Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum ke-7 Hari/Tanggal : Selasa/ 4 April 2017

Teknik Laboratorium Tempat : Laboratorium Biokimia Fisiologi


Nutrisi dan Teknologi Pakan dan Mikrobiologi Nutrisi
Nama Asisten : Ima Imaniati/D24140039

ANALISIS VFA TOTAL

Fajar Janato
D24140017
Kelompok 1/G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang


dialami bahan makanan di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Proses
pencernaan makananya relatif lebih kompleks bila dibandingkan dengan proses
pencernaan pada jenis ternak non ruminansia. Menurut Sutardi (1979), proses
pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam mulut), secara
fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan). Sedangkan menurut Church (1979),
pencernaan fermentatif pada ternak ruminansia terjadi dalam rumen
(retikulorumen) berupa perubahan-perubahan senyawa tertentu menjadi senyawa
lain yang sama sekali berbeda dari molekul zat makanan asalnya. Organ
pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian penting, yaitu mulut,
lambung, usus halus, dan organ pencernaan bagian belakang. Lambung ternak
ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
Rumen dan retikulum dipandang sebagai organ tunggal yang disebut retikulo-
rumen, sedangkan sekum, kolon, dan rektum termasuk organ pencernaan bagian
belakang (Erwanto, 1995). Rumen dan retikulum dihuni oleh mikroba dan
merupakan alat fermentatif dengan kondisi anaerob suhu 39oC (Sutardi, 1976).
Di dalam rumen, terjadi pencernaan fermentatif. proses pencernaan
fermentatif yang terjadi di rumen dibantu oleh mikroba yang jumlahnya yang
cukup besar yaitu mikroflora (bakteri) dan mikrofauna (protozoa). Pencernaan
fermentatif, kapasitasnya besar dan terjadi sebelum usus halus (organ penyerapan
utama), keuntungan dari pencernaan fermentatif ini adalah mudah diserap usus,
dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non-protein nitrogen seperti urea
dan dapat memperbaiki kualitas protein pakan yang nilai hayatinya rendah.
Sedangkan
kerugian dari pencernaan fermentatif yaitu banyak energi yang terbuang sebagai
metan dan panas, protein bernilai hayati tinngi mengalami degradasi menjadi
amonia (NH3) sehingga menurunkan nilai protein dan peke terhadap ketosis atau
keracunan yang paling sering terjadi pada domba. (Siregar, 1994).
VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi
ternak dan punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Sumbangan
energi yang berasal dari VFA ini dapat mencapai 60 80 persen dari kebutuhan
energi ternak rumiansia. Sebahagian besar VFA diserap langsung dari
reticulorumen dan masuk kedalam aliran darah, hanya 20 persen saja yang masuk
ke omasum dan abomasum dan diserap disini.

Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis VFA total dalam cairan
rumen yang sudah diberi perlakuan berupa larutan H2SO4, HgCl2 dan
formaldehide.
MATERI METODE

Materi

Materi yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tabung, erlenmeyer,
tabung destilasi, kompor, dan panci presscooker. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu NaOH, cairan rumen, H2SO4, indikator pp, HCl dan aquades.

Metode

Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu alat dan bahan
disiapkan. Selanjutnya, panci diisi dengan aquadest sampai penuh. Sebagai
pendingin, digunakan air dari kran yang harus selalu mengalir, setelah itu
aquadest yang terdapat didalam panci dipanaskan hingga mendidih dan dihasilkan
uap yang akan masuk kedalam tabung destilasi. Jika uap sudah masuk kedalam
tabung destilasi, maka analisis VFA sudah dapat dimulai. Selanjutnya, 5 ml
supernatan diambil dan dimasukkan kedalam tabung destilasi dan ditambahkan 1
ml larutan H2SO4 15%. Labu erlemenyer yang telah diisi 5 ml NaOH 0,5 N
digunakan untuk menampung hasil destilasi. Proses destilasi selesai pada saat
jumlah destilat yang ditampung mencapai 200 ml. Destilat yang telah tertampung
ditambah indicator phenophtalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu ditirasi dengan
HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan dari warna merah jambu tidak berwarna..

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari pengukuran VFA Total terhadap cairan rumen yang telah
dicampur dengan H2SO4, HgCl2, dan formaldehyde dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 1 Nilai VFA total dengan berbagai perlakuan


Perlakuan Nilai VFA (mM)
Blanko 4,75
H2SO4 25,26
Formaldehid 65
HgCl2 75,75
Pembahasan

Asam lemak terbang atau Volatile Fatty Acid (VFA) adalah produk akhir
dari fermentasi karbohidrat yang berupa tiga macam asam dan gas, digunakan
sebagai sumber energi. VFA dibentuk oleh mikroba (Fungi, Protozoa & Bakteri)
di dalam rumen melalui proses fermentasi. Karbohdirat yang terbentuk di dalam
rumen kemudian dipecah dan diolah oleh mikroba dalam rumen. Perbandingan
VFA dalam rumen sapi yaitu 65% asam asetat, 24% asam propionat, 21% butirat
(Arora, 1989). Asam lemak terbang (VFA) yang dominan (Asetat, Propionat, dan
Butirat) akan diserap melalui dinding rumen, masuk kedalam sirkulasi darah dan
ditransportasikan ke jaringan tubuh ternak sebagai sumber energi (70-75%). Hal
ini sesuai dengan VAN SOEST (1994) yang menyatakan bahwa VFA merupakan
sumber energi metabolisme terpenting bagi ternak ruminansia dan sumber rantai
karbon untuk sintesis mikroba karena VFA mampu memasok 55- 60% dari energi
yang dibutuhkan oleh ternak. Oksidasi dari 1 mol C2, C3 dan C4 berturutturut
adalah 10 mol ATP, 17 mol ATP dan 25 mol ATP (SOEBARINOTO et al.,
1991). Konsentrasi VFA rumen diatur oleh keseimbangan antara produksi dan
penyerapan. Konsentrasi meningkat setelah makan, sehingga akibatnya pH
menurun. Puncak fermentasi : 4 jam setelah makan (jika hijauan ditingkatkan),
namun lebih cepat ( lebih dari 4 jam) jika konsentrat ditingkatkan.pH rumen
normal ( untuk pertumbuhan mikroba optimal ) : 6.0 - 7.0 ; yang dipertahankan
oleh kapasitas saliva dan penyerapan VFA. Faktor-faktor
yang juga mempengaruhi produksi VFA ini antara lain adalah Konsentrasi VFA
itu sendiri didalam rumen (Preston, T.R. 1995).
Analisis VFA diukur menggunakan metode destilasi uap. Destilasi adalah
suatu metode pemisahan Hukum Raoult berdasarkan perbedaan titik didih.
Distilasi uap biasanya digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Fungsi dari NaOH pada proses destilasi uap
ini adalah untuk menghindari panas berlebih yang dihasilkan. Sampel harus
dimasukkan terlebih dahulu kedalam alat destilasi sebelum NaOH. Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak
dapat berlangsung dalam keadaan asam. Sedangkan H2SO4 berfungsi sebagai
pengurai senyawa nitrogen yang terdapat dalam sampel. PP (Phenolptalin)
berfungsi untuk menyeimbangkan / menstabilkan asam-basa suatu larutan dalam
mengkondisikan reaksi dalam bentuk basa maupun asam.
Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini yaitu nilai VFA blanko,
H2SO4, Formaldehid, dan HgCl2 berturut-turut yaitu 4,75 , 25,26, 65, dan 75,75
mM. Kandungan VFA standar dalam rumen 80-160 mM (Sutardi, 1994). Hasil
yang didapat pada praktikum berbeda dengan literatur yang ada, hal tersebut bisa
disebabkan oleh pakana yang kandungan nutrisinya rendah serta fermentabilitas
daripakan yang rendah.
SIMPULAN

VFA ( asetat, propionat, dan butirat) merupakan sumber energi utama bagi
ternak dan punya fungsi penting dalam metabolisme zat makanan. Hasil yang
diperoleh pada praktikum kali ini yaitu nilai VFA blanko, H2SO4, Formaldehid,
dan HgCl2 berturut-turut yaitu 4,75 , 25,26, 65, dan 75,75 mM. Hasil yang
didapat pada praktikum kali ini berbeda nyata dibandingkan dengan literatur
karena berbagai faktor.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia.


Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Preston, T. R., 1995. Tropical animal feeding. A manual for research workers.
FAO Animal Production and Health Paper 126
Sutardi,T. 1994. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia melalui Amoniasi
Pakan Serat Bermutu Rendah,Defaunasi dan Suplementasi Sumber Protein
Tahan Degradasi Dalam Rumen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
SOEBARINOTO, S. CHUZAEMI dan MASHUDI. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia.
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang
VAN SOEST, J.P. 1994. Nutritional Ecology ofRuminant. 2nd Edition. Cornell
University Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai