Anda di halaman 1dari 7

Manfaat Sistem Irigasi Pompanisasi Terhadap Pendapatan Petani di

Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir.

Perubahan Pola Tanam dan Intensitas Tanam

Mengacu kepada batasan pola tanam yang telah dikemukakan pada penulisan sebelumnya,
bahwa pola tanam merupakan gambaran tentang frekuensi penanaman sekaligus jenis
komoditas pertaniaan yang ditanam oleh petani di suatu wilayah dalam satu tahun masa
tanam. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, terlihat bahwa lahan sawah pada
pertanian yang menggunakan pompanisasi dimanfaatkan khusus untuk budidaya pada sawah
saja. Hal ini dikarenakan tanaman padi sangat responsif terhadap ketersediaan air, oleh karena
itu dalam pola pergiliran tanaman dalam satu tahun disesuaikan dengan keadaan curah hujan
pada tahun tersebut.

Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa jenis sawah dilokasi penelitian secara
syarat pengairan merupakan sawah irigasi teknis, namun pada musim kemarau sawah tetap
mengalami kekeringan. Pada musim hujan lahan sawah yang tanpa menggunakan
pompanisasi dapat ditanami padi karena ketersediaan air dapat terpenuhidari air hujan, namun
pada musim kemarau lahan sawah tidak dapat dimanfaatkan untuk usahatani tanaman padi
karena tanah mengalami kekeringan. Berbeda dengan sawah yang tanpa menggunakan
pompanisasi, sawah yang menggunakan pompanisasi tetap melakukan penanaman pada
musim kemarau. Air sungai digunakan untuk mencukupi kebutuhan air bagi tanaman baik
sebagai pengganti sumber pengairan ketika hujan tidak turun, maupun sebagai pelengkap
ketika air dari irigasi semula tidak dapat mencukupi kebutuhan air sawah.

Penelitian ini mengunakan data selama periode musim September 2012 Agustus 2013

Perubahan intensitas tanam akibat adanya pompanisasi 100% Berdasarkan Tabel 2.3
diketahui bahwa 100 persen petani sawah yang menggunakan pompanisasi melakukan pola
tanam padi.
Pada awal bulan September 2012 petani mulai mengolah sawahnya dengan menanam padi
pada musim tanam I. Pada musim tanam ini kebutuhan air untuk sawah diperoleh dari
pompanisasi selama dua bulan yaitu bulan September dan Oktober, sedangkan kebutuhan air
pada bulan berikutnya dicukupi oleh air hujan karena telah memasuki musim hujan. Pada
musim tanam selanjutnya (Januari April) pun kebutuhan air masih dapat tercukupi untuk
menanam padi.

Berdasarkan perbedaan pola tanam yang ditampilkan pada Tabel 2.3 terungkap bahwa
terjadinya perbedaan derajat ketersediaan air melalui pemanfaatan pompanisasi yang
cenderung mendorong petani untuk mengusahakan palawija. Selain itu juga terungkap
adanya perbedaan waktu tanam pada musim tanam pertama dan musim tanam selanjutnya
diantara dua lokasi tersebut. Di lokasi sawah yang tidak menggunakan pompanisasi musim
tanam pertama dimulai pada awal bulan November, hal ini dimaksudkan pada bulan tersebut
kebutuhan air akan terpenuhi dengan bantuan air hujan. Namun pada bulan Desember di
lokasi ini sering terjadi angin barat yang mengganggu pertumbuhan padi. Oleh karena itu di
lokasi sawah yang menggunakan pompanisasi terjadi pergeseran waktu tanam pada musim
tanam pertama yaitu bulan September yang dimaksudkan untuk menghindaripadi terkena
penyakit angin barat tersebut.

Intensitas mengacu pada frekuensi dan pengusahaan tanaman per musim per tahun pada
luasan tertentu. Tabel diatas mengungkapkan bahwa pembangunan pompanisasi akan
meningkatkan luas lahan yang ditanami (digarap) petani seperti diindikasikan oleh perubahan
intensitas tanam yang bernilai positif. Berdasarkan Tabel 2.3 diketahui petani sampel sawah
yang menggunakan pompanisasi menanam padi dua kali tanpa kekurangan air sedangkan
petani sampel sawah yang tidak menggunakan pompanisasi hanya menanam dua kali dalam
setahun namun sering terjadi gagal panen karena kekurangan air. Sehingga didapatkan nilai
intensitas tanam petani pada sampel sawah yang menggunakan pompanisasi adalah 200
persen, sedangkan nilai intensitas tanam pada petani sampel sawah yang tidak menggunakan
pompanisasi adalah 100 persen .

Berdasarkan pembahasan di atas, terungkap bahwa dengan pemanfaatan pompanisasi yang


telah dibangun di lokasi penelitian, baik pola tanam maupun intensitas tanam mengalami
perubahan. Kondisi ini menunjukkan bahwa di lokasi penelitian terdapat perbedaan luas
panen yang diikuti pula oleh perubahan frekuensi penanaman maupun perubahan jenis
komoditas pertanian yang ditanam.
Jaringan Irigasi di Desa Menaming

Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan
Holtikultura, pada tahun 2015 ini melaksanakan kegiatan pembangunan jaringan irigasi
tersier di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.

Pembangunan jaringan irigasi sepanjang 940 meter tersebut,saat ini sedang dikerjakan oleh
rekanan kontraktor dari PT,Arkananta Labdajaya dilapangan.

Pembangunan jaringan irigasi dengan lebar 45x40 cm tersebut, sengaja dilaksanakan agar
petani dengan mudah mendapatkan air untuk kepentingan persawahannya di Desa
Menaming.

Sejauh ini, Desa Menaming dikenal sebagai salah satu desa penghasil padi di Kabupaten
Rokan Hulu,demikian penjelasan Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kabupaten Rokan Hulu, Mubrizal, SP,MMA, kepada www.riau-global.com, terkait dengan
pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi di Desa Menaming, yang mana pada beberapa
waktu lalu saat melakukan kunjungan kerja, Wakil Bupati Rokan Hulu, Ir.H.Hafith Syukri,
MM, berjanji akan mengalokasikan pembangunan jaringan irigasi bagi masyarakat petani di
Desa Menaming.

"Pada kunjungan kerja beberapa waktu lalu ke Desa Menaming, Wakil Bupati Rokan Hulu,
Ir.H.Hafith Syukri, MM, berjanji akan mengalokasikan kegiatan pembangunan jaringan
irigasi. Saat ini sedang dikerjakan dilapangan".papar Mubrizal.

Pada kesempatan terpisah, Pelaksana kegiatan dilapangan dari PT Arkananta Labdajaya,


Gamasi, menjelaskan, bahwa pelaksanaan kegiatan pembangunan jaringan irigasi tersebut
akan dibangun disekitar persawahan dari empat kelompok pertanian di Desa Menaming.

Pekerjaan dilapangan saat ini sedang digesa penyelesaiannya dan hingga awal bulan Oktober
2015 ini, progress pekerjaan sudah mencapai 70 persen.

Menurut Gamasi, dalam beberapa hari kedepan, kegiatan pembangunan jaringan irigasi
tahun 2015 di Desa Menaming akan selesai di kerjakan oleh rekanan dilapangan.(drs).
Kuansing Bangun Jaringan Irigasi

Kuantan Singingi, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi


Riau akan membangun sarana irigasi baru untuk kebutuhan persawahan seluas 1.500 hektar
untuk meningkatkan produksi petani di daerah itu.

"Irigasi merupakan sarana pendukung kegiatan pertanian, jika irigasi baik maka hasil panen
akan meningkat," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Kuantan Singingi (Kuansing), Maisir
di Teluk Kuantan, Sabtu.

Ia mengatakan, program tahun ini diyakini akan berjalan maksimal, areal pertanian yang
memerlukan aliran irigasi sangat tinggi, bahkan diperkirakan akan semakin meningkat setiap
tahun jika lahan kritis di daerah dapat dikelola dengan baik.

Kegiatan perbaikan irigasi merupakan bagian dari peningkatan prasarana dan sarana
pertanian, rehab sarana irigasi dengan cakupan luas sawah 1.500 hektare berada di daerah
Petapahan Kecamatan Gunung Toar, Pauh Angit Kecamatan Pangean, Rawah Sawah, Baserah
II Kecamatan Kuantan Hilir, dan Tanjung Medan Kecamatan Cerenti.

"Selain itu juga ada program memperbaiki saluran dan pintu air yang rusak serta bangunan
saluran tersier yang dinilai sangat penting, sementara untuk pekerjaannya dilaksanakan
langsung oleh kelompok tani," ujarnya.

Menurutnya, kegiatan irigasi ada di instansi terkait yakni pengawasan dan pembinaan
dilakukan Dinas Tanaman Pangan (Distan) sedangkan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya
Air Kuansing sebagai pengelola kegiatan.

"Jaringan irigasi yang ada saat ini di Kuansing 22 unit dengan kemampuan mengairi sawah
4.806 hektare dan masih ada sawah tadah hujan sekitar 5.385 hektare dan jika ada bantuan
Pusat untuk pengelolaan lahan kritis maka luas areal persawahan akan semakin besar,"
katanya.
Program peningkatan produksi padi tahun 2015 berupa bantuan sarana produksi seperti
pupuk dan benih dari dana APBN melalui Gerakan Pengembangan Tanaman Terpadu
(GBPTT) seluas 1.000 hektare yang dialokasikan di Kecamatan Kuantan Tengah, Sentajo
Raya dan sebagian Gunung Toar.

Selain itu Distan juga memperoleh bantuan dari Pemprov Riau melalui dana APBD I seluas
750 hektare yang dialokasikan di Kecamatan Cerenti, Inuman, Kuantan Hilir dan Pangean.
Irigasi Sabak Auh Gunakan Pompanisasi

SIAK (RIAUPOS.CO) - Keinginan petani Desa Beleading, Kecamatan Sabak Auh terhadap
pembangunan saluran irigasi untuk mengaliri sawah mereka terjawab sudah.

Pemkab Siak, melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan (BMP) telah memasukkan usulan
pembangunan saluran irigasi tersebut dalam APBD 2014.

Insya Allah, tahun ini kita bangun, ujar Bupati Siak Syamsuar, Jumat (7/3).

Diakuinya, usulan petani tersebut telah disampaikan padanya baik secara langsung maupun
pada camat terhadap keluhan mereka untuk irigasi. Selama ini mereka menghandalkan hujan,
untuk mengaliri sawah mereka.

Dengan adanya saluran irigasi tersebut, petani tak merasa khawatir akan kondisi tanaman,
karena saluran air untuk mengaliri sawah-sawah sudah disiapkan.

Kadis BMP Siak Ir Irving Kahar MEng menambahkan, infrastruktur pengairaan untuk
mendukung sektor pertanian yang terbangun di Siak sampai 2013 terdiri dari 168 unit,
saluran primer sepanjang 97.008 meter, saluran sekunder sepanjang 270.348 meter, dan
saluran tersier sepanjang 282.374 meter.

Untuk Kecamatan Sabak Auh sebutnya, Dinas BMP telah melakukan studi kajian teknis
tentang irigasi dengan sistem pompanisasi di daerah rawa. Kajian ini diawali dengan kondisi
terbatasnya sumber air baku pada areal persawahan dan direalisasikan tahun ini.

Sebelumnya, Camat Sabak Auh Suparni SSos menambahkan, untuk menunjang hasil tanaman
pangan, khususnya di wilayah kerjanya, saat ini petani memerlukan pembangunan irigasi air
untuk mengairi sawah-sawah.
Irigasi tersebut oleh petani tanaman pangan karena selama ini masih berharap kepada tadah
hujan. Apalagi saat ini sedang terjadi kemarau panjang, apabila nantinya tidak juga turun
hujan, sudah tentu akan berimbas pada penurunan hasil tanaman pangan, katanya.

Mantan Sekcam Sungaiapit ini menambahkan, tak lama lagi masyarakat petani tanaman
pangan Sabak Auh akan menuju Indek Penanaman (IP) 200, tentunya perlu didukung sarana
irigasi.

Anda mungkin juga menyukai