Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas. Asap

rokok, makanan yang dibakar, paparan sinar matahari berlebih, obat-obatan tertentu, pestisida,

dan polusi udara merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas

merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-

elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat

reaktif terhadap sel-sel tubuh (1).


Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifatnya

yang segera menarik atau menyerang elektron di sekelilingnya. Senyawa radikal bebas juga

dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal, contohnya adalah protein, asam lemak tak

jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat (2). Oleh karena itu radikal bebas

dapat merusak struktur membran sel, yang kemudian membentuk produk sampah metabolik.

Efek oksidatif dari radikal bebas ini dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini pada kulit

yang ditandai dengan kulit tampak keriput, berkerut, kendur, kering, kasar, pori-pori membesar

dan muncul bercak hitam (1).


Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk

mengatasi proses penuaan kulit (anti-aging). Antioksidan merupakan molekul atau senyawa yang

dapat meredam aktivitas radikal bebas dengan mencegah oksidasi sel. Antioksidan mencegah

kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi di dalam tubuh, sehingga dapat dijadikan salah satu

alternatif untuk menunda atau memperlambat proses penuaan (1). Tubuh manusia tidak

mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal

bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar (3). Berdasarkan sumber
perolehannya, antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan

antioksidan sintetik. Antioksidan alami banyak diamati dibandingkan dengan antioksidan

sintetik, karena antioksidan sintetik dikhawatirkan memiliki efek samping, sehingga antioksidan

alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (4).


Tanaman yang memiliki antioksidan alami salah satunya adalah selada air, Selada air

(Nasturtium officinale R. Br.) adalah tumbuhan tahunan dari famili Brasicaceae. Selada air

sangat mudah tumbuh dan sering dijumpai di aliran sungai kecil, kolam, rawa dan danau yang

dangkal. Tumbuhan ini kaya akan kandungan vitamin C (62 mg/100 g porsi), vitamin A (420

g/100 g porsi (dikonversi dari kandungan -karoten)), vitamin E (1,46 mg/100 g porsi), vitamin

K (250 g/100 g porsi), asam folat, iodin, besi, protein dan kalsium. Selada air juga mengandung

senyawa flavonoid golongan flavonol yakni kuersetin dan kaempferol. Beberapa vitamin dan

senyawa flavonoid ini dapat berperan sebagai antioksidan (5).


Daun selada air telah diteliti aktivitas antioksidannya terhadap ekstrak etanol dan etil

asetat dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan DPPH menunjukkan bahwa

ekstrak etil asetat selada air memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai IC 50 sebesar

67,77 g/mL (6). Selada air juga diteliti aktivitas antioksidannya metode DPPH, Ekstrak daun

terbukti dapat menurunkan bilangan peroksida 0,8mgeq/kg bahan (7).


Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah lebih baik

bila diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan oral (8). Kosmetika

wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk

sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan

sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai

beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan

dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastis (9).
Berdasarkan informasi di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pemanfaatan ekstrak etanol selada air (Nasturtium officinale R. Br.) dalam formulasi sediaan

masker gel antioksidan sebagai anti-aging.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu: Apakah

ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.) dapat diformulasikan dalam bentuk

sediaan masker gel?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.)

dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel?

1.4. Hipotesis

Ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.) dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan masker gel.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

a. Memberikan informasi apakah ekstrak etanol herba selada air (Nasturtium officinale R.

Br.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel.


b. Menambah pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak

herba selada air (Nasturtium officinale R. Br.) sebagai masker gel .


c. Bagi Institut Kesehatan Helvetia Medan, hasil penelitian ini dapat menambah referensi di

perpustakaan. Selanjutnya dapat dijadikan kajian bagi mahasiswa dalam memperluas

pengetahuannya.
1.6. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Organoleptis Uji Organoleptis


Konsentrasi Ekstrak PH Uji PH
Herba Selada Air Uji Waktu
Waktu Kering
(Nasturtium officinale Kering
R. Br.) 0%, 5%, 10%, Daya Sebar
Iritasi UjiUji
Daya Sebar
Iritasi
15%, dan 20%

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai