Anda di halaman 1dari 25

MODUL TSM

KELAS XI SMT 2

1. MATERI UNIT TRANSMISI MANUAL

Pesawat Transmisi/versnelling merupakan suatu alat yang terdiri


dari susunan gigi yang berguna untuk mereduksi putaran mesin. Gigi
transmisi ini berfungsi mengatur tingkat kecepatan dan daya dorong
mesin sesuai dengan kondisi yang dialami sepeda motor. Pada saat
sepeda motor berjalan, mesin memerlukan momen yang besar.
Sedangkan mesin dapat menghasilkan tenaga yang cukup pada daerah
putaran tertentu. Untuk mengusahakan agar putaran mesin untuk setiap
kecepatan sepeda motor selalu berada pada daerah tersebut diperlukan
tingkatan perbandingan putaran mesin/putaran roda belakang yang
berlainan untuk kecepatan-kecepatan tertentu. Perangkat utama gigi
transmisi ini ditempatkan pada kotak gigi ( gear box ).

1.1. MEKANISME PEMINDAHAN GIGI

Mekanisme pemindahan gigi versnelling dibantu oleh beberapa


peralatan, antara lain :
1. Gear Shift Fork Kiri, Kanan, Tengah (Roda Gigi Lengan Garpu)
2. Gear Shift Drum (Roda Gigi Silinder Garpu)
3. Shift Drum Stopper (Penghenti Silinder Garpu)
4. Gear Shift Positive Stopper (Penghenti Roda Gigi Garpu Positif)

Pada saat gear shift pedal (pedal perseneling) ditekan, maka gear shift
spindle akan berputar dan menyebabkan pula berputarnya gear shift
drum. Dengan berputarnya shift drum, akan menggerakkan shift fork ke
arah pergerakan jalur yang ada pada shift drum, sehingga gigi transmisi
yang berhubungan dengan shift fork akan bergerak sesuai dengan
pergerakan shift fork pada jalur, sehingga proses perpindahan gigi akan
berlangsung sesuai dengan perpindahan gigi yang dikehendaki.

1.2. VERSNELLING CONSTANT MESH

Tipe transmisi yang biasa digunakan pada sepeda motor umumnya


menggunakan tipe Constant Mesh yaitu untuk dapat bekerjanya
transmisi harus menghubungkan gigi-giginya berpasangan. Komponen-
komponen pendukung sistem transmisi ini antara lain adalah :
1. Main shaft (Poros Utama), pada poros utama ini terdapat
gigi-gigi yaitu gigi mati, gigi bebas, dan gigi geser. Poros
ini selalu berhubungan dengan poros engkol melalui gigi
kopling.
2. Counter Shaft (Poros Lawan), pada poros ini terdapat gigi
yang sama seperti pada poros utama, hanya saja poros
lawan selalu berhubungan dengan roda belakang melalui
rantai roda.
3. Shift Fork sebagai penggerak gigi geser
4. Shift Drum sebagai penggerakshift fork
5. Gigi-gigi transmisi antara lain:
i. Gigi mati : gigi yang akan berputar bila poros
berputar
ii. Gigi bebas: gigi yang bebas berputar pada poros
iii. Gigi geser : gigi yang dapat bergeser pada
poros, biasanya dilengkapi dengan 3 atau 4 buah
tonjolan di sekeliling roda giginya yang bisa disebut
DOG.
Gambar 4.1. Sistem Transmisi

1.3. PROSES PENGOPERASIAN GIGI

Roda gambar terlihat ada 5 buah gigi pada Main Shaft don Counter Shaft,
gigi-gigi tersebut masing-mosing adabah sbb:
1. Main Shaft (poros utama):
a. Ml = gigi mati.
b. M4 = gig1 bebas.
c. M3 = gigi geser mati.
d. M5 = gigi bebas.
e. M2 = gigi mati.
2. Counter Shaft (poros Iowan).
a. C1 = gigi bebos.
b. C4 = gigi mofi geser:
c. C3 = gigi bebas.
d. C5 = gigi moti geser.
e. C2 = 9191 bebas.
Gigi-gigi poda Main Shaft selalu di susun sbb:
a. Gigi mati berdampingan dengan gigi bebas.
b. Gigi Main Shaft dengan gigi-gigi Counter shaft di set (dipertemukon)
pada posisi gigi bebas bertemu dengon gigi mati.
Apabila kita akan mengoper/memindah gigi ke gigi satu, hal ini berarti
gigi C1 harus mendapat putaran dan poros utama, oleh karena itu gigi C1
harus dibuat gigi mati, agar bisa memutarkan poros lawan, yaitu dengan
cara menggeser gigi mati geser C4 ke arah gigi C1 agar dog pada gigi C4
masuk ke dalam dog hole pada gigi C1 sehingga gigi C1 akan berubah
menjadi gigi mati.

Gambar 4.2. Roda Gigi pada Sistem Transmisi


Gambar 4.3 Pengoperasian Gigi pada sepeda Motor Honda

Proses cara kerjanya adalah sebagai berikut.


Kecepatan satu:
Gigi geser C3 didorong mengikuti arah panah sampai tonjolan-tonjolan
penghubungnya masuk ke dalam lubang-lubang di dalam sisi roda gigi
bebas C1.
Kecepatan dua:
Roda gigi geser C3 dilepaskan dan C1, roda gigi geser M4 digeser ke roda
gigi bebas M2 sampai bergabung dengannya.
Kecepatan tiga:
Roda gigi geser M4 digeser lepas dan M2, mengikuti arah panah sampai
bergabung dengannya.
Kecepatan empat:
Roda gigi geser M4 dilepaskan dan M3, roda gigi geser C3 digeser
mengikuti panah sampai bergabung dengan roda gigi bebas C4.

Gambar 4.4 Garpu Pemindah roda gigi kecepatan transmisi


1.4. PEMERIKSAAN GARPU PEMINDAH

a. Periksalah apakah poros pengubah (change shaft) bengkok,


periksalah apakah pengaitnya telah aus dan apakah pegas
pengem balinya telah lemah.
b. Periksalah apakah pelat penghenti telah aus, bila demikian
gantilah dengan yang baru.
c. Setelah poros pengubah dipasang, periksalah apakah besarnya
jarak A dan A adalah sama, bila tak sama maka harus
disamakan.
d. Periksalah rol pada pen penghantar lengan garpu, apakah ujung-
ujung lengan garpu, apakah telah aus atau bengkok, bila perlu
gantilah dengan yang baru.
e. Periksalah alur kam lengan (shift cam), apakah ada benda-benda
asing yang mengganggu atau telah aus, bila perlu gantilah
dengan yang baru.

Gambar 4.5 pen lengan, kam lengan, dan gerigi

f. Periksalah geriginya, alur, apakah ada keretakan, permukaannya


rusak atau telah aus atau hangus, periksalah bantalan, dan
sirklipnya.
g. Penggunaan kopling waktu melepas hubungan transmisi tidak
sesempurna pada jenis kopling biasa,, oleh karena itu agar
pemindahan gigi dapat lancar, digunakan bantalan samping
1.5. ALAT PENGOPERASIAN TRANSMISI

Gambar 4.6 Garpu Pemindah

Roda gigi geser M4 dan C3 digeser oleh garpu-garpu (shift fork) yang
memegang masing-masing roda gigi tersebut dalam aluran pemegang
disampingnya, dengan mengubah posisi garpu-garpu, maka roda gigi
geser M4 dan C3 akan ikut bergeser:
Cara bekerjanya:
a. Tuas kaki (shift pedal). digerakkan mengikuti arah panah.
b. Poros pengoperan/pemindahanlporos spindle berputar mengikuti arah
panah.
c. Lengan pengoperan bergerak mengikuti anak panah.
d. Pergerakan lengan pengoperan memutar poros kam bersama tabung
pengoperan (shift drum) mengikuti arah panah.
e. Dengan berputarnya tabung pengoperan maka garpu-garpu akan
digeser oleh pena di dalam saluran pengatur pada permukaan tabung,
sehingga bergeser pada poros garpu (shift fork shaft) dan memin dahkan
roda gigi geser sesuai posisinya untuk masing-masing kecepatan.

1.6. PEMELIHARAAN TRANSMISI MANUAL

Dalam hal pemeliharaan transmisi manual sangatlah penting untuk


memperhatikan roda-roda yang saling berhubungan, karena hal ini akan
berdampak kepada kecepatan serta daya dorong mesin. Adapun
perawatan yang dapat dilakukan pada transmisi manual diantaranya
adalah :
Lakukanlah penggantian oli menurut ketentuan yang ada atau
disesuaikan dengan buku petunjuk kendaraan bermotor yang digunakan.
2. MEMELIHARA SISTEM TRANSMISI OTOMATIK

1. Uraian
Sistim transmisi CVT sangat m e m e r l u ka n perawatan
periodik, terutama dalam hal pelumasan ko m p o n e n -
ko m p o n e n n y a . Pa d a s i s t i m C V T a d a b a g i a n - b a g i a n p a r t y a n g
p e r l u p e l u m a s a n , a ka n t e t a p i a d a j u g a p a r t y a n g t i d a k
m e m e r l u ka n p e l u m a s a n . H a l i n i h a r u s m e n j a d i p e rh a t i a n ,
b e r i ku t a d a l a h p e t a p e l u m a s a n s i s t i m C V T :

Gambar 1 Diagram Pelumasan


CVT
2 . P e l u m a s a n Ya n g D iperlukan Untuk Pulley Primary
Titik pelumasan pulley primary :
Pr i m a r y s l i d i n g sheave
Collar

Gambar 2 Pelumasan Pada


Primary
Catatan :
Teteskan gemuk pada primary sliding sheave pada bagian diameter
dalam.
Gemuk yang disarankan Shell Sunlight 3 grease

Shell Sunlight 3 grease adalah gemuk serbaguna dan sangat cocok


untuk melumasi roller dan plain bearing , derajat temperatur antara
20 0 C sampai dengan 135 0C

3 . P e l u m a s a n Ya n g D iperlukan Untuk Secondary Sheave

Titik pelumasan pada bagian secondary sheave :


1. Titik pelumasan
Secondary fixed sheave 1
Secondary sliding sheave 2
Bearing
( dengan pelumas standar yang dianjurkan )

Gambar 2 Pelumasan Pada


Primary
Catatan :
Jangan sampai gemuk menyentuh permukaan pulley jika terdapat gemuk
atau oli, bersihkan dengan ALKOHOL .

Gemuk yang dianjurkan Shell Dolium grease R


2. Titik pelumasan
Guide pin groove 1
O-rings 2
( dengan standart pelumas yg dianjurkan )

Gambar 3 Pelumasan Secondary


Sheave
Pelumas yang dianjurkan Shell Dolium grease R

Shell Dolium grease R dipakai pada bagian pin guide pada secondary
sheave , gemuk ini tahan terhadap panas dan tahan terhadap kebocoran
karena bersifat lengket .

4. Pemberian Gemuk
V- Belt roller, dan clutch adalah tipe kering, sebab gesekan yang terjadi
pada V- Belt dan kopling centrifugal sangat mempengaruhi dalam
rangkaian gerak CVT , tetapi pelumasan juga sangat perlu untuk bagian-
bagian yang bergeser pada sistim CVT.

Parts yang tidak perlu pelumasan :

A) V- Belt, Surface of primary sheave, Surface of secondary sheave.


Sebab : Timbul suara berisik atau slip jika terdapat oli pada bagian ini .

B) Clutch carrier, Clutch housing.


Sebab : Timbul clutch juddering / getaran jika terdapat oli pada bagian
ini .

Parts yang perlu pelumasan :

A Collar inside primary sheave


Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak
smooth / halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave
tidak bekerja dengan baik .
Service point: Pertama , lumasi gemuk pada permukaan collar
selanjutnya sebelum dipasang pada primary fixed sheave bersihkan
gemuk yang berlebihan pada bagian luar dari seal oli agar tidak
terjadi slip pada bagian primary .
B Guide pin pada secondary sheave .
Sebab : Jika tidak terdapat gemuk atau pelumas bagian ini ,
akselerasi tidak lembut begitu juga pada saat mendaki tenaga tidak
kuat karena secondary sheave tidak bekerja dengan baik dan pin
guide dan alur pin guide terjadi keausan .
Service point . Pertama lumasi gemuk disekitar pin guide dan
setelah terpasang pada collar dari secondary sheave bersihkan
gemuk yang berlebihan pada bagian luar secondary sliding sheave ,
untuk menghindari agar gemuk tidak menyentuh kopling centrifugal
dan rumah kopling .
C Bagian dalam starter wheel gear , starter idle gear, drive axle dari
secondary sheave.
Sebab : Putaran tidak lancar, lihat CVT poster untuk pedoman
pelumasan .
5. Penggantian Oli Gear

Jalankan terlebih dahulu sepeda motor untuk beberapa saat


selanjutnya matikan mesin dan buka baut penguras oli gear yang
berada dibawah, kapasitas oli gear (100 cc) jarak penggantian
pertama pada jarak tempuh 500 km selanjutnya setiap 10.000 km .

Gambar 4 Tempat Penggantian Oli


Gear
6. Pemeriksaan V - Belt

1. Cara pemakaian alat pemeriksa V - Belt :

Gambar A ( Kondisi V- Belt baik )


Pada saat alat pemeriksa V- Belt diletakkan pada V- Belt seperti pada
gambar A, harus ada kelebihan dari V- Belt ( lebih dari 0 mm ) antara
V- Belt bagian bawah dan bagian bawah alat pemeriksa V- Belt .

Gambar B ( Kondisi V- Belt saatnya harus diganti )


Tidak ada kelebihan antara bagian bawah V- Belt dan bagian bawah
alat pemeriksa V- Belt seperti gambar B, V - Belt saatnya harus diganti.

Pada bagian bawah alat pemeriksa sudah rata dengan V- Belt bagian
bawah, menandakan V- Belt telah aus.
2. Pemeriksaan V-BELT dengan cara cepat :
1. Buka baut pemeriksa pada bagian penutup crankcase dan
masukkan alat pemeriksa V- Belt / V- Belt check gauge pada bagian V-
Belt.

2. Ukur ketebalan V- Belt dengan alat pemeriksa V- Belt / check gauge


( untuk lebih jelasnya lihat halaman depan ).

7. Mengatasi V- belt Slip


Pada kondisi normal sistim CVT kadang-kadang terjadi gesekan / slip
pada permukaan V - Belt saat terjadi penambahan kecepatan /
akselerasi, hal ini memungkinkan timbulnya noise / suara berdecit ,
Oleh karena itu pertama-tama periksa keausan dan permukaan
singgung dari V- Belt, jika kondisi mamungkinkan untuk dipakai lagi,
pergunakan " V- Belt Cleaner " larutan pembersih untuk
menghilangkan suara berdecit / noise .

Gambar 5 Bagian Yang Bergesekan Pada


CVT

8. Arah Pemasangan " Conical Spring Washer " ( Ring Payung )

1. Pemasangan conical spring washer pada primary fixed


sheave
Jangan sampai tarbalik pada saat memasang conical spring washer / ring
payung pada as poros engkol, yang menghubungkan dengan primary
fixed sheave (lihat gambar di bawah ini )
Akibat : Jika pemasangan conical spring washer / ring payung posisinya
terbalik maka akan mempermudah kendornya baut pengikat poros
engkol, jika baut pengikat kendor, maka akan merusakkan poros engkol
dan harus mengganti satu set poros engkol dengan, biaya yang cukup
mahal .

Gambar 6 Arah Conical Spring Washer Pada


Primary

2. Pemasangan dua buah conical spring washers pada bagian


gear transmisi
Gambar dibawah menjelaskan arah posisi pemasangan dua buah conical
washer pada bagian gear transmisi .
Akibat : Jika pemasangan terbalik , akan timbul suara berisik / tidak
normal pada bagian gearbox .

Gambar 7 Arah 2 Conical Spring Washer Pada


Gear

9. Pemasangan Mur Kopling Secondary


Kencangkan mur kopling secondary sesuai dengan standart torsi
pengencangan, sebab jika tidak mur ini akan mudah lepas. (lihat
gambar)
Akibat : Jika mur kopling socondary kendor akan rnenyentuh rumah
kopling dan putaran mesin akan diteruskan keroda belakang
meskipun dalam kondisi langsam dan timbul suara noise .
Torsi standart : 50 Nm (5 kg.m)

Gambar 8 Pemasangan Mur Kopling


10. Mengatasi Kopling Bergetar / Clutch Juddering

Yang mengakibatkan terjadinya clutch juddering / kopling bergetar adalah


adanya gemuk/ oli/ kotoran lain yang menempel pada sepatu
kopling
Perlu anda ketahui yang dimaksud " clutch juddering " adalah sulitnya
start awal pada saat sepeda motor mulai berjalan, terjadi getaran
sehingga kurang halus .
Untuk itu ikuti petunjuk ini untuk mengatasi clutch juddering :
1. Periksa permukaan singgung sepatu kopling dan permukaan rumah
kopling bagian dalam, jika mengandung oli atau gemuk pada
permukaannya bersihkan dengan cairan pembersih .
Catatan : Lakukan analisa penyebab adanya oli dan kotoran lain
kemungkinan adanya kebocoran seal oli dan lain-lain.
2. Jika bukan dari kotoran lain / oli kemungkinan dikarenakan tidak
ratanya permukaan singgung kopling dan rumah kopling , untuk hal ini
gosok permukaan kopling agar merata dengan amplas .

Gambar 9 Pemeriksaan Kopling


3. MATERI MOTOR STARTER

Motor starter pada sepeda motor berfungsi sebagai pengganti kick starter,
agar pengendara tidak perlu lagi menendangkan kakinya untuk
menghidupkan mesin. Meski demikian, sepeda motor yang memiliki motor
starter dilengkapi juga dengan kick starter. Pengendara diheri pilihan
untuk menggunakan salah satunya pada waktu tertentu. Misalnya ketika
motor starter ada kerusakan maka kick starter seketika bisa dipakai.

Kelemahan pada battery akan mengakibatkan motor starter kurang


cepat berfungsi, atau suplai arus listrik untuk sistim pengapian akan
berkurang (untuk mesin dengan sistim pengapian battery).
Apabila pada saat tombol starter ditekan, tetapi mesin tidak berputar,
salah satu kemungkinan penyebab adalah terjadi kerusakan pada motor
starter.

3.1 Konstruksi Dasar Motor Starter

Motor starter mengubah energi listrik dan batere menjadi tenaga


putar seketika untuk memicu hidupnva mesin. Gambar 4.1
memperlihatkan konstruksi dasar motor starter. Komponen utamannya
terdiri atas kumparan medan (field coil), jangkar (armature), dan
komponen pemindah tenaga dari motor starter ke bagian mesin (poros
engkol). Prinsip kerjanya adalah sehagai berikut:

Bagian-bagian yang termasuk sistem kelistrikan pada sepeda motor


meliputi sistem starter (motor starter), sistem pengisian, sistem
pengapian, atau listrik untuk instrumen. Sebagai sumber listrik utamanya
ada yang menggunakan batere ada juga yang menggunakan pembangkit
listrik AC yang disebut alternator

Gambar 4.1 Konstruksi dasar motor stater

Pada motor starter biasanya terdapat empat buah kumparan medan pole
core yang masing-masing dengan jumlah lilitan yang dibuat banyak. Ini
dimaksudkan untuk memperbesar medan magnet yang timbul. Demikian
juga jumlah lilitan pada armature dibuat banyak (berbentuk gulungan ).
Sehingga dapat dihasilkan tenaga putar cukup besar untuk memutarkan
poros engkol. (Gambar 4.2. memperlihatkan konstruksi pembantu
pemindah tenagan)

Gambar 4.2 Konstruksi pembantu pemindah tenaganya

Pada salah satu ujung armature terdapat gigi yang berfungsi


memperkecil output putaran armature tetapi memperbesar momen
putaran. Dalam memperbesar momen putar (tenaga putar) ini dibantu
juga oleh adanya perbandingan gigi sprocket pada starter dan gigi
sprocket pada poros engkol. Sehingga terjadi perbandingan reduksi
sekitar 6 : 1 . Artinya j ika motor starter sudah berputar 6 kali maka poros
engkol harus berputar 1 kali (gambar 4.2).

3.2 Pembongkaran/Pemeriksaan

1. Lepaskan 0-ring.
2. Lepaskan starter motor case bolts (baut-baut rumah starter motor)
dan 0-ring.
Gambar 4.3 Pembongkaran Stater Motor

3. Lepaskan front cover, lock washers dan seal ring.

Gambar 4.4 Melepaskan front cover, lock washers dan seal ring
4. Lepaskan washers.

Gambar 4.5 Melepaskan washers


5. Lepaskan rear cover, shims dan seal ring.
6. Lepaskan armature dan motor use.
CATATAN:
Catat lokasi dan jumlah shim.

Gambar 4.6 Melepaskan rear cover, shims, seal ring dan armature
7. Periksa needle bearing (bantalan jarum) dan dust seal (sil debu)
pada front cover terhadap keausan dan kerusakan.

Gambar 4.7 Pemeriksaan needle bearing dan dust seal

8. Periksa commutator bars (lempengan komutator) dan armature


terhadap perubahan warna.
CATATAN:
Jangan memakai emery atau sand paper (kertas amplas) pada
commutator.

Gambar 4.8 Pemeriksaan commutator bars

9. Periksa terhadap kontinuitas antara pasangan commutator


bars.Harus ada kontinuitas.
10. Periksa terhadap kontinuitas antara masing-masing
commutator bar dan armature shaft. Tidak boleh ada kontinuitas.
11. Periksa terhauap kontinuitas antara sikat yang diisolasi dan
terminal kabel.Harus ada kontinuitas.
12. Periksa terhadap kontinuitas antara terminal kabel dan motor
case.Tidak boleh ada kontinuitas.
13. Lepaskan berikutnya:mur, washers, shim-shim, 0-ring, brush
holder assembly (susunan pemegang sikat)
14. Lepaskan brushes (sikat-sikat) dan brush holder. Ukur panjang
brush. Batas servis: 3,5mm
4.3 Pemasangan motor stater

Gambar 4.9 Urutan Pemasangan Sistem stater

1. Pasang brushes (sikat-sikat) pada brush holder (pemegang sikat).

Gambar 4.10 Pemasangan brushes

2. Pasang brush holder assembly (susunan pemegang sikat) pada rear


cover (tutup belakang) dengan mentepatkan tonjolan dan holder dngan
alur pada rear cover.
3. Pasang 0-ring baru.
Gambar 4.11 Penempatan O-ring yang baru

4. Pasang shims, washers dan mur.

Gambar 4.12 Pemasangan shims, washers dan mur

5.Pasang armature pada motor case (rumah motor) sementara menahan


armature dengan erat untuk menahan agar magnet dan case tidak
menarik armature kepadanya.
PERHATIAN:
Coil (kumparan) dapat rusak atika magnet menarik armature terhadap
case. Pasang jumlah washers yang sama pada lokasi yang 3am seperti
telah dicatat sewaktu pembongkaran.
CATATAN:
Jumlah shims berbeda untuk masing-masing motor starter.

6. Pasang seal ring baru.


7. Pasang rear cover dengan mentepatkan brush holder tab (tonjolan
pemegang sikat) dengan alur dan motor case (rumah motor).
Gambar 4.13 Pemasangan seal ring baru

8. Pasang lock washer pd front cover

Gambar 4.14 Pemasangan lock washer

9. Pasang shims dan sebuah seal ring baru. Pasang front cover.

Gambar 4.15 Pemasangan shims dan sebuah seal ring baru


10. Tepatkan garis-garis penunjuk pada front cover dan motor case.
11. Pasang 0-ring baru pada baut-baut motor case.
12. Pasang dan kencangkan baut-baut motor case.

Gambar 4.16 Pemasangan O ring baru pada baut motor case

13. Lapisi sebuah 0-ring baru dengan oil mesin bersih dan pasang pada
alur starter motor.
14. Pasang starter motor pada left crankcase cover (tutup bak mesin kiri)
dan pada crankcase (bak mesin).
15.Pasang ground cable/mounting bolts (kabel massa/baut pemasangan)
dan kencangkan baut-baut dengan erat.
16. Pasang starter motor cable (kabel starter motor) dan terminal nut
(mur terminal) pada terminal motor dan kencangkan mur dengan erat.
17. Pasang rubber cap (topi karet) dengan aman di atas terminal motor.
18. Pasang body cover

4.4 Cara Mengatasi Gangguan

1. Motor starter berputar terlalu lambat.


Kemungkinan penyebab:
- Berat jenis air Accu kurang (atau accu mati).
- Terminal Accu kurang kontak (positif maupun negatif).
- Kabel motor starter kurang kontak.
- Terjadi kelainan pada motor starter.

2. Magnetik starter berfungsi, tetapi mesin tidak mau berputar.


Kemungkinan penyebab:
- Adanya masalah pada mesin, terutama pada bagian poros engkol.
- Tetapi kelainan pada sistim starter pinion.

3. Motor starter berputar, akan tetapi mesin tidak berputar.


Kemungkinan penyebab
- Terjadi kelainan pada sistim starter clucth.
- Kerusakan atau kelainan starter pinion.

4. Motor starter tidak berputar.


Periksa magnetik starter, apabila magnetik starter:
a. Tidak berbunyi klik maka :
o Periksa kondisi sambungan kabel magnetic stater dan
kabel massa
o Apabila keduanya dalam kondisi tidak baik maka
terjadi kerusakan pada magnetic stater atau terjadi
hubung singkat pada wire hearness
o Apabila kerja magnetic stater dalam kondisi normal
maka ada kemungkinan sambungan pada konektor
kurang baik.

b. Berbunyi klik maka


o Periksa hubungan kabel positif motor stater dengan
accu
o Apabila motor stater berputar maka terjadi kerusakan
pada magnetic stater atau hubungan kabel kurang
baik.
o Apabila motor stater tidak berputar maka telah
terjadi kerusakan pada motor stater
TUGAS

1. Sebutkan titik pelumasan untuk pulley primary !


2. Sebutkan cairan untuk pembersih pulley apabila terkena gemuk / oli !
3. Jelaskan mengapa V Belt tidak memerlukan pelumasan
4. Jelaskan mengapa pemasangan conical spring washer tidak boleh terbalik !
5. Apa fungsi dari motor stater pada sepeda motor?
6. Bagaimana langkah pembongkaran pada motor stater?
7. Gangguan apa saja yang mungkin timbul pada motor stater dan bagaimana cara
penangannannya ?
8. Jelaskan proses kerja pengoperasian gigi?
9. Hal apa saja yang dilakukan dalam pemeriksaan garpu pemindah ?
10. Bagaimana mekanisme kerja garpu pemindah ?

Anda mungkin juga menyukai