Anda di halaman 1dari 43

PT.

PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN


EVALUASI O&M PEMBANGKIT

1
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . 2

1. DEFINISI DAN TUJUAN PEMELIHARAAN . 4


1.1. Definisi Pemeliharaan .................................................................................. 4
1.2. Tujuan Pemeliharaan .................................................................................. 4
1.3. Perkembangan Pemeliharaan...................................................................... 4
1.4. Manajemen Pemeliharaan........................................................................... 5

2. PERENCANAAN PEMELIHARAAN 15
2.1 Aspek-Aspek Dalam Perencanaan 15
2.2 Sistem Pemeliharaan Terpadu .. 16
2.3 Pemeliharaan Periodik 18

3 PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT 18


3.1 Petunjuk Umum Pelaksanaan Pemeliharaan .. 18
3.2 Pemeliharaan Korektif .. 19
3.3 Pemeliharaan Preventive dan Periodik 23

4 PERENCANAAN OPERASI 27
4.1 Tugas pokok Perencanaan operasi 27
. 4.2 Lingkup Perencanaan Operasi................................................................... 27
4.3 Perencanaan Operasi Berdasarkan Kebutuhan Sistem Dan Kesiapan
Unit 27

2
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

5. MANAJEMEN EFISIENSI .. 28
5.1. Definisi Manajemen Effisiensi. 28
5.2. Mekanisme Kerja Efisiensi Improvement 28
5.3. Tugas Team Effisiensi 29

6. INDEK KINERJA PEMBANGKIT 31

6.1. Definisi Indek Kinerja Pembangkit... 31

6.2. Durasi Outage Dan Derating.................................................................... 32

6.3. Formula Indeks Kinerja Pembangkit........................ 34

3
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB I
DEFINISI DAN TUJUAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT

1.1. Definisi Pemeliharaan


Usaha yang dilakukan secara terus menerus berupa Perawatan, Perbaikan dan
Modifikasi untuk menjaga suatu peralatan dapat beroperasi dengan andal, efisien
dan mencapai umur yang diharapkan.

1.2. Tujuan Pemeliharaan


Agar pembangkit dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta mutu listrik
yang baik, efisien dan daya yang optimum. Sehingga tercapai umur teknis yang
diharapkan dan biaya pemeliharaan yang optimum.

1.3. Perkembangan Pemeliharaan


Metode paling awal dari pekerjaan pemeliharaan yang berkembang di dunia adalah
Fix it When it Broke atau membiarkan suatu peralatan rusak, untuk kemudian
dilakukan perbaikan. Pada perkembangan berikutnya berkembang manajemen
Pemeliharaan Preventif yang berbasis waktu, Pemeliharaan Prediktif yang berbasis
kondisi, dan perkembangan paling mutakhir adalah Reliability Centered
Maintenance (RCM).

Gambar berikut memperlihatkan perkembangan manajemen pemeliharaan yang


meliputi teknik pemeliharaan, jenis-jenis kegagalan serta harapan-harapan yang
muncul sejalan dengan perkembangan metoda pemeliharaan itu sendiri.

4
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Gambar 1. Perkembangan Pemeliharaan di dunia

1.4. Manajemen Pemeliharaan

Definisi Manajemen Pemeliharaan adalah sbb:


Manajemen Pemeliharaan adalah proses kegiatan pemeliharaan yang meliputi
rangkaian tahapan kerja yang teratur, mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, penelitian dan pengembangan.

Tujuan Manajemen Pemeliharaan adalah sbb :


Meningkatkan keandalan dan kinerja pembangkitan
Mendayagunakan Aset dan Sumber Daya Pembangkitan dengan perilaku biaya
paling efektif dan efisien
Menerapkan metoda kerja terbaik yang tersedia untuk mencapai pemeliharaan
dengan standar tinggi.

5
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Mendayagunakan sistem monitoring (real-time) yang efektif untuk pengontrolan


dan penilaian kerja pemeliharaan.
Meningkatkan pelaksanaan pemeliharaan prediktif dan preventif untuk
menurunkan tingkat kerusakan peralatan dan biaya-biaya terkait
Menciptakan lingkungan kerja yang melibatkan pegawai dari segi kekuatannya,
loyalitasnya, produktifitasnya, dan pengembangan yang berkelanjutan.

Aktifitas pemeliharaan pada unit pembangkit bertujuan untuk:


Mengembalikan Performance Mesin
Memperbaiki Efisiensi
Meningkatkan Faktor Ketersediaan (Availability Improvement)
Meningkatkan keandalan (Reliability Improvement)

6
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Berikut adalah metoda-metoda pemeliharaan yang berkembang didunia:

BLOK DIAGRAM JENIS PEMELIHARAAN

MAINTENANCE

Planed Unplaned
Maintenance Maintenance

Design-out Preventive Corrective Break-down


Maintenance Maintenance Maintenance Maintenance

Time-based Condition-based
Maintenance Maintenance

Perbaikan peralatan
dari kerusakan karena
Routine Periodie gangguan
Yearly Maintenance
Maintenanc
e

Plant improvement Prinsip utama dari Disebut juga curative maintenance


maintenance atau adaptive preventive bisa berupa trouble shooting atau
maintenance ditujukan untuk maintenance adalah penggantian parts yang
meningkatkan operasi, berfikir kedepan rusak/kurang berfungsi / yang
realibilitas dan kapasitas (thinking ahead) terancam rusak.

Disebut juga predictive atau auscultative maintenance,


Pemeliharaan dilaksanakan dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan yang dianalisa
secara berkala berdasarkan sewaktu peralatan sedang beroperasi atau waktu shut-down,
waktu, jam operasi atau lainnya diperlukan, peralatan dan personil khusus untuk analisa getaran,
dengan unit tetap beroperasi suara, panas, shock-wave, ultrasound, spectrum frekuensi,
atau keluar dari pengusahaan spectografhic oil analysis program (SOAP), NDT dan metalurgi.

Pemeliharaan pencegahan dan kerusakan dilaksanakan berulang-ulang dengan inteerval


maksimum 6 bulan, dalam kondisi unit tetap beroperasi maupun keluar dari pengusahaan

Overhaul unit, dilaksanakan secara periodik dengan interval waktu lebih dari 6 bulan, volume
& jenis pekerjaan mengacu pada buku petunjuk atau sumber lain yang relevan. 7
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Pemeliharaan Preventif (Rutin)


Definisi:
adalah kegiatan pemeliharaan terhadap komponen atau peralatan yang reguler
(rutin) dan terencana. PM terdiri dari:
Inspeksi yang terjadual
Pembersihan
Pelumasan
Penggantian atau perbaikan komponen yang dilakukan secara rutin
Pemeliharaan pada dasarnya berpedoman jam operasi (time base maintenance).

Kelebihan:
Meningkatkan umur pakai (life cycle) dari komponen.
Mengurangi kegagalan peralatan / proses
Lebih hemat sekitar 12% - 18% bila dibandingkan program pemeliharaan
reaktif
Kekurangan:
Kegagalan Catastrophic masih sering terjadi
Melibatkan banyak tenaga kerja
Pekerjaan pemeliharaan yang tidak perlu dilakukan
Potensi kerusakan karena melakukan pekerjaan yang tidak perlu.

Pemeliharaan Prediktif
Definisi:
Adalah sebuah proses yang membutuhkan teknologi dan kecakapan (skill) SDM,
yang memadukan dan menggunakan semua data diagnosa dan kinerja, sejarah
kerusakan, data operasi, dan data desain yang tersedia, untuk membuat keputusan
tentang kegiatan pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal.

8
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Pemeliharaan Prediktif mengacu pada konsep kurva kerusakan bathtub, dimana


sebuah peralatan akan memiliki resiko kegagalan yang tinggi pada masa awal dan
akhir operasi.
Objek yang dipantau pada suatu mesin/ peralatan untuk keperluan pemeliharaan
prediktip meliputi :
Termografi
Tribologi
Vibrasi
Life Assement (NDT & DT)
Kualitas air
Unjuk kerja

Thermography
Infrared (IR) Thermography dapat didefinisikan sebagai proses pencitraan
variasi radians Inframerah dari suatu permukaan. Pada prinsipnya, IR
Thermography akan menampilkan profil temperatur objek. IR akan mendeteksi
kondisi-kondisi atau stressor yang mengakibatkan penurunan kinerja suatu
peralatan atau desain umur pakainya.
Sebagai contoh, koneksi listrik yang korosi atau kendor akan menghasilkan citra
kedalaman temperatur yang abnormal oleh karena bertambahnya resistansi
listrik. Pada peralatan yang berputar (rotating equipment), bentuk-bentuk
perubahan friksi akan menaikkan temperatur komponen yang tercermin dalam
perubahan profil termal komponen. Gambar bawah memperlihatkan temperatur
bearing motor yang panas (ditandai dengan warna yang terang) yang diambil
dengan menggunakan kamera infrared / Infrared Thermometer.

9
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Gambar 2. Aplikasi Thermografi untuk deteksi Bearing Motor.

Tribologi (Oil Analysis)


Oil Analysis digunakan untuk mendefinisikan 3 kondisi dasar mesin terkait
dengan lubrikasi mesin atau sistem lubrikasi. Pertama adalah kondisi dari oil:
viscosity, acidity, flashpoint, dll untuk melihat adanya kontaminan seperti
material-material korosi. Kedua adalah kondisi sistem lubrikasi, dengan menguji
kandungan air, silikon, atau kontaminan-kontaminan lain (bergantung pada
desain sistem), system integrity dari sistem lubrikasi dapat dievaluasi. Ketiga
adalah kondisi mesin itu sendiri. Dengan menganalisa partikel-partikel keausan
yang ada dalam minyak, keausan mesin dapat dievaluasi dan dilihat
besarannya.

Vibrasi (Vibration Analysis)


Vibrasi diukur dengan menggunakan peralatan yang bekerja secara elektronik,
dengan kecanggihan tergantung dari display yang dapat ditunjukkan, serta
kecepatan dan kemudahan pengoperasiannya.

Tingkat besarnya vibrasi suatu mesin untuk dinyatakan baik, ditentukan oleh
pabrik pembuatnya sebagai data yang paling akurat. Apabila data ini tidak ada,
atau timbul permasalahan dalam acceptance test, atau pihak owner (pemilik)

10
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

menginginkan suatu tingkat vibrasi tertentu dalam pemesanan, maka bisa


dirujuk dari standard-standard yang berlaku sebagai pedoman.

Ada beberapa lembaga di dunia atau negara yang mengeluarkan standard


tingkat vibrasi. Tapi sebagai contoh di sini akan diberikan dua buah, yaitu
International Standard Organization (ISO 3945) dan Canadian Government
Specification.

Life Assement (NDT & DT)


Yaitu melakukan assesment umur peralatan dengan melakukan Pengujuan
tidak merusak ataupun pengujian yang merusak

NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak
merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan
dirusak, dipanasi, dirubah yang sifatnya akan merubah struktur benda tersebut.
Jadi benda sebelum diuji dan sesudah diuji akan mempunyai struktur logam
yang sama. Selain NDT ada juga DT yang berarti pengujian dengan jalan
merusak, contohnya uji tarik, uji tekan, uji puntir dan lain lain.
Macam macam NDT
o Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca
pembesar.
o Pengujian kebocoran dengan air sabun.
o Pengujian dengan spot chek.
o Pengujian dengan fluorescent dry penetrant.
o Pengujian dengan magnetic partikel.
o Pengujian dengan ultra sonik.
o Pengujian dengan eddy curent.
o Pengujian dengan crack depth.
o Pengujian radiografi dengan sinar X.
o Pengujian radiografi dengan sinar (gamma).

11
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Unjuk kerja
Salah satu jenis prediktif maintenance adalah monitoring unjuk kerja pemangkit.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan Performance Test pembangkit
secara berkala.

Kelebihan:
Meningkatkan umur operasional komponen (availability)
Memungkinkan menghilangkan tindakan-tindakan yang bersifat korektif
Mengurangi downtime peralatan atau proses
Kualitas produk yang lebih baik.
Meningkatkan kualitas pekerja dan keselamatan lingkungan
Meningkatkan moral pekerja
Menghemat energi
Lebih hemat 8% - 12% terhadap pemeliharaan preventif

Kekurangan:
Menaikkan investasi untuk peralatan diagnostik
Menaikkan investasi untuk pelatihan staff
Potensi penghematan tidak bisa segera dilihat oleh manajemen

Pemeliharaan Proaktif
Definisi:
Adalah proses penghilangan kondisi yang menyebabkan terjadinya kerusakan,
melalui identifikasi akar penyebab (Root Cause Failure Analysis) yang memicu siklus
kerusakan. RCM pada intinya adalah suatu proses untuk menentukan apa saja yang
harus dilakukan untuk menjamin agar aset terus menerus bekerja memenuhi fungsi
yang diharapkan, dalam konteks operasinya saat ini.
RCM menekankan pada kebutuhan analisis pemeliharaan dengan menjawab 7
pertanyaan dasar sbb:
12
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

1. Apa fungsi peralatan?


2. Standard prestasi kaitannya dari aset pada konteks operasinya saat ini?
3. Dengan cara apa dia gagal memenuhi fungsi yang diharapkan?
4. Apa penyebab kegagalan fungsinya?
5. Apa pengaruh dari setiap kegagagalan?
6. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan?
7. Apa yang harus dilakukan bila pencegahan yang cocok tidak ditemukan?

Kelebihan:
Bisa jadi merupakan program pemeliharaan yang paling efisien
Mengurangi biaya karena adanya pengurangan kegiatan pemeliharaan atau
overhaul yang tidak diperlukan.
Meminimalisir frekuensi overhaul
Mengurangi kemungkinan kegagalan peralatan yang tiba-tiba.
Memungkinkan untuk fokus kegiatan pemeliharaan pada komponen-komponen
kritis.
Meningkatkan reliability komponen
Root Cause Analysis dilakukan secara korporat
Kekurangan:
Dapat memberikan biaya startup, training, maupun peralatan yang signifikan
Saving tidak bisa segera dilihat oleh manajemen.

Pemeliharaan Korektif (Run To Failure)


Definisi:
Membiarkan sebuah peralatan hingga rusak berdasarkan pertimbangan yang matang
(kritikalitas, redundancy, biaya penggantian yang rendah, tidak memberikan efek ke
proteksi, keselamatan, dll).
Dengan metode ini, tidak ada tindakan pencegahan sebelum kerusakan terjadi. Hal
ini berarti setiap kerusakan memang sudah diketahui dan dikelola. Tidak ada

13
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya, dan setiap tindakan korektif memang
telah direncanakan dengan matang, hanya menunggu kapan kerusakan terjadi.

Cara Sederhana Menetapkan Tipe Pemeliharaan:


Kalau peralatan kondisinya bisa dimonitor dan ada tools yang tersedia untuk
monitor, maka lakukan pemeliharaan prediktif.
Kalau peralatan tidak bisa dimonitor kondisinya atau tidak tersedia tool untuk
monitoring kondisi, maka lakukan pemeliharaan preventif
Kalau pemeliharaan preventif sulit dilakukan, atau effortnya terlalu besar
dibandingkan harga peralatan dan dampak yang ditimbulkan bila rusak, maka
biarkan dia rusak.
Kalau terjadi kegagalan berulang atau terjadi kegagalan yang tidak semestinya,
maka lakukan root cause failure analysis.

14
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB II
PERENCANAAN PEMELIHARAAN

2.1 Aspek-Aspek Dalam Perencanaan


Dalam manajemen, ada 6 hal yang harus dikelola, yang dikenal sebagai 5M
+ T, yaitu: Man (SDM), Machine (Mesin), Method (Metoda), Money (Uang),
Material (Material) + Time (Waktu).
Dalam Perencanaan Pemeliharaan, sesuai dengan 6 hal di atas, kebutuhan
yang harus direncanakan adalah sbb:
Material : Material Suku Cadang, Material Umum
Alat Kerja : Special Tools dan General Tools, Maximo
Waktu : Schedule Pemeliharaan
Tenaga : Teknisi, Supervisor, dan Helper
Anggaran : Dana untuk mendukung keperluan pemeliharaan
Prosedur : Manual Book Pemeliharaan Mesin Pembangkit dan SOP

Tugas-tugas Perencanaan Pemeliharaan mencakup hal-hal sbb:


1. Persyaratan Kualitas
2. Persyaratan Lingkungan
3. Persyaratan K3
4. Prosedur-Prosedur yang berlaku
5. Ijin-ijin yang dapat dipakai
6. Estimasi / Standard-standard
7. Mengkaji ulang WR (Work Request) atau PM Master
8. Inspeksi Lapangan bila diperlukan
9. Parts dan Material
10. Status WR terkait
11. Tagging dan Isolasi
12. Tools / Perkakas
13. Manual Book, Gambar Peralatan, Electrical Wiring Diagram, P & ID
Diagram, Logic Diagram

15
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

2.2 Sistem Manajemen Pemeliharaan Terpadu


Definisi:
Merupakan Program Aplikasi berbasis komputer yang mampu mengolah
hubungan peralatan yang terpasang di unit dengan stok barang di gudang
dan gangguan / kerusakan yang terjadi untuk mengeluarkan lembar perintah
kerja (Work Order) secara terintegrasi.
Program Aplikasi yang digunakan oleh Pembangkit adalah MAXIMO atau
MIMS. Spesifik untuk CMMS dinamakan sebagai ProHAR dan didefinisikan
sbb:
ProHAR adalah alat manajemen komprehensif yang direncanakan untuk
mengidentifikasi, merencanakan, menjadwalkan, melacak, dan
mengevaluasi seluruh pemeliharaan yang bersifat preventif, prediktif, dan
korektif, yang terencana ataupun tidak terencana, sebagaimana jenis
pekerjaan untuk memenuhi dan mengaturnya.
Kapabilitas CMMS meliputi:
Penerbitan Work Order (WO), prioritisasi, dan tracking berdasarkan
equipment atau komponen
Tracking riwayat dari seluruh WO yang diterbitkan, menjadi sortable
berdasarkan equipment, tanggal, orang (penanggungjawab, dll)
Tracking aktifitas pemeliharaan terjadual dan tak terjadual
Menyimpan prosedur-prosedur pemeliharaan (Instruksi Kerja, Standard
Job, dsb) dan seluruh informasi komponen secara terjamin
Menyimpan seluruh dokumentasi teknis atau prosedur-prosedur
berdasarkan jenis komponen
Laporan-laporan real-time reports dari aktifitas yang sedang berjalan
Penerbitan WO pemeliharaan preventif berdasarkan kalender
Tracking biaya kapital atau biaya pegawai berdasarkan komponen dan
waktu terpendek, menengah, dan terpanjang untuk closing WO

16
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Inventory control terhadap suku cadang dan material dengan


kemampuan pesan-ulang secara otomatis
Interface dengan PDA untuk men-streamline input dan penerbitan WO
Kemampuan untuk Outside Service Call/Dispatch

Sasaran Implementasi Program CMMS:


Job Plans (Rencana Pekerjaan)
Data Base
Pekerjaan

Database CMMS meliputi:


Definisi Kerja (Permasalahan) dan Status Menuju Kelengkapan
Deskripsi dan Histori Peralatan
Prosedur Kerja
Ketersediaan Tenaga Kerja dan Keahlian
Status Material, yang ada dan dibutuhkan
Persyaratan Kepastian dan Persyaratan Keselamatan lainnya

Sistem Prioritas dalam WR adalah sbb:


Prioritas 1
Adalah pekerjaan prioritas mendesak yang membutuhkan tindakan segera.
Bisa dengan perencanaan Bypass, penjadualan bypass.

Prioritas 2
Adalah pekerjaan berprioritas tinggi, tindakan segera dilakukan begitu
memungkinkan. Membutuhkan perencanaan, membutuhkan penjadualan

17
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Prioritas 3
Adalah pekerjaan prioritas penting, sebagian besar tugas-tugas PM/PdM.
Dampak pada operasi unit minim. Direncanakan dan dijadualkan dengan
sumber daya yang tersedia.

Work Order yang telah di-close, harus menggambarkan Pelaksanaan kerja,


mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, mengidentifikasi komponen
bagian dan material yang digunakan, mengidentifikasi kondisi yang
membutuhkan kerja tambahan, merekomendasikan perubahan atas paket
kerja.

2.3 Pemeliharaan Periodik


Disamping aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas, untuk perencanaan
pemeliharaan periodik, diperlukan pula pengetahuan kriteria pemeliharaan
periodik yang disyaratkan oleh fabrikan. Berikut adalah kriteria-kriteria
pemeliharaan periodik
Setiap Pabrik Pembuat Mesin memberikan petunjuk dalam melaksanakan
Overhaul / Inspection Mesin buatan mereka. Suatu hal yang sama adalah
mesin harus diadakan pemeliharaan secara periodik yang teratur dengan
suatu periode tertentu. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan periode ini, yang lazim dipakai dalam menentukan interval
overhaul pada mesin pembangkit adalah jenis pembangkit, jam operasi
mesin, jumlah start, kondisi lingkungan serta pola / perilaku pengoperasian
mesin tersebut. Hal yang berbeda adalah besarnya nilai interval dari
overhaul yang satu ke overhaul berikutnya.

Tabel-tabel Berikut memberikan informasi Interval dan Durasi Overhaul


Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Tabel 3. PLTU / STG

18
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

PLTU/STG SIKLUS INTERVAL DURASI


SURALAYA SI ME SI SE 10.000 SI = 28
(PLTU) ME = 30
SE = 60
SEMARANG SI ME SI SE 8.000 SI = 28
(PLTU & STG) ME = 35
SE = 55
PERAK SI ME SI SE 8.000 SI = 28
(PLTU) ME = 35
SE = 50
GRATI MINOR MAJOR 15.000 MINOR = 25
(STG) MAJOR = 45
PRIOK SE SI ME SE 8.000 SI = 15
(PLTU) ME = 45
SE = 60
PRIOK MINOR MAJOR 24.000 MINOR = 25
(STG) MAJOR = 45

PLTP SI SI MI 16.000 SI = 20
MI = 25

Interval Overhaul Pembangkit Listrik dengan tenaga Uap didasarkan pada


penumpukan kotoran pada peralatan, deterioration peralatan serta
penggantian part yang berumur pendek seperti gasket/packing dan
sebagainya. Pembangkit Listrik dengan tenaga Uap selalu bekerja dengan
peralatan lain seperti steam generator dan sebagainya sehingga penentuan
interval overhaul dikaitkan dengan keperluan pemeliharaan peralatan lain
tersebut selain dari turbin uap-nya.

Simple Inspection difokuskan pada pembersihan peralatan yang


menyebabkan efisiensi turun, Mean Inspection difokuskan pada peralatan
steam generator dan alat. Serious Inspection terutama pada pemeriksaan
turbin uap. Dengan demikian oleh karena PLTP tidak memiliki steam
generator/boiler, maka PLTP tidak memiliki Mean Inspection.

Keterangan tabel 1-4:


SI : Simple Inspection, ME: Mean Inspection, SE: Serious Inspection

19
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB III
PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT

3.1. Petunjuk Umum Pelaksanaan Pemeliharaan

Secara umum, urutan kegiatan pemeliharaan spesifik meliputi hal-hal sbb:


o Identifikasi Permasalahan
o Mengumpulkan Data-data
o Merencanakan: Alat-alat Kerja dan Keselamatan, Part / Material, Rencana
Pekerjaan (Scheduling), Referensi seperti: Wiring Diagram, P & ID Diagram,
Logic Diagram, Standard Setting, Prosedur / Instruksi Kerja, dll.
o Melakukan kegiatan pemeliharaan yang diperlukan:
Pembongkaran (Dismantling)
Pemasangan Kembali (Re-Assembling)
Pengukuran, Pengujian dan Adjustment
o Evaluasi dan Pelaporan

Identifikasi Permasalahan
Untuk melakukan Identifikasi Permasalahan, lakukan langkah-langkah sbb :
a. Periksa Catatan Awal Pemeliharaan (Work Order dari Operator, atau laporan
pemeriksaan oleh petuuap pemeliharaan).
b. Dari catatan, simpulkan pada grup fungsi mana permasalahan terjadi

Mengumpulkan Data
a. Catat / Print Out Alarm atau Event Log beserta kode-kode identifikasi dari
fabrikan yang muncul pada Human Machine Interface atau indikator lainnya.
b. Catat proteksi yang kerja
c. Catat peralatan-peralatan pada grup fungsi terkait yang abnormal
d. Catat langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh operator: tindakan reset, dll.

20
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Merencanakan Pekerjaan
a. Rencanakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan beserta kompetensinya.
b. Rencanakan Alat-alat yang meliputi alat-alat kerja (spesifik menurut bidang
masing-masing: mesin, listrik, kontrol & instrument) dan alat-alat keselamatan:
Helm, Safety Shoes, dll
c. Rencanakan Part / Material yang diperlukan
d. Rencanakan dokumen-dokumen referensi:
Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Mesin: P & ID, Standard Setting,
Instruksi Kerja, Lembar Pengujian
Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Listrik: Electrical Wiring Diagram,
Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian
Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Kontrol & Instrumen: P & ID, Logic
Diagram, Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian

Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Lakukan Pengukuran awal pada peralatan berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan (WO, Catatan Pemeliharaan) dengan berpedoman pada Instruksi
Kerja yang berlaku, Standard Setting. Catat dalam Lembar
Pengukuran/Pengujian
b. Berikan kesimpulan atas hasil pengukuran
c. Lakukan Perbaikan atau Dismantling, Reassembling jika diperlukan
berdasarkan petunjuk fabrikan.
d. Lakukan Pengukuran/Pengujian, Adjustment untuk menyatakan kelaikan
operasi.

Evaluasi dan Pelaporan


Mencakup: kesimpulan hasil pekerjaan dan pengujian/pengukuran akhir
(acceptable / not acceptable), item-item yang tertunda (pending item),
rekomendasi, dll.
Format sesuai standard yang berlaku di perusahaan

21
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

3.2. Pemeliharaan Korektif


Prosedur ini merupakan prosedur pemeliharaan berbasiskan laporan dari operator.
Prosedur secara keseluruhan digambarkan dalam flow chart sbb :

START

Rubah Status
Material N
menjadi
MODULE tersedia ?
WAMTL
Work Request

Y
Prosedur
OPERATOR (bila dari operasi) Staf Gudang mencetak TUG 9 pengadaan
USER (sesuai Bidangnya) dan menyiapkan material
- Entry Data ( Gangguan)
- Permintaan Perbaikan
WR ( UKU ) Material diambil
- Status WAPPR
Status APPR
dirubah menjadi WPCOND
Persetujuan Work Request
Lewat module Work Order
Tracking
oleh : SPS terkait Persetujuan SPS
Operasi

WO Batal
SETUJU ? CANCEL WO siap dilaksanakan status diubah
Status
CLOSE menjadi INPRG
N

Y
Perlu tagging?
Merubah Status dari WAPPR Prosedur TAGGING
Y
menjadi APPROD

N
SP terkait
SP Har
1. Mengisi data PLANS pada module WOT,
- Pekerjaan Selesai
yaitu : OPERATIONS, CRAFT, MATERIAL,
- Isi Actual, Labor
TOOLS
- Status dirubah menjadi
2. Setelah perencanaan siap status dirubah
WACOND
dari APPROD menjadi APPR

N
SPS HAR
Hasil Baik? Perbaikan Ulang
Melakukan ASSIGMENT CRAFT
MENJADI LABOR
pada module Work Manager
SPS Operasi merubah Status
menjadi COMPLETE
SPS HAR
Check material tersedia
WO Status diubah menjadi CLOSE

FINISH

Gambar 3. Flow Chart Pemeliharaan Korektif 22


PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

3.3. Pemeliharaan Preventif atau Periodik

Prosedur Pemeliharaan Preventif atau Periodik digambarkan oleh Flow Chart sebagai
berikut:
START
SP Har
- Pekerjaan Selesai
PMs yang akan jatuh - Isi Actual, Labor
tempo agar segera di - Status dirubah menjadi
generate WACOND
Staf Perencanaan
setelah itu automatis PMs Pemeliharaan
tersebut akan menjadi wot
dengan status WSCH
N
Hasil Baik Perbaikan
? Ulang
Setelah PMs yang menjadi WSCH
sudah jatuh tempo Agar di INITIATE Y
dan PMs tersebut akan berubah status SPS Operasi
menjadi INPRG SPS Operasi merubah Status
menjadi COMPLETE

Melihat kembali PLANS yaitu :


SPS Pemeliharaan
OPERATIONS, LABOR,
WO Status diubah menjadi
MATERIAL, TOOLS
CLOSE

CRAFTNYA DI ASSIGMENT
SPS Pemeliharaan
MENJADI LABOR
pada module Work Manager
FINISH

Check Material N SPS HAR berkoordinasi


tersedia? dengan pihak terkait

Y
Staf Gudang mencetak TUG 9 dan
menyiapkan material

Material diambil

Perlu tagging? Y Prosedur TAGGING


Pelaksana HAR

N
WO setelah selesai dikerjakan
status diubah menjadi WACONDT
Gambar 5. Flow Chart Pemeliharaan Preventif atau Periodik

23
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Formulir 1. Laporan Pegawai

NAMA PEGAWAI : UNIT:


NAMA MENTOR /ASESOR : UNIT:
JABATAN PEGAWAI DALAM PEKERJAAN :
TOTAL WAKTU DALAM PENGAWASAN : JAM/HARI TANGGAL :
DESKRIPSI PENUUAPAN:

GAMBAR/SINGLE LINE DIAGRAM PERALATAN/SYSTEM:

CATATAN PENGAMATAN
DESKRIPSI PERALATAN
JUMLAH LOKASI

24
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

PERALATAN YANG DI PELIHARA :

NO. LANGKAH-LANGKAH

PERSIAPAN :

NO. LANGKAH-LANGKAH

PEMBONGKARA
N DAN
PEMERIKSAAN
GANGGUAN/
KERUSAKAN

NO. LANGKAH-LANGKAH

PEMASANGAN

25
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

KOMENTAR PEGAWAI:

KOMENTAR ATASAN

PEGAWAI : ATASAN

Catatan:
Pegawai dapat menggunakan kertas kosong lain, jika ada yang perlu disampaikan tapi
tidak tercakup pada formulir diatas atau kurang halamannya.

26
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB IV
PERENCANAAN OPERASI

4.1. Tugas pokok Perencanaan operasi adalah:


merencanakan produksi
mengoperasikan
menjadwalkan outage
mengendalikan serta mengevaluasi agar pembangkit beroperasi secara aman,
andal, efisien, mentatati ketentuan lingkungan dan keselamatan serta regulasi
yang berlaku.

4.2. Lingkup Perencanaan Operasi


Perencanaan Operasi mencakup kegiatan sebagai berikut:
Pengoperasian, pengujian, dan pengaturan jam kerja operasi peralatan.
Jenis Pembangkit
SDM Operasi
Optimasi Pembebanan dan Kinerja Operasi.( Kinerja Pembangkit SM)

4.3. Perencanaan operasi berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit


Perencanaan & Niaga Operasi
Manajemen Bahan Bakar.
Fault Reporting.
First Line Maintenance.
Komunikasi dan pelaporan baik ke P3B maupun Kantor Induk

Diagram alir Manajemen Operasi adalah sbb:

27
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB V
MANAJEMEN EFFISIENSI

5.1. Definisi Manajemen Effisiensi

Efisiensi Manajemen adalah suatu system monitoring efisiensi mesin dan melakukan
improvement. Perhitungan efisiensi ini dilakukan dengan cara heat balance, untuk
mempermudah monitoring dan analisa menggunakan tools Gate Cycle. Output dari
Gate Cycle.

Effisiensi PLTU

Efisiensi Siklus.

PLTU mengubah energi kimia bakar menjadi energi listrik.


Urutan selengkapnya adalah :
Energi Kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas. Proses ini terjadi di
dalam ketel ( Boiler ).
Energi panas diubah menjadi energi mekanis. Proses ini terjadi di Turbin.
Energi mekanis di ubah menjadi Energi Listrik. Proses ini terjadi di Generator
listrik.

Akibat keseluruhan dari rantai proses konversi energi ini adalah output energi listrik di
peroleh dari input bahan bakar.

28
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Efisiensi siklus dapat di hitung apabila data data tersebut di bawah ini di ketahui :

Energi Listrik yang di diproduksi . KWh


Berat bahan bakar yang di bakar Kg
Nilai kalor bahan bakar .. Kj/Kg

Contoh :
Suatu unit PLTU dibebani 100 MW, dalam satu jam menghabiskan bahan bakar batubara
sebanyak 50.000 kg. Nilai kalor bahan bakar adalah 23.000 Kj/Kg.

Berapa efisiensi siklus keseluruhan (Overall effisiensi) ?


Jawab :

Panas masuk = Berat bahan bakar X Nilai Kalor


= 50.000 X 23.000 Kj/Kg
= 1.150.000.000 Kj
maka InPUT = 1.150.000.000 Kj

29
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Dari gambar terlihat bahwa unsur-unsur dalam siklus adalah sebagai berikut :

Input = (h4 - h3) +(h3 - h2) + (h2 - h1)


= h4 - h1

Losses = T (S5 - S1)

Output = h4 - h5

30
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Heat Rate.
Apabila dalam perhitungan efisiensi di perbandingkan energi Output dibagi Input, maka
dalam perhitungan Heat Rate adalah kebalikan dari perhitungan efisiensi dan satuan
energi Output tidak harus dengan satuan energi Input.

Efisiensi PLTG

Efisiensi aktual siklus Brayton ( SB)

W net
SB .
q in

Wnet = Daya Netto yang dihasilkan


qIn = Kalor masuk dari bahan bakar

Heat Rate
qin
Plan Heat Rate
W

Effisiensi PLTD

W net
SB
q in

31
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Spesific Fuel Consumtion (SFC)


Adalah perbandingan pemakaian bahan bakar dengan produksi KWH

Jumlahpemakaianbahanbakar(liter)
SFC x 100 %
W

5.2. Mekanisme Kerja Efisiensi Improvement


Mekanisme kerja efisiensi improvement adalah sebagai berikut :

Data Collection Plant Performance Monitoring Efisiensi


- Operator Equipment Optimal ?
- Rendal Data & Efisiensi
- Rendal Data & Efisiensi -Rendal Data & Eff

Y T

Engineering Change Rekomendasi + CBA


Management - Rendal Operasi
- Tim Engineering

SOP WO
Rendal Har
Rendal Operasi

Eksekusi SOP CR PM PdM PaM OH


Engineering
Operasi Har Rutin Har Rutin Har Rutin Har Rutin UHar

Data Evaluation WO Close & Documentation


(Heat Rate, Cost Benefit dll) Rendal Har
Rendal Har & Rendal Ops

Team Effisiensi terdiri dari DM Operasi, Sinfo, Operator, Rendal Data & Efisiensi, Rendal
Op, Enjinering (Reff. Tata Kekola PJB)

GATE KEEPER

DM Operasi Sinfo

Technology Suporting

Rendal Data &


Operator Efisiensi Rendalop Enjinirng
RUNNING GATE CYCLE ANALISA
DATA ENTRY ANALISA TREND &
& PROBLEM SOLVING &
TREND REPORTING REKOMENDASI REKOMENDASI

32
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

5.3. Tugas Team Effisiensi


Gate Keeper (DM Operasi)
Memastikan program efisiensi improvement dijalankan dengan baik berdasarkan
KPI
Konsep pengembangan
Technology Support (Sinfo)
Mendokumentasikan Master Software Model/Case Program Gate Cycle
Secara periodik check validitas program/model
Membuat model pengembangan
Pengembangan Automatic data entry
Data Collection/Data Entry (Operator)
Melaksanakan entry data dalam Server Data Program Gate Cycle setiap hari Jam
19:00 WIB (Waktu Peak Load)
Memastikan validitas data yang dientry
Running Gate Cycle & Trend Reporting (Data & Ef)
Merunning gate cycle setiap hari dan mengidentifikasi penurunan performance.
Membuat Laporan Trend Performance setiap bulan.
Mendokumentasikan data-data performance, redomendasi, problem solving.
Analisa Trend & Rekomendasi (Rendalop)
Melakukan analisa trend performance
Membuat rekomendasi untuk meningkatkan performance
Membuat laporan berkala kepada manajemen
Analisa Problem Solving & Rekomendasi (Enjineering)
Rekomendasi penyelesaian masalah

33
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

BAB VI
INDEK KINERJA PEMBANGKIT

6.1. Definisi Indek Kinerja Pembangkit

Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu
periode tertentu.

Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang


telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.

Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
perbaikan, pada suatu periode tertentu.

Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam
dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode
tertentu.

Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit
pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran
ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu
periode tertentu.

34
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran
ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode
tertentu.

Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.

Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.

Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].
Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang
diharapkan.

Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)]


dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan
derating tiap periode operasi yang diharapkan.

Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya
periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).

Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.

Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara
DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit
pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned
derating, dan derating karena cuaca/musim.

35
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

6.2. Durasi Outage Dan Derating


Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke
jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.

Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu
Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.

Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul boiler,
overhaul turbin) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).

Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama
Unplanned (Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance
Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages
(MO).

Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat
dari gangguan Unplanned (Forced) Outages (U1, U2, U3) + Startup Failures (SF).

Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) +
Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO).

Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours
(POH) + Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours
(MOH).

Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance
Outage + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan
Planned Outages(PO).

Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena
tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).

Synchronous Hours (Syn.H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi.

36
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang
sedang diamati selama unit dalam status Aktif.

Unit Derating Hours (UDH): adalah jumlah jam unit mengalami derating.

Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): adalah perkalian antara MW


derating unit pembangkit akibat pengaruh cuaca/musim dengan jumlah jam unit
pembangkit siap dibagi dengan DMN.

Equivalent Forced Derated Hours (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating secara paksa (forced derating: D1, D2, D3) dengan besar
penurunan derating dibagi DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3)
dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara
mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi
perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini
kemudian dapat dijumlahkan.

Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE)
dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian derating
terencana (PD dan DE) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh
dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW)
dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam
ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Planned Deratings (PD) selama Reserve Shutdowns (RS).

Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah


jam unit pembangkit derating tidak terencana (D1, D2, D3, D4, DE) dan besar
penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2,
D3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara
mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi
perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini
kemudian dapat dijumlahkan.

Equivalent Forced Derated Hours during Reserve Shutdown (EFDHRS):


adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit forced derating (D1, D2, D3)

37
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

selama reserve shutdown dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) selama reserve shutdown dikonversi
menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi
derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut
dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat
dijumlahkan.

Equivalent Planned Derated Hours During Reserve Shutdowns EPDHRS


(PD): adalah perkalian antara jumlah jam unit keluar terencana (Planned Derating,
PD) selama reserve shutdown dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
Setiap kejadian planned derating selama reserve shutdown dikonversi menjadi jam
ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual
(jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN
pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.

6.3. Formula Indeks Kinerja Pembangkit


Disini akan dibahas metode perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang yaitu:

Perhitungan Pembangkit Tunggal


Perhitungan Pembangkit Gabungan
Beberapa jenis Indeks kinerja pembangkit yaitu:

PER UNIT PEMBANGKIT UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN

1. Availability Factor (AF) 1. Weighted Availability Factor (WAF)


2. Equivalent Availabity Factor 2. Weighted Equivalent Availability Factor
(EAF) (WEAF)
3. Service Factor (SF) 3. Weighted Service Factor (WSF)
4. Planned Outage Factor (POF) 4. Weighted Planned Outage Factor
5. Maintenance Outage Factor (WPOF)
(MOF) 5. Weighted Maintenance Outage Factor
6. Forced Outage Factor (FOF) (WMOF)
7. Reserve Shutdown Factor 6. Weighted Forced Outage Factor
(RSF) (WFOF)

38
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

8. Unit Derating Factor (UDF) 7. Weighted Reserve Shutdown Factor


9. Seasonal Derating Factor (WRSF)
(SEDF) 8. Weighted Unit Derating Factor (WUDF)
10. Forced Outage Rate (FOR) 9. Weighted Seasonal Derating Factor
11. Forced Outage Rate Demand (WSEDF)
(FORd) 10. Weighted Forced Outage Rate
12. Equivalent Forced Outage (WFOR)
Rate (EFOR) 11. Weighted Equivalent Forced Outage
13. Eq. Forced Outage Rate Rate (WFORd)
demand (EFORd) 12. W. Equivalent Forced Outage Rate
14. Net Capacity Factor (NCF) (WEFOR)
15. Net Output Factor (NOF) 13. W. Equivalent Forced Outage Rate
demand (WEFORd)
16. Plant Factor (PF)
14. Weighted Net Capacity Factor (WNCF)
15. Weighted Net Output Factor (WNOF)
16. Weighted Plant Factor (WPF)

a. Formula IKP Per Pembangkit


Formula Indeks Kinerja Pembangkit untuk pembangkit tunggal (per pembangkit)
adalah sebagai berikut:
AH
1 Availability factor 100%
PH
[ AF ]

AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH)


2 Equivalent Availability 100%
PH
Factor [ EAF ]

3 Service Factor SH
100%
[ SF ] PH

POH
4 Planned Outage Factor 100%
PH
[ POF ]

39
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

MOH
5 Maintenance Outage 100%
PH
Factor [ MOF ]

RSH
6 Reserve Shutdown Factor 100%
PH
[ RSF ]

EPDH EUDH
7 Unit Derating Factor 100%
PH
[ UDF ]

POH MOH
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]

FOH
9 Forced Outage Factor 100%
PH
[ FOF ]

FOH
10 Forced Outage Rate 100 %
FOH SH SynchronousHours
[ FOR ]

f FOH
11 Forced Outage Rate 100 %
(f FOH ) SH
demand [FORd]

FOH EFDH
12 Equivalent Forced Outage 100 %
FOH SH Synchr.Hrs . EFDHRS
Rate [EFOR]

Equivalent Forced Outage (f FOH ) ( fp EFDH )


13 100 %
( f FOH ) SH
Rate demand
[ EFORd ] **) dimana:
fp = (SH/AH)
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
**) Untuk pembangkit
r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian
pemikul beban puncak
FO]
Jika SH, FOH atau RSH = D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
0, maka untuk perhitungan aktual]
diberi angka 0,001. T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang

40
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

dilakukan, baik berhasil maupun gagal]


Jika jumlah kejadian FO,
start atau start aktual = 0,
maka untuk perhitungan
diberi angka 1.

14 Net Capacity Factor Pr oduksi Netto


[ NCF ] PH DMN
100%
Pr oduksi Netto
15 Net Output factor SH DMN
100%
[ NOF ]
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor ( AH ( EPDH EUDH )) DMN 100%
[ PF ]

b. Formula IKP Pembangkit Gabungan


AH
1 Availability factor 100%
PH
[ AF ]

( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH))


100%
2 Equivalent Availability PH
Factor [ EAF ]

3 Service Factor SH
100%
[ SF ] PH

POH
4 Planned Outage Factor 100%
PH
[ POF ]

MOH
5 Maintenance Outage 100%
PH
Factor [ MOF ]

RSH
6 Reserve Shutdown Factor 100%
PH
[ RSF ]

41
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

( EPDH EUDH)
7 Unit Derating Factor 100%
PH
[ UDF ]

( POH MOH )
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]

FOH
9 Forced Outage Factor 100%
PH
[ FOF ]

FOH
10 Forced Outage Rate 100 %
( FOH SH Synchr.Hours )
[ FOR ]

( f FOH )
11 Forced Outage Rate 100 %
(( f FOH ) SH )
demand [ FORd]

( FOH EFDH )
12 Equivalent Forced Outage 100 %
( FOH SH Synchr.Hrs . EFDHRS )
Rate [ EFOR]

Equivalent Forced Outage (( f FOH ) ( fp EFDH ))


13 100 %
(( f FOH ) SH )
Rate demand
[ EFORd ] **) dimana:
fp = (SH/AH)
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
**) Untuk pembangkit
r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian
pemikul beban puncak
FO]
Jika SH, FOH atau RSH = D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
0, maka untuk perhitungan aktual]
diberi angka 0,001. T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang
Jika jumlah kejadian FO, dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
start atau start aktual = 0,
maka untuk perhitungan
diberi angka 1.
Pr oduksi Netto
14 Net Capacity Factor ( PH DMN )
100%
[ NCF ]
42
PT. PLN (PERSERO)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit

Pr oduksi Netto
15 Net Output factor ( SH DMN )
100%
[ NOF ]
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor (( AH ( EPDH EUDH )) DMN ) 100%
[ PF ]

43

Anda mungkin juga menyukai