan saat melakukan titrasi.


b. Pipet seukuran, adalah pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan atau

zat cair dalam satu ukuran volume tertentu. Prinsip kerjanya adalah cairan

disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang

diinginkan. Volume yang dipindahkan dikeluarkan mengikuti skala yang

tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan mensikus cekung

cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar.


c. Pipet tetes, pipet yang digunakan untuk memindahkan larutan dengan cara

meneteskan larutan atau zat cair tanpa memperhatikan volumenya. Prinsip

kerjanya adalah menambahkan cairan tetes demi tetes hingga volume tepat.

20
d. Volume flask (labu ukur) adalah labu gelas yang mempunyai volume tertentu,

serta mempunyai leher dan mulut yang sangat kecil dibandingkan dengan

labunya. Digunakan untuk mengencerkan larutan, menampung larutan atau zat

cair dengan volume yang tepat, dan membuat larutan strandar dengan tepat

dan teliti. Prinsip kerjanya labu ukur memiliki ketelitian tinggi sehingga sering

digunakan untuk mengukur larutan secara teliti dan digunakan untuk

mencapurkan larutan.
e. Gelas ukur, adalah tabung gelas berskala untuk mengukur volume larutan atau

zat cair dengan tepat. Gelas ukur bermulut lebar dan bercucuk, lebar mulut

sama dengan lebar alasnya. Standar deviasinya kira-kira 1 persen dari volume

yang sebenarnya. Prinsip kerjanya mengukur cairan secara tidak teliti dan

tidak masuk dalam perhitungan.


f. Labu Erlenmeyer, adalah labu gelas untuk menampung larutan. Labu

Erlenmeyer ada yang berskala dan ada yang tidak, ada yang bertutup dan ada

yang tidak bertutup. Digunakan untuk menampung larutan pada saat titrasi

atau menampung larutan hasil destilasi. Prinsip kerja dari labu erlenmeyer ini

yaitu dengan menuangkan larutan atau zat kimia secara langsung atau dengan

menggunakan corong.
g. Labu didih, adalah labu gelas yang digunakan untuk mendidihkan larutan.

Biasanya digunakan untuk destruksi jarringan.


h. Labu destilasi, adalah labu gelas untuk penyulingan (destilasi), misalnya

penyulingan amoniak (NH3) pada analisis Nitrogen.


i. Kuvet, adalah tabung gelas yang digunakan untuk menampung larutan yang

diukur dengan spektrofotometer. Kuvet mirip dengan tabung reaksi, namun

ukurannya lebih kecil. Prinsip kerjanya adalah memasukkan larutan ke dalam

kuvet untuk diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer.

21
j. Eksikator atau desikator, adalah alat untuk menyimpan bahan atau benada agar

tetap kering, terutama bahan yang higroskopis. Di bawah piringan porselin

terdapat bahan pengering yang umumnya terbuat dari ; silikagel, asam sulfat

pekat, fosfor pentaoksida, kalsium oksida dan sebagainya. Tutup desikator

pada bagian permukaan harus diberi bahan pelican misal : silicon grease, agar

dapat tertutup lebih rapat. Prinsip kerjanya adalah mendinginkan,

mengeringkan serta menyimpan zat atau bahan.


k. Tabung reaksi, adalah tabung gelas yang dipakai untuk mereaksikan larutan,

memanaskan larutan atau zat. Prinsip kerjanya adalah sebagai wadah larutan,

beberapa memiliki tutup yang digunakan untuk meletakkan sampel.


l. Gelas arloji, adalah cawan gelas berbentuk irisan bola yang digunakan sebagai

alat untuk penguapan atau pengeringan zat yang terlarut. Prinsip kerjanya

adalah sebagai wadah penimbangan zat padat.

Alat-alat yang terbuat dari porselin:

a. Cawan porselin, cawan bercucuk yang diapakai untuk penguapan atau

pengeringan padatan dalam bentuk tepung.


b. Mortir, adalah alat tumbuk yang terbuat dari porselin untuk menghancurkan

zat dalam bentuk padatan.


c. Sendok porselin atau spatula, digunakan untuk mengaduk dan mengambil

bahan kimia berbentuk tepung dan padatan.

Alat-alat yang terbuat dari karet:

a. Filler, adalah alat penyedot yang gerdiri dari bola karet yang dilengkapi

dengan tiga cabang leher. Filler digunakan untuk menyedot dan mengeluarkan

larutan. Prinsip kerjanya untuk menghisap larutan yang akan diukur.

22
b. Prop atau tutup karet adalah tutup botol atau labu yang terbuat dari karet,

terkadang dilubangi untuk pipa destilasi.

Alat-alat yang terbuat dari logam:

a. Statif, adalah statif ini sebagai tiang penyangga untuk destilasi, titrasi dan

penyarinan, hal ini dikarenakan tabung buret yang pajang sehingga tidak

mungkin untuk dipengang oleh praktikan pada saat akan menitrasi atau

destilasi.
b. Oven listrik, adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan

ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan

gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat pula

digunakan untuk mengukur kadar air. Prinsip kerjanya adalah Dalam

penggunaan oven, setelah pintu oven dibuka, alat yang ingin dikeringkan

dimasukkan kedalam oven dan pintu ditutup kembali. Setelah itu, tombol

POWER ditekan, kipas dinyalakan dan kecepatan kipas juga diatur. Kemudian

set suhu dengan menekan tombol SET. Layar SV akan menunjukkan suhu

yang diinginkan. Tunggu hingga layar PV menunjukkan suhu yang hampir

sama dengan layar SV. Lalu oven dimatikan dengan menekan tombol

POWER. Alat dikeluarkan dari dalam oven.


c. Waterbath, adalah alat untuk memanaskan suatu bahan tanpa langsung terkena

sumber panas. Prinsip kerjanya adalah pada saat saklar diposisi on maka

arus listrik dari sumber akan member suplay listrik ke heater. Heater yang

diberi arus listrik memberikan panas pada alat, suhu semakin tinggi, dan

berhenti naik sampai suhu yang diinginkan.

23
d. pH-meter, adalah alat untuk mengukur derajat keasaman ataupun basa dari

suatu larutan yang berbentuk elektronik. Prinsip kerja pH-meter yaitu semakin

banyak electron pada sampel maka akan semakin bernilai asam begitupun

sebaliknya, karena pada batang pH-meter berisi larutan elektrolit lemah


e. Timbangan analitik, adalah alat penghitung satuan massa suatu benda dengan

teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu

dengan penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan

peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada

neraca lalu dilihat angka yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat

dari bahan yang ditimbang.


f. DHL-meter, adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik.

Prinsip kerjanya adalah daya hantar listrik diukur dengan elektroda

konduktimeter dengan menggunakan larutan yang akan diuji.


g. Muffle furnace, adalah alat yang digunakan untuk mengabukan bahan. Prinsip

kerjanya adalah memasukkan cawan pengabuan yang terisi bahan yang akan

diabukan ke dalam muffle, lalu hidupkan muffle dengan menekan tombol on,

atur (set) temperatur pengabuan yang diinginkan, setelah selesai pengabuan

matikan muffle, biarkan beberapa waktu atau biarkan semalam hingga

temperatur muffle sama dengan temperatur lingkungan dan keluarkan bahan

dari dalam muffle.


h. Spektrofotometer, adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi

suatu larutan dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang

tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari

cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi

dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di

24
dalam kuvet. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya

(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,

sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium

itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan

dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan

konsentrasi sampel.
i. Flamefotometer, adalah suatu metode analisa yang berdasarkan pada

pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spesifik pada panjang

gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali

tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala. Prinsip dari flame fotometer ini

adalah pancaran cahaya elektron yang diemisi dari keadaan tereksitasi dan

kemudian kembali ke keadaan dasar. Keadaan tereksitasi ini terjadi apabila

elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya menuju orbital yang lebih

tinggi. Proses eksitasi berlangsung dengan waktu yang relatif sangat singkat

sekali. Sesaat setelah tereksitasi, elektron tersebut akan kembali ke keadaan

dasarnya dan proses ini dinamakan emisi. Dalam keadaan teremisi inilah

elektron tesebut akan memancarkan sejumlah sinar monokromatis tertentu.

Dalam keadaan berpijar, logam-logam tertentu akan menghasilkan pijaran

warna tertentu pula. Kita mengenal bahwa Natrium akan menghasilkan pijaran

warna kuning, Kalium memancarkan sinar ungu sedangkan Litium akan

memancarkan sinar merah.


j. Shaker, adalah alat yang digunakan untuk menghomogenkan suatu larutan dan

encari endapan. Prinsip kerjanya untuk mengocok suatu campuran bahan

kimia.

25
k. Centrifuge, adalah alat yang digunakan untuk mengaduk dengan gaya

sentrifugal. Berfungsi untuk memisahkan bahan tersuspensi dari medianya.

Prinsip kerja centrifuge adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal

sehingga bahan tersebut terpisah. Hal ini dilakukan dengan cara memutar

campuran dengan sangat cepat dan bertumpu pada titik pusat. Centrifuge

sering sekali digunakan untuk memisahkan suatu padatan dari cairan misalnya

memisahkan plasma dari sel darah.


l. Deep freezer, adalah alat yang digunakan untuk membekukan/mengawetkan

suatu bahan. Prinsip kerja dari freezer adalah kompresor memompakan gas

freon dengan tekanan yang tinggi dan temperatur yang tinggi. Lalu gas freon

dikirim ke kondensor untuk dibuang kalornya agar freon dapat berubah bentuk

menjadi cair akan tetapi tekanannya masih tinggi. Freon cair ini terus masuk

ke pipa kapiler dengan terlebih dahulu disaring dari kemungkinan kotoran

yang ikut terbawa. Dari pipa kapiler ini freon cair diuapkan oleh evaporator

yang mana sebelumnya melewati katup ekspansi. Didalam evaporator tekanan

dan temperature freon rendah sekali sehingga freon kembali ke dalam bentuk

gas. Freon yang telah berbentuk gas ini akan masuk ke saluran hisap untuk

disirkulasikan ulang oleh kompresor.


m. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), adalah alat yang digunakan

untuk pengukuran serapan sinar oleh suatu atom dengan menggunakan

panjang gelombang. AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-

atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung

pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar

oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan

26
dasarnya. Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar tampak.

Prinsip AAS pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion

senyawa dalam larutan.


n. Kompor listrik, adalah alat yang digunakan untuk memanaskan suatu bahan.

Prinsip kerjanya adalah bekerja dengan prinsip induksi sehingga kompor tidak

mengeluarkan api. Kawat konduktor dialiri arus listrik maka disekelilingnya

akan terbentuk garis gaya magnet. Jika kawat konduktor itu dibentuk

kumparan dan didekatnya diletakkan materi yang dapat menghantarkan listrik

(logam), maka loga tersebut akan menerima pengaruh garis gaya magnet lalu

di dalam logam tersebut akan mengalir arus eddy. Setiap logam biasanya

memiliki hambatan listrik, dan arus yang mengalir dalam logam tersebut akan

menghasilkan energi panas (Fleser dan Fieser, 2007).


o. Bio Safety Cabinet, adalah alat yang digunakan untuk penyimpanan steril dan

menyimpan bahan agar tetap kering. Prinsip kerjanya adalah Bio Safety

Cabinet (BSC) merupakan kabinet kerja yang disterilkan untuk kerja di

tempatyang memiliki resiko mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur

aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada

kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter. BSC dirancang

untuk melindungi operator, seluruh lingkungan labolatorium dan material

kerja dari penyebaran aerosol beracun dan infeksius. Kegiatan labolatorium

sepertiinokulasi kultur sel, suspensi cairan dari senyawa infeksius,

homogenisasi, dan pengocokanmaterial infeksius, sentrifugasi dari cairan

beracun, atau bekerja dengen hewan dapat menimbulkan aerosol beracun

(Suhardi, 2008).

27
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini memiliki kegunannya

dalam analisis kimia untuk pertanian. Berikut akan dijelaskan mengenai

kegunaannya.

1. Natrium Carbonat (Na2CO3), memiliki kegunaan dalam proses pembuatan

pulp (bubur kayu), kertas, sabun, detergen, kaca, dan untuk melunakkan air

sadah. Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan natrium karbonat

Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting

bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk

produk industri yang lebih canggih (seperti gelas).


2. Asam Asetat (CH3COOH), bagi tanaman adalah untuk memperpanjang hidup

bunga, karangan bunga hidup untuk menghias ruangan memang tak akan lama

bertahan. Mereka seringnya akan layu setelah hanya beberapa hari.

Pertahankan kesegaran bunga lebih lama dengan menambahkan dua sendok

makan cuka putih di vas.

3. Magnesium Oxide heavy (MgO), dalam pertanian berfungsi untuk:

a. Mengoreksi keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan

tanaman, kolam dan tambak.


b. Menetralisir kejenuhan zat - zat yang meracuni tanah, tanaman, kolam dan

tambak bilamana zat tersebut berlebihan seperti zat Al (alumunium), Fe

(zat besi), Cu (Tembaga).


c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat - zat hara yang

sudah ada dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun

pemberian pupuk lainnya seperti Urea, TSP dan KCl.

28
d. Menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan tanaman.

Artinya dengan Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang cukup unsur

mikropun memadai.
e. Memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi tanah sekaligus

bermanfaat bagi mikrobiologi dan kimiawi tanah sehingga tanah menjadi

gembur, sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai

bebas bergerak menghisap unsur hara dari tanah.


f. Aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan

senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat.


g. Membantu translokasi pati dan distribusi fosfor didalam tubuh tanaman.
h. Unsur pembentuk warna daun (Klorofil), sehingga tercipta hijau daun

yang sempurna.
i. Magnesium yang diberikan pada tambak / kolam ikan adalah salah satu

cara konvensional mempertinggi produktifitas kolam / tambak serta

sebagai cara sanitasi untuk membersihkan kolam / tambak dari hama dan

penyakit.
4. Kalium Klorida (KCl), merupakan unsur hara esensial yang digunakan

hampir pada semua proses untuk menunjang hidup tanaman. Petani sering

menyebut bahwa kalium adalah unsur hara mutu, karena berpengaruh pada

ukuran, rasa, bentuk, warna dan daya simpan.

Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Ion-ion K+ di dalam air tanah

dan ion-ion K+ yang di adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah

mengandung juga persediaan mineral tertentu dalm bentuk berbagai macam

silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim.

Persediaan mineral dalam bentuk kalium ini terutama penting bagi tanah liat

dari laut yang masih muda. Bertambah banyak persediaan ini di dalam tanah,

29
maka akan lebih banyak pula kalium di bebaskan sebagai akibat dari pengaruh

iklim yang diserap oleh tanaman. Secara umum fungsi Kalium bagi tanaman,

antara lain :
a. Sebagai katalisator dalam pembentukan protein.
b. Mengatur kegiatan berbagai unsur mineral.
c. Menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik.
d. Menaikkan pertumbuhan jaringan meristem.
e. Mengatur pergerakan stomata.
f. Memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh.
g. Mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak langsung.
h. Meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah.
i. Membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat.
j. Membantu perkembangan akar tanaman.
k. Membentuk dan mengangkut karbohidrat.
l. Meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih

baik.
m. Membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
5. Amonium nitrat (NH4NO3), yang dapat dibuat putpuk. Pupuk ammonium

nitrat adalah pupuk yang dapat menyumbangkan dua jenis hara N dalam

bentuk ammonium dan nitrat. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 33,

termasuk pupuk yang larut didalam air. Bentuk pupuk ialah padat dan kristalin

dan berwarna putih, tidak higrokopis dan berkerja cepat (Hasibuan, 2006).
6. Saccharose reinst (C12H22O11), maltosa menghasilkan 2 molekul glukosa,

digunakan dalam makanan bayi dan susu bubuk beragi (malted milk), bereaksi

positif terhadap pereaksi fehling, benedict, dan tollens dan sebagai pembuat

rasa manis pada makanan.


7. Natrium Hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali kaustik soda dan,

adalah kaustik logam dasar . Natrium hidroksida adalah basa yang umum di

laboratorium kimia. Natrium hidroksida (NaOH) banyak digunakan di banyak

industri, terutama sebagai kuat kimia dasar dalam pembuatan pulp dan kertas ,

tekstil , air minum , sabun dan deterjen dan sebagai pembersih drain.

30
8. Ammonia Sollution (NH3), penggunaan utama amonia adalah sebagai pupuk.

Amonia dapat diterapkan secara langsung atau dalam bentuk garam-garam

amonium, seperti amonium nitrat, NH4NO3, amonium sulfat, (NH4)2SO4, dan

berbagai amonium fosfat. Urea, (H2N)2C = O, juga digunakan sebagai sumber

nitrogen untuk pupuk. Amonia juga digunakan dalam pembuatan bahan

peledak komersial (misalnya, trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin, dan

nitroselulosa). Amonia cair adalah pelarut yang mengandung amonium

hidroksida, dan digunakan sebagai cairan pembersih rumah tangga. Dalam

industri tekstil, amonia digunakan dalam pembuatan serat sintetis, seperti

nilon dan rayon. Selain itu, digunakan dalam proses pencelupan dan gerusan

dari kapas, wol, dan sutra. Amonia berfungsi sebagai katalis dalam produksi

beberapa resin sintetis. Lebih penting lagi, menetralkan asam produk dari

penyulingan minyak bumi, dan industri karet mencegah pembekuan lateks

mentah selama transportasi dari perkebunan ke pabrik.

9. Ammonium (NH4F), Amonium flouride digunakan sebagai bahan dalam

beberapa pupuk sebagai sumber tinggi unsur nitrogen . Hal ini juga digunakan

sebagai flame retardant dalam komposisi termoplastik. Digunakan juga dalam

pembuatan roti untuk mempromosikan pertumbuhan ragi.


10. Oksalic acid dihydrate (H2C2O4), kegunaan asam oksalat sangat banyak antara

lain bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat, menetralkan

kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleaching. Asam oksalat pada

industri logam dipakai sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari

kerak, sedangkan dalam pabrik polimer dipakai sebagai inisiator.

31
11. Hydrochloric acid fuming lasm klorida (HCl), memiliki beberapa kegunaan

antara lain:
a. HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan

polyalumunium chloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan

sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan

digunakan pada pengolahan air.


b. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk

pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC.


c. Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat

atau kerak besi oksida dari besi atau baja.


d. Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air

limbah cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima.


e. HCl digunakan pada proses produksi gelatin dan bahan aditif pada

makanan.
f. Di laboratorium, asam klorida biasa digunakan untuk titrasi penentuan

kadar basa dalam sebuah larutan.


g. Asam klorida juga berguna sebagai bahan pembuatan cairan pembersih

porselen.
h. HCl digunakan pula dalam proses regenerasi resin penukar kation .
i. Kegunaan-kegunaan lain dari asam klorida diantaranya adalah pada proses

produksi baterai, kembang api dan lampu blitz kamera.


j. Campuran asam klorida dan asam nitrat (HNO3) atau biasa disebut dengan

aqua regia, adalah campuran untuk melarutkan emas.


k. Pada skala industri, HCl juga digunakan dalam proses pengolahan kulit.
12. Asam oksalat (C2H2O4 2+ H2O), memiliki kegunaan yaitu:
a. Sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari kerak.
b. Menetralkan kelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleching.
c. Bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat.
d. Sebagai inisiator dalam pabrik polimer.

Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam alat,

berikut akan diuraikan merk dari masing-masing alat tersebut.

32
Alat-alat yang terbuat dari gelas yang memiliki merk Assistant yaitu buret

dan pipet seukuran. Yang memiliki merk Pyrex yaitu Volumetric flask (labu ukur),

gelas ukur, labu erlenmeyer, labu didih, labu destilasi, kuvet, dan gelas arloji. Dan

alat yang tidak tercantum merknya yaitu alat pipet tetes, eksikator atau desikator,

dan tabung reaksi.

Alat-alat yang terbuat dari porselin seperti cawan porselin, mortar, dan

sendok porselin atau spatula tidak tercantumkan merknya. Alat-alat yag terbuat

dari karet seperti filler memiliki merk D&N, sedangkan prop tidak tercantumkan

merknya.

Alat-alat yang terbuat dari logam seperti oven listrik bermerk BINDER,

waterbath bermerk NUOHAI, ph-meter bermerk HANNA, timbangan analitik

bermerk Mettler Toledo, Muffle furnace bermerk Fotek, Spektrofotometer

bermerk Milton Roy Company, Flamefotometer bermerk Jenway, Shaker bermerk

Kotterman, Centrifuge bermerk Fisher Scientific, Deep freezer bermerk Nuarre,

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) bermerk Hitachi Z-2000, kompor

listrik bermerk Gerhardt, dan Bio Safety Cabinet bermerk Nuaire. Sedangkan

DHL-meter tidak tercantumkan merknya.

Bahan yang diamati pada saat praktikum memiliki rumus kimia, bobot

molekul, derajat kemurnian pada label kemasannya. Berikut akan dijelaskan

mengenai derajat kemurnian.

Derajat kemurnian adalah ukuran yang menyatakan suatu zat. Berikut

beberapa derajat kemurnian yang paling terkenal:

33
a. Commercial grade atau kemikalia teknik. Bahan kimia ini pada uumnya tidak

digunakan di laboratorium untuk analisis kimia tetapi digunakan secara besar-

besaran dalam industri.


b. USP-grade (United State Pharmacope), kemikalia yang dimurnikan agar lulus

dari tes-tes atau tidak mengandung beberapa zat tertentu.


c. CP-grade (Chemical Pare grade), kemikalia ini mempunyai derajat kemurnian

yang lebih tinggi dari USP-grade.


d. Reagent grade atau analyzed grade, kemikalia ini dihasilkan oleh pabrik dan

tidak dimurnikan dan telah dites untuk meyakinkan bahwa kandungan dari

zat-zat tertentu di bawah batas maksimum.


e. Primary Standard Grade atau Pro Analys, kemikala yang memenuhi

persyaratan untuk membuat reaksi (Suhardi, 2008).

Adapun derajat kemurnian yang terdapat pada bahan-bahan yang

digunakan pada praktikum ini. Bahan-bahan yang memiliki derajat kemurnian Pro

Analysi (P.A) yaitu Natrium Carbonat (Na 2CO3), Asam Asetat (CH3COOH),

Kalium Klorida (KCl), Ammonium Nitrat (NH4NO3), Natrium Hidroksida

(NaOH), Ammonium Flouride (NH4F), Oksalic acid dehydrate (H 2C2O4), dan

Asam Oksalat (C2H2O4 2+ H2O).

Bahan kimia yang memiliki derajat kemurnian USP adalah Magnesium

Oxide heavy (MgO), bahan kimia Saccharose reinst (C 12H22O11) memiliki derajat

kemurnian Ph Eur, Ph Nord, NF. Ammonia Sollution (NH 3) memiliki derajat

kemurnian 25% dan Hidrochloric acid fuming lasm klorida (HCl) derajat

kemurniannya 37%.

34
Selain itu, bahan-bahan tersebut juga memiliki sifat-sifatnya masing-

masing, berikut akan diuraikan mengenai sifat-sifat bahan.

1. Natrium Carbonat (Na2CO3), Natrium karbonat murni berwarna putih, bubuk

tanpa warna yang menyerap embun dari udara, punya rasa alkalin/pahit, dan

membentuk larutan alkali yang kuat.


2. Asam Asetat (CH3COOH), Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang

khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan

besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila

larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik

trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang

mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.


3. Magnesium Oxide heavy (MgO), Magnesium agak kuat, berwarna putih

keperakan dan ringan (sepertiga lebih ringan dari aluminium). Magnesium

berubah kusam saat terkena udara, tetapi berbeda dengan logam-logam alkali

lainnya, penyimpanan dalam lingkungan yang bebas oksigen tidaklah

dibutuhkan karena magnesium akan membentuk lapisan pelindung oksida

yang sulit ditembus atau diasingkan. Dalam bentuk bubuk, logam ini terbakar

dengan memancarkan api putih saat terkena kondisi lembab. Magnesium sulit

terbakar jika dalam bentuk massal, dan lebih mudah dibakar jika dipotong

dalam bentuk strip tipis.


4. Kalium Klorida (KCl), dalam keadaan murni itu tidak berbau. Memiliki

vitreous kristal putih atau berwarna, dengan struktur kristal yang memotong

mudah dalam tiga arah. Kalium klorida kristal adalah kubik berpusat muka.

Potas bervariasi dalam warna dari merah muda atau merah menjadi putih

35
tergantung pada proses pertambangan dan pemulihan digunakan. Potas Putih,

kadang-kadang disebut sebagai potas larut, biasanya lebih tinggi pada analisis

dan digunakan terutama untuk membuat pupuk starter cair.


5. Amonium nitrat (NH4NO3), padatan granul atau hablur, berwarna putih atau

tidak berwarna transparan, higroskopik, mudah mencair. Berat jenis 1,725.

Suhu lebur 155C, terurai pada suhu 210C, rumus molekul NH4NO3, Berat

molekul 80.0396, kelarutan 118% pada 0C, titik lebur 170C, sangat mudah

larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam metanol.


6. Saccharose reinst (C12H22O11), memiliki rasa yang manis, sekitar setengahnya

glukosa dan sekirat seperenam manisnya fruktosa.


7. Natrium Hidroksida (NaOH), berwarna putih atau praktis putih, berbentuk

pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap

karbondioksida dan lembab. mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi

tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air,

NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. Senyawa ini sangat mudah

terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.


8. Ammonia Sollution (NH3), gas tidak berwarna dengan bau yang tajam

menyengat. Titik didihnya adalah -33,35 C (-28,03 F), dan titik bekunya

adalah -77,7 C (-107,8 F). Memiliki kalor penguapan tinggi (23,3 kilojoule

per mol pada titik didihnya) dan dapat ditangani sebagai cairan dalam wadah

termal terisolasi di laboratorium.


9. Ammonium fluoride (NH4F), memiliki sifat-sifat bahan seperti granula

higroskopik putih halus atau kristal , densitas: 1,769 gr/cm3 (pada 20 oC), titik

leleh: 235-280 C; 508-553 K; 455-536 F (terurai), kelarutan dalam air: 70,6

g/100 mL (0 C);74,4 g/100 mL (pada 20 C); 103,8 g/100 mL (pada 100 C),

36
kelarutan dalam pelarut lain: Tidak larut dalam aseton, alkohol dan eter.

Kelembaban relative kritis: 79,2% (30 C).


10. Oksalic acid dihydrate (H2C2O4), memiliki sifat bahan yaitu berwarna putih,
berbentuk kristal dan tidak berbau, melting point : 101,5C. Densitas : 1,653
gr/cm3, Hf (18C) : -1422 kJ/mol, berat molekul : 126 gr/mol, pH (0,1 M) :
1,3.
11. Hydrochloric acid fuming lasm klorida (HCl), bening dan tidak berwarna

ketika ditambahkan ke air. Namun, asam klorida memiliki bau yang kuat, dan

mengandung rasa asam yang khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah

larut dalam air pada semua konsentrasi, dan memiliki titik didih sekitar 110

derajat Celcius. Asam klorida bersifat korosif, yang berarti akan merusak dan

mengikis jaringan biologis bila tersentuh. Selanjutnya, HCl dapat

menyebabkan kerusakan besar internal jika terhirup atau tertelan.


12. Asam oksalat (C2H2O4 2+ H2O), Asam oksalat dalam keadaan murni berupa

senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10o C) dan larut dalam alkohol.

Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam alkali (NaK), yang larut

dalam air (5-25 %), sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk

Mg atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam

air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat

tersebut asam oksalat digunakan untuk menentukan jumlah kalsium. Asam

oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat (Sudarmaji, 2005).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

37
1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum terbuat dari gelas, porselin, karet,

dan logam dan memiliki fungsi dan prinsip kerjanya masing-masing.


2. Bahan-bahan yang digunakan dalam laboratorium memiliki rumus molekul,

bobot molekul, dan derajat kemurnian, serta kegunaannya masing-masing

dalam analisis kimia pertanian.

B. Saran

Dengan mengetahui alat dan bahan kimia dalam laboratorium, diharapkan

praktikan mampu menggunakan secara maksimal dan tidak terjadi kesalahan

dalam praktikum serta dapat menggunakan ketelian dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Firebiology. 2007. Teknik Pengenalan Penyiapan dan Penggunaan Alat


Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta.

38
Fleser, L.F dan Fieser, M. 2007. Organic Chemistry. New York: Reinhold
Publishing Coorporation.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.

Hiskia, A. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung: ITB.

Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis Jurnal


Kesehatan Lingkungan. Vol. 1 No. 2.

Suhardi. 2008. Biosafety Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium


Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta: PT Multazam Mitra Prima.

Tim Pengampu Praktikum Kimia Pertanian. 2015. Penuntun Praktikum Kimia


Pertanian. Purwokerto: Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman.

LAMPIRAN

39
Saccharose reinst Ammonium Ammonium
nitrat fluoride
(C12H22O6)
(NH4NO3) (NH4F)

Kalium chlorid Hydrochloric acid Oksalic acid dihydrate


(KCl) fuming (HCl) (H2C2O4)

Natrium Hidroksida Magnesium oxide Asam asetat


(NaOH) (MgO) (CH3COOH)

40
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Analisa kuantitatif adalah suatu upaya untuk menguraikan senyawa

menjadi unsur-unsurnya atau komponenkomponennya. Analisa volumentri

merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan untuk

menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan cara mengukur

banyaknya volume larutan yang telah diketahui dengan teliti dan dapat bereaksi

secara kuantitatif dengan zat yang akan diketahui.

Larutan yang konsentrasinya yang telah diketahui secara teliti disebut

volume larutan standar atau larutan baku. Biasanya untuk mengukur volume

larutan standar tersebut, larutan standar harus ditambahkan melalui alat yang

disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang

ditentukan sampai terjadi reaksi disebut titrasi. Reaksi yang dijalankan dengan

titrasi yaitu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah

yang direaksikan tepat mencapai titik ekuivalen satu sama lain, yang biasanya

dapat diketahui karena ada sesuatu yang tampak dalam larutan ini, yaitu

perubahan warna atau terjadinya suatu endapan yang disebabkan oleh larutan

standarnya sedikit atau karana adaanya penambahan suatu larutan penunjuk atau

indikator. Keadaan itu merupakan saat akhir tirasi, sedangkan larutan yang

ditambahkan titran dinamakan titrat. Selsih waktu dapat menyebabkan kesalahan

titrasi. Selain reaksi harus kuantitatif, juga harus berjalan cepat, sebab bila

reaksinya lambat titik ekuivalen sulit untuk diamati. Reaksi dapat dipercepat

dengan pemanasan, pengadukan atau penambahan katalisator. Indikator adalah

41
alat yang digunakan untuk mengindikasi senyawa organik yang berubah warnanya

dalam larutan sesuai dengan pH larutan tersebut. Indikator asam basa adalah asam

atau basa organik yang mempunyai satu warna lain jika konsentrasi hidrogen lebih

tinggi dari pada suatu harga tertentu dan suatu warna jika konsentrasi itu lebih

rendah.

Volumetri merupakan suatu bagian dari metode analisa kuantitatif yang

dapat dilakukan dengan cara mengukur volume suatu larutan yang konsentrasinya

telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya setelah diketahui dengan larutan

yang akan ditentukan konsentrasinya. Volume digunakan untuk membedakan

konsentrasi dari substansi yang larut dalam larutan, hal ini dinamakan sebagai

analisa kuantitatif, namun dapat pula disebut sebagai analisa volumetri.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengamati reaksi bahan kimia sederhana yang banyak

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan mengidentifikasi unknown melalui

test reaktivitasnya.
2. Mahasiswa dapat membuat larutan baku asam oksalat 0,1 M secara teliti

sebanyak 250 mL.


3. Mahasiswa dapat menetapkan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan

standar asam oksalat, dan menetapkan konsentrasi larutan HCl.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari

susunan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Analisa kimia

terdiri dari Analisa Kualitatif dan Analisa Kuantitatif. Analisa kualitatif adalah

penyelidikan kimia mengenai enis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat

42
tunggal atau campuran. Sedangkan analisa kimia kuantitatif adalah penyelidikan

kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau

campuran. Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation (Sukardjo,

1985).
Langkah utama analisis kimia yaitu identifikasi dan estimasi komponen

senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisi kualitatif, sedangkan

estimasi dikenal dengan langkah kuantitatif. Analisis mengidentifikasi penyusun

suatu zat, campuran zat atau larutan yang biasanya unsur-unsur penyusunnya

bergabung antara yang satu dengan yang lain. Analisis kualitatif lebih sederhana

dibanding dengan analisis kuantitatif. Suatu reaksi menyebabkan sebagian kation

mengendap terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula (Harjadi,

1993).
Dasar identifikasi ini tergantung dari sifat-sifat kimia dan fisiknya.

Analisis berdasarkan sifat fisiknya dapat diamati secara langsung seperti bau,

warna, terbentuknya gelombang atau endapan yang meerupakan informasi awal

yang berguna untuk analisis selanjutnya. Analisis berdasarkan sifat kimia

merupakan ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis

baru, contoh sifat kimia adalah mudah terbakar, mudah meledak, beracun, dan

sebagainya (Syukri, 1999).


Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji reaksi kering dan reaksi

basah. Reaksi kering dapat ditetapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk

zat dalam larutan. Reaksi kering adalah sejumlah uji yang berguna dapat

dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk

operasi ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi, dan uji manik.

Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi

43
diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dan pembebasan gass

dengan peruahan warna (Nana, 1999).


Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Anion adalah

ion yang bermuatan negatif, misalnya Cl, SO4 2. Untuk mendeteksi anion dala

suatu campuran tidak memerlukan etode yang sistematik seperti pada kation.

Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada

kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya dan garam zinknya

(Syukri, 1999).
Sampai saat ini belum pernah ditemukan suatu skema yang benar-benar

memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam

golongan utama, dan dari masing-masing golongan utama tergantung kelarutan

garam pelarutnya. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku, karena

satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan (Svehla, 1985).
Reaksi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari

klorida, sulfide, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5

golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia

(Syukri, 1999).
Golongan-golongan kation memiliki ciri khas, yaitu:
a. Golongan 1: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang

termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.


b. Golongan 2: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana

asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah

merkurium (II), tembaga cadmium, bismuth, stibium, dan timah.


c. Golongan 3: membentuk endapan dengan ammonium sulfide daam suasana

netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, alumunium, seng,

mangan, dan kobalt.

44
d. Golongan 4: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya

ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.


e. Golongan 5: disebut golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-

reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk golongan ini antara

lain magnesium, natrium, kalum, ammonium, litium, dan hydrogen (Svehla,

1985).

Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan

dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui

dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan

ditentukan konsentrasinya (Keenan, 1998).

Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif

yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu.

Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau

memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan

sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut. Volume digunakan untuk

membedakan konsentrasi dari substansi yang larut dalam larutan, hal ini

dinamakan sebagai analisa kuantitatif, namun dapat pula disebut sebagai analisa

volumetri (Harjadi, 1993).

Irfan (2000) menyatakan bahwa larutan baku (larutan standar) adalah

larutan yang kadarnya telah diketahui dengan teliti dan dipakai sebagai larutan

pembanding untuk menghitung kadar larutan lain. Proses yang digunakan untuk

45
menentukan secara teliti diukur volumenya. Konsentrasi larutan baku dalam titrasi

dapat dinyatakan sebagai larutan molar (M) atau larutan normal (N).

Larutan baku terdiri atas 2 jenis:

a. Larutan baku primer, adalah zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang

dengan tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai. Contoh zat

standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium bromat, kalium

iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.


b. Larutan baku sekunder, adalah larutan standar lain yang ditetapkan

konsentrasinya memlalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer.

Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na22S2O3, HCl,

dan H2SO4.

Larutan yang akan ditetapkan konsentrasinya diukur dalam buret dengan

cara menambahkan kepada sejumlah volume larutan standar dalam Erlenmeyer

sampai reaksi selesai dengan sempurna, pengukuran ini disebut titrasi dan larutan

yang ditetapkan konsentrasinya disebut titrat. Titrat ditambahkan titer sedikit demi

sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka

proses titrasi dihentikan. Titik ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan

reaksi secara stoikiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir

titrasi adalah dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan

titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada

umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir

titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil

analisis pada suatu senyawa (Rival, 1995).

46
Penggunaan metode volumetri dalam analisis kimia harus memenuhi

syarat-syarat, yaitu:

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.


2. Reaksinya harus sederhana serta dpaat dinyatakan dengan persamaan reaksi

yang kuantitatif atau stoikiometrik.


3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik

secara kimia maupun secara fisika.


4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika

(William, 1990).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis kualitatif yaitu tabung

reaksi, rak tabung reaksi, label, dan kertas pH. Alat-alat yang digunakan untuk

praktikum volumetri yaitu gelas ukur, timbangan, labu ukur, batang pengaduk,

pipet tetes, label, statif, buret, labu Erlenmeyer, filler, corong, dan pipet seukuran.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum analisis kualitatif yaitu

larutan 10% baking soda, larutan Ba(OH)2, larutan 10% garam dapur, larutan

AgNO3, larutan HNO3, larutan 0,1 M MgSO4, larutan BaCl2, larutan 0,1 M KI,

larutan pemutih (NaOCl), dan larutan kanji (C 6H10O5). Bahan-bahan yang

47
digunakan dalam praktikum volumetri yaitu larutan asam oksalat, aquades, larutan

NaOH, larutan HCl, dan indikator fenolfetalin.

B. Prosedur Kerja

Percobaan 1 (Analisa Kualitatif)

Test CO2 gas

1. Larutan 10% baking soda dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi.


2. Tabung reaksi ditutup sambil dikocok, lalu kertas pH dimasukkan dekat

permukaan cairan pada tabung reaksi.


3. Larutan Ba(OH)2 dimasukkan sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi.
4. Diamati apa yang terjadi.
5. Prosedur 1-4 dilakukan untuk larutan kapur tulis.

Test untuk ion Cloride, Cl

1. Larutan 10% garam dapur dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung

reaksi.

48
2. Tabung reaksi ditutup sambil dikocok, lalu dimasukkan kertas pH dekat

permukaan cairan tabung.


3. Larutan AgNO3 ditambahkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi dan

diteteskan beberapa tetes larutan HNO3.


4. Diamati apa yang terjadi.

Test untuk Sulfat, SO4 2

1. Larutan 0,1 M MgSO4 diasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi.


2. Larutan BaCl2 ditambahakan sebanyak 1 mL, dan beberapa tetes HNO3.
3. Diamati apa yang terjadi.

Test untuk Iodina, I

1. Larutan 0,1 M KI dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi.


2. Larutan pemuti ditambahkan sebanyak 1 mL, lalu kocok dan amati apa yang

terjadi.
3. Beberapa tetes larutan kanji ditambahkan, lalu amati apa yang terjadi.

Percobaan 2 (Asam Oksalat + NaOH)

1. Massa larutan baku asam oksalat dihitung dan ditimbang untuk membuat

larutan 0,1 M asam oksalat sebanyak 50 mL.


2. Sejumlah asam oksalat ditimbang dengan gelas ukur 100 mL, diencerkan

dengan aquades secukupnya, diaduk dengan batang pengaduk sampai

homogen.
3. Labu ukur disediakan 250 mL, dipasanglah corong pada mulut labu ukur dan

diganjal dengan gulungan kertas saring.


4. Larutan asam oksalat dipindahkan dengan bantuan batang pengaduk ke dalam

labu ukur 250 mL dengan hati-hati.


5. Gelas ukur dan batang pengaduk dibilas dengan botol semprot minimal 5 kali

sampai yakin betul semua larutan asam oksalat tidak ada yang tertinggal di

dalam gelas ukur.

49
6. Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur dengan gelas ukur sampai volume

mendekati 250 mL.


7. Gulungan kertas saring diambil dan dipakai sebagai ganjalan, angkatlah

corong sambil dibilas aquades ke dalam labu.


8. Mulut dan leher labu ukur dibilas dengan botol semprot air mendekati tanda

miniskus.
9. Dinding leher labu ukur dikeringkan dengan kertas saring dan jangan sampai

menyentuh larutan.
10. Tetes demi tetes aquades ditambahkan ke dalam labu ukur dengan bantuan

pipet tetes sampai permukaan air tepat pada miniskus.


11. Labu ukur ditutup, peganglah mulut dengan tangan kanan dan labu diletakkan

di atas lengan sambil dibolak-balikkan 25 kali agar diperoleh larutan yang

homogen.
12. Label molaritas ditempel pada larutan asam oksalat 0,1 M.

Percobaan 3 (Titrasi Asam Basa)

1. Buret dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak dua kali,

setiap kali pembilasan dengan 50 mL.


2. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret dengan hati-hati.
3. Labu Erlenmeyer 250 mL diisi dengan 50 mL larutan standard asam oksalat

0,1 M dengan menggunakan pipet seukuran. Pipet tidak boleh ditiup, tetapi

cukup digesekkan ujungnya pada bibir labu Erlenmeyer.


4. Dua tetes larutan indikator fenolfetalin ditambahkan ke dalam labu

Erlenmeyer. Dengan hati-hati bukalah kran buret dan mulailah titrasi sambil

mengocok labu Erlenmeyer.


5. Jika larutan sudah menjadi merah muda, titrasi dihentikan karena sudah

mencapai titik ekivalen.


6. Volume larutan NaOH yang diperlukan dicatat untuk menetralkan 10 mL 0,1

M asam oksalat. Titrasi dilakukan dua kali, hasilnya dirata-rata.


7. Perhitungan konsentrasi larutan NaOH.
Reaksi: 2 NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

50
Misal: volume asa oksalat (V2) = 10 mL, konsentrasi (M 2) = 0,1 M dan

volume NaOH rata-rata = 21,5 mL maka konsentarsi NaOH (M1) adalah:


V1 x M1 x 1 = V2 x M2 x 2
21,5 x M NaOH x 1 = 10 x 0,1 x 2
10 x 0,1 x 2
M NaOH = 20 x 1

= 0,093 M
8. Konsentrasi HCl ditentukan dengan cara yang sama dengan prosedur untuk

NaOH, yaitu memipet larutan 10 mL larutan HCl dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer 250 mL, ditambah 2 tetes larutan indikator fenolfetalin, kemudian

dititrasi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya.


9. Perhitungan konsentrasi larutan NaOH
Reaksi: HCl + NaOH NaCl + H2O
Misal: volume NaOH rata-rata yang digunakan dalam titrasi (V 2) = 10,5 mL

konsentrasi NaOH (M2) = 0,093, volume HCl (V 1) = 10 mL, maka konsentrasi

(M1) HCl adalah:


V1 x M1 x 1 = V2 x M2 x 1
10 x M1 x 1 = 10,5 x 0,093 x 1
10,5 x 0,093 x 1
M HCl = 10 = 0,098 M

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum

Percobaan 1 (Analisa Kualitatif)

No Jenis Test Reaksi Perubahan Endapan pH


Warna

.
1. Test CO2 NaHCO3 + Ba(OH)2 Beningbening Terbentuk
BaCO3 + NaOH + H2O endapan 10
putih
CaCO3 + Ba(OH)2 Beningkeruh Terbentuk
BaCO3 + Ca(OH)2 endapan 5
putih
2. Test Cl NaCl + AgNO3 + NHO3 Beningputih Terbentuk 5

51
NaNO3 + AgCl endapan
putih
MgSO4 + BaCl2 + Beningputih Terbentuk
2
3. Test SO4 HNO3 MgCl2 + BaSO4 endapan
putih
KI + NaOCl + C6H10O5 Beninghitam Tidak
4. Test I
KNaCl + I C6H10O5 terbentuk

Percobaan 2 (Asam Oksalat + NaOH)

Gram (COOH)2 = 0,6217 gram

0,6217
M (COOH)2 = 126 x 0,05 = 0,0987 M

Titrasi 1
V NaOH = 7 mL

V (COOH)2 = 10 mL

M NaOH?

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

52
Mol NaOH 2
mol COOH = 1

1 x Molar x V = 2 x Molar x V

2 x 0,0987 x 10 mL
M NaOH = 7

M NaOH = 0,282 M

Titrasi 2
V NaOH = 8,5 M NaOH?

1 x Molar x V = 2 x Molar x V

2 x 0,0987 x 10 mL
M NaOH = 8,5

M NaOH = 0,2322 M

Rata-rata Molaritas?

M 1+ M 2 0,282+ 0,2322
M total = 2 = 2 = 0,2571 M

Percobaan 3 (Titrasi Asam Basa)

Titrasi 1
V NaOH = 5,8 mL V HCl = 10 mL

53
M NaOH = 0,1 M M HCl?

M1 x V1 x 1 = M2 x V2 x 1

0,1 x 5,8 x 1 = M2 x 10 x 1

0,1 x 5,8
M2 = 10

M2 = 0,058

Titrasi 2
V NaOH = 7,1 mL V HCl = 10 mL

M NaOH = 0,1 M HCl = ?

M1 x V1 x 1 = M2 x V2 x 1

0,1 x 7,1 x 1 = M2 x 10 x 1

0,1 x 7,1
M2 = 10 = 0,071

Rata-rata Molaritas

M 1+ M 2 0,058+ 0,071
M total = 2 = 2 = 0,0645 M

pH= 6,45 x 104

= 4 log 645

54
= 4 2, 8095

= 1, 1905

B. Pembahasan

Adapun bahan-bahan dan reaksi bahan-bahan yang digunakan pada

praktikum analisis kualitatif, berikut akan dijelaskan mengenai bahan-bahan dan

reaksi-reaksinya.

55
Natrium bikarbonat (NaHCO3), adalah senyawa kimia yang biasa juga

disebut dengan baking soda, sodium bikarbonat, dan lain-lain. Natrium bikarbonat

(NaHCO3) merupakan senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini diklasifikasikan

sebagai garam asam yang dibentuk dengan menggabungkan asam (karbonat) dan

dasar (natrium hidroksida), dan bereaksi dengan bahan kimia lain sebagai alkali

ringan. Pada suhu di atas 300 derajat Fahrenheit (149 derajat Celcius), soda kue

terurai menjadi natrium karbonat (zat lebih stabil), air, dan karbon dioksida

(Syukri, 1999).

Karakteristik baking soda yaitu memiliki titik lebur yang tinggi,

merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat, dalam bentuk leburan atau larutan

dapat menghantarkan listrik, sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral.

Sifat ini tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya (Pitriajuliani, 2012).

NaHCO3 dapat diperoleh dengan reaksi antara karbon dioksida dengan larutan

natrium hidroksida. Reaksi awal menghasilkan natrium karbonat:

CO2 + 2NaOHNa2CO3 + H2O

Reaksi pada test CO2 dengan barium hidroksida:

NaHCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + NaOH + H2O.

Barium hidroksida (Ba(OH)2), barium adalah unsur logam golongan 2

dalam sistem periodik unsur. Logam ini berwarna perak keputihan dengan tekstur

yang lembek. Barium memiliki sifat sangat mudah bereaksi dengan air atau

56
alkohol dan dapat teroksidasi dengan mudah. Barium adalah unsur terbayak ke

empat belas di kerak bumi, kelimpahannya mencapai 0.05% (Winarno, 1991).

Reaksi pada test CO2 dengan calcium carbonat :

CaCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + Ca(OH)2

Natrium klorida (NaCl), juga dikenal dengan garam dapur, atau halit,

adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Sebagai komponen utama

pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet

makanan.

Reaksi pada test Cl : NaCl + AgNO3 + NHO3 NaNO3 + AgCl

AgNO3 (Perak nitrat), merupakan sebuah senyawa anorganik dengan

rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah senyawa paling serbaguna di antara

senyawa perak lainnya, dan digunakan pada fotografi. Senyawa ini lebih tidak

sensitif terhadap sinar matahari daripada perak halida. Senyawa ini dalam bentuk

padatan, ion senyawa ini akan berbentuk trigonal planar (Winarno, 1991).

Reaksi pada test Cl : NaCl + AgNO3 + NHO3 NaNO3 + AgCl

Senyawa kimia asam nitrat (HNO3) adalah cairan kimia bersifat korosif

yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka

bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86% disebut

sebagai asam nitrat berasap, dan dapat dibagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam

nitrat berasap putih dan asam nitrat berasap merah (Winarno, 1991).

57
Reaksi pada test SO4 2 : MgSO4 + BaCl2 + HNO3 MgCl2 + BaSO4

Magnesium sulfat (MgSO4) adalah senyawa kimia garam anorganik yang

mengandung magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus kimia MgSO4. Di

alam, terdapat dalam bentuk mineral sulfat heptahidrat epsomit (MgSO47H2O),

atau umumnya disebut garam Epsom. Garam epsom terdapat dialam sebagai

mineral murni. Bentuk hidrat lainnya adalah kiserit (Pitriajuliani, 2012).

Reaksi pada test SO4 2 : MgSO4 + BaCl2 + HNO3 MgCl2 + BaSO4

Barium klorida (BaCl2), adalah senyawa anorganik yang dapat ditemukan

dalam bentuk hidratnya BaCl2.2H2O. Barium klorida merupakan salah satu garam

borium yang paling umum larut dalam air. BaCl 2 mengkristal dalam dua bentuk.

BaCl2 bersifat beracun dan tidak bisa digunakan secara sembarangan. Barium

klorida dapat dibuat dari barium hidroksida Ba(OH)2 atau barium karbonat BaCO3

, dengan barium karbonat yang ditemukan secara alami sebagai mineral witherite .

Barium klorida dapat pula dibuat dengan mereaksikan asam klorida (HCl) dengan

barium karbonate (BaCO3) atau sulfida (BaSO4). BaCl2 kemudian dapat tercuci

dari campuran dengan air . Dari larutan barium klorida dihidrat sehingga

mengkristal sebagai kristal putih: BaCl2.2H2O.

Reaksi BaCl2 pada test SO4 2 : MgSO4 + BaCl2 + HNO3 MgCl2 + BaSO4

KI (Kalium iodide), Iod atau iodium (I2) adalah bahan kimia yang

berbentuk padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, Kalium iodide dapat

menguap pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat.

58
Kekurangan iod dapat menyebabkan penyakit gondok. Senyawa iod sangat

penting dalam kimia organik dan sangat berguna dalam dunia pengobatan. Iodida

dan tiroksin yang mengandung iod, digunakan sebagai obat, dan sebagai larutan

KI dan iod dalam alkohol digunakan sebagai pembalut luar. Kalium iodida juga

digunakan dalam fotografi. Warna biru tua dengan larutan kanji merupakan

karakteristik unsur bebas iod (Ruskandi, 1996).

Reaksi KI pada test I : KI + NaOCl + C6H10O5 KNaCl + I C6H10O5

NaOCl (Natrium hipoklorit) atau yang biasa disebut juga larutan pemutih.

Larutan natrium hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih atau clorox, adalah

bahan kimia yang seringkali digunakan sebagai penawar infeksi (desinfektan) atau

bahan pemutih. Pemutih rumah tangga pada umumnya, adalah larutan yang

mengandung natrium hipoklorit 4-6% dan natrium hidroksida 0,01-0,05%,

sedangkan natrium hidroksida digunakan untuk menunda penguraian natrium

hipoklorit menjadi natrium klorida dan natrium klorat.

Reaksi NaOCl pada test I : KI + NaOCl + C6H10O5 KNaCl + I C6H10O5.

C6H10O5 (larutan kanji), adalah bahan kimia yang berbentuk pati atau

amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk

putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh

tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)

dalam jangka panjang (Kimball, 1983).

59
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan

tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud

penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam

bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari

teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi (Winarno, 1991).

Reaksi C6H10O5 pada test I : KI + NaOCl + C6H10O5 KNaCl + I C6H10O5.

Asam oksalat, adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H 2C2O4 dengan

nama sistematis asam etanadioat. Merupakan asam organik yang relatif kuat,

10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Asam oksalat adalah asam

dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul,

sehingga dua gugus karboksilat berada berdampingan. Sifat-sifat umum asam

oksalat, asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air

(8% pada 10 C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral

dengan logam alkali (NaK), yang larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan

logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai

kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak

larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk

menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat.

Reaksi antara H2C2O4 dan NaOH : 2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O.

NaOH (Natrium hidroksida) adalah bahan kimia yang berbentuk padatan

putih , butiran, dan sebagai larutan jenuh 50%. Bahan kimia ini bersifat

60
higroskopis dan mudah menyerap karbon dioksida dari udara, sehingga harus

disimpan dalam wadah kedap udara. NaOH sangat larut dalam air

dengan pembebasan panas. NaOH juga larut dalam etanol dan

metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam pelarut daripada kalium

hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan basis yang kuat, namun suhu

tinggi yang diperlukan aplikasi batas. NaOH tidak larut dalam eter dan pelarut

non-polar. Sebuah larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda

kuning pada kain dan kertas.

NaOH didominasi ion, mengandung kation natrium hidroksida dan anion.

Anion hidroksida dan natrium hidroksida membuat dasar yang kuat yang bereaksi

dengan asam membentuk air dan garam yang sesuai.

Reaksi NaOH dengan H2O : NaOH + H2O Na+ + OH

HCl (Asam klorida), adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan

klorin. Atom Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang

berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. Ini ikatan

kovalen hadir sampai air ditambahkan ke HCl. Setelah ditambahkan ke dalam air,

HCl akan terpisah menjadi ion hidrogen (yang positif dan akan melakat pada

molekul air) dan ion klorida (yang negatif). HCl bening dan tidak berwarna ketika

ditambahkan ke air. Namun, asam klorida memiliki bau yang kuat, dan

mengandung rasa asam yang khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah

larut dalam air pada semua konsentrasi, dan memiliki titik didih sekitar 110

derajat Celcius.

61
Reaksi antara HCl dan NaOH : NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)

Fenolfetalin (pp), adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang

memiliki rentang pH antara 8,00 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein

tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya

akan berubah menjadi merah.

Reaksi fenolfetalin dengan ion carbonat : CO32- + H3O+ HCO3 + H2O

Menurut Thayban (2014) hasil yang didapatkan pada praktikum analisa

kualitatif adalah sebagai berikut .

Setelah hasil dari sampel A didapat maka untuk mengidentifikasi sampel

B, di lakukan beberapa langkah. Yang dilakukan pertama kali yaitu larutan sampel

B ditambahkan dengan larutan NaOH, lalu setelah diamati maka terbentuk

endapan putih.

Dari sampel C yang ditambahkan NaOH terbentuk endapan warna hijau

gelap. Hal ini terindikasi bahwa sampel C mengandung kation Fe (II), Ni, dan Co.

Dilanjutkan dengan menambahkan NH3 sampel C tetap terdapat endapan warna

hijau dan juga setelah ditambahkan Kalium Nitrat juga tetap terdapat endapan

warna hijau. Dari semua penambahan tadi sampel C tetap berwarna hijau,

sehingga sampel C terdapat kation Fe (II). Dengan reaksi: Fe (II) +

NaOHFe(OH)2.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

sampel yang disediakan ketika diidentifikasi dengan analisis kualitatif didapatkan

62
ion Ag+(Sampel A), Pb2+(Sampel B), Fe (II) (Sampel C), Ba2+(Sampel D), Mg2+

(Sampel E). Jadi dengan analisis kualitatif akan dapat dilakukan pemisahan dan

identifikasi ion dalam sampel yang tidak diketahui.

Berikut akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh berdasarkan

praktikum analisis kualitatif yang telah penulis lakukan.

Pada percobaan analisis kualitatif jenis test CO 2, reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan baking soda dengan barium hidroksida yaitu:

NaHCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + NaOH + H2O. Perubahan warna yang terjadi

bening bening, terbentuk endapan berwarna putih serta pH yang didapatkan

adalah 10.

Reaksi yang didapatkan saat mereaksikan calcium carbonat dengan barium

hidroksida yaitu: CaCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + Ca(OH)2. Perubahan warna yang

terjadi adalah larutan yang semula berwarna bening keruh, terbentuk endapan

berwarna putih serta pH yang didapatkan adalah 5.


Pada percobaan analisis kualitatif jenis test Cl, reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan natrium klorida, perak nitrat, dan asam nitrat yaitu:
NaCl + AgNO3 + NHO3 NaNO3 + AgCl. Perubahan warna yang terjadi adalah

semula larutan bening putih dan terbentuk endapan berwarna putih serta pH

yang didaptkan adalah 5.


Pada percobaan analisis kualitatif jenis test SO42- , reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan magnesium sulfat, barium klorida, dan asam nitrat yaitu:
MgSO4 + BaCl2 + HNO3 MgCl2 + BaSO4. Perubahan warna yang terjadi adalah

semula larutan bening warna putih, terbentuk endapan berwarna putih.


Pada percobaan analisis kualitatif jenis test I, reaksi yang didapatkan saat

mereaksikan kalium iodide, larutan pemutih, dan larutan kanji yaitu:

63
KI + NaOCl + C6H10O5 KNaCl + I C6H10O5 . Perubahan warna yang terjadi

adalah semula larutan bening hitam dan tidak terbentuk endapan.


Hal ini sesuai dengan pernyataan Thayban (2014) bahwa dengan

melakukan percobaan analisis kualitatif dapat dilakukan pemisahan dan

identifikasi ion dalam sampel yang tidak diketahui.


Menurut Effendi (2012) berdasarkan praktikum pembuatan larutan baku

asam oksalat yang dilakukan dengan menitrasi asam oksalat dengan menggunakan

NaOH. Terjadi perubahan warna yaitu larutan yang semula berwarna jernih

menjadi ungu, melakukan percobaan sebanyak dua kali untuk mendapatkan

molaritas ratarata NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Didapatkan

hasil berupa larutan NaOH yang telah di standardisasi.

Adapun hasil yang didapat pada praktikum yang telah dilakukan adalah

Pada percobaan asam oksalat + NaOH, pada titrasi pertama dengan volume NaOH

7 mL dan volume asam oksalat 10 mL didapatkan molaritas NaOH sebanyak

0,282 M. Pada titrasi kedua dengan volume NaOH 8,5 mL didapatkan molaritas

NaOH sebanyak 0,2322 M. Sehingga rata-rata molaritas yang didapatkan adalah

0,2571 M. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2012) bahwa pembuatan

larutan baku dapat dilakukan dengan menitrasi asam oksalat dengan larutan

NaOH yang dititrasi sebanyak dua kali untuk mendapatkan molaritas NaOH.

Menurut Kusniyati (2013) berdasarkan percobaan titrasi asam-basa yang

dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat

ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang

ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan

bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari

64
bening hingga menjadi merah muda. Volume NaOH yang digunakan akan

mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-

hati melakukannya. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi

HCl (asam) bisa dihitung.

Adapun hasil yang didapat pada praktikum yang telah dilakukan adalah

Pada percobaan titrasi asam dan basa, pada titrasi pertama dengan volume NaOH

5,8 mL dan volume HCl 10 mL, didapatkan molaritas HCl sebanyak 0,058 M.

Pada titrasi kedua dengan volume NaOH 7,1 mL dengan volume HCl 10 mL

didapatkan molaritas HCl sebanyak 0,071 M. Sehingga rata-rata molaritas yang

didapatkan adalah 0,0645 M. Derajat keasaman (pH) yang didapatkan adalah

1,1905. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusniyati (2013) yang menyatakan

bahwa konsentrasi HCl dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan

mereaksikan HCl yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH.

Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui

perhitungan volume. Analisis volumetri ini sering disebut dengan titrimetri

dengan dasar yaitu penetapan sebuah sampel merujuk pada jumlah volume titran

yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi. Dalam teknik ini, alat pengukur

volume menjadi bagian terpenting, dalam hal ini buret adalah alat pengukur

volume yang dipergunakan dalam analisis volumetri. Penetapan sampel dengan

analisa volumetri didasari pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-

reaksi kimia (Rival, 1995).

65
Adapun kegunaan metode volumetri dalam analisis kimia untuk pertanian.

Banyak cara untuk menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu

bahan. Salah satu cara adalah dengan proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada

bermacam-macam, salah satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.

Titrasi asam basa ini sangat berguna dalam bidang pertanian. Contoh

penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan pupuk kalium

klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO, pupuk NPK (Nitrogen

Phospate Kalium), dan pupuk urea (CO(NH2)2 yang dihitung kadarnya sebagai

penguji dengan proses titrasi.

Pupuk kalium klorida adalah pupuk kalium yang saat ini cukup langka

ditemukan dipasaran, karena harganya tergolong cukup mahal. Kendatipun

demikian, pupuk kalium klorida yang lebih terkenal dengan sebutan pupuk KCl

ini tetap dicari dan digunakan oleh petani untuk mencukupi kebutuhan hara K

pada tanaman budidayanya. Seperti halnya pupuk ZK, pupuk KCl juga dapat

ditemukan dalam 2 macam, yakni KCl 80 yang memiliki kandungan K 2O sebesar

53% dan KCl 90 yang memiliki kandungan K2O sebesar 58%. Pupuk kalium

merupakan salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan oleh sebagian besar petani di

Indonesia, karena kebanyakan unsur hara kalium dalam tanah masih relatif kecil.

Salah satu jenis pupuk kalium adalah kalium sulfat yang selama ini dibuat dengan

proses panjang atau proses double stage yang lebih rumit (Hardjowigeno, 1992).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara

utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam

66
bentuk NH3, fosfor 15 % dalam bentuk P 2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K 2O.

Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama dalam bentuk amoniak akan

menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman

(Hardjowigeno, 1992).

Pupuk urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH 4 (ammonia)

dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan

hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam

proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun

bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu

kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi pada

Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman (Ruskandi, 1996).

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum volumetri, seperti

NaOH, HCl, dan indikator fenolfetalin.

NaOH, mengandung kation natrium hidroksida dan anion. Anion

hidroksida dan natrium hidroksida membuat dasar yang kuat yang bereaksi

dengan asam membentuk air dan garam yang sesuai. NaOH berperan sebagai

larutan yang bersifat basa kuat (Irfan, 2000).

HCl (Asam klorida), adalah asam kuat, dan terbuat dari atom hidrogen dan

klorin. Atom Hidrogen dan klorin berpartisipasi dalam ikatan kovalen, yang

berarti bahwa hidrogen akan berbagi sepasang elektron dengan klorin. HCl

berperan sebagai larutan yang bersifat asam kuat (Irfan, 2000).

67
Adapun indikator fenolfetalin, fungsi indikator disini untuk mengetahui

titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut

akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi. Fungsi fenolfetalin adalah untuk

membantu merubah warna larutan yaitu dari tidak berwarna menjadi merah (Irfan,

2000).

Pada percobaan titrasi asam oksalat yang ditambah dengan NaOH

menghasilkan reaksi:

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

Pada percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan, menghasilkan

reaksi antara NaOH dan HCl seperti:

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l).

Adapun hasil pada praktikum kali ini, berikut akan dijelaskan mengenai

hasil dari praktikum ini.

Pada percobaan analisis kualitatif jenis test CO2, reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan baking soda dengan barium hidroksida yaitu:

NaHCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + NaOH + H2O. Perubahan warna yang terjadi

adalah larutan yang semula berwarna bening menjadi tetap bening dan terbentuk

endapan berwarna putih serta pH yang didapatkan adalah 10.

Reaksi yang didapatkan saat mereaksikan calcium carbonat dengan barium

hidroksida yaitu: CaCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + Ca(OH)2. Perubahan warna yang

terjadi adalah larutan yang semula berwarna bening menjadi keruh dan terbentuk

endapan berwarna putih serta pH yang didapatkan adalah 5.

68
Pada percobaan analisis kualitatif jenis test Cl, reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan natrium klorida, perak nitrat, dan asam nitrat yaitu:
NaCl + AgNO3 + NHO3 NaNO3 + AgCl. Perubahan warna yang terjadi adalah

semula larutan bening kemudian berubah menjadi putih dan terbentuk endapan

berwarna putih serta pH yang didaptkan adalah 5.


Pada percobaan analisis kualitatif jenis test SO42- , reaksi yang didapatkan

saat mereaksikan magnesium sulfat, barium klorida, dan asam nitrat yaitu:
MgSO4 + BaCl2 + HNO3 MgCl2 + BaSO4. Perubahan warna yang terjadi adalah

semula larutan bening kemudian berubah menjadi warna putih dan terbentuk

endapan berwarna putih.


Pada percobaan analisis kualitatif jenis test I, reaksi yang didapatkan saat

mereaksikan kalium iodide, larutan pemutih, dan larutan kanji yaitu:


KI + NaOCl + C6H10O5 KNaCl + I C6H10O5 . Perubahan warna yang terjadi

adalah semula larutan bening kemudian berubah menjadi hitam dan tidak

terbentuk endapan.
Pada percobaan asam oksalat + NaOH, pada titrasi pertama dengan

volume NaOH 7 mL dan volume asam oksalat 10 mL didapatkan molaritas NaOH

sebanyak 0,282 M. Pada titrasi kedua dengan volume NaOH 8,5 mL didapatkan

molaritas NaOH sebanyak 0,2322 M. Sehingga rata-rata molaritas yang

didapatkan adalah 0,2571 M.


Pada percobaan titrasi asam dan basa, pada titrasi pertama dengan volume

NaOH 5,8 mL dan volume HCl 10 mL, didapatkan molaritas HCl sebanyak

0,058 M. Pada titrasi kedua dengan volume NaOH 7,1 mL dengan volume HCl 10

mL didapatkan molaritas HCl sebanyak 0,071 M. Sehingga rata-rata molaritas

yang didapatkan adalah 0,0645 M. Derajat keasaman (pH) yang didapatkan

adalah 1,1905.

69
70
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada berbagai macam reaksi-reaksi bahan kimia sederhana yang banyak

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan masing-masing reaksi dapat

diidentifikasi melalui test reaktivitasnya.


2. Kita dapat membuat larutan baku asam oksalat 0,1 M secara teliti sebanyak

250 mL dengan cara mengencerkannya.


3. Kita dapat menetapkan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar asam

oksalat dan menetapkan konsentrasi larutan HCl.


4. Pada hasil percobaan didapatkan molaritas NaOH sebesar 0,2571 M dan

molaritas HCl sebesar 1, 1905 M setelah dihitung rata-ratanya.


5. Titrasi asam basa digunakan untuk menentukan volume larutan yang

digunakan untuk mencapai titik ekuivalen.

B. Saran
Praktikan disarankan agar melakukan langkah-langkah praktikum dengan

baik dan benar agar didapat hasil yang konkret.

71
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, A. 2012. Kimia Alkalimetri Bab IV. Vol. 3 No. 6.
Hardjowigeno. 1992. Ilmu Memupuk. Bandung: PT Bina Cipta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
Irfan, A. 2000. Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Keenan, W. C. 1998. Kimia Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kusniyati, I. 2013. Titrasi Asam Basa Asam Oksalat dan Larutan Basa Kuat. Vol.

4 No. 9.

Nana, S. 1999. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Bar Algerindo.

Pitriajuliani. 2012. Natrium Bikarbonat untuk Pengembang. Vol. 2 No. 5.


Rival, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.
Ruskandi, G. 1996. Masalah Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Bogor:

Departemen Ilmu-Ilmu Tanah IPB.


Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Yogyakarta: Bina Aksara.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro

Bagian 1 Edisi 5. Jakarta: PT Kalman Media.


Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB Press.

Thayban. 2014. Konsep Dasar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif pada Larutan

Baku. Vol. 6 No. 1.

William, F. S. 1990. Principles Material Science and Engineering Second Edition.

New York: Mc Graw-Hill Publishing Company.


Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

72
73
LAMPIRAN

Penuangan larutan Penetesan larutan Larutan yang telah


NaOH ke dalam NaOH ke dalam mencapai titik
buret. labu Erlenmeyer ekuivalen menjadi
yang berisi HCl pink.
dan pp.

Proses pembuatan larutan baku asam oksalat

74
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang

mempelajari interaksi anatara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa

hamburan (scattering), absorpsi (absorption), emisi (emission). Interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorbsi

melahirkan spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultraviolet

(UV), spektrofotometri sinar tampak (VIS), spektofotometri infra merah (IR).

Spektrofotometri ultra violet yang dipakai untuk aplikasi kuantitatif menggunakan

radiasi dengan panjang gelombang 200-380 nm, sedangkan spektrofotometri sinar

tampak menggunakan reaksi dengan panjang gelombang 380-780 nm. Molekul

yang dapat memberikan absorbsi yang bermakna pada panjang gelombang 200-

780 nm adalah molekul-molekul yang mempunyai gugus kromofor dan gugus

auksokrom.

Spektrofotometer UV-VIS banyak dimanfaatkan seperti dalam analisis

logam berbahaya dalam sampel pangan atau bahan yang sering digunakan dalam

kehidupan. Air merupakan salah satu kebutuhan yang luas oleh masyarakat.

Beragam sumber air yang digunakan dalam keseharian. Salah satu sumbernya

ialah air sumur. Kandungan dalam air sangat mempengaruhi kesehatan

masyarakat yang menggunakannya.

Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer

pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur

75
serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk

larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang

diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.

Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui

cara menentukan konsentrasi CuSO4 dengan menggunakan spektrofotometer, serta

mengetahui cara kerja dari spektrofotometer.

2. Tujuan

Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi dan menetapkan konsentrasi

larutan CuSO4 secara spektrofotometri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

76
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma

atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat

yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk

menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan

mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari

konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran

menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan

spektrofotometri (Basset, 1994).

Spektrometri UV-Vis adalah salah satu metoda analisis yang berdasarkan

pada penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Berdasarkan

penurunan intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media tergantung pada tebal

tipisnya media dan konsentrasi warna spesies yang ada pada media tersebut.

Spektrometri visible umumnya disebut kalori, oleh karena itu pembentukan warna

pada metoda ini sangat menentukan ketelitian hasil yang diperoleh. Pembentukan

warna dilakukan dengan cara penambahan pengompleks yang selektif terhadap

unsur yang ditentukan (Fatimah, 2005).

77
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran

menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan

spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu

pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.

Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan

dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas

untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009).

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah

spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan

konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah

ultraviolet (200 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 800 nm). Analisis ini

dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang

diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum

Lambert-Beer, yaitu:

A = log T = log It / I0 = . b . C

Dimana:

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

I0 = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

= Serapan molar

78
b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa serapan (A) tidak memiliki

satuan dan biasanya dinyatakan dengan unit absorbansi. Serapan molar pada

persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa

banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang

tertentu. Semakin besar nilai serapan molar suatu zat maka semakin banyak

cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan

semakin besar.

Hukum Lambert-Beer di atas berlaku pada larutan dengan konsentrasi

kurang dari sama dengan 0.01 M untuk sebagian besar zat. Namun, pada larutan

dengan konsentrasi pekat maka satu molekul terlarut dapat memengaruhi molekul

terlarut lain sebagai akibat dari kedekatan masing-masing molekul pada larutan

dengan konsentrasi yang pekat tersebut. Ketika satu molekul dekat dengan

molekul yang lain maka nilai serapan molar dari satu molekul itu akan berubah

atau terpengaruh. Secara keseluruhan, nilai absorbansi yang dihasilkan pun ikut

terpengaruh, sehingga secara kuantitatif nilai yang ditunjukkan tidak

mencerminkan jumlah molekul yang diukur di dalam larutan uji. Adapun

instrument dari spektrofotometri UV-vis yaitu:

1. Sumber radiasi, pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang

stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis

ada tiga macam:

79
a. Sumber radiasi Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk

mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna

bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 380-900 nm.

Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu

1000 jam pemakaian.


b. Sumber radiasi Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang

190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk

mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam

pemakaian.
c. Sumber radiasi merkuri. Sumber radiasi ini memiliki panjang gelombang

365 nm (Saputra, 2009).


2. Monokromator, adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis

menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang

gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :


a. Prismap, prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar

mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.


b. Grating (kisi difraksi), kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses

spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi

yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat

digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.


c. Celah optis, celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis

yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi

yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga

diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.


d. Filter, berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya

yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang

gelombang yang dipilih (Saputra, 2009).

80
3. Sel kuvet, kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanya

kebanyakan kuvet adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya

spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah

spektra yang diminati, jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau

kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung

reaksi silindris kadang-kadang digunakan sebagai wadah sampel. Penting

bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan

membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap

arahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan

optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya

menembus larutan. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain

kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan

bahwa posisi tabung dalam ruang sel dari instrument itu reprodusibel

(Mulyono dan Martoharsono, 2006).


4. Detektor, detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar

kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan

ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detektor

dapat memberikan respon terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang

Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom.

Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan

serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV

dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada

larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang

berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar

81
yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah

senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Pelarut

menyerapnya, tetapi senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat

bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya metanol, menyerap

pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah

190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda

sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm

untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut (Sastrohamidjojo, 1992).


5. Rekorder, fungsi rekorder mengubah panjang gelombang hasil deteksi dari

detektor yang diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap

detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dalam bentuk

spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya dibawa ke monitor sehingga dapat

dibaca dalam bentuk transmitan maupun absorbansi (Sastrohamidjojo, 1992).

Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber

sinar dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar

sampai ke prisma untuk didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang

gelombang tertentu. Selanjutnya sinar dilewatkan ke monokromator untuk

menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan. Sinar monokromatis melewati

sampel dan akan ada sinar yang diserap dan diteruskan. Sinar yang diteruskan

akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang diterima oleh detektor diubah menjadi

sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk transmitansi (Gandjar dan

Rohman, 2007).

82
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spektrofotometer,

kuvet, tabung reaksi, filler, pipet seukuran, dan tabung reaksi. Bahan yang

digunakan adalah larutan stok CuSO4 dan aquades.

B. Prosedur Kerja
1. Larutan CuSO4 1 M diencerkan menjadi 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; dan 0,08M.
2. Cara pengenceran: V1 x M1 = V2 x M2

83
V1 = volume CuSO4 1 M yang dicari
M1 = konsentrasi CuSO4 1 M
V2 = volume CuSO4 0,02 M= 10 mL
M2 = konsentrasi CuSO4 0,02 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1 = 10 x 0,02
V1 = 0,2 mL

Jadi, untuk membuat larutan 0,02 M CuSO4 dipipet 0,2 larutan CuSO4 1 mL,

disencerkan dengan aquades sampai mencapai volume 10 mL. Untuk konsentrasi

0,04 M dipipet 0,4 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan aquades sampai

mencapai volume 10 mL dan seterusnya untuk 0,06 M dan 0,08 M dipipet 0,6 mL

dan 0,8 mL larutan CuSO4 1 M diencerkan dengan aquades sampai 10 mL.

3. Absorbans masing-masing larutan baku dikukur dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang sekitar 600 nm.


4. Kurva kalibrasi dibuat untuk menunjukkan hubungan antara konsentrasi

CuSO4 dengan Absorbans.


Persamaan regresi linier: Y= a + bX
Y = Absorbans
X = konsentrasi larutan
a = konstanta
b = koefiseien regresi
5. Absorbans larutan sampel diukur.
6. Berdasarkan persamaan regresi Y= a + bX, dimasukkan absorbans sampel ke

dalam persamaan tersebut, sehingga diperoleh konsentrasi sampel.


7. Contoh perhitungan:

No. Konsentrasi (X) CuSO4 (M) (Transmitasi) T (%) Absorbans (Y)


1. 0 100% 0
2. 0,02 98% 0,0223
3. 0,04 92% 0,0362
4. 0,06 90% 0,457
5. 0,08 86% 0,0655
6. Sampel 50% 0,3010

84
Y= a + bX

Y sampel = a + bX

0,0310 = 0 = 1,2019 X

X= 0,2504

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum

No. Konsentrasi (X) CuSO4 (M) (Transmitasi) T (%) Absorbans (Y)


1. 0 100% 0
2. 0,02 98% 0,0223
3. 0,04 92% 0,0362
4. 0,06 90% 0,457
5. 0,08 86% 0,0655
6. Sampel 50% 0,3010

Y = - log T

X Y X2 XY
0
0,02 0,0223 0,0004 0,000446
0,04 0,362 0,0016 0,001448
0,06 0,0457 0,0036 0,00285

85
0,08 0,655 0,0064 0,00524
Jumlah 0,012 0,009984

x2
b= XY = 1,2019

Y = a + bX

Y sampel = a + bX

0,3010 = 0 + 1,2019 X

X = 0,2504

Kurva kalibrasi

0.07

0.06 f(x) = 0.77x + 0


R = 0.98
0.05

0.04
Axis Title
0.03 Y
Linear (Y)
0.02

0.01

0
0 0.010.020.030.040.050.060.070.080.09

Axis Title

86
B. Pembahasan

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada

absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata

manusia peka, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya

yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan

menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760

mm. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari

tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi (Ali, 2005).

Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :

a) Spektrofotometer ultraviolet.

b) Spektrofotometer sinar tampak.

c) Spektrofotometer infra merah.

d) Spektrofotometer serapan atom.

Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat

yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah

ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di

87
dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron

valensi di dalam molekul tersebut (Harjadi, 1990).

Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau

gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi

rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas.

Panjang gelombang maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang

digunakan. Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas

nseperti hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan

mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih

besar dan disertai dengan peningkatan intensitas. Ketika cahaya melewati suatu

larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah

cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi

dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi

dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi

dalam spektrofotometer (Skogg, 1965).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya

monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet

(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap

oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar

pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).

Cara kerja dari spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut :


1. Sumber cahaya polikromatis masuk ke dalam monokromator (disini terjadi

penyebaran cahaya).

88
2. Dari monokromator kemudian keluar menuju ke sel sampel, pada sel sampel ini

terjadi proses penyerapan cahaya oleh zat yang ada dalam sel sampel (dimana

cahaya yang masuk lebih terang dibandingkan cahaya setelah keluar).


3. Selanjutnya cahaya ditangkap oleh detektor dan mengubahnya menjadi arus

listrik (Ali, 2005).

Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat

dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi

menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk

menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang

diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya

(Sastrohamidjojo, 1992).

Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri ini adalah metode

ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang

sangat kecil. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan

energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang

gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada

suatu panjang gelombang tertentu. Analisis spektrofotometri digunakan suatu

sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari

spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita

kurang dari 1 nm (Sastrohamidjojo,1999).

Spektofotometri adalah metode dalam analisis kimia untuk pertanian yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan

kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan

yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang

89
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi

dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron

valensi (Sastrohamidjojo,1999).

Warna-warni yang ada pada daun-daunan pada tumbuhan dapat diketahui

dengan mengukurnya menggunakan spektrofotometer. Warna pigmen sangat

penting untuk mengetahui jenis-jenis pigmen pada tanaman dan efek beberapa

perlakuan terhadap pigmen tanaman. Spekrofotometri adalah metode yang

digunakan untuk mengetahui efek pemanasan terhadap intensitas warna pigmen

pada tanaman, untuk mengetahui nilai absorban pada tanaman, dan mengukur

warna pada tanaman (Yetti, 2011).

Interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi

elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan

sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun

spektroskopi emisi. Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi

penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga

spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi (Eka, 2007).

CuSO4 adalah Tembaga (II) sulfat, yaitu senyawa kimia yang bentuk

anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk

pentahidratnya berwarna biru terang. CuSO4 diproduksi dalam dengan cara

mencampurkan logam tembaga dengan asam sulfat. CuSO4 ditemukan dalam

bentuk mineral langka yang disebut kalkosianit. CuSO 4 terhidrasi ada di alam

dalam bentuk kalkantit (pentahidrat), bonantit (trihidrat), dan bootit (heptahidrat)

yang termasuk dalam mineral yang terbilang langka (George, 1996).

90
Kegunaan CuSO4 dalam bidang pertanian yaitu paling sering digunakan

sebagai fungisida, herbisida dan pestisida. Tembaga sulfat dapat digunakan

sebagai pembasmi gulma, pembasmi alga, penjernih air kolam renang. Tembaga

sulfat juga dapat menghentikan pertumbuhan bakteri. Tembaga sulfat dapat

digunakan juga untuk membunuh serangga yang mengganggu pertumbuhan

tanaman pertanian (Ali, 2005).

Adapun tujuan pembuatan deret standar adalah dengan membandingkan

serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan standar yang telah diketahui

konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel. Penentuan konsentrasi zat

dalam contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kurva kalibrasi

dan cara standar adisi. Cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan dengan

menggunakan cara ini adalah pembuatan deret larutan standar, kemudian diukur

serapannya dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan serapan. Dengan

mengukur serapan sampel dan memesukannya kedalam persamaan garis yang

dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel akan diketahui (Eka,

2007).

Pengertian Scatter Diagram (Diagram Pencar) adalah salah satu alat

dari QC Seven Tools (7 alat pengendalian Kualitas) yang berfungsi untuk

melakukan pengujian terhadap seberapa kuatnya hubungan antara 2 (dua) variabel

serta menentukan jenis hubungan dari 2 (dua) variabel tersebut apakah hubungan

Positif, hubungan Negatif ataupun tidak ada hubungan sama sekali. Bentuk dari

Scatter Diagram atau Diagram Pencar adalah gambaran grafis yang terdiri dari

91
sekumpulan titik-titik (point)dari nilai sepasang variabel (Variabel X dan Variabel

Y). Dalam bahasa Inggris, Scatter Diagram sering disebut juga dengan Scatter

Chart, Scatter plot, Scattergram dan Scatter graph. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia, Scatter Diagram sering dikenal dengan istilah Diagram Pencar,

Diagram Sebar ataupun Diagram Tebar (Basset, 1994).

Regresi, secara umuma analisis regresi adalah studi mengenai

ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

independent (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/

atau memprediksi rata-rata populasi atau niiai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabe! independen yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada

upaya menjelaskan dan mengevalusi hubungan antara suatu variabel dengan satu

atau lebih variabel independen. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien

regresi untuk masing-masing variable independent. Koefisien ini diperoleh

dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan

(Gujarati, 1995).

Uji R2 atau uji determinasi merupakan suatu ukuran yang penting

dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi

yang terestimasi, atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa

dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien

determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y

dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama

dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama

92
sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat

diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan

berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu

persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan

satu (Ali, 2005).

Semakin besar n (ukuran sampel) maka nilai R2 cenderung makin kecil.

Sebaliknya dalam data runtun waktu (time series) dimana peneliti mengamati

hubungan dari beberapa variabel pada satu unit analisis (perusahaan atau negara)

pada beberapa tahun maka R2 akan cenderunng besar. Hal ini disebabkan variasi

data yang relatif kecil pada data runtun waktu yang terdiri dari satu unit analisis

saja (Gujarati, 1995).

Arti Atau Makna R2 adalah jika nilai R2 = 0,4, menunjukkan pemilihan

variabel x1 dan x2 dalam (cross section data) menjelaskan variasi kinerja sebesar

40 persen, sisanya 80 persen ditentukan oleh variabel-variabel lain di luar model.

Dua variabel penjelas yang dipilih oleh peneliti sudah dapat menjelaskan variasi

variabel Y pada sampel yang besar. Keputusan ini dapat diterima jika uji F

menunjukkan nilai yang besar atau signifikan. Jadi keputusan untuk menerima

model sebagai baik atau tepat harus dilihat bersama antara besarnya nilai F dan R 2

(Gujarati, 1995).

Adapun hasil dari praktikum ini yaitu pada larutan CuSO4 dengan

konsentrasi 0 M, didapatkan hasil transmitasi sebesar 100% dan absorbansinya

sebesar 0. Pada larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,02 M, didapatkan hasil

93
transmitasi sebesar 95% dan absorbansinya sebesar 0,0223. Pada larutan CuSO 4

dengan konsentrasi 0,04 M, didapatkan hasil transmitasi sebesar 92% dan

absorbansinya sebesar 0,0362. Pada larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,06 M,

didapatkan hasil transmitasi 90% dan absorbansinya sebesar 0,457. Pada larutan

CuSO4 dengan konsentrasi 0,08 M, didapatkan hasil transmitasi sebesar 86% dan

absorbansinya sebesar 0,0655. Dan pada larutan sampel , didapatkan trasnmitasi

sebesar 50% dan absorbansinya sebesar 0,3010.

x2
Setelah mencari koefisien regresi dengan rumus b = XY , maka

didapatkan hasil 1,2019. Setelah koefisien regresi didapat, maka nilai itu

dimasukkan ke persamaan Y= a + bX , sehingga konsentrasi larutan sampel yang

didapat adalah sebesar 0,2504 M.

Setelah semua nilai didapat, lalu dimasukkan ke dalam betuk perhitungan

dengan membuat kurva kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi

CuSO4 dengan absorbannya.

94
0.07

0.06 f(x) = 0.77x + 0


R = 0.98
0.05

0.04
Axis Title
0.03 Y
Linear (Y)
0.02

0.01

0
0 0.010.020.030.040.050.060.070.080.09

Axis Title

Jadi, dapat disebut bahwa spektrofotometri adalah sebuah metode analisis

untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa

tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometer adalah alat

untuk mengukur besarnya absorbansi suatu larutan.

Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya.

Spektofotometri adalah metode dalam analisis kimia untuk pertanian yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan

kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya (Fatimah

dan Yoskasih, 2005).

95
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk

menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang

didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.


2. Alat untuk mengukur absobansi adalah spektrofotometer.
3. Membuat kurva kalibrasi dengan cara mengukur absorbansi dan konsentrasi

larutan.
4. Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya.
5. Pada praktikum ini didapatkan konsentrasi CuSO4 sebesar 0,2504 M.

B. Saran

1. Praktikan lebih memerhatikan apa yang disampaikan oleh asisten saat asisten

memberikan arahan.

96
2. Asisten lebih jelas lagi dalam menjelaskan prosedur kerja kepada praktikan.
3. Lebih diperhatikan dan dirawat lagi alat dan bahannya, agar saat praktikum

bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.


4. Semoga dalam praktikum selanjutnya dapat terus menambah ilmu bagi

praktikan maupun asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Eka. 2007. Metode Analisa Kimia Spektrofotometri. Jakarta: PT Gramedia

Fatimah, S dan Yoskasih. 2005. Kualifikasi Alat Spektrofotometer UV-vis untuk


Penentuan Uranium dan Besi dalam U-30. Bandung: ITB Press.

Gandjar, I. G dan Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Gujarati. 1995. Analisis Kimia. Solo: Exacta.

Hardjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.

Saputra, Y. E. 2009. Analisa Spektrofotometri Inframerah. Vol. 10 No. 8.

Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta.

George, T. A. 1996. Shreves Chemical Process Industries. ter. E, Jasjfi. Industri

Proses Kimia. Jakarta: Erlangga.

97
Ali, M.F. 2005. Handbook of Industrial Chemistry Organic Chemicals. Sydney:

The McGraw-Hill Companies, Inc.

Mulyono dan Martoharsono, S. 1976. Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Florida: Sounders College.

Yeti, 2011. Macam Pigmen Daun Tanaman. Vol. 3 No. 7.

98
LAMPIRAN

Proses pengenceran larutan CuSO4 dengan aquades.

Larutan CuSO4 yang telah diencerkan dengan aquades.

99
Proses pengukuran transmitasi dan absorbansi larutan

dengan menggunakan spektrofotometer


BIODATA

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 22 Januari 1998

sebagai anak ke-3 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Drs.

Effendi Ahmad, M.Pd dan Ibu Indah Kusniyati, S.Pd. Saat ini

penulis bertempat tinggal di Jl. Kuningan No. 28 RT 04/ RW 01

Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15412

dengan nomor telepon 085717385019 dan e-mail nabilaanurhuda22@gmail.com.

Penulis memulai pendidikan tingkat dasar di SD Negeri Bintaro 09 Pagi lulus

tahun 2009, kemudian melanjutkan ke jenjang tingkat menengah pertama di SMP

Negari 177 Jakarta Selatan lulus tahun 2012. Jenjang pendidikan menengah lulus

tahun 2015 di SMA Negeri 87 Jakarta Selatan sebelum melanjutkan ke Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, melalui

program Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di tahun yang sama. Selama penulis

menempuh studi, penulis masih aktif menjadi anggota Himagrotek, anggota SEF,

dan anggota Biwara.

100
101

Anda mungkin juga menyukai