Anda di halaman 1dari 3

Peter Sanders adalah fotografer legendaris dunia dan ternama pemilik Peter Sanders Photography Library.

Pria kelahiran London 1946 ini akhirnya menjadi mualaf, jatuh cinta dan memilih Islam sebagai jalan hidup.

Karirnya dimulai pada pertengahan tahun 1960-an sebagai salah satu fotografer kunci musisi rock, seperti Bob Dylan,
Jimi Hendrix, The Doors, The Rolling Stones, The Who dan banyak lainnya dari genre klasik.

Sebagai salah satu fotografer legendaris dan ternama, Sanders terbilang unik. Ia tak pernah mengenyam pendidikan
fotografi, sebagaimana umumnya para fotografer profesional. Sanders hanya belajar fotografi secara autodidak.

Kursus fotografi pertama Sanders justru dilakukan akhir 1990 di Swiss atau tiga dasawarsa setelah ia malang
melintang di jagat fotografi. "Itu pun karena saya mendapat proyek di Arab Saudi yang menuntut penggunaan
kamera format besar," tuturnya. Sanders muda mengaku sering kesulitan uang. Tapi, ia berani berspekulasi dengan
menjadi seorang fotografer. Ia menjajakan karya-karyanya ke penerbitan, koran, majalah, atau sampul album musik.

Sanders mengaku terjun ke dunia fotografi hanya menuruti panggilan hatinya. Sebab, ia tak memiliki kemampuan
dan keahlian yang bisa diandalkan. Lantaran hobi, ia merasa bakal mampu survive di dunia fotografi kendati tanpa
harus memiliki titel mentereng.

Dunia fotografi profesional sudah Sanders tekuni lebih dari 50 tahun lamanya. Ia mulai berkarier dalam dunia
fotografi pada pertengan tahun 1960-an. Saat itu, fotografi yang sedang ngetrend adalah mengabadikan bintang-
bintang musik terkenal. Begitu juga dengan Sanders. Ia berdiri di bibir panggung para superstar hanya untuk
mengabadikan aksi panggung Bob Dylan, Jimi Hendrix, The Doors, The Who, atau Rolling Stones.
(Jimi Hendrix by Peter Sanders)
Namun, Sanders merasa jiwanya kering. Kejenuhan akan objek yang itu-itu saja dan persepsinya terhadap fotografi
akhirnya membawa dia pada sebuah perjalanan yang rumit. Ia merasa dunia fotografi semakin tak menantang. Hal
itu membuatnya semakin gelisah. Maka, pada 1970, ia mengembara hingga ke India.

Perjalanan ini pun membawa Sanders pada dunia yang belum pernah dikenalnya. Ia mulai mengenal Islam dan
mencoba mempelajarinya. Semakin lama, ia makin terpesona dengan keindahan Islam. "Ketika itu, usia saya baru
menginjak 24 tahun. Saya bertanya tentang mati. Usaikah diri kita setelah mati? Pertanyaan itu terus menghantui
saya. Saya pergi ke India. Saya belajar Hindu, Buddha, Sikh, dan Islam," ungkapnya mengkisahkan awal mula
perjalanannya menemukan Islam.

Saat berada di India, Sanders mengalami peristiwa yang amat berkesan. Pada suatu pagi, saat tengah menunggu
kereta api di stasiun yang penuh dengan orang dan hiruk pikuk keramaian, seorang ibu tiba-tiba menggelar tikar di
dekatnya. Ibu tersebut lantas melakukan gerakan shalat di situ. Hal ini mengejutkan Sanders. Sebab, selama ini dia
memang belum pernah melihat orang shalat.

Kemudian, Sanders bertanya kepada seorang anak muda yang berdiri di dekatnya. "Apakah ini?" Anak muda tersebut
menjawab, "Ini nenek saya. Dia seorang Muslim. Ia sedang shalat." Momen tersebut terus terekam dalam ingatannya.

Setelah perjalanan ke India tersebut, ia kembali ke Inggris dan mendapati teman-teman lamanya banyak yang
terjerumus dalam penggunaan narkoba. Namun, beberapa orang temannya ada yang menjadi Muslim dan terhindar
dari dunia narkoba dan kehidupan malam. Dari sini, ia seakan mendapatkan petunjuk. "Inilah jalan yang harus saya
tempuh." Begitu batinnya mengatakan. Akhirnya, ia memutuskan masuk Islam dan mengganti namanya
menjadi Abd al-Adheem.

Di sebuah koran beberapa tahun lalu, Sanders membuka rahasia mengapa ia memilih Islam. Menurutnya, tak ada
yang menariknya kepada agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, selain yang menciptakan manusia. "Tuhanlah
yang memilihkan untuk saya," katanya.

Maka, seusai mendeklarasikan keislamannya ini, Sanders tampak makin bersahaja. Ia tak lagi merasa kering dan
gersangnya hati. Islam memberi roh pada pekerjaannya. Islam juga mengilhaminya pada sebuah jalan baru untuk
makin menekuni dunia fotografi, namun dengan objek yang berbeda.

Tahun itu juga, Sanders memutuskan pensiun menjadi fotografer selebriti. Ia memulai pengembaraannya ke negeri-
negeri Muslim. Tiga bulan setelah masuk Islam, ia berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Makkah atas biaya dari
seorang kenalannya.

Saat menunaikan ibadah haji, Sanders mendapat kesempatan untuk memotret Ka'bah dan lautan jamaah haji dari
jarak dekat. Pada tahun 1971, saat itu masih terbilang sulit untuk bisa mengambil gambar di Makkah dan Ka'bah pada
khususnya serta lokasi lain di Arab Saudi. Namun, berkat keuletannya, dia mendapatkan izin dari orang yang tepat
dan terpandang di Arab Saudi saat itu.
(Hasil jepretan Peter Sanders)
Foto-foto perjalanan spiritualnya dimuat di media-media utama Barat untuk pertama kalinya, seperti The Sunday
Times Magazine dan The Observer. Dan, mulai saat itulah, Peter Sander alias Abd AlAdheem makin terkenal.

Saat ini, Sanders memiliki Peter Sanders Photography Library. Ini semacam pepustakaan yang mendokumentasi
karya Sanders sepanjang 39 tahun kariernya di dunia Muslim. Ada lebih dari 250 ribu foto dalam bentuk digital di
situ. Ia menjualnya untuk keperluan majalah atau buku-buku tentang Islam.

Sanders telah memamerkan karyanya di seluruh dunia selama sepuluh tahun terakhir dan karyanya terus dicari.
Koleksi karya Sanders bisa dilihat di http://www.petersanders.co.uk/islamicimages/index.html.

Sumber: www.petersanders.co.uk/bio, ROL

Anda mungkin juga menyukai