Anda di halaman 1dari 4

V.

PEMBAHASAN

Abrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam


darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain
(Ganiswara, 2008).

Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan dan


membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya
menggunakan data farmakologi sebagai tolok ukurnya. Dari percobaan ini
diharapkan dapat diketahui pengaruh cara pemberian obat terhadap daya
absorbsi yang selanjutnya akan berpengaruh pada efek farmakologi obat.
Dalam mempalajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi
obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Mencit dipilih sebagai
hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat
sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.

Salah satu cara untuk mengetahui pengaruh antara kedua variable tersebut,
dengan membandingakn waktu durasi dan onsetnya. Waktu onset yaitu waktu
yang diperlukan obat mulai dari proses pemberian obat sampai tmenimbulkan
sirkulasi sistemik dan menimbulkan efek. Sedangkan waktu durasi adalah
waktu yang diperlukan obat mulai memberikan efek sampai hilangnya efek.
Absorbsi (penyerapan) merupakan proses perpindahan obat dari tempat
aplikasi menuju sirkulasi sistemik, menyangkut kecepatan proses dan
kelengkapan yang biasa dinyatakan dalam % dari jumlah obat yang diberikan.

Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dengan


menimbang bobot mencit untuk menetapkan kadar yang sesuai bagi mencit
agar tidak over dosis. Hal ini dilakukan karena setiap cara pemberian obat
memiliki volume maksimum masing-masing dan berbeda satu sama lain.
Semakin panjang rute penggunaan suatu obat, maka semakin kecil konsentrasi
obat yang mencapai sel target, sehingga volume yang diberkan juga berbeda.
Jika volume obat yang diberikan melebihi volume maksimum maka
dikhawatirkan obat akan melebihi KTM (Kadar toksik maksimum) dan mencit
akan mengalami over dosis. Akan tetap jika volume obat yang diberikan
terlalu sedikit, maka dikhawatirkan obat tidak akan mencapai KEM (Kadar
Efektif Minimum) dan tidak mengakibatkan efek pada mencit.
Obat yang digunakan dalam praktikum ini ialah Diazepam adalah turunan
dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-
fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna
atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Adapun mekanisme kerja
dari obat diazepam adalah bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan
memperkuat fungsi hambatan neuron GABA.
Metode pemberian obat yang dipakai untuk mengetahui pengaruh absorbsi
obat yang diberikan pada mencit yaitu peroral, intra muscular, intra peritonial
dan subcutan.
Pertama, Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk
kesaluran intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji. Pemberian obat secara oral merupakan cara
pemberian obat yang umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah.
Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama.
Kedua, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk
hewan uji tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat
dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya
dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal
ditempat injeksi.
Ketiga dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga
perut). Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi.
Keuntungan adalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan
diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.
Kelima atau yang terakhir adalah dengan cara intramuscular yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau lengan atas.
Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan
cepat, dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan
kerugiannya dalam pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi
iritasi ditempat injeksi.
Menurut literatur durasi tercepat adalah IP-IM-SC-PO. Sedangkan hasil
Obat yang masuk kepembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih
cepat karena obat di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat.
saat melakukan pemberian obat pada mencit, kekurangan / kelebihan dosis
obat, dan kondisi mencit yang stres karena tidak mendapatkan perlakukan
yang baik sebelum dilakukan injeksi.
Dalam praktikum yang kami lakukan dalam percobaan pengaruh cara
pemberian terhadap absorbsi obat didapatkan onset yang paling cepat ialah
yang pertama, intra muscular dengan rata-rata onset yang didapatkan 15.8
menit. Kedua, Intraperitonial dengan waktu onset rata rata adalah 18.65 menit.
Ketiga, subkutan dengan waktu rata-rata onset adalah 22.53 menit. Dan yang
terakhir yaitu peroral denganwaktu onset rata-rata 34.66 menit. Sedangkan
waktu durasi yang lama kami dapatkan dalam percobaan ini adalah yang
pertama, pemberian dengan cara subkutan dengan waktu rata-rata durasi yang
didapatkan adalah 62.65 menit. Kedua, pemberian intraperitonial dengan
waktu rata-rata durasi yang didapatkan adalah 47.82 menit. Ketiga, pemberian
dengan cara peroral didapatkan waktu rata-rata durasi adalah 46.21 menit.
Terakhir, pemberian dengan cara intramuskular dengan waktu rata-rata durasi
27.35 menit.
Dalam percobaan yang kami lakukaan saat praktikum didapatkan hasil
onset dan durasi yang berbeda dengan literatur dikarenakan berbagai faktor.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan perbedaan hasil onset
dan durasi dengan literatur tersebut diantaranya kesalahan saat melakukan
pemberian obat pada mencit, kekurangan / kelebihan dosis obat, dan kondisi
mencit yang stres karena tidak mendapatkan perlakukan yang baik sebelum
dilakukan injeksi.
V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan perhitungan statistik, perbedaan cara pemberian obat
berpengaruh terhadap onset dan durasi.
2. Berdasarkan hasil percobaan, onset yang diperoleh yang paling cepat
adalah pemberian obat intramuskular, sedangkan yang paling lambat
adalah pemberian obat per oral. Hal ini tidak sesuai dengan teori
karena teori onset yang paling cepat adalah pemberian obat
intraperitonial, sedangkan yang paling lambat sesuai dengan teori
yakni pemberian obat per oral.
3. Berdasarkan hasil percobaan, durasi yang diperoleh yang paling cepat
adalah pemberian obat intramuskular , sedangkan yang paling lambat
adalah pemberian obat subkutan . Hal ini tidak sesuai dengan teori
karena teori durasi yang paling cepat adalah pemberian obat
intraperitonial, sedangkan yang paling lambat adalah pemberian obat
per oral.
4. Hasil dari percobaan ada yang tidak sesuai dengan teori karena
mekanisme injeksi yang salah, pengamatan onset dan durasi yang
keliru, dan faktor individu dari hewan uji (mencit), contohnya faktor
toleransi.
5. Durasi dan onset dipengaruhi oleh kelarutan obat, homogenitas, luas
permukaan absorbsi, pengosongan lambung, dan rute pemberian.
6. Diazepam merupakan obat golongan barbiturat yang dapat
memberikan efek sedatif dan hipnotik.

Anda mungkin juga menyukai