Gizi Buruk - HE YUNIKA
Gizi Buruk - HE YUNIKA
PENDAHULUAN
pertumbuhan anak. Resiko paling buruk adalah pengaruh pada pertumbuhan otak dan
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadimasalah gizi dan
sebanyak 13,9% berstatus gizikurang, diantaranya 5,7% berstatus gizi buruk. Jika
dibandingkan dengan data pada tahun 2010 dan 2011 prevalensi gizi berat-kurang
kematianbayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkaitdengan
gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah giziperlu ditangani secara cepat
dan tepat. 1
Penyebab utama gizi buruk tidak hanya satu. Penyebab utama kasus gizi
Kemiskinan memicu kasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidak mampuan orang tua
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan giziburuk
berat, dehidrasi berat, demam tinggi dan penurunankesadaran) harus dirawat di rumah
Center (TFC),sedangkan gizi buruk tanpa komplikasi dapat dilakukan secara rawat
jalan.2
Berikut dilaporkan sebuah kasus gizi buruk pada seorang anak laki-laki berumur
12 tahun yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA Palu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
B. Pengukuran Gizi Buruk
3
a. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak.Metode ini pada dasarnya didasari oleh
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,rambut,atau
mata.
b. Pengukuran antropometrik : pada metode ini dilakukan beberapa macam
lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
SD.
3. Tergolong gizi baikjika hasil ukurZscore -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur Zscore> 2 SD.
4
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang
Badan:
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan
C. Epidemiologi
kematian nomor satu di dunia termasuk di Asia dan Indonesia adalah PTM (Penyakit
dari 44,2 persen tahun 1995 menjadi 28,1 persen tahun 2007. Sedangkan pada periode
yang sama kematian karena PTM meningkat hampir 50 persen dari 41,7 persen
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia dalam kasus gizi
Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT karena masih
prevalensi nasional. Masih ada 15 provinsi dimana prevalensi anak pendek diatas
angka nasional, dan untuk prevalensi anak kurus. Untuk prevalensi pendek pada
5
balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, dan
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,kulit
6
keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang
tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy
b. Kwashiorkor
oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
keparahan gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu,
biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
c. Marasmus-Kwashiorkor
gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut
umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak
mencolok.
7
E. Faktor risiko
a. Asupan makanan
Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
kebutuhan dari setiap nutrien,menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan
menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang
dikehendaki.
Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut
meliputi gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan
pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur
8
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi
kemakmuran hidup Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur
status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya
ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga
tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi
yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan
dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi
c. Pendidikan ibu
dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah
yang merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
d. Penyakit penyerta
9
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut antara lain diare persisten,
gangguan intake makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.
Terdapat hubungan timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi
buruk.Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan
daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang menderita sakit
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Pada BBLR zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi.
Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang
masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.
f. Kelengkapan imunisasi
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan
balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem kekebalan tubuh
balita masih belum sebaik dengan orang dewasa. Apabila balita tidak melakukan
imunisasi, maka kekebalan tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena
10
penyakit. Hal ini mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi.
Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan
g. ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif
kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI
Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung
antibodi atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini
yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat
berperan langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan
sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu
formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula
sangat susah diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila
diklasifikasikan menjadi KEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan KEP derajat
berat (gizi buruk). Gizi kurang belum menunjukkan gejala klinis yang khas, hanya
dijumpai gangguan pertumbuhan dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping
11
gejala klinis didapatkan kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi
F. Tatalaksana
KEP berat ditata laksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan rehabilitasi)
Makanan (F-75)
7. Pemberian
Makanan untuk
100)
8. Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe
9. Stimulasi
10. Tindak Lanjut
12
b. Ada perbaikan kondisi mental
c. Balita sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan,
berturut-turut
h. Sudah berada di kondisi gizi kurang (sudah tidak gizi buruk)
2. Ibu / Pengasuh:
a. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar
di rumah
b. Ibu sudah mampu merawat serta memberikan makan dengan benar
kepada balita
3. Institusi Lapangan:
Institusi lapangan telah siap untuk menerima rujukan pasca perawatan.
H. Pemantauan
1. Kriteria Sembuh: BB/TB > -2 SD
2. Tumbuh Kembang:
a. Memantau status gizi secara rutin dan berkala
b. Memantau perkembangan psikomotor
3. Edukasi
Memberikan pengetahuan pada orang tua tentang:
a. Pengetahuan gizi
b. Melatih ketaatan dalam pemberian diet
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
I. Langkah Promotif/Preventif
kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara
lain:
13
a. Pola Makan
Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah
karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat
badan)
b. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala
derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP, walaupun dalam
14
BAB III
KESIMPULAN
Terjadinya gizi buruk pada anak ini berkaitan dengan empat determinan
kesehatan yaitu faktor biologis, lingkungan perilaku dan faktor pelayanan kesehatan.
Namun faktor yang paling mempengaruhi pada keadaan pasien adalah faktor
lingkungan yang kurang memadai seperti social ekonomi yang kurang dan rendahnya
tingkat pendidikan orang yang mengasuh anak tersebut serta faktor perilaku seperti
pola asuh yang salah dan masa pemberian ASI ekslusif yang singkat.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan, maka adanya anak gizi buruk
dan tanggung jawab yang besar sebagai pelaksana langsung program kesehatan
termasuk gizi buruk. Koordinasi antara bagian gizi dengan bagian promosi kesehatan
15
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan RI.
3. DEPKES RI, 2009. Petunjuk teknis tatalaksana anak gizi buruk. Jakarta.
Depkes RI.
4. DEPKES RI, 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta.
Depkes RI
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak
16