SKRIPSI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor,
Air tawar dan garam merupakan dua kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Namun saat ini dua hal tersebut menjadi masalah yang
belum teratasi oleh bangsa Indonesia ini. Masyarakat di beberapa wilayah
Indonesia masih sulit dalam memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya wilayah
pesisir seperti masyarakat Pulau Panggang, Kep. Seribu, Jakarta. Selain
kebutuhan air, permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah kekurangan garam.
Di sisi lain, kondisi pesisir Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000
km berpotensi untuk memproduksi garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merancang dan membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari
bahan baku air laut dengan menggunakan tenaga surya secara bertingkat.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan September 2012 di
Bengkel Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Alat ini merupakan suatu alat destilasi yang menerapkan prinsip evaporasi
dan endapan air laut. Garam dan air tawar dipisahkan dengan cara memanaskan
air laut hingga menghasilkan air uap yang bersifat tawar dan mengendapkan
kristal garam menggunakan energi matahari.
Dalam penelitian ini suhu lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat
berpengaruh dalam produktivitas suatu alat destilasi. Pada hasil percobaan
diperoleh suhu lingkungan antara 27-34 oC. Suhu lingkungan akan
mempengaruhi suhu pada ruangan evaporasi yang didalamnya terdapat air laut
yang akan diuapkan. Suhu air laut yang diperoleh di percobaan ini berkisar antara
36-59 oC. Dengan meningkatnya suhu pada ruangan evaporasi maka air laut
dalam bak penampungan akan menguap. Uap yang terbentuk lalu mengalami
kondensasi pada bagian kaca penutup. Hal ini dikarenakan suhu kaca penutup
lebih rendah dari suhu dalam ruangan evaporasi.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, alat ini mampu menghasilkan
rata-rata air tawar sebanyak 2.6 liter per hari. Pada proses destilasi tersebut terjadi
perubahan sifat fisis dan kimia dari air laut. Setelah melalui proses destilasi,
salinitas turun dari 33 menjadi 0, pH mengalami penurunan dari 8 menjadi 6,8.
Berdasarkan uji lab, air hasil destilasi sudah memenuhi standar menurut Menteri
Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 untuk dapat dikonsumsi.
Dari hasil pengujian selama 5 hari, diperoleh jumlah garam sebesar 632 gram
dari 20 liter sampel air laut. Kandungan garam yang dihasilkan dari alat ini masih
kurang bagus untuk memenuhi SNI garam kualitas I. Hal ini dikarenakan masih
adanya hasil sampingan yang terdapat dalam kandungan garam. Namun konsep
ini sudah sesuai dengan teori yang ada, butuh penelitian lanjutan untuk
mendapatkan kualitas garam yang baik.
Hak cipta milik Dwi Setiadi Firmansyah, tahun 2013
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR
TAWAR BERTINGKAT MENGGUNAKAN TENAGA SURYA
Oleh :
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
SKRIPSI
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Departemen
: C54080051
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. Dr. Ir. Tri Prartono, M. Sc
NIP. 19580419 198303 1 001 NIP. 19600727 198603 1 006
Mengetahui,
Ketua Departemen,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah,
penelitian yang berjudul Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia yang diberikan kepada penulis.
keluarga besar atas dukungan, kasih sayang, semangat, dan doa yang tak
IPB.
3. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc dan Dr. Ir. Tri Prartono, M. Sc selaku dosen
akhir.
4. Dr. Ir. Henry M Manik, M.T selaku Ketua Komisi Pendidikan Sarjana.
5. Bapak/Ibu dosen dan staf penunjang Departemen ITK atas bantuannya selama
dan Lab. Kimia Bersama Dept.Kimia. IPB, khususnya Mbak Lila atas
Laboratorium.
8. Muhammad Iqbal, M.Si, , Effin Mutaqin, S.Pi, Rizki Rizaldi Hidayat, S.Pi,
Tonny Ari Wibowo, S.IK, Afwan Syaugy, Arif Baswantara, R. Irfan Istiqom,
Ahmad Ridho dan Priagung Wicaksono atas bantuan, semangat, dan masukan
9. Teman-teman seperjuangan ITK 45 dan seluruh warga ITK yang tidak dapat
10. Seluruh anggota Klub MIT (Marine Insrument and Telemetry) yang tidak
11. Pihak Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah membantu penulis
selama perkuliahan
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Halaman
1. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................... 3
LAMPIRAN .......................................................................................... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9. Grafik Suhu Hasil Pengukuran Selama lima hari dengan Air yang
Sama ...................................................................................................... 23
10. Perbandingan Kuantitas Air Destilasi dengan Volume Air Selama lima
hari ........................................................................................................ 24
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
1. PENDAHULUAN
untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat ini masih dihadapkan banyak kendala,
sebagai contoh kejadian kekurangan air bersih bagi warga di Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu yang tidak mencukupi kebutuhan dalam satu hari (Dana, 2011).
Pulau Panggang dan sebagian besar pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu saat ini
hanya bergantung kepada curah hujan sebagai sumber air bersih. Hal ini
disebabkan oleh kondisi air tanah sudah tidak layak untuk konsumsi akibat
rembesan (intrusi) air laut ke dalam air tanah. Ketersediaan air bersih ini telah
Karya dan Pulau Pramuka ke wilayah yang memiliki kondisi relatif lebih baik.
mengimport garam dari negara lain dan jumlahnya melebihi angka 1,5 juta ton per
tahunnya (KKP, 2012). Di sisi lain, kondisi pesisir Indonesia yang memiliki
kelemahan mendasar mutu garam lokal yang terjadi adalah kandungan I (iodine)
Nasional (BSN). Setidaknya terdapat 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi
tidak boleh lebih rendah dari 97 % untuk garam kelas satu dan tidak kurang dari
94 % untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar 0,5 % dan
sehingga memenuhi syarat SNI. Proses produksi garam rakyat kebanyakan hanya
bergantung pada alam (air laut dan cuaca) dan sedikit muatan teknologinya.
yodium.
hidup di kawasan pesisir. Karena potensi sumber daya alam hayati maupun non-
hayati, sumber daya buatan serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi
alat untuk memproduksi air bersih dan garam ini dapat menaikkan produktivitas
Upaya yang dapat dilakukan untuk penyediaan air bersih adalah dengan
memanfaatkan air yang ada, salah satunya adalah air laut. Untuk dapat
memanfaatkannya, air laut diolah terlebih dahulu secara praktis dan ramah
surya untuk distilasi (penyulingan) air laut menjadi air tawar juga merupakan
bangun alat pemisah garam dan air tawar. Namun penelitian tersebut memiliki
air tawar yang dihasilkan serta garam yang dihasilkan kualitasnya masih rendah,
sehingga perlu dilakukan proses pencucian. Oleh karena itu, kegiatan pembuatan
alat pemisah garam dan air tawar ini dilakukan sebagai lanjutan dari penelitian
1.2. Tujuan
1. Merancang dan membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari
bahan baku air laut dengan menggunakan energi matahari secara bertingkat.
Mengukur kandungan kimia dan fisik yang terdapat dalam garam dan air tawar
kehidupan manusia. Sumberdaya air ini harus dapat dikelola secara profesional
agar ketersediaan air tawar sepanjang tahun tetap terjamin untuk memenuhi
kebutuhan akan air bersih. Air tanah sebagai salah satu sumber pasokan akan
kebutuhan air untuk berbagai aktivitas. Pemanfaatan air tanah dangkal (shallow
groundwater) di Indonesia tidak ada catatan kapan dimulainya, tetapi air tanah
Oleh karena itu pencarian sumber air lain yang dekat, yaitu air yang ada
Indonesia memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan akan air dalam
manusia, kebutuhan masyarakat pesisir akan air bersih semakin meningkat pula.
dan Perikanan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kemenperin (Tabel 1),
luas produksi garam yang produktif saat ini di Indonesia adalah sekitar 20.000 Ha,
5
kemampuan produksi rata-rata berkisar antara 1,1-1,4 juta ton per tahun. Menteri
diperkirakan mencapai 3,4 juta ton yang antara lain digunakan 1,6 juta ton untuk
konsumsi rumah tangga dan 1,8 juta ton garam untuk industri, dan diperkirakan
pada akhir tahun produksi garam lokal mencapai 1,4 juta ton garam (Prayanto,
2011). Kebutuhan akan garam diperkirakan akan terus meningkat menjadi 5 juta
Tahun
Uraian
2007 2008 2009 2010 2011
Pasokan Dalam Negeri 1.150.000 1.199.000 1.371.000 1.400.000 1.113.118
Kebutuhan Dalam Negeri 2.619.000 2.677.000 2.888.000 2.985.000 3.150.000
Industri CAP 1.320.000 1.350.000 1.560.000 1.638.000 1.700.000
Garam Konsumsi 680 687 693 707 805
Industri Pangan 444 455 460 465 470
Pengeboran Minyak 125 125 125 125 125
Lain-lain 50 50 50 50 50
sumber: Kemenperin (2013)
6
(kandungan kalsium dan magnesium) dan beryodium serta garam industri kurang
Energi matahari atau energi surya merupakan energi yang murah dan
melimpah di daerah tropis seperti di Indonesia, energi ini sangat potensial untuk
matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan secara
fisika dari sinar matahari. Lakitan (2002) mengatakan bahwa untuk mengkaji
aspek fisika cahaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : porsi
2.4. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah perubahan bahan dari bentuk cair ke
bahwa destilasi sangat berguna untuk konversi air laut menjadi air tawar.
Konversi air laut menjadi air tawar dapat dilakukan dengan teknik destilasi panas
destilator yang terpenting adalah harus tidak korosif, murah, praktis dan awet.
destilator tenaga surya atap kaca sebagai teknologi terapan untuk penyulingan air
laut. Alat ini cocok untuk daerah pantai dan daerah sulit air. Data teknis dan
spesifikasi alat yang dikembangkan adalah terdiri pengumpul kalor, kaca penutup
kanal kondensat, kotak kayu dan sistem isolasi. Kimpraswil (2004) menyatakan
cm bisa dihasilkan air tawar 6-8 l/hari, sedangkan Marsum (2004) menemukan
bahwa destilator tenaga surya dengan dimensi ruang pemanas yang sama, mampu
menghasilkan air tawar sebanyak 1,34 2,95l l/hari atau rata-rata 1,88 l/hari.
hal tersebut dikarenakan mineral-mineral yang terdapat dalam air laut memiliki
massa jenis partikel yang berbeda (Gambar 2), diketahui bahwa pada saat air
menguap sebesar 81%, 90.5%, dan 96% senyawa yang mengendap secara berurut
adalah CaCO3, CaSO4, NaCl, dan K & Mg (Wright, 1995). Sehingga berdasarkan
endapan tersebut kita dapat memisahkan zat pengotor dalam proses pembuatan
2.5.1. Konduksi
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi
perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi kebagian bersuhu rendah. Bahang
mengalir secara konduksi dari daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu
maka:
=
.........................................................................(2)
Pada konstanta diatas tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum
2.5.2. Radiasi
energi terjadi melalui perantara, pada radiasi kalor berpindah tanpa melaui
perantara atau pada ruang hampa. Mekanisme disini adalah sinaran atau radiasi
elektromagnetik. Pertukaran panas netto secara radiasi antara dua badan ideal atau
= . . ( 4. 4) .......................................................(3)
dimana :
saluran baja sebuah alat pemanas udara surya dipanasi secara konveksi. Apabila
aliran udara disebabkan oleh sebuah blower, kita menyebutnya sebagai konveksi
paksa dan apabila disebabkan oleh gradien massa jenis, maka disebut konveksi
= . . ( ) ......................................................................(4)
dimana :
10
1. Kualitas 1 yaitu kualitas terbaik yang memenuhin syarat untuk bahan industri
NaCl : 97,46 %
CaCl2 : 0,723 %
CaSO4 : 0,409 %
MgSO4 : 0,04 %
H2O : 0,63 %
Impurities : 0,65 %
2. Kualitas 2 yaitu kualitas dibawah Kualitas 1, garam jenis ini harus dikurangi
kadar berbagai zat agar memenuli standart sebagai bahan baku industri. Secara
3. Kualitas 3 merupakan garam kualitas terendah, tampilan fisik yang coklat dan
bercampur lumpur.
3. METODOLOGI PENELITIAN
2012. Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pembuatan alat, uji
coba alat dan uji hasil. Pembuatan alat dilakukan dari bulan Februari sampai
Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian uji coba alat
dilakukan di SLK (Stasiun Lapang Kelautan) Pelabuhan Ratu, Jawa Barat pada
bulan Mei 2012 dan pengujian hasil di lakukan di Lab. Produktivitas dan
Lingkungan Perairan Dept. MSP dan Lab. Kimia Bersama Dept.Kimia pada bulan
ini adalah:
1) Rangka luar terbuat dari kayu Borneo dengan ukuran luas penampang 5x10
cm.
2) Rangka dalam terbuat dari kayu Borneo dengan ukuran luas penampang 5x7
cm.
3) Penutup bagian atas alat terbuat dari kaca transparan dengan ketebalan 5
7) Bak penampung air laut terbuat dari keramik dengan kapasitas 158 liter,
liter.
perencanaan dan pola pelaksanaan kerja. Desain cara kerja alat tersebut diatur
meliputi pembuatan desain dan pemilihan bahan yang akan digunakan. Pemilihan
bahan yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dan daya tahan alat. Yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk pembuatan alat destilasi adalah sifat
tidak korosif.
miniatur. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah desain yang dibuat sudah dapat
bekerja secara optimal. Apabila kinerja dari model belum dapat bekerja secara
optimal maka perlu dilakukan perubahan pada desain yang telah dibuat,
sedangkan apabila model sudah berjalan secara optimal maka lanjut ke tahap
pembuatan atap ruang evaporasi, dan pembuatan saluran keluaran dari air tawar.
Mulai
Persiapan
Perumusan Masalah
Perancangan Model
Tidak
Model Sesuai
Ya
Pembuatan Bagian Destilasi
Tidak
Ujicoba
Ya
Berhasil Selesai
dengan prinsip evaporasi yang terdiri dari dua bagian utama yaitu bak penjemuran
14
(Gambar 4) dan ruang evaporasi (Gambar 5). Bak penjemuran dengan ukuran
200 x 120 x 5 cm (a) terbuat dari bahan keramik warna hitam. Pemilihan warna
kalor. Selain sebagai wadah penjemuran air, bak tersebut juga berperan sebagai
kolektor pelat datar yang berfungsi untuk menyerap panas. Energi matahari akan
memanasi permukaan pelat kolektor secara langsung sehingga panas yang terserap
sisi luar bak penjemuran dilapisi insulator (b) berupa sterofoam dengan ketebalan
3 cm. Pada bagian luar, sebagai penahan atap ruang evaporasi dibuat cassing dari
kayu dengan ketebalan 6 cm (c). Pada bagian bawah ini juga terdapat saluran air
Keterangan:
terbuat dari kaca transparan ketebalan 4 mm (f). Ruangan ini memiliki tinggi 60
cm dengan kemiringan penutup 40o. Kemiringan kaca penutup tidak boleh terlalu
landai agar embun yang terbentuk pada kaca penutup tidak jatuh kembali ke bak
15
penjemuran tetapi mengalir ke saluran air hasil destilasi. Penggunaan kaca dipilih
sebagai penutup dikarenakan kaca mempunyai sifat kaku, tahan terhadap panas
matahari, memiliki daya tembus yang baik, serta memiliki emisivitas yang baik
yaitu sebesar 0,98. Selain itu kaca merupakan bahan yang baik untuk
mengalirnya air. Kedua bagian tersebut kemudian dibuat menjadi dua secara
bertingkat (Gambar 6)
Keterangan:
(e)= almumunium
(f)= kaca
input air laut (20 liter) pada wadah pertama, kemudian dialirkan ke wadah kedua
hingga semua air tersebut menguap (Gambar 7). Selama proses penjemuran
tersebut dilakukan pengukuran suhu lingkungan, kaca, dan air laut serta volume
air hasil destilasi dan berat kering kriostal garam yang terbentuk..
Pengambilan data suhu dan volume dilakukan dari pukul 09.00 sampai
dengan pukul 15.00. Ujicoba dilakukan pada pukul tersebut karena diharapkan
pada jam tersebut panas dari energi matahari dalam keadan maksimal. Semua air
destilasi yang di tampung diukur per hari menggunakan gelas ukur. Suhu diukur
timbangan digital.
Air disaring
dengan filter
Variabel yang diukur mencakup suhu lingkungan, suhu air laut di dalam
ruang evaporasi, suhu kaca penutup ruang evaporasi, dan volume air tawar yang
dihasilkan. Variabel tersebut lah yang nantinya sangat mempengaruhi unjuk kerja
Suhu lingkungan
Suhu air laut di dalam Destilator Tenaga Surya
ruang evaporasi Dan Filtrasi Air
Suhu kaca penutup
ruang evaporasi
Volume air
Efisiensi / unjuk kerja model alat
Selisih suhu antara suhu lingkungan dengan suhu kaca
Jumlah dan kualitas air tawar yang dihasilkan
Jumlah dan kualitas garam yang dihasilkan
asumsi tidak ada kehilangan panas melalui alas dan sisi-sisinya, maka
= + + .(5)
4
= 8,84 10 + 268900
( )(6)
dimana adalah tekanan parsial uap air (N/m2) yang diperoleh dari tabel
= 16,27 103 ...(7)
qrad = 4 4 ...(8)
Dimana :
a) Kertas saring disiapkan dan cawan penguapan dipanaskan dengan suhu 105oC
b) Sampel air laut dan sampel air hasil diukur sebanyak 100 ml.
19
beratnya.
=
1000.............................................................(11)
dimana :
dan air tawar yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
tiap wadah. Apabila terdapat perubahan nyata antara kualitas wadah pertama dan
kedua, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Berikut adalah standar mutu
destilasi, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal pada proses destilasi
ini adalah suhu lingkungan dan faktor internalnya adalah kerapatan dari ruang
produktivitas suatu alat destilasi air laut. Parameter yang diukur antara lain suhu
Berdasarkan hasil pengamatan didapat nilai suhu yang berbeda pada tiap harinya
(lampiran 1). Nilai suhu terendah terjadi diakibatkan cuaca mendung yang biasa
terdapat pada saat sore hari. Nilai suhu lingkungan sangat berpengaruh erat
terhadap nilai suhu kaca dan kemudian berdampak terhadap suhu air. Hal ini
disebabkan lamanya penyinaran terik matahari pada kaca akan meningkatkan suhu
pada kaca, kemudian suhu air ikut meningkat pula. Hal tersebut terjadi disebabkan
adanya proses radiasi serta penyerapan bahang dari energi matahari. Namun suhu
kaca relatif lebih mudah menurun apabila suhu lingkungan menurun dibandingkan
dengan suhu air. Hal ini dikarenakan air merupakan zat penyimpan panas yang
baik. Pada penelitian ini diperoleh suhu kaca pada kisaran 38-56 oC dan suhu air
Gambar 9. Grafik suhu hasil pengukuran selama lima hari dengan air yang sama.
Penelitian ini menggunakan konsep green house effect (efek rumah kaca)
transparan dengan membawa energi panas. Ketika melewati kaca sinar matahari
Akibatnya sinar matahari tidak dapat keluar dan terkurung di dalam ruangan
24
evaporasi. Energi panas yang terbawa oleh sinar matahari tersebut akan
Proses destilasi berlangsung selama lima hari, dan diperoleh produksi rata-
rata air dalam setiap hari adalah 2.6 l per hari. Air tawar yang dihasilkan disini
merupakan uap dari air laut yang ditahan oleh kaca untuk kemudian dialirkan
melalui pipa menuju bak penampung air tawar. Jumlah air tawar hasil destilasi
terendah terdapat pada hari terakhir yaitu sebesar 0.54 liter. Hal ini dikarenakan
air yang terdapat pada alat destilasi sudah habis, berlangsung hanya selama 180
menit. Jumlah air tawar maksimal terdapat pada hari keempat (Gambar 10). Pada
menaikkan suhu kaca dan air. Suhu lingkungan pada hari tersebut berkisar antara
25
20 20
18
15
13.9
12.477 13.017
10
8.383
5 4.502
1.205 1
0 0 0
0 1 2 3 4 5
Hari ke- kuantitas air destilasi
volume air per hari
Gambar 10. Perbandingan kuantitas air destilasi dengan volume air selama lima hari
uVomelAir(Lt)
7.8
25
Proses penguapan pada ruangan evaporasi akan semakin baik apabila suhu
air dalam ruang evaporasi semakin tinggi. Semakin tinggi suhu suatu zat cair
evaporasi. Semakin rendah suhu kaca penutup maka proses pengembunan akan
semakin cepat terjadi. Kedua hal tersebut yang mempengaruhi kuantitas air hasil
Pada penelitian ini, penguapan air laut terjadi pada suhu di bawah 100 oC
namun secara teori air akan mendidih pada suhu 100 oC pada keadan normal (1
atm). Hal ini disebabkan karena ruang evaporator memiliki suhu yang tinggi
akibat pemanasan radiasi surya yang menyebabkan suhu udara dalam ruang
memiliki suhu lebih rendah bila dibandingkan dengan suhu pada evaporator, maka
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, kuantitas air hasil destilasi belum
maksimal. Hal tersebut disebabkan masih terdapat sedikit kebocoran pada alat
destilasi dan kondisi sinar matahari yang kurang mendukung. Kondisi sinar
maksimal, sehingga menghasilkan air embun (air destilasi) yang maksimal juga.
tergantung ketinggian tempat dan waktu. Pada bulan Januari April laju
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret April 2005. Ini berarti pada
Air yang dihasilkan pada penelitian ini secara umum sudah layak untuk
dikonsumsi . Hal tersebut dikarenakan air ini sudah memenuhi standar baku mutu
dari zat-zat yang terkandung di air tersebut sebelumnya. Zat yang mengendap dari
air laut merupakan unsur-unsur penyusun air alam dan berbagai impurities
(berupa unsur logam, garam, bahan padat, dan lain-lain). Endapan tersebut
merupakan hasil sampingan (sisa) dari alat destilasi ini. Akan tetapi hasil sisa ini
masih bisa dimanfaatkan kembali sebagai garam untuk berbagai keperluan rumah
gram dari 20 liter sampel air laut. Jumlah garam tersebut merupakan jumlah dari
total dua wadah destilasi. Garam pada wadah pertama merupakan hasil dari 50%
penguapan air awal dan garam pada wadah kedua hasil dari 50% sisanya.
27
Garam yang dihasilkan pada proses destilasi alat ini mash belum
memenuhi standar. Namun berdasarkan hasil yang didapat kinerja alat ini sudah
sesuai dengan teori tahapan endapan evaporasi air laut. Hal tersebut dapat dilihat
pada perbedaan presentase kadar garam yang dihasilkan pada wadah 1 dan wadah
berfungsi untuk menghasilkan garam yang bersih. Hanya saja pada penelitian ini
perbandingan kadar air pada wadah ini 50:50. Sehingga masih terdapat hasil
memanfaatkan tenaga surya mampu menghasilkan air tawar sebanyak 2.6 l/hari.
Namun saat musim kemarau permintaan air bersih akan meningkat, sehingga
besar kemungkinan harga air bersih akan melonjak. Pembuatan alat ini
menghabiskan biaya Rp.1.600.000,- , suatu biaya yang tak begitu besar bila
dibandingkan dengan manfaatnya. Alat ini akan dapat menghasilkan air tawar
yang lebih maksimal apabila tidak terdapat kebocoran dan dioperasikan pada
musim kemarau. Karena alat ini sangat ketergantungan dengan banyak dan
kekurangan air dapat diatasi dengan adanya alat destilasi ini. Khususnya pada
daerah tertentu seperti Kalimantan dan pulau-pulau kecil ketersediaan air tawar
menjadi sangat langka. Alat ini juga dapat bermanfaat pada saat terjadi bencana
alam pada suatu daerah pesisir. Karena pada saat setelah terjadi bencana
masyarakat sulit mendapatkan air bersih, contohnya pada saat gempa di wilayah
Pariaman, Sumatra Barat. Oleh karena itu pemanfaatan destilator tenaga surya
energi panas matahari yang sustainable telah lebih dari cukup jika dimanfaatkan
memiliki disain dan konstruksi yang sederhana. Mudah dibuat dari bahan bahan
yang tersedia di desa oleh tenaga lokal. Hampir tidak diperlukan keahlian khusus
Selain air tawar, alat ini juga potensial untuk memproduksi garam dengan
kualitas yang cukup baik. Dikarenakan proses produksi garam dilakukan dalam
wadah evaporasi yang tertutup, petani garam tidak perlu khawatir dengan adanya
hujan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
menghasilkan air tawar dengan rata-rata 2.6 liter per hari. Selain air tawar, yang
dihasilkan dari alat destilasi ini adalah garam sebanyak 632 gram per 5 hari untuk
20 liter air laut. Berdasarkan uji laboratorium kualitas air yang dihasilkan alat ini
sudah layak konsumsi karena sudah memenuhi standar baku mutu air minum
garam yang dihasilkan masih belum memenuhi standar baku mutu. Hal tersebut
dikarenakan kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan masih di bawah standar.
5.2 Saran
wadah 1 dan 2, dimana wadah 1 harus memiliki jumlah penguapan yang lebih
besar dibandingkan dengan wadah 2. Dengan harapan pada wadah kedua mampu
Hidayat, R. R. 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar
dengan Menggunakan Energi Matahari. Fakultas Peikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
World Health Organization (WHO). 1998. Jumlah Air Minimal yang Dibutuhkan
Untuk Keperluan Rumah Tangga. Technical Notes for Emergencies.
Regional Office for South-East Asia. New Delhi.
LAMPIRAN
34
Suhu (oC)
Waktu Lokal Lingkungan Air Kaca
9 29 36 38
9.3 30 39 41
10 33 40 43
10.3 34 43 44
11 33 44 44
11.3 33 47 44
12 33 47 43
12.3 34 47 44
13 32 46 43
13.3 30 46 43
14 30 43 41
14.3 28 44 42
15 28 45 43
Maksimum 34 47 44
Minimum 28 36 38
Rata-rata 31.307692 43.61538 42.53846
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Mei 2012 = 4.502 ltr
Suhu (oC)
Waktu Lokal Lingkungan Air Kaca
9 29 36 38
9.3 30 39 41
10 33 41 43
10.3 34 43 44
11 34 44 44
11.3 34 48 45
12 34 48 44
12.3 34 48 45
13 33 49 46
13.3 32 53 49
14 30 51 48
14.3 30 49 43
15 27 42 39
Maksimum 34 53 49
Minimum 27 36 38
Rata-rata 31.846154 45.46154 43.769231
35
Suhu (oC)
Waktu Lokal
Lingkungan Air Kaca
9 29 36 38
9.3 29 39 40
10 30 42 42
10.3 32 48 47
11 33 50 49
11.3 34 50 50
12 32 51 47
12.3 34 52 51
13 33 54 51
13.3 33 55 50
14 32 53 49
14.3 30 51 46
15 30 49 43
Maksimum 34 55 51
Minimum 29 36 38
Rata-rata 31.615385 48.461538 46.38462
Hari/Tanggal : Senin, 28 Mei 2012 = 12.477 ltr
Suhu (oC)
Waktu Lokal
Lingkungan Air Kaca
9:00 30 46 48
9:30 32 50 49
10:00 33 51 50
10:30 32 53 52
11:00 32 53 53
11:30 33 54 53
12:00 34 57 54
12:30 34 58 54
13:00 32 59 54
13:30 32 57 53
14:00 32 57 53
14:30 31 56 53
15:00 30 55 52
Maksimum 34 59 54
Minimum 30 46 48
Rata-rata 32.076923 54.30769 52.15385
36
Suhu (oC)
Waktu Lokal
Lingkungan Air Kaca
9 30 43 44
9.3 32 50 49
10 33 52 50
10.3 34 53 51
11 33 53 51
11.3 33 54 53
12 33 53 53
12.3 32 - -
13 33 - -
13.3 33 - -
14 33 - -
14.3 30 - -
15 29
Maksimum 34 54 53
Minimum 29 43 44
Rata-rata 32.153846 51.14286 50.142857
Proses penguapan
38
Pengukuran pH insitu
39
Proses pengenceran
40
RIWAYAT HIDUP
mahasiswa Institut Pertanian Bogor, dan tahun 2009 masuk di Fakultas Perikanan
periode 2011/2012 dan Presiden Klub Marine Instrumen and Telemetry periode
2012 dan Asisten mata kuliah Akustik Kelautan pada tahun 2013.