Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain

menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan

karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan

derajat dan martabat bangsa Indonesia. Di lingkungan Kemdiknas sendiri,

pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan

yang dibinannya. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan

Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku.

Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dinitentu saja dapat

dilakukan saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Terkait itu, banyak

pihak yang berpendapat bahwa Sekolah Dasar dinilai menjadi wadah utama

dalam pembentukan karakter. Membentuk karakter jujur pada peserta didik tidak

dapat dilakukan dengan cara instan. Perlu proses yang panjang dan konsisten

agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu benar-benar

menjadi karakter setiap peserta didik. (Isna, 2011:48)

Pendidikan karakter kejujuran yang disampaikan secara oleh guru secara

tepat maka siswa akan memiliki sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau

mencocokan antara informasi dengan fenomena seperti yang didasarkan pada

1
kebenaran yaitu menepati janji menghindari perilaku yang salah dan menjadikan

dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan.

Pendidikan karakter kejujuran, telah ditetapkan di dalam UU Sisdiknas

tahun 2003 yang dinyatakan dalam tujuan yakni agar pendidikan tidak hanya

membentuk insane Indonesian yang cerdas, namun juga berpribadian atatu

berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh

berkembangkan dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta

agama(Depdiknas, 2011:4).

SMK Bina Banua Banjarmasin yang dinaungi oleh yayasan pendidikan

Bina Banua, merupakan salah satu SMK Swasta yang tampaknya banyak

diminati oleh masyarakat di Banjarmasin, hal ini dapat dilihat dalam observasi

dan pengamatan sementara penulis lakukan.

Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh seorang guru dalam

menanamkan pendidikan karakter di sekolah, khususnya guru mata pelajaran

PKn di SMK Bina Banua, seperti (1) kurangnya rasa tanggung jawab siswa

(siswa memiliki tanggung jawab) sebagai pelajar siswa kesekolah tugasnya

untuk belajar tetapi banyak siswa pada saat jam pelajaran belangsung masih

duduk atau santai di kantin (2) ketidakjujuran siswa (menyontek, berbohong,

berkata tidak sesuai dengan yang sesungguhnya, tidak berani mengakui

2
kesalahan yang diperbuatnya, contohnya pada saat jam pelajaran berlangsung

ada saja siswa yang meminta ijin untuk keluar dengan alasan mengambil ijazah,

pada kenyataannya siswa tersebut malah jalan-jalan. Masalah-masalah seperti ini

yang sering terjadi di SMK Bina Banua Banjarmasin padahal siswa yang

bersangkutan sudah di beri sanksi sampai orang tua tersebut dipanggil kesekolah

tetapi masalah itu terus menerus terjadi.

Berdasarkan fakta yang diperoleh pada observasi pertama maka

pendidikan karakter seperti rasa tangung jawab, ketidakjujuran, di SMK Bina

Banua Banjarmasin masih kurang efektif atau masih rendahnya kualitas karakter.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas, mencakup:

1. Bagaimana program penanaman nilai karakter kejujuran melalui proses

pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin?

2. Bagaimana strategi penanaman nilai karakter kejujuran melalui proses

pembelajaran PKn di SMK Bina Banua Banjarmasin?

3. Bagaimana pelaksanaan nilai karakter kejujuran melalui proses

pembelajaran PKn oleh siswa SMK Bina Banua Banjarmasin?

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan

adat istiadat.

Sudrajat (2011:15) mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata

bahasa latin yang berarti di pahat. Sebuah kehidupan seperti sebuah blok

granit yang dengan hati-hati dipahat ataupun dipukul secara sembarangan yang

pada akhirnya menjadi sebuah mahakarya atau puing-puing yang rusak.

Karakter gabungan dari kebijakan dan nilai-nilai yang dipahat di dalam batu

hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya.

Secara harfiah karakter artinya, Kualitas mental atau moral, kekuatan

moral, nama atau reputasi Menurut kamus lengkap bahasa indonesia,

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak,

mempunyai kepribadian(Munir, 2010:81).

4
B. Unsur-unsur Karakter

Sepuluh unsure kebajikan utama karakter (cardinal virtues) menurut

Suparlan sebagai berikut.

1. Kebijaksanaan 6. Sikap positif

2. Keadilan 7. Kerja keras

3. Ketabahan 8. Integritas

4. Pengendalian diri 9. Syukur

5. Kasih 10. Kerendahan hati

C. Pilar Penting Karakter Manusia

Ada enam karakter utama (pilar karakter) pada diri manusia yang dapat

digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-hal

khusus. Fathul Muin (Barnawi 2012:27) menyatakan keenam pilar karakter

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penghormatan

2. Tanggung jawab

3. Kesadaran berwarga Negara

4. Keadilan dan kejujuran

5. Kepedulian dan kemauan berbagi

6. Kepercayaan

D. Pendidikan Karakter

Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Karakter

menurut Depdikbud adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,

5
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter

adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

Menurut Rohinah (2011:63) dalam usahanya mencari hubungan antara

bahasa dan pikiran anak, mengemukakan pendapat bahwa perkembangan

bahasa dan penggunaannya oleh anak tercermin dalam perkembangan

mentalnya. Persepsi anak dan lingkungan sosialnya memegang peranan

penting dalam kehidupan anak. Lingkungan sekitar yang memprogram

bagaiman selanjutnya sang anak.

E. Pembangunan Pendidikan Karakter

Pendidikan anak usia dini dan pendidikan sekolah dasar salah satu jenjang

pendidikan pertama dalam pembangunan pendidikan karakter dalam sistem

pendidikan nasional diibaratkan sebagi tiket masuk atau paspor untuk

melanjutkan perjalan beikutnya. Sauri (2011:20) menyatakan Pembangunan

bangsa dimulai dari pembangunan karakter pelajar dari usia dini sehingga untuk

memajukan bangsa ini diperlukan kurikulum yang tidak hanya mencetak siswa

berprestasi dalam nilai namun juga siswa yang berkarakter berani, positif

namun tetap sopan.

F. Metode Pembangunan Pendidikan Karakter

Menurut Amri (2011:58), ada lima metode pembangunan pendidikan

karakter sangat beragam dan mencakup, yaitu:

1. Sosialisasi

6
2. Pengembangan regulasi

3. Pengembangan kapasitas

4. Kerja sama

5. Monitoring dan evaluasi

G. Penanaman Nilai Kejujuran

Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau

memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam

praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya

dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan

kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku

dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan

kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut

sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong,

munafik atau lainnya.

Menanamkan kejujuran bagi para peserta didik sejak dini tentu saja dapat

dilakukan saat mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Terkait itu,

banyak pihak yang berpendapat bahwa Sekolah Dasar dinilai menjadi wadah

utama dalam pembentukan karakter. Membentuk karakter jujur pada peserta

didik tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Perlu proses yang panjang dan

konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu

benar-benar menjadi karakter setiap peserta didik. (Isna, 2011:48).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dipilih, dikarenakan yang belum jelas dan

holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dalam proses dan suatu tindakan tidak

mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat diungkapkan dalam metode

penelitian kuantitatif dengan instrumen angket semata. (Wahyu, 2011).

Penelitian kualitatif ini berusaha mendeskripsikan secara mendalam

keadaan yang diteliti. Sehingga pendekatan kualitatif ini tidak bertujuan untuk

menarik sebuah generalisasi, tetapi menghasilkan sebuah pemahaman yang

mendalam terhadap fenomena yang diteliti

B. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Bina Banua Banjarmasin. Penelitian

dilaksanakan di SMK Bina Banua Banjarmasin yang beralamat di Jalan. Pramuka

Tembus Terminal KM 6 Kelurahan Pemurus Luar Kecamatan Banjar Selatan.

Dalam penelitian ini ditujukan kepada kepala yayasan SMK Bina Banua

Banjarmasin, kepala sekolah yayasan SMK Bina Banua Banjarmasin, dewan guru

SMK Bina Banua Banjarmasin dan siswa SMK Bina Banua Banjarmasin.

C. Sumber Data

1. Data Primer

8
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari kepala sekolah yang

menangani masalah pembentukan karakter siswa SMK Bina Banua

Banjarmasin yaitu guru pengajar PKn.

2. Data skunder

Di samping data primer juga dikumpulkan data sekunder, yaitu segala

sumber informasi yang dapat menunjang data primer data sekunder bersifat

umum dan masih berhubungan dengan fenomena yang diteliti. Data sekunder

antara lain tentang data sekolah, keadaan sekolah, jumlah guru dan pegawai

/karyawan, keadaan jumlah siswa, sarana dan prasarana sekolah. Data ini

diperoleh melalui wakil kepala sekolah dan sumber data yang ada di sekolah

(TU).

D. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama atau alat peneliti dalam

penelitian adalah peneliti itu sendiri atau anggota tim (Wahyu, 2009: 35). Jadi

yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara dan

dokumentasi.

1. Pengamatan (Observasi)

9
Cara yang digunakan adalah melalukan observasi secara langsung mempunyai

maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kagiatan yang

dilakukan guru PKn.

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Wahyu, 2011).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, prasasti, agenda, dan sebagainya. Tentang proses penanaman

nilai kejujuran melalui proses pembelajaran PKn di SMK Bina Banua

Banjarmasin. Pengumpulan data dan informasi digali melalui penggunaan

kamera untuk mengambil foto atau gambar saat guru mengajar di kelas, hal ini

untuk membuktikan bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di

lapangan.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Mereduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Sesuai dengan

penelitian maka tentu saja reduksi data dilakukan dengan merangkum

permasalahan apa saja yang akan timbul diri penanaman nilai kejujuran di

SMK Bina Banua Banjarmasin khususnya aspek penanaman nilai kejujuran,

aspek strategi penanaman nilai kejujuran, dan aspek pelaksanaan penanaman

nilai oleh siswa.

10
2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat (narasi),

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.


3. Menarik Kesimpulan

Langkah ketiga adalah menarik kesimpulan tentang peranan guru PKn dalam

pembinaan karakter disiplin siswa yang merupakan jawaban terhadap rumusan

masalah yang telah dirumuskan sejak awal dan didukung dengan data-data yang

valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang ditemukan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

G. Pengujian Keabsahan Data

1. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data

dari urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data (Wahyu, 2009: 79). Dalam penelitian ini terdapat

tiga teknik pengecekan yakni:

11
a. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama

dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan observasi dan wawancara

apakah jawaban yang diberikan informan semuanya benar dari sudut

pandang yang berbeda-beda.

b. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama

melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah dua

orang guru PKn.

c. Triangulasi Waktu

Pengujian kreadibilitas data dengan teknik triangulasi waktu berarti

melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu dan situasi yang

berbeda.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat SMK Bina Banua Banjarmasin

SMK Bina Banua Banjarmasin didirikan oleh beberapa Mahasiswa

Tingkat Doktoral Jurusan Ekonomi Perusahaan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Unlam berinisiatif dan mengambil prakarsa untuk

mendirikan Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA) Bina Banua.

12
Tujuan didirikannya SMK Bina Banua Banjarmasin dalam rangka turut

membantu pemerintah dalam memajukan kesejahteraan rakyat khusus di

bidang kejuruan.

B. Hasil Penelitian

1. Program Penanaman Nilai Karakter Kejujuran Melalui Proses

Pembelajaran Pkn Di Smk Bina Banua Banjarmasin

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMK

Bina Banua Banjarmasin dengan ke-2 guru PKn maka, diperoleh informasi.

Wawancara yang pertama dengan Busria Noor selaku guru PKn dan sebagai

kepala sekolah (selanjutnya disebut sebagai BN). Beliau menyatakan program

penanaman nilai karakter kejujuran pada proses pembelajaran PKn di SMK

Bina Banua Banjarmasin yang telah berjalan dengan baik namun belum

oftimal.

Dari beberapa kali observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses

pembelajaran dan evaluasi (ulangan)yang dilakukan BN. Peneliti melihat BN

tidak banyak menanamkan nilai kejujuran disela-sela penjelasan materi yang

disampaikan kepada siswa. Rencana penanaman niai-nilai karakter bangsa yang

disampaikan oleh BN telah dilaksanakan sebelum dicanangkannya pendidikan

karakter oleh pemerintah tak terlihat pada saat pembelajaran. Guru lebih banyak

menjelaskan materi pelajaran kemudian menyuruh siswa berdiskusi atau

evaluasi pemberian tugas.

13
Berbeda halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh MI,

MI telah selesai menghabiskan waktu yang tersedia untuk menyampaikan

materi pelajaran. Untuk mengisi waktu yang tersisa sebelum bel pergantian jam

pelajaran berbunyi, MI melakukan pemantapan dengan memberikan tugas pada

setiap siswa dan melakukan penarikan kesimpulan diakhir pelajaran.

Disela sela siswa mengerjakan soal, MI juga sering mengingatkan

siswa agar senantiasa bertindak jujur baik untuk mengerjakan soal maupun

untuk perbuatan dikehidupan sehari-hari, di lingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat.

2. Strategi Penanaman Nilai Karakter Kejujuran Melalui Proses

Pembelajaran Pkn Di Smk Bina Banua Banjarmasin

Untuk mengetahui strategi penanaman nilai karakter kejujuran terhadap

siswa SMK Bina Banua Banjarmasin, peneliti melakukan observasi pada saat

pembelajaran berlangsung oleh masing-masing guru PKn.

Pada pembelajaran yang dilakukan BN, pembelajaran lebih

menitikberatkan pada penyampain materi ajar yang masih tersisa. Sehingga

penanaman nilai kejujuran tidak banyak dilakukan. BN hanya sesekali

memberikan nasehat pada siswa tentang pentingnya kejujuran dalam proses

pembelajaran.

Tindakan yang dilakukan BN terhadap siswa yang tidak jujur kurang

tegas. BN hanya memperhatikan gerak-gerik siswa dan tidak menegur atau

memberi hukuman pada siswa yang berpelaku tidak jujur. Namun BN juga

14
sering mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari

tujuannya sebagai contoh nyata dalam kehidupan mereka.

Berbeda halnya dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh MI.

Ketika pembelajaran berlangsung atau ketika siswa mengerjakan soal latihan,

MI selalu memberikan nasehat-nasehat baik pada siswa dalam membangun

karakter siswa disamping member penjelasan kembali materi pelajaran yang

tidak dimengerti oleh siswa.

3. Penerapan Nilai Karakter Kejujuran Melalui Pembelajaran Pkn Siswa

Smk Bina Banua Banjarmasin

Setelah dilakukan penanaman nilai karakter kejujuran oleh guru, maka

yang menerapkan dan melaksanakannya adalah siswa yang menjadi sasaran

pendidikan karakter oleh guru.

Untuk mengetahui penerapan nilai kejujuran yang telah ditanamkan

oleh guru, peneliti menanyakan makna kejujuran terlebih dahulu kepada siswa

SMK Bina Banua Banjarmasin. RR mengungkapkan Menurut saya, makna

kejujuran itu bicara sesuai hati, mulut dan hati harus sama. Karena kejujuran

merupakan awal mencapai kesuksesan, walaupun pahit ketika kita rasakan

tetap kita harus jujur dalam segala sesuatu. Makna kejujuran itu sangat

penting namun sulit untuk melaksanakan.

Selanjutnya peneliti menggali informasi tentang penerapan nilai

kejujuran melalui proses pembelajaran yang mereka lakukan. RR

15
mengungkapkan bahwa tidak setiap saat siswa bertindak jujur, misalnya

ketika ada pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru, mungkin karena lupa

maka baru dikerjakan disekolah dengan meminta jawaban teman sekelas.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Penanaman Pendidikan Karakter Kejujuran Melalui Proses

Pembelajaran Pkn Di SMK Bina Banua Banjarmasin

Dari hasil penelitian diketahui bahwa SMK Bina Banua Banjarmasin

sejak dicanangkan oleh pemerintah sudah melaksanakan pembelajaran

berbasis karakter dengan memasukkan nilai-nilai karakter pada setiap

pelajaran, meskipun tidak ada program tertulis yang dibuat oleh pihak

sekolah. Setiap pembelajaran yang diajarkan selalu ditanamkan dan

diingatkan tentang nilai-nilai karakter, khususnya nilai kejujuran.

Ahmad Tafsir (Gunawan, 2012:21) menyatakan bahwa, nilai-nilai

yang dianut dan dijadikan seseorang sebagai rujukan dalam menentukan

standar, prinsip dan harga tentang sesuatu bersumber: etika, logika, agama,

dan hukum.

B. Strategi Penanaman Pendidikan Karakter Kejujuran Melalui Proses

Pembelajaran Pkn Di SMK Bina Banua Banjarmasin

16
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, para informan menyebutkan

strategi penanaman karakter kejujuran dengan cara memberikan penjelasan

pentingnya kejujuran, memperhatikan tingkah laku siswa saat proses

pembelajaran maupun saat ulangan, serta memberikan motivasi agar siswa

percaya diri, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh

makna.

Kualitas pembelajaran menjadi kunci dalam peningkatan sumber daya

manusia. Pembelajaran yang berkualitas merupakan pembelajaran yang

terencana dan sengaja diciptakan (intensional learning), bukan belajar yang

terjadi secara insidental (incindental learning). Di Indonesia memerlukan

sumber daya manusia dalam jumlah dan kualitas yang memadai sebagai

pendukung dalam pembangunan.

Menurut Isna (2011:53)

Keterbukaan merupakan sikap jujur seorang anak, guru dan orang


tua. Keterbukaan merupakan penentu kadar kejujuran atau ketidak
jujuran kita. Namun seringkali keterbukaan ini tergantung pada
pemahaman diri kita terhadap kehidupan nyata, termasuk
pemahaman nilai-nilai moral yang kita yakini. Keyakinan moral
seseorang bisa saja keliru, namun persepsi diri kita tentang nilai
tidaklah statis. Ia akan bersifat dinamis seirinh dengan kemajuan
zaman dan pengetahuan yang diterimanya. Ketika kita menolak
menerima adanya pandangan lain yang berbeda dengan diri kita,
biasanya ini pertanda bahwa kita kurang memiliki interes terhadap
pembenaran. Sikap demikian bisa dikatakan sebagai sikap lalai
terhadap nilai kejujuran.

C. Pelaksanaan Penanaman Pendidikan Karakter Kejujuran Melalui Proses

Pembelajaran Pkn Oleh Siswa Smk Bina Banua Banjarmasin

17
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak semua siswa SMK

Bina Banua Banjarmasin bertindak jujur, masih ada saja siswa yang tidak

menerapkannya dalam pembelajaran. Penyebab ketidakjujuran siswa ini

karena faktor kesulitan (malas untuk belajar) dan faktor keadaan. Suasana

belajar yang tidak kondusif sehingga siswa tidak dapat mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki sikap karakter, pengendalian diri dan jujur.

Menurut Isna (2011:49) kejujuran diartikan sebagai segala sesuatu

yang dilakukan seseorang sesuai dengan hati nurani dan norma peraturan yang

ada. Jujur berarti menepati janji, kesanggupan, baik berupa kata-kata atau

yang ada di hati. Kejujuran merupakan nilai yang perlu dimiliki setiap orang

maka perlu ditanamkan terus-menerus dalam kehidupan setiap manusia.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Program penanaman karakter yang dicanangkan oleh pemerintah telah

dilaksanakan pada semua mata pelajaran meskipun tidak ada program

tertulis dari sekolah. Terlebih pada pembelajaran PKn, yakni sebagai

usaha sadar untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pendidikan

akhlak.

18
2. Strategi penanaman nilai kejujuran dimasukan dalam strategi

pembelajaran berkarakter disekolah yang disusun oleh guru dengan

mengacu pada beberapa komponen yaitu, strategi kegiatan pembelajaran

yang berisi nilai-nilai karakter yang baik bagi siswa dan pengembangan

budaya sekolah yang mencerminkan kejujuran.

3. Dalam pelaksanaannya guru hanya memberikan penjelasan tentang

pendidikan karakter dan pentingnya pendidikan karakter. Sedangkan

pelaksanaan sendiri bagi siswa masih banyak siswa yang belum bisa

berlaku jujur meskipun itu menyangkut hal yang kecil. Ini disebabkan

karena faktor kesulitan, faktor keadaan siswa, dan faktor lingkungan

tempat tinggal siswa yang dapat mempengaruhi pengembangan karakter

dirinya.

B. Saran

1. Hendaknya setiap guru, khususnya guru PKn mengerti akan pentingnya

pendidikan karakter, guru tidak hanya sebatas mengajar saja, tetapi guru

dapat dijadikan panutan untuk siswa, karena tanpa adanya keteladanan dari

seorang guru maka siswa tersebut akan sulit dalam menerima pelajaran,

2. Hendaknya strategi yang dilakukan guru, lebih terarah lagi, dan jelas, agar

siswa mengerti pentingnya kejujuran. Lebih ditegaskan lagi terhadap siswa

yang tidak jujur untuk membuat efek jera.

3. Sebaiknya siswa harus terbuka dalam proses pembelajaran dan terus belajar

serta penuh kejujuran tetap meningkatkan prestasi belajar. Membiasakan

19
diri kita untuk tetap jujur, melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru,

membiasakan bertanggung jawab terhadap tugas yang dberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, dkk, 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.


Jakarta . Prestasi PustakaRaya.
Barnawi, dan Arifin, M. 2012. Strategi Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Jogjakarta. AR-Ruzz Media.
Depateme Pendidikan Nasional, 2011. Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran PKn. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.
Galus, Ben Senang. 2011. Pendidikan Karakter.
(online). (http://www.pendidikan-diy.go.id/?view=v
artikel&id=7 diakses 18 desember 2011).
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.
Bandung. Alfabeta.
Isna, Nurla Aunilah. 2011. Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di
Sekolah. Jogjakarta. Laksana.
Indrayani. 2012. Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk
Pendidik dan Profesional. Jakarta. Baduose Media Jakarta.
Dewantara, Ki Hadjar. 2010. Manfaat karakteristik pendidikan bagi guru
untuk mebangun peradaban bangsa. (online).(http:www.alenmarliss1
gresik diakses hari Minggu tanggal 10 April 2010 pukul 21.15 WIB.
Megawangi..Ratna 2011. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-
UI.http://www.vilila.com/2012/10/pendidikan-
karakter.html#ixzz1Zp7xStqx
Muin, Fathul. 2011. Pendidikan Karakter Konstukdi Teoretik &Praktik.
Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Muliyasa. E. 2007. Menjadi Guru Profersional Menciftakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

20
Munir, Abdullah. 2010. Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah.
Yogyakarta. Pedagogia.
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.
Rohinah. M. Noor. 2011. Pendidikan Karakter Berbasia Sastra. Jogyakarta.
AR-Ruzz Media.
Sahlan, Asmaun. 2012. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Karakter. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Sauri, Sofyan. 2012. Revitalisasi Pendidikan Sains dalam Pembentukan
Karakter Anak Bangsa untuk Menghadapi Tantangan Global,
Makalah dalam file.upi.edu, (online)
http://file.upi.edu/Direktori/C%20-%20 FPBS/ JUR.%PEND. % 20
BAHASA % 20 ARAB/195604201983011%20-%20 SOF AN% 20
SAURI/ makalah2/ PENDIDIKAN %20NILAI% 20DALAM%20
SAIN. Pdf diakses 27 Maret 2012.
Somantri, Endang. 2011. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya
Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Sudrajat, Akhmad. 2011. Konsep Pendidikan Karakter. (online)
http://akhmadsudrajat. Wordpress.com/2011/09/15 kosep-pendidikan
karakter/. Diakses 15 september 2011.
Suparlan. 2011. Pendidika Karakter: Sedemikian Pentingkah, dan Apakah
YangHarusKitaLakukan.(online)http://www.suparlan.com/pages/posts.
pendidikan-karkter-sedemikian-pentingkah-dan-apa-yang-haris-kita-
lakukan-305.php. dalam suparlan.com,dipublikasikan 15 Desember
2011
Suyanto. 2010. Pedoman Pendidikan Karakter.Jakarta. Baduose Media
Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Wahyu. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin. FKIP
Unlam.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya
Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group.

21
22

Anda mungkin juga menyukai