Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH BAHASA

INDONESIA

KELOMPOK :

1. MUH ZAIRONI APRIANDI


2. MUHAMMAD ADJI F
3. RIZQI YAROBBY
4. M. YUDIMAN AN

KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah
melimpahkan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah Pengantar Ilmu Budaya
Dasar yang berjudul BENCANA ALAM.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Banjir, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, baik dari buku maupun internet.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari adanya perbaikan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada pembaca dari
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Wassalam
Pemakalah

Kelompok IX-IPS 4

KATA PENGANTAR .. I
DAFTAR ISI .. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . 1
B. Tujuan Makalah .. 2
C. Rumusan Masalah .. 2
BAB II PEMBAHASAN
BENCANA BANJIR 3
1. Pengertian Banjir 3
2. Jenis-Jenis Banjir ... 3
3. Penyebab Terjadinya Banjir 11
4. Dampak Negatif Banjir .. 13
5. Cara Mencegah Banjir 13
6. Cara Penanggulangan Banjir . 17
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN .. 20
B. SARAN . 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara
yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan
melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu
sungai. Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi
dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh
karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting
lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya
sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak
49% jumlah penduduk dan 75% properti terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas
daratan; sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang berada di
luar dataran banjir yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh kota-kota besar di
Indonesia juga berada di dataran banjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran banjir juga mengandung
potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya ancaman berupa genangan banjir
yang dapat menimbulkan kerusakan dan bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan
pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut
mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu. Indikasi terjadinya peningkatan masalah
yang disebabkan oleh banjir di Indonesia dapat diketahui dari peningkatan luas kawasan
yang mengalami masalah banjir sejak Pelita I sampai sekarang.

1.2.Tujuan Makalah
Makalah yang kami susun dengan judul Banjir bertujuan untuk mengetahui tentang :
a. Bagaimana proses terjadinya banjir
b. Untuk mengetahui penyebab banjir
c. Untuk mengetahui apa tindakan yang di lakukan saat bajir
d. Untuk mengetahui tentang apa yang harus di lakukan agar tidak ada jatuh korban ketika
bajir

1.3.Perumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimana proses terjadinya banjir ?
b. Apa penyebab banjir ?
c. Bagaimana cara menanggulangi banjir ?
BAB II
PEMBAHASAN

BENCANA BANJIR
1. Pengertian Banjir
Banjir adalahperistiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air
sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang dapat menutupsegalanya setelah air surut. Banjir adalah hal
yang rutin.
Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa"
yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia,
termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena
meminta korban besar.

2. Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi
tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, danbanjir laut pasang.
Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir suangai Citarum Karawang, Jawa
Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan
15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan
dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang
Dadang S Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola Waduk Ir Juanda
Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air waduk untuk
mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk mencegah
meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan Bendung Walahar
ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum Timur, untuk mengurangi
debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai yang
meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat (dengan
7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur (3.576 rumah),
Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250 rumah), Pakisjaya
(1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97 rumah). Kecamatan terakhir yang
ikut terendam banjir, sejak Rabu dini hari, adalah Kecamatan Jayakerta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang, per Selasa, mencapai 817 hektar dan
tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha),
Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya
(342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah yang
terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya genangan.
Penambahan terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit yang
dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik per
detik ke Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik per
detik ke Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur dilakukan di
Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka air (TMA)
bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter di atas
permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang mencapai
108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl.
Meski pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah
dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi, mencapai 1.600 meter kubik per
detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan sejumlah anak
sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di kanan
dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari; Desa
Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada Rabu
pagi. Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya kering, seperti
Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan Karawang
Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti Perum
Karaba Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur) juga
mulai tergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan dari Pintu
Tol Karawang Barat.

Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir danau adalah
banjir ketika situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat mengejutkan. Dengan
korban lebih dari 50 orang meninggal tentusaja ini sebuah bencana yang cukup serius
terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara yang ada adalah
keringkan saja danau ini, dan jangan dibendung lagi.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disitu ada sebuah taman wisata yg sangat
bagus. Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu dipikirkan secara seksama.
Dibawah ini adalah gambar korban banjir situ gintung.

Banjir Laut pasang


Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah ini adalah beberapa
daerah yang terkena banjir laut pasang.
JAKARTA
Air pasang kembali melanda kawasan Jakara Utara. Akibatnya beberapa ruas jalan
mengalami kemacetan dan tak jarang motor yang melintas pun akhirnya mogok.
Seperti dilansir situs TMC Polda Metro Jaya, Senin (12/1/2009) air pasang ini terdapat di
enam titik ruas jalan di antaranya, Jalan Martadinata Pos I dengan ketinggian air mencapai
10 cm.
Kemudian, depan Pospol Volker setinggi 30 cm,Jalan Baru Ancol dengan ketinggian air 20
cm, depan Alexis Pademangan setinggi 10 cm, dan Penjaringan tepatnya Muara Baru Ujung
setinggi 40 cm serta Teluk Gong setingi 30 cm.
Untuk di Penjaringan karena ketinggian air pasang cukup tinggi, akibatnya banyak motor
yang mogok ketika melintas, ujar petugas Satwil Jakut Aiptu Guntur.
Dia menambahkan saat ini walaupun terdapat air pasang, namun sejumlah arus lalu lintas
tidak sampai dialihkan oleh petugas. Masih normal ,hanya ketika melintas dititik -titik
tersebut kendaraan berjalan harus pelan -pelan karena situasi benar -benar padat ,
jelasnya. (ram)
JAKARTA-Banjir rob akibat pasang air laut yang biasanya hanya melanda perumahan warga
Jakarta Utara kini semakin meluas hingga menggangu aktivitas bisnis.
Genangan air yang mencapai luas satu kilometer itu diakibatkan lambatnya pembangunan
tanggul dan perilaku masyarakat. Permukaan air setinggi pinggang orang dewasa di mulai
menutupi Jalan Muara Baru di Kelurahan Penjaringan dan Jalan R.E Martadinata, Kelurahan
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Banjir mulai terjadi pukul 10.00 WIB dan mulai surut pukul
15.00 WIB.
Akibatnya terjadi kemacetan di ruas jalan tersebut dan tertundanya sejumlah kegiatan
bisnis. Seorang distributor ikan, Saiful Bakrie (21), mengaku banjir membuatnya tertunda
untuk memasok ikan ke sejumlah restoran di Jakarta. Akibatnya pesanan ada yang
dibatalkan.
Untuk menjaga pelanggan, terkadang dia harus menerobos banjir dengan menggunakan jasa
angkut becak. Biayanya operasional bisa naik, untuk mencapai pusat grosir ikan perlu
mengeluarkan biaya Rp70 ribu pulang balik, ungkapnya di Jakarta, Senin (1/12/2008).
Apalagi waktunya bisa habis untuk menunggu banjir mulai surut, luas genangan air yang
mencapai satu kilometer itu bsia sampai malam baru mulai surut. Hanya mobil besar yang
bisa menerobos, mobil ukuran sedang tidak bisa. Apalagi motor, kata Arafiq (20), suplier
ikan di restoran kawasan Jakarta Selatan.
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto tanggul di Muara Angke dan Muara Baru,
Penjaringan, Jakarta Utara, sudah hampir selesai dibangun. Pembangunan tanggul sepanjang
3.400 meter terbuat dari beton dan batu kali. Ketinggian tanggul mencapai 1,3 meter
hingga 2 meter dari permukaan tanah atau 3 meter dari ketinggian air di pelabuhan Tanjung
Priok. Dapat mengantipasi rob hingga tahun 2025 nanti, ungkap Prijanto.
Ketinggian tersebut diperkirakan sudah mencapai batas aman dari ketinggian rob. Bahkan
apabila terjadi penurunan tanah dan kenaikan pasang laut tanggul ini cukup aman mencegah
air pasang masuk.
Dengan perkiraan catatan tertinggi air pasang 2,2 meter saja, tanggul masih memiliki jarak
aman 60-80 centimeter. Namun tanggul yang berada di luar wilayah Pemprov DKI itu hingga
kini masih belum ada aktivitasnya.
Tanggul di wilayah otorita Pelindo II di sisi timur Muara Baru belum terlihat ada aktifitas
pembangunan tanggul. Sama halnya tanggul yang ada di wilayah Pelabuhan Ikan Zamzami,
Muara Baru, yang menjadi tanggung jawab Departemen Perikanan dan Kelautan. Sama
sekali belum ada aktifitas, ungkap Lurah Penjaringan Budi Santoso.
Humas Pelindo II Hambar Wiyadi mengatakan PT Pelindo II Tanjung Priok akan membangun
dermaga baru di sebelah barat yang saat ini menjadi gudang penyimpanan batu bara. Kami
akan bangun tanggul permanen sepanjang 200 meter termasuk break water nya, ungkap
Hambar.
Karawang
Sedikitnya seratus rumah di Kec. Cilebar dan Tempuran Kab. Karawang diterjang limpasan
pasang air laut (rob), Selasa (13/1) kemarin. Bahkan, 10 hektare tambak udang dan bandeng
siap panen, juga turut tersapu rob.
Di Kec. Cilebar, limpasan pasang air laut merendam rumah warga di Dusun Sukamulya, Desa
Pusakajaya Utara, antara pukul 8.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Ketinggian air berkisar
antara 50 sentimeter sampai dengan dua meter.
Menurut Kepala Desa Pusakajaya Utara Warman Abdurahman, di sepanjang Pantai Cilebar
tercatat ada sekitar 100 rumah yang terkena gulungan ombak. Ia pun memerintahkan
warganya untuk segera mengungsi sebelum ombak yang lebih besar datang lagi.
Warman menyebutkan, akibat terjangan ombak dengan ketinggian dua meter tersebut,
sedikitnya 10 rumah mengalami kerusakan cukup parah. Bahkan, satu di antaranya ambruk.
Salah seorang warga, Rohi (32), menyebutkan, para penghuni sepuluh rumah itu telah
mengungsi. Tetapi, yang lain masih bertahan karena tidak memiliki tempat tinggal lain,
ucapnya.
Selain merusak rumah, limpasan pasang air laut itu juga merusak jalan sepanjang satu
kilometer. Ketinggian air di jalan tersebut mencapai 50 sentimeter sehingga menyebabkan
kendaraan-kendaraan yang melintas tak mampu menembus jalanan karena mogok setelah
mesin kendaraan terendam air.
Menurut Warman, rendaman air baru surut sekitar pukul 13.30 WIB. Karena khawatir akan
ada rob lanjutan, maka para nelayan pun urung melaut.
Sementara itu, di Kec. Tempuran, rob menyapu 12 rumah dan menggagalkan panen tambak
udang dan bandeng seluas 10 hektare. Berbeda dengan di Kec. Cilebar, rob melanda pesisir
Pantai Ciparagejaya, Desa Ciparagejaya, sekitar pukul 13.00 WIB.
Sejak empat hari lalu, nelayan Ciparagejaya mulai menghentikan aktivitasnya melaut.
Mereka khawatir dengan kondisi laut yang tidak menentu.
Menurut Manajer Koperasi Unit Desa Mina Singaperbangsa, Aep Suhardi, akibat musibah
itu, petani tambak menderita kerugian cukup besar. Sedangkan angka kerugiannya masih
kami hitung, ungkapnya.
Selain itu, rob juga telah melumpuhkan aktivitas di tempat pelelangan ikan setempat. Dalam
pandangan nelayan, sia-sia mereka melaut saat kondisi cuaca buruk karena hasilnya tidak
akan maksimal.
Sementara itu, di wilayah Karawang Kota, hujan deras turun sepanjang hari kendati
beberapa saat sempat berhenti. Namun, belum ada laporan adanya banjir di wilayah
tersebut. Bahkan, ketinggian Sungai Citarum masih dalam keadaan normal.
CILACAP
Kawasan air pasang (rob) di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah (Jateng) meluas, dampak dari
kerusakan hutan mangrove akibat ilegal loging.
Ketinggian air pasang juga sudah mengkhawatirkan warga yang bermukim diwilayah Segara
Anakan dan sejumlah kecamatan di Cilacap barat.
Sejumlah kecamatan yang kini menjadi langganan rob, adalah kecamatan yang sebelumnya
merupakan hutan mangrove, antara lain di Kampunglaut di desa Ujung Gagak dan Ujung
Alang, Kec/Desa Bantarsari, Kec. Gandrungmangu meliputi Desa Cisumur, Kec. Kawunganten
di Desa Cisumur, Kedungreja, Sidaurip, Grugu Ujungmaning dan sejumlah desa di Cilacap
barat.
Desa dan kecamatan tersebut sebelumnya adalah hutan mangrove. Hilangnya mangrove
akibat ilegal loging dan sedimentasi menyebabkan kawasan rob makin meluas dan tinggi,
kata Camat Kampunglaut Herdiman.
Selain ancaman air pasang yang datang secara mendadak, hilangnya mangrove telah
dirasakan olah masyarakat perikanan tangkap, akibatnya jumlah tangkapan semakin
berkurang dan suhu udara yang semakin panas.
Hardiman, menambahkan, ratusan rumah di Segara Anakan tergenang air pasang yang
mencapai ketinggian diatas lutut orang dewasa. Rob datang secara tiba-tiba, pada musim
hujan kali ini frekwensinya rob makin tinggi, terangnya,
Raratusan hektar lahan persawahan tidak bisa ditanam akibat terinterusi air laut, antara
lain lahan di Ujung gagak, motean dan klaces.
Guna mengurangi kawasan rob, pihak Perhutani tahun ini sudah menanam mangrove sebanyak
700 ribu batang dikawasan kosong dan tahun sebelumnya mencapai 2 juta batang.
Sementara di wilayah Cilacap barat masih terdapat 400 hektar lahan kosong yang saat ini
masih merupakan sengketa antara Perhutani dan warga. Lahan bekas hutan mangrove
berada di Kec. Bantarsari Gandrungmangu dan Kec, Kawunganten.
Kita sudah melakukan pendekatan terhadap masyarakat agar kawasan kosong tersebut
ditanam mangrove kembali melalui lembaga masyarakat desa sekitar hutan (LMDH). Dan
nampaknya sudah ada titik terang, warga sudah mulai menyadari fungsi mangrove mereka
mau kita ajak kerja sama, tambahnya.

3. Penyebab Terjadinya Banjir


Sering sekali terjadinya banjir, dan hampir setiap kali hujan, maka pasti ada saja daerah
yang terkena banjir. Apa penyebab banjir itu, secara umum, penyebab terjadinya banjir
adalah sebagai berikut.
Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
Salah satu sebab utama perusakan hutan hujan dan terjadinya banjir adalah penebangan
hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari
hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayu tertentu,
orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan
hujan.
Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi kerusakan
lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan sangat merusak. Pohon-pohon
besar ditebangi dan diseret sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka membuat
para petani miskin mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Di Afrika para pekerja
penebang hutan menggantungkan diri pada hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan
protein. Mereka memburu hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk
dimakan.
Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan yang telah
ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan
utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup
dengan berubahnya lingkungan sekitar.
Penduduk lokal biasanya bergantung pada penebangan hutan di hutan hujan untuk kayu
bakar dan bahan bangunan. Pada masa lalu, praktek-praktek semacam itu biasanya tidak
terlalu merusak ekosistem. Bagaimanapun, saat ini wilayah dengan populasi manusia yang
besar, curamnya peningkatan jumlah orang yang menebangi pohon di suatu wilayah hutan
hujan bisa jadi sangat merusak. Sebagai contoh, beberapa wilayah di hutan-hutan di sekitar
kamp-kamp pengungsian di Afrika Tengah (Rwanda dan Congo) benar-benar telah kehilangan
seluruh pohonnya.

Pendangkalan sungai,
Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong,
Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
Pembuatan tanggul yang kurang baik,
Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
4. Dampak Negatif Dari Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:
1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
4. Rusaknya areal pertanian
5. Timbulnya penyakit-penyakit
6. Menghambat transportasi darat

5. Cara Mencegah Banjir


Lubang Resapan Biopori - Mencegah Banjir Dimusim Banjir
Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini terjadi di beberapa daerah di
negri kita ini. Setiap musim hujan tiba, banyak orang selalu khawatir akan datangnya
banjir. Banjir di musim hujan dan kekeringan air di musim kemarau menjadi masalah yang
serius dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal didaerah pinggiran sungai. Namun
jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun kini sudah tidak luput dari banjir. Akhir-
akhir ini, banjir tidak lagi terjadi di daerah pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga
di daerah dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan fungsinya dalam
menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan pembangungan gedung dan
perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat mengurangi banjir tahunan, yaitu
dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak langsung mengalir ke sungai, tetapi
tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada akar pepohonan akan berfungsi sebagai
reservoir di musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai atau ke jalanan, juga
dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan, sampah dapat
menyumbat saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik untuk daerah
perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi warganya untuk membuat sumur
resapan melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no.
17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur resapan. Namun karena biaya
pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan warga DKI tidak melaksanakan aturan perda
tersebut. Itu salah satu sebab mengapa banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap
tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir sangat memegang
peranan penting. Kurangnya kepedulian warga dan lemahnya peran pemerintahan
menjalankan peraturan yang ada, memicu masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta diharapkan akan
mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun pembangunan kanal tersebut tidak
menjamin bahwa banjir tidak akan terjadi. Kepedulian warga tetap memegang peranan
penting dalam mencegah banjir. Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah
dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk mengatasi banjir ini adalah
dengan mebuat lubang resapan Biopori di dalam tanah. Biopori sendiri merupakan pori-pori
berbentuk lubang (terowongan ) yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan
pengakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-
liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran
air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka kemampuan dari
sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah
dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah.
Dengan kata lain akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat
diserap langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal
kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-
sampah organik rumah tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini, melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi organisme di
dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktifitas mereka didalam tanah
akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas organisme dalam tanah maka akan semakin
banyak rongga-rongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat sumur
resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar. Lubang Biopori bisa
dibuat dimana saja; gedung perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah
terutama disekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar
parit. Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-
ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen
Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum disosialisasikan
ke masyarakat, ia sudah memakainya selama 20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.

Cara mebuat lubang resapan biopori.


Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm,
dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang resapan ini bisa dibuat halam rumah, didasar
saluran air (got), batas antara tanam dan teras, atau pada tanah lapang berumput, dimana
ada genangan dan aliran air hujan. Alat pembuat lubang biopori dapat di beli di kampu IPB
dan juga di Toko Trubus terdekat, seharga Rp. 175.000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat rusak, bibir lubang diperkuat dengan adonan semen
selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm, disekeliling mulut lubang agar tak cepat rusak terkikis.
Atau memasang pipa paralon diamerter 12cm di bagian atasnya.
Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa tanaman, daun yang
terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah vegatasi lainnya kedalam lubang
tersebut. Sampah organik ini memancing binatang-binatang kecil seperti cacing atau rayap
masuk kedalam lubang dan membuat rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil.
Sampah dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
kegiatannya melalui proses pengomposan. Sampah yang telah terurai oleh microba ini
dikenal sebagai kompos yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Melalui proses
seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga
sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik kedalam lubang, karena sampah lambat laun akan menyusut.
Setelah lubang dirasakan sudah penuh, kompos bisa diambil untuk dijadikan pupuk tanaman.
Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dimanfaatkan sebagai pupuk
organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, buah-buahan dan jenis
tanaman lainnya.

6. Cara Penanggulangan Banjir


KETIKA banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang salah. Di lain
pihak, para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentang apa dan mengapa terjadi
banjir. Ketika banjir surut, perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi
ketika musim berganti dan banjir datang berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama, memindahkan warga dari
daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga bersedia pindah, walau
setiap tahun rumahnya terendam banjir. Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara
ini sangat mahal, tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi
sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus
akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah
dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan
membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama, metode struktur, yaitu
dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun waduk di hulu, kolam penampungan
banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur
sungai, sistem polder, serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan
(stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political will dari pemerintah, yaitu
akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan
metode struktur dan non-struktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya,
penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran
antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode struktur alias
konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang
lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat tidak
kalah pentingnya.
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta
banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir,
kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas
dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi
bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi,
pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke sungai,
kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan konservasi.
Rumah akrab banjir
Hingga dekade yang lalu, cita-cita para ahli banjir masih terus mengumandangkan slogan
"bebas banjir" dengan memaksakan teknologi untuk melawan banjir, antara lain sodetan,
tanggul sungai, bendungan, dan sebagainya. Namun, dalam diskusi dan publikasi mutakhir
tentang manajemen bencana banjir, terjadi perubahan paradigma. Di Vietnam, khususnya
warga yang hidup di DAS Mekong, \-ang semula bermimpi untuk bebas dari banjir (free
from flood), akhirnya memutuskan hidup bersama banjir [living with flood), antara lain
dengan mengubah rumah-rumah mereka menjadi rumah panggung.
Saat ini, banyak institusi penelitian yang melakukan penelitian konsep rumah akrab banjir,
salah satunya Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), di Jalan Pa-
nvaungan. Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung. Ada yang unik dari desain rumah akrab
banjir kreasi peneliti Puskim ini, bukan berupa rumah panggung, tetapi rumah apung, yang
bisa naik turun sesuai ketinggian banjir. Apa pun desainnya, sebaiknya kreasi para peneliti
ini segera diimplentasikan di daerah rawan banjir bekerja sama dengan dunia usaha.
Mengajak masyarakat membangun rumah panggung merupakan tantangan tersendiri, selain
perlu uang ekstra untuk rekonstruksi rumah, juga perlu sosialisasi membiasakan diri hidup
di rumah panggung. Namun, cara hidup akrab bersama banjir seperti ini relatif lebih murah
dan berkelanjutan dibandingkan dengan cara relokasi maupun penerapan metode teknologi
penanggulangan banjir yang belum tentu berhasil.
Tentunya komitmen hidup akrab bersama banjir, tetap dilandasi semangat tidak melanggar
peraturan yang berlaku. Misalnya Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung yang mengamanatkan perlunya perlindungan terhadap
sempadan sungai untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kondisi sungai serta mengamankan aliran sungai. Salah satu
kriteria
sempadan sungai disebutk; sekurang-kurangnya tiga puluh meter dihitung dari tepi sungai
untuk sungai yang tidak ber-tanggul. Penanggulangan banjir memang kompleks, apalagi
masyarakat tidak diajak berperan, jadi memang pantas ada sindiran bahwa sejak tiga
dekade lalu telah sejuta rencana, tetapi penanggulangan banjir belum juga berhasil.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai daerah di negri kita,
misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar dan banyak memakan
korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri,
misalnya saja adanya penebangan pohon secara liar dihutan, maka terjadilah banjir,
kemudian adanya pembuangan sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air
tersumbat, maka jadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau prilaku
menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk menganggulangi
ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.

B. SARAN
Saran dari penyusun adalah Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi Hal-
hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir.

Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar dari bencana
banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian yang diakibatkan
penyakit yang menyerang saat banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Bencana Banjir

http://www.google.co.id/search?hl=id&xhr=t&q=penebangan
%20hutan&cp=5&pq=banjir+laut+pasang&um=1&biw=1280&bih=653&ie=UTF-
8&sa=N&tab=iw#hl=id&pq=cara%20mencegah
%20banjir&xhr=t&q=bencana+banjir&cp=9&pf=p&sclient=psy&biw=1280&bih=610&source=
hp&aq=0&aqi=&aql=&oq=bencana+b&pbx=1&fp=b7d313ff563e5539

Anda mungkin juga menyukai