Anda di halaman 1dari 15

Mutu Airtanah dan Air Permukaan 1

1.4. Mutu Airtanah dan Air Permukaan

1.4.1. Air minum manusia

Contoh air terdiri dari airtanah (1 contoh), air sumur (3 contoh), air permukaan
yakni di long strorage (1 contoh) dan di saluran drainase jalan (1 contoh). Hasil
analisis laboratorium tercantum pada Tabel 1.4.1.

Salinitas airtanah (EC) sekitar 10 mS/cm, dengan pH 7 - 8. 1 Salinitas air di


saluran drainase jalan EC=2.9 mS/cm, pH 7.5. Air permukaan di long storage EC=5.5
mS/cm, pH = 7.6. Air sumur dengan kedalaman 5 meter di dekat Base Camp
salinitasnya EC=7.1 mS/cm, pH 7.2. Air tersebut hanya digunakan untuk mencuci dan
mandi, sedangkan untuk keperluan memasak dan air minum didatangkan air kemasan
galon dari Merauke. Sumur di lokasi penduduk lokal dengan kedalaman 5 meter
EC=6.9 mS/cm, pH 7.3. Untuk keperluan Hotel Asmat air didatangkan dari Danau Biru
menggunakan tangki air dipompa ke tower hotel. Air jernih tak berwarna, tak berasa,
salinitas air di hotel EC=1.1 mS/cm, pH 7. 2. Informasi sementara air yang digunakan
penduduk di Merauke bersumber antara lain dari danau Biru. Sedangkan untuk air
minum digunakan air galon isi ulang yang sumber airnya dari beberapa danau
sekitarnya antara lain danau Biru.

Air sumur penduduk (kedalaman 5 m) di Kuprik biasa digunakan sebagai air


minum oleh penduduk, tak berwarna, tak berbau, EC = 1.6 mS/cm, pH 7.1, dilakukan
penyaringan dengan kain masih terdapat endapan kapur. Pada musim kemarau air
sumur terasa payau. Perlu dicarikan teknologi sederhana untuk pengendapan kapur.
Kesadahan yang tinggi dicirikan dengan sulitnya sabun berbusa jika digunakan untuk
air mandi.

Kriteria baku mutu air untuk air minum, air bersih dan air baku tercantum pada
Tabel 1.4.2. Berdasarkan kriteria tersebut, maka air sumur penduduk di Kuprik
kandungan Cl dan SO4 nya masih di bawah batas baku maksimum untuk air minum,
tetapi kandungan CaCO3 sudah di atas baku maksimum. Jika akan digunakan untuk air
minum, diperlukan proses pengendapan CaCO3. Air sumur penduduk di lokasi dan di
base camp Medco memperlihatkan kandungan Cl, SO4, CaCO3 sudah di atas batas
mutu maksimum, sehingga tidak layak untuk diminum.

Metoda untuk memperkecil kesadahan dapat dilakukan dengan penambahan


bahan kimia kapur (lime Ca(OH)2) berbentuk dry powder dan abu soda (Na2CO3)
berbentuk powder atau larutan, yang akan merubah komponen kesadahan menjadi
tidak larut dan mengendap, kemudian dilakukan penyaringan (filtrasi) pasir.

Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 = 2CaCO3 + 2H2O

CaSO4 + Na2CO3 = CaCO3 + Na2SO4

CaCl2 + Na2CO3 = CaCO3 + 2NaCl

1
1 mS/cm (mili Siemens per cm)= 1 mmhos/cm (mili mhos per cm)
2
Air minum kemasan botol merk Aqua EC=0,33 mS/cm, pH 7

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 2

Tabel 1.4.1. Hasil analisis kimia air

No DHL Air Bebas Lumpur


o
25 C
pH Mg Ca Na NO3 SO4 Cl B CO3 HCO3
dS/m ----------------------------------(mg/L)----------------------------------------------
1 1.61 7.1 19.4 138.3 134.5 4.2 49.1 347.9 0.2 484.3 0
2 7.06 7.2 251.3 438.2 1,041.3 4.0 1,435.8 2,165.5 0.9 415.2 0
3 5.46 7.6 272.4 190.9 750.2 3.9 1,197.1 1,633.0 0.5 246.9 0
4 10.31 7.0 663.8 735.0 1,671.6 5.7 1,875.7 3,372.5 1.0 382.7 0
5 6.91 7.3 378.7 675.5 834.7 4.9 1,943.9 1,633.0 0.8 388.8 0
6 2.87 7.5 127.6 95.3 317.4 3.7 453.6 816.5 0.2 311.9 0
Keterangan:
1: Air Sumur penduduk Kuprik, 2: Air Sumur Base Camp, 3: Air Long Storage, 4: Airtanah
lokasi 1, 5: Air Sumur Penduduk, 6. Air Saluran Drainase Jalan. Satuan salinitas dS/m =
mS/cm = mmhos/cm

1.4.2. Air Minum Ternak

Tabel 1.4.3 di bawah ini dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan air
asin untuk keperluan ternak dan unggas. Air sumur di sekitar lokasi mempunyai EC
sekitar 7 mmos/cm masih cukup baik untuk ternak dengan kemungkinan terjadi diare
ringan. Tetapi jelek untuk unggas karena menyebabkan water feces, kenaikan
mortalitas dan pertumbuhan berkurang.

1.4.3. Mutu Air untuk Tanaman

Parameter yang mempengaruhi mutu air irigasi untuk tanaman adalah:


salinitas, permeabilitas, dan toksisitas. Masalah salinitas terjadi jika kandungan garam
pada air irigasi atau airtanah cukup besar sehingga akumulasi garam di daerah
perakaran tanaman akan terjadi sedemikian rupa sehingga tanaman tidak mampu lagi
mengisap air (lengas) tanah di daerah perakaran. Salinitas lengas tanah yang tinggi
menyebabkan tekanan osmotik menjadi lebih besar, sehingga sulit diisap oleh akar
tanaman. Penurunan isapan air oleh akar menyebabkan terganggunya pertumbuhan
tanaman sehingga gejala nya seperti kekurangan air (tanaman layu). Tanaman
mengisap sebagian besar air dari bagian atas daerah perakaran, sehingga kondisi
salinitas di bagian ini sangat berpengaruh daripada di bagian bawah daerah
perakaran. Mengelola kondisi optimum bagian atas perakaran dengan proses
pencucian (leaching) menjadi sangat penting untuk tanah berkadar garam tinggi.

Permeabilitas dan laju infiltrasi tanah akan menurun akibat dari kandungan
garam tertentu atau kekurangan garam tertentu dalam air irigasi. Faktor yang
berpengaruh adalah: (a) kandungan Na relatif terhadap Ca dan Mg, (b) kandungan
bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3), dan (c) total kandungan garam dalam air.
Toksisitas atau keracunan terhadap unsur Boron (B), Chlorida (Cl) dan Natrium (Na)

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 3

Tabel 1.4.2. Baku mutu air minum, air bersih, dan air baku

Kadar Maksimum
Parameter Satuan Air Air
No Air Baku
Minum Bersih
FISIKA
0
1 Suhu C Suhu suhu suhu
udara udara udara
2 Warna TCU 15 50 100
3 Bau Tdk tdk
berbau berbau
4 Rasa Tdk tdk
berasa berasa
5 Kekeruhan NTU 5 25
6 Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) mg/lt 1,500 1,000
1,000
7 Total Suspensi Solid (TSS) mg/lt
KIMIA
1 Keasaman pH 6.5-8.5 6.5-9.0 6.5-8.5
3+
2 Alumunium Al mg/lt 0.2
3 Amonia N mg/lt 0.5
2+
4 Besi Fe mg/lt 0.3 1 1
5 Bikarbonat HCO3 mg/lt
2+
6 Calcium Ca mg/lt
7 Carbonat CO3 mg/lt
8 Carbon dioksida CO2 mg/lt
-
9 Chlorida Cl mg/lt 250 600 600
10 Kesadahan CaCO3 mg/lt 500 500 500
2+
11 Magnesium Mg mg/lt
2+
12 Mangan Mn mg/lt 0.1 0.5 0.5
13 Nitrat N mg/lt 10 10 10
14 Nitrit N mg/lt 1 1
3-
15 Phosphat PO4 mg/lt 0.5
2+
16 Raksa Hg mg/lt 0.001 0.001 0.005
2-
17 Sulfat SO4 mg/lt 400 400 400
18 Sisa Khlor Cl2 mg/lt 0.3
-
19 Sianida CN mg/lt 0.1 0.1 0.1
20 Timbal Pb mg/lt 0.05 0.05 0.05
KHUSUS
1 Zat organik KMnO4 mg/lt 10 10
2 Oksigen terlarut DO mg/lt min 6.0
3 BOD BOD mg/lt 3
4 COD COD mg/lt
5 Detergent terlarut mg/lt 0.5 0.5 0.5
Bakteriologi
o
1 Total Koloni 25 C /1 ml
o
2 Total Koloni 36 C /1 ml
o
3 Coli Group 36 C /100 ml 0 10 10,000
o
4 E.Coli 44 C /100 ml 0 0 2,000
Keterangan:
Mutu air minum dan air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
No 416/Menkes/Per/IX/1990, Tanggal 3 September 1990
Mutu air baku mutu Golongan A berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
No 173/Menkes/Per/VIII/77, Tahun 1977

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 4

Tabel 1.4.3. Petunjuk penggunaan air salin untuk ternak dan unggas 3

Kandungan
EC
garam Keterangan
(mmos/cm)
total (mg/l)
< 1.000 < 1.5 Salinitas relatif rendah. Sangat baik untuk ternak dan unggas
Baik untuk ternak dan unggas. Kemungkinan terjadi diare ringan
1.000-3.000 1.5 5.0
untuk ternak yang tidak terbiasa
Cukup baik untuk ternak. Kemungkinan terjadi diare ringan.
3.000-5.000 5-8 Jelek untuk unggas menyebabkan water feces, kenaikan
mortalitas dan pertumbuhan berkurang
Cukup aman untuk sapi (pedaging, susu), kambing, dan kuda.
5.000 7.000 8 - 11 Jangan diberikan untuk ternak yang hamil dan menyusui. Tidak
cocok untuk unggas
7.000 11 - 16 Tidak cocok untuk unggas dan babi
10.000
> 10.000 > 16 Resiko tinggi

Mutu air dan masalah drainase sering berkaitan, sehinga pengendalian


kedalaman airtanah menjadi sangat penting. Garam akan berakumulasi pada bagian
atas muka airtanah yang salin, sehingga jika muka airtanah terlalu dekat dengan
perakaran tanaman maka tanaman akan terpengaruh. Proses pencucian melalui
drainase bawah-permukaan sangat diperlukan untuk penyelesaian masalah ini.

Suatu petunjuk (guidelines) dalam evaluasi mutu air irigasi (Tabel 1.4.4) diajukan
dengan prosedur sebagai berikut:
(a) Tingkat kandungan unsur tertentu dalam air yang diduga mengakibatkan
masalah tertentu untuk tanaman
(b) Mekanisme interaksi tanah-air-tanaman yang menyebabkan pengurangan
produksi
(c) Tingkat bahaya yang akan terjadi pada waktu yang lama
(d) Alternatif pengelolaan untuk mencegah, memperbaiki atau memperlambat
akibat negatif
4
Perhitungan adj. SAR

Na
SAR (Sodium Adsorption Ratio) = ; Na, Ca, dan Mg adalah konsentrasi
Ca + Mg
2
dinyatakan dalam meq/liter.

adj. SAR =
Na
[1 + (8.4 pHc]
Ca + Mg
2

pHc = ( pK 2 pK c ) + p(Ca + Mg ) + p( Alk )

3
Sumber: Environmental Studies Board, Nat. Acad. Of Sci., Nat. Acad. Of Eng. Water Quality
Criteria, dalam Ayers, R.S and D.W. Westcot, 1976. Water Quality for Agriculture. FAO, Rome,
Italy.
4
Adjusted SAR: Sodium Adsorption Ratio yang disesuaikan

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 5

Tabel 1.4.4. Petunjuk untuk interpretasi mutu air irigasi

Tingkat Masalah
Masalah irigasi Tak ada Masalah
Bermasalah
masalah besar
Salinitas (mempengaruhi ketersedian air
5 < 0.75 0.75 ~ 3.0 > 3.0
untuk tanaman), ECw (mmhos/cm)
Permeabilitas (mempengaruhi laju infiltrasi
tanah)
Adj. SAR untuk tipe liat:
Montmorillonite (2:1 crystal lattice) <6 6~9 >9
Illite-Vermiculite (2:1 crystal lattice) <8 8 ~ 16 > 16
Kaolinite-sesquioxides (1:1 crystal lattice) < 16 16 ~ 24 > 24
Toksik ion khusus (mempengaruhi tanaman
yang peka)
Sodium (adj. SAR) <3 3~9 >9
Chlorida (meq/l) <4 4 ~ 10 > 10
Boron (mg/l) < 0.75 0.75 ~ 2.0 > 2.0
Pengaruh lainnya:
NO3-N atau NH4-N (mg/l) <5 5 ~ 30 > 30
HCO3 (meq/l) untuk irigasi curah < 1.5 1.5 ~ 8.5 > 8.5
pH Normal antara 6.5 ~ 8.4

Dengan menggunakan Tabel 1.4.5, maka pK2 - pKc didapat dari jumlah
(Ca+Mg+Na), p(Ca+Mg) didapat dari jumlah (Ca+Mg), dan p(Alk) didapat dari jumlah
(CO3+HCO3).
Tabel 1.4.5. Tabel untuk menghitung pHc 6

Jumlah Jumlah
konsentrasi pK2- konsentrasi pK2-
p(Ca+Mg) p(Alk) p(Ca+Mg) p(Alk)
(Ca+Mg+Na) pKc (Ca+Mg+Na) pKc
(meq/l) (meq/l)
0.05 2.0 4.6 4.3 2.5 2.2 2.9 2.6
0.10 2.0 4.3 4.0 3.0 2.2 2.8 2.5
0.15 2.0 4.1 3.8 4.0 2.2 2.7 2.4
0.20 2.0 4.0 3.7 5.0 2.2 2.6 2.3
0.25 2.0 3.9 3.6 6.0 2.2 2.5 2.2
0.30 2.0 3.8 3.5 8.0 2.3 2.4 2.1
0.40 2.0 3.7 3.4 10.0 2.3 2.3 2.0
0.50 2.1 3.6 3.3 12.5 2.3 2.2 1.9
0.75 2.1 3.4 3.1 15.0 2.3 2.1 1.8
1.00 2.1 3.3 3.0 20.0 2.4 2.0 1.7
1.25 2.1 3.2 2.9 30.0 2.4 1.8 1.5
1.50 2.1 3.1 2.8 50.0 2.5 1.6 1.3
2.0 2.2 3.0 2.7 80.0 2.5 1.4 1.1

5
ECw: salinitas air dinyatakan dalam konduktivitas listrik (1 mmhos/cm = 1 mS/cm = 1 dS/m)
6
pHc adalah teoritis, pH air irigasi dalam kondisi kontak dengan kapur equilibrium dengan CO2
tanah

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 6

Tabel 1.4.6. Analisis kesesuaian air untuk irigasi

dS/m pH Mg Ca Na NO3 SO4 Cl B CO3 HCO3


No meq/L meq/L meq/L mg/L meq/L meq/L mg/L meq/L meq/L
1 1.61 7.1 1.6 6.9 5.8 4.2 1.0 9.8 0.2 16.1
2 7.06 7.2 20.6 21.9 45.3 4.0 29.9 61.2 0.9 13.8
3 5.46 7.6 22.3 9.5 32.6 3.9 24.9 46.1 0.5 8.2
4 10.31 7.0 54.4 36.7 72.7 5.7 39.1 95.3 1.0 12.8
5 6.91 7.3 31.0 33.8 36.3 4.9 40.5 46.1 0.8 12.9
6 2.87 7.5 10.5 4.8 13.8 3.7 9.4 23.1 0.2 10.4

pK2- Adj
No SAR Ca+Mg+Na Ca+Mg CO3+HCO3 p(Ca+Mg) p(Alk) pHc
pKc SAR
meq/L meq/L meq/L
1 2.8 14.3 8.5 16.1 2.3 2.4 1.7 6.4 8.5
2 9.8 87.8 42.5 13.8 2.5 1.7 1.7 5.9 33.9
3 8.2 64.5 31.9 8.2 2.5 1.8 2.0 6.3 25.3
4 10.8 163.8 91.2 12.8 2.5 1.4 1.7 5.6 40.9
5 6.4 101.1 64.8 13.0 2.5 1.5 1.7 5.7 23.6
6 5.0 29.0 15.2 10.4 2.4 2.1 1.9 6.4 15.0
Keterangan:
1: Air Sumur penduduk Kuprik, 2: Air Sumur Base Camp, 3: Air Long Storage, 4: Airtanah
lokasi 1, 5: Air Sumur Penduduk, 6. Air Saluran Drainase Jalan. Satuan salinitas dS/m =
mS/cm = mmhos/cm

Berdasakan kriteria mutu air untuk tanaman (Tabel 1.4.4), maka penggunaan
air permukaan di long storage (nomor 3) dan air sumur penduduk di sekitar lokasi
untuk irigasi, ditinjau dari nilai EC, Adj SAR, Cl termasuk dalam klasifikasi bermasalah
besar, akan tetapi dari kandungan Boron tidak ada masalah. Nilai EC yang tinggi (>3
mS/cm) mempengaruhi ketersediaan air untuk tanaman, Adj SAR>24 mempengaruhi
permeabilitas dan laju infiltrasi tanah, dan kemungkinan keracunan Natrium (Na) dan
Chlorida (Cl). Penggunaan air saluran drainase jalan untuk irigasi relatif lebih baik
karena Adj SAR=15 masih lebih kecil dari 24, ECw<3 mS/cm, tidak ada kemungkinan
keracunan Boron, tetapi masih ada kemungkinan keracunan Na dan Cl.

Suatu kejadian pengalaman lapangan penyiraman tanaman menggunakan air


tampungan dari long storage memperlihatkan hal tersebut di atas. Semula salinitas air
relatif kecil pada bagian lapisan atas, akan tetapi pada lapisan air bagian bawahnya
salinitas air menjadi cukup tinggi sehingga tanaman kedelai daunnya menguning (leaf
burn atau necrosis). Kemudian dilakukan pencampuran dimana air di long storage diisi
kembali dengan memompakan air dari saluran drainase jalan. Salinitas air di saluran
drainase keliling petakan lingkaran ke 1, EC=8.7 mS/cm, kedalaman air sekitar 20-30
cm. Pada barisan tanaman kedelai yang baru ditanam, banyak benih yang tidak
tumbuh berkecambah diduga kemungkinan salintas permukaan tanahnya cukup tinggi
dan beragam.

Untuk keperluan irigasi di areal ini perlu dicari sumber air tawar. Ditengarai ada
sejumlah rawa yang airnya relatif tawar di sekitar areal ke arah Utara dari lokasi

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 7

proyek berjarak sekitar 2-3 km Areal rawa tersebut akan disurvai lokasi, volume, dan
kemungkinan penyalurannya ke lokasi MRS. Tujuannya agar areal rawa dapat
dideliniasi luas dan kedalamannya sehingga potensi volumetriknya dapat
diperhitungkan apakah mencukupi kebutuhan air irigasi di areal ini. Uraian lengkap
tentang potensi air rawa dijelaskan pada Sub Bab 1.5. Potensi Air Rawa.

1.4.4. Masalah salinitas dan keracunan tanaman

1.4.4.1. Pengaruh salinitas

Kebanyakan garam dari air irigasi akan tinggal di daerah perakaran tanaman dan
terakumulasi, akibat dari proses kenaikan kapiler airtanah dangkal yang asin pada
musim kemarau. Untuk mencegah akumulasi garam melewati batas tertentu,
diperlukan sejumlah air tawar (air irigasi) untuk berperkolasi dan melarutkan garam
tersebut (leaching) melalui proses aliran airtanah atau drainase bawah permukaan.
Jumlah air untuk pencucian (leaching) merupakan leaching requirement (LR)
didefinisikan sebagai bagian dari air irigasi yang berperkolasi di daerah perakaran
tanaman. Salinitas airnya sendiri harus cukup rendah dimana pada kasus di Merauke
hanya terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau salinitas air
menjadi tinggi.

Jumlah air diperlukan untuk pencucian disebut sebagai LR atau leaching


Ddw EC iw
requirement. LR didefinisikan sebagai: LR = = /1/
Diw EC dw
Ddw: jumlah air drainase, Diw: jumlah air irigasi.

Diw = Dcw + Ddw /2/, Dcw: Jumlah air yang diperlukan tanaman.

Dcw EC dw
Maka, Diw = = Dcw /3/
1 LR EC dw EC iw

Biasanya nilai ECdw menggunakan nilai maksimum ECe, tetapi berdasarkan


pengalaman nilai LR tidak cukup karena tidak memperhitungkan ketidak-seragaman
kadar garam dalam profil tanah. Disarankan perhitungan LR sebagai berikut:
EC iw
(a) untuk interval irigasi lama: LR = /4/, dimana ECe salinitas
5 EC e EC iw
tanah yang menyebabkan 10% pengurangan hasil.;
EC iw
(b) untuk interval irigasi singkat atau irigasi tetes: LR = /5/.
2 EC e
LR adalah dugaan jumlah air yang diperlukan untuk pencucian garam (leaching
requirement) untuk menjaga salinitas airtanah atau tanah masih dalam batas toleransi
tanaman.

1.4.4.2. Perhitungan LR

Dengan menggunakan persamaan /4/ dapat dihitung besarnya LR untuk


berbagai jenis tanaman dan berbagai nilai EC air irigasi (ECiw). Nilai ECe diambli nilai

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 8

ECe dengan penurunan produksi 10% (Tabel 5.3). Hasil analisis tercantum pada Tabel
1.4.7.

Tabel 1.4.7. Perhitungan LR untuk berbagai jenis tanaman dan salinitas air irigasi

A. PADI DAN PALAWIJA


Crop Jagung (Zea mays) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 2.5
ECiw 1.7
ECiw 0.50 0.04 1.04
1.00 0.09 1.10
1.50 0.14 1.16
2.00 0.19 1.24
2.50 0.25 1.33
3.00 0.32 1.46

Crop Padi (Oriza sativa) LR NWR/ETc


mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 3.80
ECiw 2.60
ECiw 0.50 0.03 1.03
1.00 0.06 1.06
1.50 0.09 1.09
2.00 0.12 1.13
2.50 0.15 1.18
3.00 0.19 1.23
3.50 0.23 1.29
4.00 0.27 1.36
4.50 0.31 1.45

Kedelai (Glycine
Crop max) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 5.50
ECiw 3.70
ECiw 0.50 0.02 1.02
1.00 0.04 1.04
1.50 0.06 1.06
2.00 0.08 1.09
2.50 0.10 1.11
3.00 0.12 1.14
3.50 0.15 1.17
4.00 0.17 1.21
4.50 0.20 1.24
5.00 0.22 1.29

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 9

Ubi jalar (Ipomea


Crop batatas) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 2.40
ECiw 1.60
ECiw 0.50 0.04 1.05
1.00 0.09 1.10
1.50 0.14 1.17
2.00 0.20 1.25
2.50 0.26 1.36
3.00 0.33 1.50

Sorghum (Sorghum
Crop bicolor) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 5.10
ECiw 3.40
ECiw 0.50 0.02 1.02
1.00 0.04 1.04
1.50 0.06 1.07
2.00 0.09 1.09
2.50 0.11 1.12
3.00 0.13 1.15
3.20 0.14 1.17
3.50 0.16 1.19
4.00 0.19 1.23
4.50 0.21 1.27
5.00 0.24 1.32

Kacang tanah
Crop (Arachis hipogea) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 3.50
ECiw 2.40
ECiw 0.50 0.03 1.03
1.00 0.06 1.06
1.50 0.09 1.10
2.00 0.13 1.15
2.50 0.17 1.20
3.00 0.21 1.26
3.50 0.25 1.33
4.00 0.30 1.42

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 10

D. RUMPUT PAKAN TERNAK


Tall wheat grass (Agropyron
Crop elongatom) LR NWR/ETc
mmhos/cm
ECe
(red.yield) 10% 9.90
ECiw 6.60
ECiw 0.50 0.01 1.01
1.00 0.02 1.02
1.50 0.03 1.03
2.00 0.04 1.04
2.50 0.05 1.06
3.00 0.06 1.07
3.50 0.08 1.08
4.00 0.09 1.10
4.50 0.10 1.11
5.00 0.11 1.13
5.50 0.13 1.14
6.60 0.15 1.18
7.00 0.16 1.20
7.50 0.18 1.22
8.00 0.19 1.24
8.50 0.21 1.26
9.00 0.22 1.29

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 11

Pengaruh salinitas terhadap ketersediaan lengas tanah digambarkan seperti


pada Gambar 1.4.1. Pada suatu jenis tanah pada ECsw=3 mmhos/cm mempunyai Total
Air Tanah Tersedia (TAT)=16.5 cm air per meter kedalaman tanah. Jika ECsw naik
menjadi 15 mmhos/cm maka TAT akan berkurang menjadi sekitar 12 cm/m. Pada
ECsw = 30 mmhos/cm maka TAT berkurang lagi menjadi sekitar 6 cm/m. Pada contoh
ini jika tanaman dengan ETc=6 mm/hari, kedalaman akar efektif 0.5 meter, faktor
deplesi tanaman p=0.6. Maka pada ECsw=3 mmhos/cm tersedia pasok lengas tanah
selama 8 hari (165/6), pada ECsw=15 mmhos/cm tersedia untuk 6 hari, pada ECsw=30
mmhos/cm tersedia untuk 3 hari (Tabel 1.4.8). Ilustrasi ini sesuai dengan pengalaman
lapangan dimana interval irigasi lebih sering pada air irigasi bersalinitas tinggi.
Kepekaan tanaman terhadap salinitas tanah dan air diperlihatkan pada Tabel 5.3 dan
Tabel 1.4.9.

Tabel 1.4.8. Pengurangan interval irigasi akibat kenaikan salintas air irigasi

ECw TAM d (m) TAM p RAM ETc Interval


mmhos/cm mm/m mm mm mm/hari hari
3 165 0.5 82.5 0.6 49 6 8
15 120 0.5 60 0.6 36 6 6
30 60 0.5 30 0.6 18 6 3
TAM: Total Avilable Moisture, d: kedalaman akar efektif, p: faktor deplesi tanaman, RAM:
Ready Available Moisture = p x TAM, ETc : evapotranspirasi tanaman, Interval: selang irigasi

1.4.4.3. Pemilihan Jenis Tanaman

Toleransi jenis tanaman terhadap salinitas tanah dan air dinyatakan dalam hubungan
antara nilai salinitas dengan penurunan hasil, seperti pada Tabel 1.4.9 dan Tabel
1.4.10.

1.4.4.4. Alternatif Pengelolaan Masalah Salinitas

Tujuan utama pemilihan prosedur pengelolaan untuk menanggulangi masalah


salinitas adalah memperbaiki ketersediaan lengas tanah untuk tanaman. Beberapa
cara pengelolaan adalah: (a) irigasi lebih sering, (b) pilih jenis tanaman yang toleran,
(c) aplikasi air irigasi tambahan untuk pencucian tanah, (d) pilih metoda irigasi yang
memberikan pengendalian garam lebih baik, (e) sesuaikan budidaya tanaman. Cara
yang dapat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas tanah
salin, adalah: (a) tambahkan air irigasi untuk proses pencucian akumulasi garam, (b)
modifikasi profil tanah untuk memperbaiki aliran perkolasi air, (c) penggunaan
drainase buatan jika kedalaman airtanah terlalu dangkal, (d) ganti air irigasi dengan
air bersalinitas rendah.

1.4.4.5. Masalah Permeabilitas Tanah

Permeabilitas rendah akan mengurangi jumlah air yang disimpan dalam tanah,
sedangkan salinitas tinggi akan mengurangi lengas tersedia untuk tanaman. Laju
infiltrasi 2.5 mm/jam termasuk rendah, sedangkan 12 mm/jam termasuk tinggi.
Kandungan Natrium yang tinggi dapat menyebabkan permeabilitas menjadi rendah.
Nilai SAR lebih besar dari 6 - 9 pada tanah liat akan menyebabkan permeabilitas

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 12

rendah. Pengaruh karbonat (CO3) dan bikarbonat (HCO3) dipertimbangkan terhadap


permeabilitas dengan menggunakan kriteria Adjusted-SAR.

Gambar 1.4.1. Ketersediaan air tanah teoritis pada berbagai salinitas lengas tanah

Tabel 1.4.9. Toleransi tanaman terhadap salinitas (mS/cm) 7

Fields Crops
Tanaman Penurunan Hasil (%) 1)
Maks
0 10 25 50
ECe ECiw ECe ECw ECe ECw ECe ECw ECe
Kapas (Gossypium hirsutum) 7.7 5.1 9.6 6.4 13 18.4 17 12 28
Gandum (Triticum aestivum) 6.0 4.0 7.4 4.9 9.5 6.4 13 8.7 20
Kedelai (Glycine max) 5.0 3.3 5.5 3.7 6.2 4.2 7.5 5.0 10
Sorghum (Sorghum bicolor) 4.0 2.7 5.1 3.4 7.2 4.8 11 7.2 18
Kacang tanah (Arachis hipogea) 3.2 2.1 3.5 2.4 4.1 2.7 4.9 3.3 6.5
Padi (Oriza sativa) 3.0 2.0 3.8 2.6 5.1 3.4 7.2 4.8 11.5
Sesbania (Sesbania macrocarpa) 2.3 1.5 3.7 2.5 5.9 3.9 9.4 6.3 16.5
Jagung (Zea mays) 1.7 1.1 2.5 1.7 3.8 2.5 5.9 3.9 10
Kacang (Phaseolus vulgaris) 1.0 0.7 1.5 1.0 2.3 1.5 3.6 2.4 6.5
Tanaman buah-buahan
Korma (Phoenix dactylifera) 4.0 2.7 6.8 4.5 10.9 7.3 17.9 12 32

7
Sumber : Ayers, R.S.; D.W. Westcot, 1976. Water Quality for Agriculture, FAO, Rome.
Halaman 26-31

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 13

Zaitun (Olea europaea) 2.7 1.8 3.8 2.6 5.5 3.7 8.4 5.6 14
Jeruk (Citrus sinensis) 1.7 1.1 2.3 1.6 3.2 2.2 4.8 3.2 8

Apel (Pyrus malus) dan Pear (Pyrus communis) 1.7 1.0 2.3 1.6 3.3 3.2 4.8 3.2 8
Anggur (Vitis sp) 1.5 1.0 2.5 1.7 4.1 2.7 6.7 4.5 12
Alpukat (Persea americana) 1.3 0.9 1.8 1.2 2.5 1.7 3.7 2.4 6
Strawberi (Fragaria spp) 1.0 0.7 1.3 0.9 1.8 1.2 2.5 1.7 4
Sayuran
Brokoli (Brassica italica) 2.8 1.9 3.9 2.6 5.5 3.7 8.2 5.5 13.5
Tomat (Lycopersicon esculantum) 2.5 1.7 3.5 2.3 5.0 3.4 7.6 5.0 12.5
Timun (Cucumis sativus) 2.5 1.7 3.3 2.2 4.4 2.9 6.3 4.2 10
Bayem (Spinacia oleracea) 2.0 1.3 3.3 2.2 5.3 3.5 8.6 5.7 15
Kubis (Brassica oleracea capitata) 1.8 1.2 2.8 1.9 4.4 2.9 7.0 4.6 12
Kentang (Solanum tuberosum) 1.7 1.1 2.5 1.7 3.8 2.5 5.9 3.9 10
Ubi jalar (Ipomea batatas) 1.5 1.0 2.4 1.6 3.8 2.5 6.0 4.0 10.5
Lada (Capsicum frutescens) 1.5 1.0 2.2 1.5 3.3 2.2 5.1 3.4 8.5
Bawang (Allium cepa) 1.2 0.8 1.8 1.2 2.8 1.8 4.3 2.9 7.5
Wortel (Daucus carota) 1.0 0.7 1.7 1.1 2.8 1.9 4.6 3.1 8
Tanaman rumputan pakan ternak
Tall wheat grass (Agropyron elongatom) 7.5 5.0 9.9 6.6 13.3 9.0 19.4 13.0 31.5
Bermuda grass (Cynodon dactilon) 6.9 4.6 8.5 5.7 10.8 7.2 14.7 9.8 22.5
Sudan grass (Sorghum sudanense) 2.8 1.9 5.1 3.4 8.6 5.7 14.4 9.6 26.0
Alfalfa (Medicago sativa) 2.0 1.3 3.4 2.2 5.4 3.6 8.8 5.9 15.5
1)
Nilai maksimum Ece, tanaman masih tumbuh tapi hasilnya nol. ECe dan ECw dalam
mmos/cm

Tabel 1.4.10. Toleransi salinitas tanah dan pH pada berbagai jenis tanaman

Salinitas tanah (mmhos/cm) pada


Tanaman pH
pengurangan produksi (%)
0 10 25 50 100 Kisaran Optimum
Buncis 1 1.5 2.3 3.6 6.5 5.2 - 8.2 6.0 - 7.0
Cabai 1.5 2.2 3.3 5.1 8.5 5.2 - 8.2 6.0 - 7.6
Jagung 1.7 2.5 3.8 5.9 10 5.2 - 8.5 5.8 - 7.8
Kacang Tanah 3.2 3.5 4.1 4.9 6.5 5.4 - 8.2 6.0 - 7.5
Kedelai 5 5.5 6.2 7.5 10 5.2 - 8.2 5.5 - 7.5
Kelapa 4 8 12 16 25 4.5 - 8.5 5.2 - 7.5
Nenas 0.5 1 2 3 6 4.0 - 7.8 5.0 - 6.5
Padi 3 3.8 5.1 7.2 12 4.5 - 8.2 5.5 - 7.5
Sawit 0.5 1 2 3 8 3.5 - 7.5 5.0 - 6.5
Semangka 2.5 3.3 4.4 6.3 10 5.0 - 8.2 5.6 - 7.6
Tomat 2.5 3.5 5 7.6 12.5 5.0 - 8.2 6.0 - 7.5
Sumber: Sys C.; E. Van Ranst; J. Debaveye; F. Beernaert, 1993. Land Evaluation Part III: Crop
Requirements. Agricultural Publications No 7. General Administration for Development
Cooperation. Belgium

Usaha untuk memperbaiki permeabiltas tanah dapat dilakukan dengan metoda


kimia seperti: (a) menggunakan pembenah (amendment) air dan tanah misalnya
sulphur, asam sulfat, gypsum; (b) pencampuran air asin dengan air tawar untuk
irigasi. Metoda fisik seperti: (a) pembajakan dalam, (b) penambahan bahan organik.
Asam sulfat (H2SO4) dapat dilarutkan dalam air irigasi tetapi harus hati-hati karena
bersifat korosif dan bahaya (asam kuat). Gypsum (CaSO4) adalah merupakan limbah
dari industri ditergent, PLTD batubara yang dapat digunakan sebagai pembenah tanah
salin berkadar Natrium tinggi.

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 14

Pencampuran air asin dengan air tawar untuk irigasi dapat dilakukan untuk
mendapatkan kondisi optimum ECw air irigasi. Sebagai contoh perhitungan
diilustrasikan seperti pada Tabel 1.4.11.

Tabel 1.4.11. Pencampuran air asin dengan air tawar untuk irigasi

Ca+Mg Na HCO3 adj.SAR ECw Campuran


meq/l meq/l meq/l mmhos/cm %
Air tawar 1.90 0.50 1.80 0.76 0.23 75
Air asin 6.50 32.00 4.50 38.00 3.60 25
Air Campuran 3.05 8.38 2.48 10.07 1.07

1.4.4.6. Pupuk Kandang

Penambahan bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar


kapasitas menahan air, porositas dan infiltrasi tanah. Kompos dapat dibuat dari
campuran kotoran hewan dengan jerami padi, sekam padi, daun pohon gamal, daun
bambu, atau dedaunan lainnya. Untuk mempercepat pematangan kompos diperlukan
alat pencacah rumput (chopper), dan dekomposer yang dapat dibuat sendiri dari MOL
(mikro organsima lokal) keong.

Pupuk organik (campuran kotoran hewan dan biomas) didatangkan dari Salor
dengan harga Rp 5 000/karung dengan berat sekitar 30 kg/karung harga di tempat
penjual (Rp 167/kg). Ongkos angkut ke Serapu Rp 700 000 per truk dengan kapasitas
115 karung (3.5 ton/truk) atau Rp 200/kg. Total harga pupuk organik di lokasi MRC 8
Rp 367/kg. Di lokasi antara Serapu-Merauke ada peternakan sapi sekitar 100 ekor
yang potensil untuk dimanfaatkan kotorannya sebagai sumber pupuk organik.

Di lokasi proyek sudah dibuatkan kandang sapi untuk sekitar 50 ekor. Sebagai
pakannya akan ditanam rumput gajah. Kompos dapat dibuat dari campuran kotoran
hewan dengan jerami padi, sekam padi, daun pohon gamal, daun bambu, atau
dedaunan lainnya. Untuk mempercepat pematangan kompos diperlukan alat pencacah
rumput (chopper), dan dekomposer yang dapat dibuat sendiri dari MOL (mikro
organisma lokal) keong. Untuk keperluan kompos 5 ton/ha, diperlukan ternak sapi 1
ekor/ha dengan luas rumput untuk pakan 730 m2/ekor. Jika ternak kambing
diperlukan 17 ekor kambing/ha dengan luas rumput 150 m2/ekor.

1.4.4.7. Masalah Keracunan (toksisitas)

Natrium

Tanda keracunan Natrium terjadi pada daun tua, daun seperti terbakar,
pengeringan jaringan sudut terluar pada pusat daun. Tingkat keracunan berlanjut dari
arah luar ke bagian pusat daun. Tanaman yang peka keracunan Natrium adalah buah-
buahan, jeruk, alpokat dan kacang-kacangan.

8
MRC: Medco Research Center for MIFEE

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009


Mutu Airtanah dan Air Permukaan 15

Keracunan Tanaman pada Irigasi Sprinkler

Air irigasi dengan kandungan Natrium dan Khlorida tinggi yang diberikan
melalui irigasi curah pada daerah kering menyebabkan konsentrasinya bertambah
karena proses penguapan. Air irigasi membasahi dedaunan, menyebabkan daun
seperti terbakar menguning dan rontok. Untuk tanaman jeruk keracunan terjadi jika
air irigasi mengandung 3 meq/l baik Na maupun Cl. Dengan irigasi alur (furrow
irrigation) tanda keracunan tersebut tidak terlihat. Pada tanaman Alfalfa di daerah
dengan evaporasi tinggi, terjadi sedikit keracunan pada ECw 1.3 mmhos/cm dengan
kandungan Na 6 meq/l dan Cl 7 meq/l.

Beberapa cara untuk mengurangi dampak keracunan pada irigasi curah adalah
sebagai berikut:
(a) Hindari irigasi pada waktu RH rendah dan penguapan tinggi.
(b) Operasi sprinkler jika dilakukan pada malam hari, efektif mengurangi
keracunan Na dan Cl, karena pada malam hari biasanya RH tinggi dan
kecepatan angin rendah.
(c) Meningkatkan kecepatan putar sprinkler, direkomendasikan menggunakan
putaran lebih dari 1 putaran per menit dengan menambah tekanan (head)
operasional. Pembasahan daun secara kontinyu menghasilkan serapan Na dan
Cl yang rendah daripada intermitent.
(d) Jika mungkin rubah menjadi irigasi permukaan seperti alur (furrow irrigation)
atau basin (flooding); atau irigasi tetes (drip irrigation).

Tabel 1.4.12. Tentatif kedalaman air-tanah optimum

Tekstur Tanah
Jenis Tanaman Berpasir Lempung/debu Liat
(sandy) (loam/silt) (clay)
Rumput-rumputan 0.5 0.6 0.7
Biji-bijian, tebu 0.6 0.7 0.8
Tanaman berumbi, serat-seratan,
0.8 0.9 1.0
minyak biji, sayuran
Buah-buahan (pohon) 1.0 1.2 1.4
Lahan yang diberakan untuk sementara
dengan kenaikan kapiler dari 1.2 1.5 1.3
airtanah yang salin

Created by D.K.Kalsim, Sept 2008, ed. 17/4/2009

Anda mungkin juga menyukai