Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terdapat beberapa macam metode yang terdapat dalam ilmu geofisika,
dimana setiap metode mempunyai karakteristik dan keunggulan masing masing.
Secara sederhana metode elektromagnetik ialah memanfaatkan gelombang yang
dijalarkan berasal dari transmitter yang berupa gelombang elektromagnet primer
kemudian menjalar hingga ke bawah permukaan bumi dan mengenai suatu
medium kemudian gelombang tersebut akan menghasilkan GGL dimana hal
tersebut dikarenakan sifat konduktivitas dari medium di bawah permukaan
tersebut. Setelah menghasilkan GGL, gelombang elektromagnet tersebut akan
berubah menjadi eddy current dimana telah menjadi gelombang elektromagnet
sekunder yang akan diterima oleh receiver di permukaan bumi. Gelombang yang
diterima itu merupakan gelombang elektromagnet sekunder yang telah
dipengaruhi oleh sifat konduktivitas dari medium di bawah permukaan.
Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu metode yang dalam
elektromagnet yang memancarkan gelombang radio yang sangat tinggi dengan
waktu sangat pendek menggunakan pulse (denyutan), dimana metode tersebut
dapat untuk menentukan adanya struktur dangkal yang berada di bawah
permukaan bumi. Selain itu metode GPR dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya benda arkeologi dibawah permukaan maupun untuk konstruksi.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari acara menggunakan metode GPR ini adalah agar menguasai
dan memahami serta mampu mengaplikasikan dari data yang dilakukan
prosessing menggunakan software ReflexW. Sedangkan tujuan dari acara GPR ini
adalah agar dapat menampilkan dan menjelaskan penampang yang didapatkan
pada software ReflexW dari 7 lintasan yang berbeda.

1
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Prinsip Dasar Metode GPR


Ground Penetrating Radar (GPR) dapat juga disebut georadar. Georadar
berasal dari dua kata yaitu geo yang berati bumi dan radar singkatan dari radio
detection and ranging. Secara harfiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan
gelombang radio. Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan teknik eksplorasi
geofisika yang menggunakan gelombang elektromagnetik, bersifat nondesdruktif
dan mempunyai resolusi yang tinggi terhadap informasi geologi yang relatif
dangkal. Prinsip daasr metode ini tidak jauh berbeda dengan metode seismik
refleksi yang telah berkembang luas penggunaanya di berbagai bidang seperti:
kontruksi dan rekayasa, pencarian benda-benda arkeologi, untuk melihat kondisi
geologi bawah permukaan dan masalah lingkungan.
Pulsa (Pulse atau denyut) pada GPR dibangkitkan berupa pulsa bertenaga
tinggi yang dipancarkan pada waktu yang sangat pendek. Gelombang
elektromagnetik dipancarkan ke bawah permukaan oleh transmitter melalui
antena sehingga pulsa radae mengenai dan menembus medium di bawha
permukaan lalu sinyal yang terpantul dari tanah diterima oleh receiver.
Berdasarkan waktu penjalaran pulsa radar maka dapat diperhitungkan jarak objek,
dan berdasarkan intensitas tenaga yang kembali maka dapatb ditaksirkan jenis
objek yang berada di bawah permukaan. Intensitas atau besarnya pulsa radar yang
diterima menentukan karakteristik jenis medium bawah permukaan pada citra
radar. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sifat medium sebenarnya dan sistem GPR
yang digunakan.
Pencitraan yang dihasilkan GPR dipengaruhi oleh :
1. Topografi pada area akuisisi
2. Kondisi pada bidang permukaan area akuisisi
3. Tingkat kompleksitas kondisi medium

2
2.2. Perambatan Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan. Yaitu;
E=intensitas medan listrik (V/m), H=intensitas medan magnetisasi (A/m),
B=induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau tesla) dan D=pergeseran listrik
(C/m2). Keempat persamaan tersebut dikaitkan dalam 4 persamaan maxwell
B
E =
t
D
H = i+
t
. B=0
. D E=

(2.1)
Persamaan diatas dapat direduksi dengan menggunakan hubungan-
hubungan tensor tambahan sehingga diperoleh persamaan yang hanya berkait
dengan medan E dan H saja (Grant dan West, 1965. p496). Apabila diasumsikan
medan E dan H tersebut hanya sebagai fungsi waktu eksponensial, akan diperoleh
persamaan vektorial sebagai;
E = i E E
2 2

H =
2 2
i H E
(2.2)
dengan permitivitas dielektrik (F/m), permeabilitas magnetik (H,m), dan
kondukivitas listrik (S/m). Bagian kiri pada sisi kanan pers (2) menunjukkan arus
konduksi, sedangkan bagian kanannya menunjukkan sumbangan arus
pergeserannya.
Di dalam VLF (pada frekuensi <100kHz), arus pergeseran akan lebih kecil
daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup kecil
(sekitar 100 dengan 0 sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF
biasanya 10-2S/m. Hal ini menunjukkan bahwa efek medan akibat arus konduksi
memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas medium
(Sharma, 1997).

2.3. Konstanta Dielektrik Batuan

3
Gelombang radar akan mengalami pemantulan bawah permukaan akibat
dari nilai kontras konstanta dielektrik batuan yang ada di bawah permukaan.
Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif, adalah sebuah konstanta
dalam ilmu fisika. Konstanta ini melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam
suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan
perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut jika diberi sebuah
potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa).
Konstanta dielektrik atau permitivitas listrik relatif, adalah sebuah
konstanta dalam ilmu fisika. Konstanta dielektrik dilambangkan dengan huruf
Yunani r atau kadang-kadang , K, atau Dk. Secara matematis konstanta
dielektrik suatu bahan didefinisikan sebagai :
s
r = (2.3)
0
dimana s merupakan permitivitas statis dari bahan tersebut, dan 0 adalah
permitivitas vakum. Permitivitas vakum diturunkan dari persamaan Maxwell
dengan menghubungkan intensitas medan listrik E dengan kerapatan fluks listrik
D. Di vakum (ruang hampa), permitivitas sama dengan 0, jadi konstanta
dielektriknya adalah 1. Permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan
dengan susceptibility (kerentanan) listriknya, e melalui persamaan
r =1+ e (2.4)
Konduksi dielektrik pada batuan ini terjadi jika batuan atau mineral
bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam
batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh
medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini tergantung pada
konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contoh : mika. Berikut adalah nilai
konstanta dielektrik dari berbagai jenis batuan:
Tabel 2.1.Nilai Konstanta Dielektrik Berbagai Jenis Batuan.

4
2.4. Prinsip Kerja Metode GPR
Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal.
Semua system GPR pasti memiliki rangkaian pemancar (transmitter), yaitu antena
yang terhubung ke sumber pulsa (Pulse Generator) dan rangkaian penerima
(receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal (signal
processing unit). Rangkaian pemancar akan menghasilkan pulsa (Pulse atau
denyut) listrik dengan bentuk prf (pulse repetition frequency) yaitu suatu energi
dan durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke bawah permukaan.
Pulsa ini akan mengalamai atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama
perambatannya. Jika kondsi bawah permukaan bersifta relatif homogen, maka
sinyal yang dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa menabrak suatu
inhomogenitas dibawah permukaan maka akan ada sinyal yang dipantulkan ke
antena penerima. Sinyal ini kemudian diproses oleh rangkaian penerima.
Kedalaman medium di bawah permukaan dapat diketahui dengan
mengukur selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang
waktu ini pulsa akan bolak-balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena.
Konsep perambatan gelombang ini serupa pada konsep perambatan gelombang
pada seismik. Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi
gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman objek yang
dinyatakan dalam h adalah :
1
h= tv (2.5)
2

5
Untuk mengetahui kedalaman objek yang bdideteksi, kecepatan
perambatan dari gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan
perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta
dielektrik relatif medium perambatan.
c
v= (2.6)
r
Ketebalan beberapa medium di dalam tanah dinyatakan dalam d, yaitu :
( t 2t1 ) c ( t 3t 2) c
d 1= dan d 2=
2 r 1 2 r 2
(2.7)

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Data

Software Reflexw

Static Correction/ Muting Move starttime

1DFilter SubtractMean-
Dewow

Gain ACG Gain

1DFilter Bandpass
Frequency

2DFilter Background
Removal

FK Filter Generate FK -
Spektrum

Model

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

7
3.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Untuk melakukan pengolahan data sintetik agar hasil yang didapatkan
benar dan baik, maka dilakukan sesuai dengan diagram alir pengolahan data
seperti yang sudah tertulis diatas :
1. Hal pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan data sintetik dari 7
lintasan yang berbeda pada satu folder dalam program Reflexw, yaitu pada
folder ASCII.
2. Langkah selanjutnya adalah membuka software Reflexw untuk
memudahkan proses koreksi maka pilih menu plot, pilih horizontal split,
kemudian pilih menu import pada file. Setelah itu pilih convert to reflex
kemudian pilih lintasan pada folder ASCII yang akan dilakukan proses
proses filtering dan koreksi.
3. Setelah itu langkah pertama adalah melakukan koreksi statis, menu ini
terdapat pada pilihan processing. Kemudian pilih menu move start time
pilih gelombang awal dan masukkan nilai tersebut secara manual pada
GroupBOX1. Masukkan angka 1 pada processing label, hal tersebut
menunjukkan langkah pada saat dilakukan processing.
4. Setelah dilakukan static correction maka muncul dua gambar, untuk
mempermudah proses selanjutnya maka pilih tanda 2.->1 pada menu
sebelah kiri dari software tersebut. Selanjutnya adalah melakukan proses
selanjutnya, pilih menu processing kemudian pilih menu 1D filter
kemudian pilih menu subtract mean dewow kemudian pada menu tersebut
hal yang dilakukan adalah melakukan pencocokan pada menu file
parameter yang kemudian memasukkan angka 2 pada process labelling.
5. Setelah itu ubah gambar menjadi satu. Kemudian langkah selanjutnya
adalah memilih menu Gain pada processing, dimana hal ini untuk
mengatur gain pada gelombang, kemudian memasukkan angka 3 pada
process labelling.
6. Langkah selanjutnya adalah membuat gambar hanya menjadi satu seperti
langkah sebelumnya. Kemudian memilih menu processing kemudian pilih
menu 1D Filter dimana pada menu ini terdapat menu bendpass filter
dimana hal yang dilakukan adalah menentukan batas dari gelombang yang
akan ditampilkan. Seperti langkah sebelumnya beri angka 4 pada labelling
process.

8
7. Membuat gambar menjadi satu kembali. Kemudian pilih menu processing
untuk proses selanjutnya, kemudian memlilih 2D filtering process dimana
langkah selanjutnya adalah menghilangkan efek gelombang yang muncul
di dekat permukaan dengan memilih menu background removal, kemudian
memasukkan angka 5 pada labelling process.
8. Langkah proses terakhir adalah memilih menu generate fk spectrum
dimana dalam langkah ini kita memilih daerah dengan warna biru ungu
pada gambar penampang yang berupa daerah luasan, kemudian
memasukkan angka 6 pada labelling process.
9. Setelah itu langkah selanjutnya agar tampilan penampang menjadi lebih
besar maka memilih menu plot kemudian memilih menu options dimana
menghilangkan pilihan horizontal split selain itu memunculkan scale bar.
10. Penampang tersebut sudah didapatkan, kemudian langkah selanjutnya
adalah membuat penampang menjadi format .jpeg. Langkah tersebut
dilakukan dengan cara memilih menu file kemudian memilih menu copy
to clipboard/file. Kemudian memilih menu file dan memilih format
gambar yang diinginkan, pilih save.
11. Mengulangi langkah tersebut diatas hingga semua lintasan selesai
dilakukan processing.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

9
4.1. Pembahasan Lintasan 1

Gambar 4.1. Lintasan 1

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 1 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 1 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda mewakili pembatas antara lapisan gambut dan lempung.
Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata rata
kedalaman sebesar 2.4 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 3.4 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter, dengan waktu penjalaran gelombang 100 ns
pada awal lintasan serta 200 ns pada bagian akhir lintasan untuk lapisan gambut.

4.2. Pembahasan Lintasan 2

10
Gambar 4.2. Lintasan 2

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 2 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 2 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 2.4 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.4 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 14 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 140 ns untuk mencapai kedalaman gambut.

4.3. Pembahasan Lintasan 3

11
Gambar 4.3. Lintasan 3

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 3 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 3 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 2.5 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.6 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 140 ns untuk mencapai kedalaman lapisan gambut.

4.4. Pembahasan Lintasan 4

12
Gambar 4.4. Lintasan 4

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 4 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 4 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 3 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.2 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 140 ns hingga 170 ns untuk mencapai kedalaman lapisan gambut.

4.5. Pembahasan Lintasan 5

13
Gambar 4.5. Lintasan 5

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 5 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 5 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 3 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.5 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 140 ns hingga 175 ns untuk mencapai kedalaman lapisan gambut.

4.6. Pembahasan Lintasan 6

14
Gambar 4.6. Lintasan 6

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 6 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 6 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 2.4 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.5 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 115 ns hingga 120 ns untuk mencapai kedalaman lapisan gambut.

4.7. Pembahasan Lintasan 7

15
Gambar 4.7. Lintasan 7

Diatas merupakan gambar penampang lintasan 7 dimana merupakan hasil


dari pengolahan menggunakan software Reflexw. Dari data yang didapatkan
menunjukkan bahwa penampang lintasan 7 tersebut merupakan terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan tanah gambut dan lempung. Hal itu diketahui dikarenakan
pada saat melakukan prosesing menggunakan kecepatan gelombang sebesar 0.036
m/ns. Dari penampang diatas dapat diketahui bahwa menggunakan metode GPR
kedalaman yang dapat dicapai adalah hingga 5 m. Skala warna disamping gambar
penampang menunjukkan besarnya amplitudo gelombang yang menjalar pada
lapisan tersebut, dimana warna biru merupakan terkecil dengan besar -1
sedangkan warna ungu menunjukkan amplitudo dengan besarnya adalah sebesar
1. Garis warna biru muda merupakan mewakili pembatas antara lapisan gambut
dan lempung. Dapat diketahui dari gambar diatas lapisan gambut mempunyai rata
rata kedalaman sebesar 2.4 m pada awal lintasan sedangkan pada akhir lintasan,
lapisan gambut mempunyai kedalaman sebesar 2.4 m. Dimana panjang lintasan di
permukaan adalah sebesar 20 meter. Dengan kedalaman lapisan gambut diatas
tersebut dapat diketahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk gelombang adalah
sebesar 115 ns untuk mencapai kedalaman lapisan gambut.

BAB V

16
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan langkah langkah dan pengolahan data menggunakan
software Reflexn maka dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan metode GPR, maka kedalaman yang dapat dicapai
pada lapisan gambut dan lempung adalah sebesar 5 meter.
2. Waktu rambat gelombang pada lapisan gambut dan lempung adalah
sebesar 300 ns.
3. Dari 7 lintasan setelah dilakukan pengolahan data menggunakan software
Refelxw, maka dapar diketahui bahwa kedalaman gambut secara rerata
adalah mempunyai kedalaman dari 2.2 meter hingga 3 meter. Setelah itu,
maka lapisan dibawah gambut merupakan lapisan lempung.

5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil penampang yang akurat, maka yang harus
dilakukan dalaj menguasai langkah langkah yang terdapat pada software
Reflexw. Selain itu untuk mendapatkan interpreteasi yang akurat hal yang
dilakukan adalah dengan menambah refrensi dengan metode yang lain, itu
dikarenakan untuk memperkuat interpretasi penampang lintasan metode GPR
tersebut.

17

Anda mungkin juga menyukai