Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Nilai, prinsip bisnis dan standar etika yang dilakukan dan diajarkan manajemen.
2. Perusahaan mendekati orang manajemen, prosedur dan kebijaksanaan secara resmi serta
praktek pengoperasian yang merupakan panduan bagi perilaku personel perusahaan.
5. Kekuatan kelompok melakukan sesuatu pada khususnya arah dan mencocokkan diri
kepada norma-norma yang diharapkan.
Biasanya elemen kuncii budaya berasal dari seorang pendiri atau beberapa pemimpin
yang kuat yang ucapan mereka sebagai sejumlah prinsip-prinsip bisnis, kebijaksanaan
perusahaan, pendekatan operasioanal, dan arah kesepakatan dengan karyawan, pelanggan,
vendor shareholde dan komunitas lokal dimana perusahaaan beroperasi.
Bagaimanapun stabilnya sebuah budaya; tidaklah statis, seperti struktur dan strategi
organisasi. Tantangan yang baru di pasar, revolusi teknologi, dan perubahan kondisi internal,
khususnya prospek bisnis, krisis internal atau pertukaran top eksekutif cenderung memelihara
cara baru untuk melakukan sesuatu dalam giliran evolusi budaya. Evolusi budaya
ditimbulkan oleh adanya diversifikasi bisnis, ekspansi ke negara lain, pertumbuhan yang
cepat, dan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.
Sub budaya Perusahaan : Masalah yang Dihadapi oleh Operasi Multinasional dan
Akuisisi yang Baru
Nilai, kepercayaan dan praktek didalam sebuah perusahaan kadang kala sangat
beragam disetiap departemen, lokasi geogarafi, divisi atau unit bisnis. Subbudaya perusahaan
dapat pecah atau paling tidak kurang cocok, jika mereka menghadapi konflik filosofi bisnis
atau pendekatan operasioanal-jika eksekutif kunci melakukan pendekatan yang berbeda pada
setiap orang manajamen, perbedaan yang sangat penting antara budaya perusahaan dengan
perusahaan yang baru diakuisisi harus ditiadakan. Perusahaan multinasioanal dan global
cenderung menjadi multikultur karena unit organisasi antar negara mempunyai perbedaan
sejarah pengoperasian dan iklim kerja disebabkan karena anggotanya tumbuh di adat sosial
dan sosial berbeda dan mempunyai nilaidan kepercayaan berbeda.
Budaya perusahaan yang kuat memberikan dampak yang besar pada kebiasaan dan
norma-norma perilaku perusahaan. Namun budaya perusahaan yang lemah memberikan
pengaruh yang sedikit pada perusahaan.
Pada budaya perusahaan yang kuat seluruh anggota manajemen memegang dan
melaksanakan nilai-nilai dan norma yang ada.
1. Pendiri atau pemimpin yang menetapkan nilai-nila, prinsi-prinsip dan kebiasaan yang
konsisten dan sensibel sesuai dengan kebutuhan pelanggan, kondisi kompetisi dan
strategi persyaratan.
Budaya perusahaan yang lemah kurangnya nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dibagi
oleh manajemen. Hal ini biasanya terjadi jika pimpinan manajemen terdiri dari beberapa
orang yang mempunyai nilai dan prinsip yang berbeda masing-masingnya.
Budaya ini tidak mempunyai asistensi dalam strategi eksekusi karena tidak adanya
tradisi, nilai-nilai, ikatan atau norma-norma perilaku yang digunakan manajemen untuk
memobilisasi komitmen untuk mengeksekusi untuk memilih strategi eksekusi , tetapi
negatifnya tidak ada dukungan dari manajemen.
Karakteristik dari budaya perusahaan yang tidak sehat dipresentasikan dengan adanya
budaya kontraproduktif yang memberikan pengaruh pada iklim kerja dan penampilan
perusahaan.
2. Kesulitan untuk berubah dan ketakutan umum dari orang memperjuangkan arah baru
dari segala sesuatu yang dilakukan.
3. Sebuah kepicikan tidak diperlukan disini pola pikir yang membuat anggota
perusahaan menentang unutk melihat keluar perusahaan untuk latihan yang terbaik,
pendekatan manajerial yang baru, dan ide-ide inovatif.
Lingkungan internal yang dipolitisasi sangat tidak sehat. Hal ini membuang energi
perusahaan dengan sia-sia. Semua keputusan yang diambil oleh pihak top manajemen
berdasarkan pada kepentingan mereka. Kerjasama dengan unit-unit diorganisasi dipandang
dengan kecurigaan. Semua manuver yang diambil jauh dari usaha-usaha untuk mengeksekusi
strategi dengan kecakapan yang nyata dan anggota perusahaan frustrasi yang sedikit
politiknya dan lebih cenderung melakukan apa yang menjadi ketertarikan utama perusahaan.
Kadang, sebuah perusahaan yang memimpin sebagai pemimpin pasar yang besar
untuk waktu yang cukup lama memiliki kepercayaan kalau mereka mempunyai semua
jawaban dan dapat mengembangkan diri mereka sendiri. Hal ini akan menimbulkan
kecendrungan untuk mengabaikan apa yang pelanggan katakan, mau dan pengharapan untuk
perubahan.perusahaan menjadi aroga sehingga lupa untuk melakukan koreksi atas semua hal
yang telah dilakukan. Resiko besar yang akan timbul pada budaya ini adalah perusahaan jadi
lengah terhadap kemampuan dan kelebihan dari rivalnya.
Perusahaan yang mempunyai sedikit hormat untuk standar etik atau dijalankan oleh
eksekutif yang ego akan mengalami skandal dalam menjalankan perusahaan. Hal ini biasanya
terjadi jika pihak manajemen lebih mengutamakan keuntungan perusahaan diatas segala-
galanya.
Budaya ini dicerminkan oleh adanya keinginan dari perusahaan dan karyawannya
untuk menerima perubahan dan mengambil tantangan dari perkenalan dan eksekusi dari
strategi yang baru. Anggota perusahaan berbagi perasaan percaya diri bahwa perusahaan
dapat mengatasi ancaman dan mengambil peluang, mereka siap mengambil resiko atas semua
keputusan, percobaan dan inovasi.
1. Setiap perubahan pada praktek pengoperasian dan perilaku tidak boleh berkompromi
dengan nilai-nilai utama dan prinsip-prinsip bisnis.
3. Mengambil pihak luar yang mempunyai budaya yang kuat dan dapat memberikan
contoh yang baik kepada karyawan yang lain.
6. Memberikan dorongan yang kuat untuk implementasi gaya kerja yang baru dan
prosedur pelaksanaan.
4. Memberikan manajer lokal kebebasan otoritas untuk mengunakan motivasi yang berbeda
dan insentif untuk meningkatkan personal lokal untuk mengadopsi dan melaksanakan
perilaku budaya.
Pada akhir tahun 1966 Rollin King bekerja sama dengan Herb Kelleher mendirikan
sebuah bisnis transportasi udara yang menghubungkan wilayah segitiga emas di Amerika
bagian Selatan, yaitu San Antonio, Dallas dan Houston. Terciptanya bisnis tersebut karena
dilatarbelakangi oleh kebutuhan para pebisnis dari wilayah Texas yang mengeluhkan masalah
ketidaktersediaan transportasi yang efektif dan efisien untuk menghubungkan Texas dengan
ketiga wilayah strategis tersebut.
Rollin King sendiri merupakan pengusaha transportasi udara yang hanya meyediakan
transportasi untuk daerah-daerah yang berdekatan dengan menggunakan pesawat-pesawat
kecil, sedangkan Herb Kelleher adalah seorang profesional di bidang hukum yang memiliki
sebuah kantor konsultan hukum di Texas. Kedua kolega tersebut pada akhirnya sepakat
mendirikan bisnis transportasi komersil yang diberi nama Southwest Airlines. Pada bulan
Januari 1971 Lamar Muse diangkat sebagai CEO pertama Southwest Airlines dan sejak saat
itu juga Southwest Airlines melakukan penawaran perdana saham perusahaan kepada publik
dan berhasil meraup modal publik sebesar $7 juta. Sejak pertama kali berdiri Southwest
Airlines (SWA) mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan. Setelah Lamar Muse
berhenti dari posisinya sebagai CEO, posisi tersebut digantikan oleh Kelleher hingga tahun
2001. Selama kepemimpinan Kelleher, SWA banyak menghadapi berbagai tuntutan hukum,
baik yang berasal dari pesaing bisnisnya maupun dari pemerintahan lokal berkaitan dengan
jadwal penerbangan dan izin menggunakan bandara. Namun, masalah-masalah tersebut
mampu diatasi oleh manajemen dan karyawan SWA serta timbulnya masalah tersebut pada
akhirnya mampu membentuk mental dan moral para karyawan dan manajemen SWA
kedepannya. Selanjutnya pada tahun 2001-2004 CEO perusahaan dipegang oeh James F.
Parker yang kemudian digantikan oleh Gary C. Kelly.
Analisis SWOT Southwest Airlines
Kekuatan
Kelemahan
Ancaman
Peluang
Moralitas Manajemen
Manajemen di SWA tergolong sebagai manajer yang bermoral. Manajemen selalu
berupaya untuk melakukan segala tindakannya dalam cara yang tepat, baik saat berinteraksi
dengan karyawan maupun dengan para pelanggan. Hal ini terbukti dengan dibentuknya
Culture Committee pada tahun 1990. Komite tersebut bertugas untuk menjaga dan
memelihara nilai-nilai dan budaya perusahaan. Selain itu, berbeda dengan perusahaan
lainnya, SWA lebih mengutamakan karyawannya daripada pelanggan. Hal ini dikarenakan
mereka beranggapan bahwa karyawan yang diperlakukan dan diperhatikan dengan baik akan
memberikan pelayanan yang baik pula kepada pelanggan perusahaan sehingga pelanggan
merasa puas setelah menggunakan jasa perusahaan. Collen Barrett sebagai Presiden SWA
periode 2001-2008 memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap para karyawannya. Dia
menganggap bahwa perhatian yang diberikan kepada karyawan merupakan hal yang penting
untuk dilakukan.
Namun SWA juga pernah melakukan hal yang tidak etis karena dianggap
mengabaikan keselamatan penumpang untuk kepentingan operasional perusahaan. Peristiwa
ini terjadi selama periode beberapa bulan di tahun 2006-2007. SWA mengabaikan
pemeriksaan dini terkait kondisi pesawat akibat penggunaan selama beberapa tahun.
Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Federal Aviation Administration (FAA), setiap
maskapai penerbangan wajib melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi secara
dini adanya kerusakan pesawat yang timbul karena penggunaan selama pesawat tersebut
dioperasikan. Tetapi hal ini tidak diindahkan oleh SWA dan SWA tetap menggunakan
pesawat-pesawat yang seharusnya sedang diinspeksi dalam operasional perusahaan.
Akibatnya perusahaan harus menanggung sejumlah biaya untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya itu. Biaya yang harus dikeluarkan sebesar $10.2 juta, dan manajemen
perusahaan harus meminta maaf kepada publik sebagai salah satu bentu tindakan korektif
yang dilakukan.
Dua nilai inti yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu LUV and fun merupakan bentuk
dari tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawan dan lingkungan sekitar. Dengan
kedua nilai tersebut SWA mampu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman kepada para
karyawannya dan hal ini juga termasuk dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Selain itu perusahaan juga terlibat dalam perayaan hari-hari istimewa tertentu dengan
menunjukkan core value mereka kepada masyarakat secara umum. SWA juga banyak terlibat
dengan kegiatan-kegiatan amal, diantaranya adalah dalam program Ronald McDonald House,
sebuah kegiatan amal yang memberikan bantuan berupa tempat tinggal yang lokasinya dekat
dengan rumah sakit bagi keluarga yang salah seorang anaknya menderita penyakit tertentu
yang harus menjalani berobat jalan.
Selama proses perekrutan karyawan baru, SWA memiliki pendekatan tersendiri dalam
menyaring calon karyawannya, pendekatan itu dikenal dengan istilah target selection.
Perusahaan mengidentifikasi perilaku, kemampuan serta motivasi calon karyawan dan
kemudian menentukan posisi apa yang tepat untuk diisi oleh karyawan dengan kualifikasi
tersebut. Perusahaan lebih mengutamakan calon karyawan yang berkeperilakuan baik
daripada calon karyawan dengan keterampilan baik namun tidak memiliki sifat dan perilaku
yang sesuai dengan nilai serta budaya perusahaan. Dalam hal promosi, perusahaan juga lebih
mengutamakan orang dalam dengan asumsi mereka lebih memahami kebutuhan para
bawahan serta rekan sejawat yang mereka pimpin.
Perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya yang kuat didalamnya jika budaya
tersebut mampu mengakar dan memberikan nilai yang mendalam dalam operasional
perusahaan sehari-hari. SWA memiliki dua core value yang menjadi landasan atas berbagai
inisiatif yang meraka lakukan dalam melayani pelanggannya. Seluruh keputusan dan tindakan
yang dilakukan selalu mempertimbangkan aspek luv and fun. Perusahaan juga memiliki high-
performance culture. Hal ini terlihat dari keyakinan karyawannya untuk bisa bangkit dan
bertahan dalam menghadapi berbagai masalah keuangan dan hukum yang dihadapi pada
masa-masa awal perusahaan berdiri. Karyawan juga memiliki semangat untuk memberikan
hal-hal positif dalam melayani para pelanggan.
Budaya Organisasi
Suasana yang menyenangkan dan lingkungan kerja - ini berarti bahwa karyawan
menikmati pekerjaan mereka sepenuhnya, memiliki perilaku menghibur dalam
melakukan pekerjaan mereka, sebuah lelucon yang sedang berlangsung dan lelucon, dan
sering disponsori perusahaan partai dan perayaan.
Kehadiran unjuk rasa semangat dan "bisa melakukan" sikap - ini memungkinkan
karyawan perusahaan melakukan pekerjaan mereka secara efektif, memecahkan masalah
secara efisien, mengatasi kemalangan dan merayakan keberhasilan perusahaan
Pelaksanaan LUV - bukti Golden Rule dan lingkungan, peduli mendukung di banyak
tempat
Budaya perusahaan adalah agresif dan penuh semangat, memiliki mentalitas prajurit -
yang penting untuk memerangi kemalangan yang dihadapi oleh perusahaan
Pendekatan biaya-sadar dan hemat untuk operasi - ini bertujuan untuk mengurangi biaya
operasional secara keseluruhan, yang memungkinkan perusahaan untuk menerapkan
strategi yang efektif
Memiliki tradisi pemberdayaan karyawan dan desentralisasi pengambilan keputusan - ini
berfungsi sebagai motivator bagi karyawan, karena mereka sedang diperbolehkan untuk
berpartisipasi dan mengekspresikan pendapat mereka untuk kepentingan perusahaan.