Anda di halaman 1dari 37

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 17 APRIL 2017


UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

Tuberkulosis paru dengan efusi pleura kanan dan gizi buruktipe


marasmik

Disusun Oleh :

Ingrit Nadya Dwi Putra (N 111 16 014)

Pembimbing : dr. Achmad Yudha AP, Sp.A, M.Kes

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis).1,2,3Penyakit Tuberkulosis
ini bersifat sistemik, sehingga penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
3,4
yang paling tersering yaitu di paru. Di Negara-negara berkembang, sekitar 1,3
juta kasus atau 40-50% dari jumlah seluruh populasi umum anak yang berusia
kurang dari 15 tahun terdapat sekitar 500.000 anak di dunia menderita
1,4
Tuberkulosis setiap tahun. Menurut WHO tahun 2013, kasus kesakitan dan
kematian karena penyakit Tuberkulosis ini sebagian besar terjadi pada laki-laki,
tetapi angka kesakitan dan kematian unutuk perempuan akibat penyakit
Tuberkulosis ini juga sangat tinggi. 2,5
Kuman Mycobacterium tuberculosisbisa ditularkan dari percikan udara
(respiratory droplets) ketika individu yang sakitTuberkulosis dengan BTA positif
dalam keadaan batuk, bersin, tertawa, menguap, ataupun bernapas.2,3 Bukan
berarti bahwa individu dengan BTA negatif tidak dapat menularkan kumannya,
tetapi memiliki kemungkinan juga dapat menularkan kumannya.3,5 Percikan udara
yang terinfeksi dapat mongering dan menjadi droplet nuclei. 1,5
Faktor risiko untuk penularan Tuberkulosis pada anak sama halnya dengan
Tuberkulosis pada umumnya, bisa tergantung dari tingkat penularan penyakit,
lama pajanan dengan individu yang sakit,sistem daya tahan tubuh yang tidak
kurang, daerah yang endemis, lingkungan yang tidak sehat, dan individu dengan
Tuberkulosis BTA positif lebih berisiko dibandingkan individu dengan
4,5,6
Tuberkulosis yang BTA negatif. Tingkat penularan Tuberkulosis dengan BTA
positif sekitar 65%, pasien Tuberkulosis BTA negatif dengan hasil kultur positif
sekitar 26% sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto thoraks
positif sekitar 17%.5,6
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang tidak normal di dalam
rongga pleura yang diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari
permukaan pleura.Efusi pleura dapat dibedakan menjadi eksudat dan transudat
berdasarkan penyebabnya.Eksudat adalah bila efusi pleura disebabkan oleh

2
penyakit lokal di rongga toraks sedangkan transudat bila efusi pleura disebabkan
oleh penyakit sistemik.
Gizi buruk merupakan salah satu malnutrisi energi protein
(MEP).7,8Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah 5 tahun (balita) serta
pada ibu hamil dan menyusui. 6,8 Menurut riset kesehatan dasar tahun 2010 sekitar
13,0% masuk dalam kategori gizi kurang dan diantaranya sekitar 4,9% masuk
dalam kategori gizi buruk, sedangkan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013, terdapat 17,9% balita masuk dalam kategori gizi kurang dan 5,7% masuk
6,7
dalam kategori gizi buruk. Gizi buruk merupakan suatu keadaan anak yang
sangat kurus dengan berat badan dibanding panjang badan < -3 berdasarkan
standar deviasi (SD) dari median kurva WHO dan < -3 SD juga pada tabel Z-
score.6,7,8
Status gizi buruk dibagi menjadi 3 yaitu gizi buruk karena kekurangan
energi atau karbohidrat (marasmik), gizi buruk karena kekurangan protein
(kwashiorkor), dan bisa juga karena kekurangan dari keduanya (marasmik-
kwashiorkor).8,9Penilaian status gizi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi
penyakit-penyakit yang erat kaitannya dengan asupan gizi.7,9 Penilaian status gizi
saat ini merupakan komponen penting dari asuhan gizi pasien rawat jalan maupun
rawat inap di rumah sakit.7,8,9
Menurut Depkes 2003, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan
seseorang akibat ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi
yang dikonsumsi.9,10 Berdasarkan WHO NCHS status gizi dibagi menjadi empat:
Pertama, gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua,
gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk underweight yang
mencakup mild dan moderat, malnutrisi energi protein. Keempat, gizi buruk untuk
malnutrisi energi protein berattermasukmarasmik, kwashiorkordanmarasmik-
kwashiorkor.8,10
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Tuberkulosis paru
dengan efusi pleura kanan dan gizi buruk tipe marasmik.

3
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. T
Jenis kelamin : Perempuan
TTL :Palu, 01 Agustus 2008
Umur : 8 Tahun 8 Bulan 17 Hari
Agama : Islam
Nama ayah : Tn. R (40 tahun)
Nama ibu : Ny. Y
Pekerjaan ayah : Tani
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Sidera Lende, Tovea
Tanggal MRS : 15 Maret 2017
Diagnosis :Tuberkulosis paru dengan efusi pleura kanan
dan gizi buruk tipe marasmik

Pohon Keluarga

4
B. Anamnesis
Keluhan utama : Berat badan menurun
Riwayat penyakit sekarang :(Alloanamnesis dengan kakek pasien)
Pasien datang dengan keluhan berat badan menurun sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit.Berat badan pasien sebelum turun yaitu 26 kg dan
turun 7 kg menjadi 19 kg.Batuk (+) yang dialamisejak 2bulan yang
lalusebelum masuk rumah sakit, berlendir (+).Batuk pernah berhenti beberapa
minggu, namun batuk kembali.Batuk terutama saat malam hari.Sesak napas (+)
biasanya dirasakan ketika sedang batukdan berjalan.
Gejala ini juga disertai dengan demam (+)naik turun sejak 2 bulan yang
lalu sebelum masuk rumah sakit.Demamnya turun ketika diberikan obat
paracetamol, biasanya bebas demam 2-3 hari lalu naik kembali
demamnya.Menggigil (-), sakit menelan (-), sakit perut (-), mual (-), muntah
(-).BAB lancar dan BAK baik.Nafsu makan pasien semakin menurun saat
pertama kali sakit TB.Saat ini pasien sementara dalam pengobatan TB,
sekarang sudah sementara terapi lanjutan.
a Riwayat penyakit dahulu:
Sebelumnya pasien pernah mengalami batu-batuk dan pilek. Saat ini,
pasien sementara dalam tahap pengobatan, pengobatan fase lanjutan dan
tidak pernah putus meminum obat, teratur meminum obat setiap hari, setiap
hari meminum 4 butir obat, dan diminum setiap jam 07.00 wita.
b Riwayat penyakit keluarga :
Kakek dan nenek pasien tidak ada yang mengalami batuk-batukdan
tidak ada yang pengobatan 6 bulan.
c Riwayat kebiasaan dan lingkungan:
Pasien tinggal berenam dalam 1 rumah, pasien tinggalbersama kakek
dan neneknya sejak usia 5 tahun, lingkungan tempat tinggalnya merupakan
lingkungan yang padat penduduk dan berada dipinggir jalan raya. Status
sosial ekonomi anak masuk dalam kategori rendah.Dimana pekerjaan bapak
dan kakeknya seorang petani, sedangkan nenek dan ibunya seorang ibu
rumah tangga.Penghasilan yang di dapat 500.000 per bulan.Ventilasi
5
rumahnya terbuka dan tidak dipasangkan kasa jarring serta jarang sekali
dibersihkan.Lingkungannya juga jarang dibersihkan, karena rumahnya
berada dipinggir jalan (jalan poros).Penerangan di dalam rumahnya redup,
tidak terlalu terang.
d Riwayat kehamilan:
Kakek dan nenek pasien tidak mengetahui mengenai riwayat
kehamilan.
e Riwayat persalinan:
G2P2A0, pasien lahir normaldi Puskesmasditolong oleh bidan, cukup
bulan.Pasien juga tidak mengetahui berat badan lahir dan panjang badan
lahir pasien.
f Riwayat nutrisi:
Pasien mengonsumsi ASI sejak lahir dan tidak diketahui sampai usia
berapa pasien meminum ASI. Pasien makan 3 kali dalam sehari dengan
porsi yang sedikit, lauk yang sedikit dan jarang sekali memakan sayur,
kalaupun makan sayur hanya sedikit sekali, pasien juga selalu tidak
menghabiskan makanannya dan banyak menyisakan makanannya.Pasien
lebih sering jajanan dipinggir jalan.
g Riwayat imunisasi :
Kakek dan nenek pasien tidak mengetahui mengenai riwayat
imunisasi dari pasien.

C. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan :133 cm
Status gizi : CDC

BB/U :BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67% (severe underweight)


BB ideal 28
TB/U :TB aktual x 100% = 133 x 100 % = 100% (normoheight)
TB ideal 133
BB/TB :BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67% (gizi buruk)
BB ideal 28
6
Tanda vital :
Suhu : 36,8oC
Denyut nadi : 96 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Kulit : sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), eritema (-), turgor (+)
cepat kembali, kulit kering (+), penipisan lemak subkutan
(+),

Kepala : Normocephal, wajah old face


Mata : Konjunctiva anemis (+/+), ikterik (-/-), cekung (+/+)
Hidung : Sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir kering (+)
Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Faring hiperemis (-)
Leher :Pembesaran kelenjar getah bening (+) di regio submandibula
dextra et sinistra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral
Retraksi (-), iga gambang (+)
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan menurun, kiri normal.
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru kiri, pada paru kanan
terdengar sonor tetapi pada SIC 6 terdengar redup.
Auskultasi : Vesikuler (+/+) pada paru kanan vesikuler berkurang,
Rhonki basah kasar (+/+),Wheezing(-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercosta V linea midclavicula
Sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea parasternalis dextra
Batas kanan : SIC IV linea parasternalis dextra

7
Batas kiri bawah : SIC V linea axillaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar (-) dinding dada > dinding perut , massa (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Ekstremitas :
Ekstremitas akral hangat : + + , Edema : - -
+ + - -
Wasting + +
+ +
Baggy pants (+)

Arteri dorsalis Pedis : teraba kuat

Capillary refill time : < 2 detik

D. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
Paramete Hasil Nilai Normal Keterangan
r
WBC 3,00 x 103/uL 4,8 10,8 x 103/uL
RBC 3,44 x 106/uL 4,7 6,1 x 106/uL
HGB 9,3 g/Dl 14 18 g/dL
HCT 26,9 % 42 52 %
PLT 263 x 103/uL 150 450 x 103/uL N
MCV 78,0 fL 80 - 89 fL
MCH 27,2 pg 27 - 31 pg N
MCHC 34,7 g/dL 33 - 37 g/dL N
2) Pemeriksaan Foto Thoraks
Sudah pemeriksaan 1 kali dan hasilnya positif (Hasil fotonya tidak
dibawa).
3) Skoring TB
Jumlah :skor 6
Catatan : Untuk uji tuberkulin saat ini tidak dilakukan.

8
E. Resume
Pasien datang dengan keluhan berat badan menurun sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit.Berat badan pasien sebelum turun yaitu 26 kg
dan turun 7 kg menjadi 19 kg.Batuk (+) yang dialami sejak 2 bulan yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, berlendir (+).Batuk pernah berhenti
beberapa minggu, namun batuk kembali.Batuk terutama saat malam
hari.Sesak napas (+) biasanya dirasakan ketika sedang batuk dan berjalan.
Gejala ini juga disertai dengan demam (+) naik turun sejak 2 bulan
yang lalu sebelum masuk rumah sakit.Demamnya turun ketika diberikan
obat paracetamol, biasanya bebas demam 2-3 hari lalu naik kembali
demamnya.BAB lancar dan BAK baik.Nafsu makan pasien semakin
menurun saat pertama kali sakit TB.Saat ini pasien sementara dalam
pengobatan TB, sekarang sudah sementara terapi lanjutan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum sakit sedang,
kesadaran komposmentis, berat badan 19 kg, tinggi badan 133 cm, status
gizi : gizi buruk.Tanda-tanda vital, suhu : 36,8 oC, denyut nadi: 96
x/menit, , pernapasan : 28 x/menit. Tampak kulit kering (+), penipisan
lemak subkutan (+), wajah old face (+), pembesaran kelenjar getah bening
cervical anterior (+), baggy pants (+), wasting (+).Pada pemeriksaan
inspeksi dada didapatkan iga gambang (+), pada palpasi didapatkan vocal
fremitus pada paru kanan menurun, pada perkusi juga terdengar redup pada
SIC 6 paru kanan dan saat diauskultasi paru terdengar vesikuler menurun
pada paru kanan serta rhonki basah kasar(+/+). Didapatkan juga baggy pants
(+) dan wasting (+).
Padapemeriksaanlaboratorium hematologididapatkanleukopenia,
anemia.Pemeriksaan kimia darah didapatkan GDS normal serta elektrolit
untuk kalium dan klorida dalam batas normal, namun natriumnya rendah
(hiponatremia).Hasil foto thoraks positif.Skoring TB menunjukkan hasilnya
skornya yaitu 6.

F. Diagnosis kerja :
9
1. Tuberkulosis paru dengan efusi pleura kanan
2. Gizi buruk tipe marasmus.

G. Terapi :
Pengobatan OAT (4 RH) : (KDT)
Rifampisin : 75 mg
4 tablet
Isoniazid : 50 mg

10 tatalaksana gizi buruk :


1. Mengatasi hipoglikemi : 113 (80-199) mg/dL = teratasi
2. Mengatasi hipotermi : 36,8 oC = teratasi
3. Mengatasi dehidrasi : tanpa dehidrasi karena pasien tidak
merasa haus = teratasi
4. Mengatasi gangguan elektrolit = teratasi
Natrium : 134,58 mmol/L
Kalium : 3,57 mmol/L
Klorida : 98,25 mmol/L
5. Mengobati infeksi :
Kotrimoksazol 480 mg, 2 kali sehari

6. Memperbaiki gizi mikro :


Asam folat 5 mg/hari
7. Memberikan makanan untuk fase stabilisasi
a. Kalori : 100 kkal/kgBB/hari ( 100 x BB ideal = 100 x 28 = 2800
kkal/hari ).
b. Cairan : 130-150 ml/kgBB/hari ( 130 x BB aktual = 130 x 19 = 2470
ml/hari)
F 75 : 8 x 350 ml
8. Makanan untuk tumbuh kejar
F 100 : 150-220 ml/kgBB/hari
150 xBB aktual = 150 x 19 = 350 ml (bisa diberikan 8 kali atau 3 jam
sekali).
9. Stimulasi tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku karenanya harus diberikan :
a. Kasih saying
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit/hari
d. Aktivitas fisik segera setela sembuh
10
e. Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan
sebagainya)
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah.
a. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD, dapat dikatakan anak
sembuh
b. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah setelah dipulangkan
c. Menyarankan orang tua untuk :
1. Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering
2. Membawa anak untuk periksa kembali (kontrol) :
a. Bulan I :1 x/minggu
b. Bulan II : 1x/2 minggu
c. Bulan III-VI : 1x/bulan
3. Pemberian imunisasi kembali (booster)
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali

H. Anjuran :Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum


Uji Tuberkulin
Foto thorax

Follow Up

Hari/Tanggal: Senin, 17April 2017


S Perawatan hari ke-1,
Demam (-), kejang (-), sakit kepala (-), sesak (+), batuk
(+) berlendir (+), sakit menelan (-), flu (-), sakit perut (-),
mual (-), muntah (-).
BAB biasa
BAK lancer
O Keadaan umum: SakitSedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut nadi : 96 x/menit, kuatangkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu tubuh : 36,80C
Berat badan : 19 kg
Tinggi badan : 133 cm
11
Status gizi : CDC
BB/U : BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67%
BB ideal 28
(severe underweight)

TB/U : TB aktual x 100% = 133 x 100 % = 100%


TB ideal 133
(normoheight)

BB/TB : BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67%


BB ideal 28
(gizi buruk)

Kulit : sianosis (-), ikterus (-), pucat (-),


eritema (-), turgor (+) melambat,
kulit kering (+), penipisan lemak
subkutan (+),

Kepala : Normocephal (+), wajah old face


(+).
Mata : konjunctiva anemis (+/+), ikterik
(-/-), cekung (+/+)
Hidung : Sekret (-/-), pernapasan cuping
hidung (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir kering
(+)
Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Faring hiperemis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) di
region submandibula dextra et
sinistra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Paru :

12
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
bilateral, Retraksi (-), iga gambang (+)
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan
menurun, dan paru kiri normal
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
kiri, lapang paru kanan redup di SIC 6
Auskultasi : Vesikuler (+/+) paru kanan
menurun, Rhonki basah kasar (+/+), Wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercosta
V linea midclaviculasinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea
parasternalis dextra
Batas kanan : SIC IV linea
parasternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V linea
axillaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni
reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi : Datar (-) dinding dada > dinding
perut , massa (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)

Genitalia : Tidak ada kelainan.

Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-)

13
Arteri dorsalis Pedis : teraba kuat

Capillary refill time : < 2 detik

Wasting (+)

Baggy pants (+)

A Tuberkulosis parudengan efusi pleura


gizi buruktipe marasmus
P Pengobatan OAT (4 RH) :
Rifampisin : 75 mg
4 tablet
Isoniazid : 50 mg

10 tatalaksana gizi buruk :


1. Mengatasi hipoglikemi : 113 (80-
199) mg/dL = teratasi
2. Mengatasi hipotermi : 36,8 oC =
teratasi
3. Mengatasi dehidrasi : tanpa
dehidrasi karena pasien tidak merasa haus =
teratasi
4. Mengatasi gangguan elektrolit =
teratasi
Natrium : 134,58 mmol/L
Kalium : 3,57 mmol/L
Klorida : 98,25 mmol/L
5. Mengobati infeksi :
Kotrimoksazol
6. Memperbaiki gizi mikro :
Asam folat 5 mg/hari
7. Memberikan makanan untuk fase
stabilisasi
c. Kalori : 100 kkal/kgBB/hari ( 100 x BB ideal
= 100 x 28 = 2800 kkal/hari ).
14
d. Cairan : 130-150 ml/kgBB/hari ( 130 x BB
aktual = 130 x 19 = 2470 ml/hari)
F 75 : 8 x 350 ml
8. Makanan untuk tumbuh kejar
F 100 : 150-220 ml/kgBB/hari
151 x BB aktual = 150 x 19 = 350 ml (bisa
diberikan 8 kali atau 3 jam sekali).
9. Stimulasi tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan
perkembangan mental dan perilaku karenanya
harus diberikan :
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15-30
menit/hari
d. Aktivitas fisik segera setela sembuh
e. Keterlibatan ibu (memberi makan,
memandikan, bermain dan sebagainya)
10. Persiapan untuk tindak lanjut di
rumah.
a. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD,
dapat dikatakan anak sembuh
b. Pola pemberian makan yang baik dan
stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
setelah dipulangkan
c. Menyarankan orang tua untuk :
1. Memberikan makanan
dengan porsi kecil dan sering
2. Membawa anak untuk
periksa kembali (kontrol) :
d. Bulan I :1 x/minggu
e. Bulan II : 1x/2 minggu
f. Bulan III-VI : 1x/bulan
2. Pemberian imunisasi kembali (booster)
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6
bulan sekali

Hari/Tanggal: Selasa, 18 April 2017


S Perawatan hari ke-2,
15
Demam (-), kejang (-), sakit kepala (-), sesak (+), batuk
(+) berlendir (+), sakit menelan (-), flu (-), sakit perut (-),
mual (-), muntah (-).
BAB biasa
BAK lancer
O Keadaan umum: SakitSedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut nadi : 110 x/menit, kuatangkat
Respirasi : 42 x/menit
Suhu tubuh : 36,50C
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 133 cm
Status gizi : CDC
BB/U : BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67%
BB ideal 28
(severe underweight)

TB/U : TB aktual x 100% = 133 x 100 % = 100%


TB ideal 133
(normoheight)

BB/TB : BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67%


BB ideal 28
(gizi buruk)

Kulit : sianosis (-), ikterus (-), pucat (-),


eritema (-), turgor (+) cepat
kembali, kulit kering (+),
penipisan lemak subkutan (+),

Kepala : Normocephal (+), wajah old face


(+).
Mata : konjunctiva anemis (+/+), ikterik

16
(-/-), cekung (+/+)
Hidung : Sekret (-/-), pernapasan cuping
hidung (-/-)
Telinga : Sekret (-/-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, bibir kering
(+)
Tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Faring hiperemis (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (+) di
region submandibula dextra et
sinistra
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
bilateral, Retraksi (-), iga gambang (+)
Palpasi : Vocal fremitus paru kanan
menurun, dan paru kiri normal
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru
kiri, lapang paru kanan redup di SIC 6
Auskultasi : Vesikuler (+/+) paru kanan
menurun, Rhonki basah kasar (+/+), Wheezing (-/-)

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercosta
V linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas atas : SIC II linea
parasternalis dextra
Batas kanan : SIC IV linea
parasternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V linea
axillaris anterior
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni

17
reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi : Datar (-) dinding dada > dinding
perut , massa (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)

Genitalia : Tidak ada kelainan.

Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)

Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-)

Arteri dorsalis Pedis : teraba kuat

Capillary refill time : < 2 detik

Wasting (+)

Baggy pants (+)

A Tuberkulosis parudengan efusi pleura


gizi buruktipe marasmus
P Pengobatan OAT (4 RH) :

Rifampisin : 75 mg
4 tablet
Isoniazid : 50 mg

10 tatalaksana gizi buruk :


1. Mengatasi hipoglikemi : 113 (80-

18
199) mg/dL = teratasi
2. Mengatasi hipotermi : 36,8 oC =
teratasi
3. Mengatasi dehidrasi : tanpa
dehidrasi karena pasien tidak merasa haus =
teratasi
4. Mengatasi gangguan elektrolit =
teratasi
Natrium : 134,58 mmol/L
Kalium : 3,57 mmol/L
Klorida : 98,25 mmol/L
5. Mengobati infeksi :

Kotrimoksazol
6. Memperbaiki gizi mikro :
Asam folat 5 mg/hari
7. Memberikan makanan untuk fase
stabilisasi
e. Kalori : 100 kkal/kgBB/hari ( 100 x BB ideal
= 100 x 28 = 2800 kkal/hari ).
f. Cairan : 130-150 ml/kgBB/hari ( 130 x BB
aktual = 130 x 19 = 2470 ml/hari)
F 75 : 8 x 350 ml
8. Makanan untuk tumbuh kejar
F 100 : 150-220 ml/kgBB/hari
152 x BB aktual = 150 x 19 = 350 ml (bisa
diberikan 8 kali atau 3 jam sekali).
9. Stimulasi tumbuh kembang
Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan
perkembangan mental dan perilaku karenanya
harus diberikan :
f. Kasih sayang
g. Lingkungan yang ceria
h. Terapi bermain terstruktur selama 15-30
menit/hari
i. Aktivitas fisik segera setela sembuh
j. Keterlibatan ibu (memberi makan,
memandikan, bermain dan sebagainya)
10. Persiapan untuk tindak lanjut di

19
rumah.
d. Bila gejala klinis dan BB/TB-PB > -2 SD,
dapat dikatakan anak sembuh
e. Pola pemberian makan yang baik dan
stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
setelah dipulangkan
f. Menyarankan orang tua untuk :
1. Memberikan makanan
dengan porsi kecil dan sering
2. Membawa anak untuk
periksa kembali (kontrol) :
g. Bulan I :1 x/minggu
h. Bulan II : 1x/2 minggu
i. Bulan III-VI : 1x/bulan
2. Pemberian imunisasi kembali (booster)
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6
bulan sekali

DISKUSI

Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium


tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.1,2
Pada tahun 2000, terdapat 8,3 juta kasus baru TB di dunia dan 10,7
diantaranya terjadi pada anak-anak; 75% kasus TB anak tersebut terjadi di Negara
20
berkembang. Termasuk Indonesia. Di Indonesia, TB terjadi pada 23 orang per
100.000 anak. 2,4

Faktor risiko :2
1. Faktor risiko infeksi TB : kontak TB positif, daerah
endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (hygiene dan sanitasi
tidak baik).
2. Faktor risiko sakit TB : faktor usia (anak berusia < 5 tahun
memiliki risiko lebih tinggi; terkait imunitas yang belum sempurna),
malanutrisi, kondisi immunocompromised (HIV, keganasan, transplantasi
organ, pengobatan imunosupresi), serta sosioekonomi rendah dan
lingkungan padat.

Patogenesis TB

21
Catatan :
4

1.

Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadic (occult hematogenic


spread) .kuman TB kemudian membuat focus koloni diberbagai organ
dengan vaskularisasi yang baik. Focus ini berpotensi mengalami
reaktivitas di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari focus primer (1), limfangitis (2), dan
limfadenitis (3).
3. TB primer adalah proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran
hematogen, terbentuknya kompleks primer dan imunitas selular spesifik,
hingga pasien mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer.

22
4. Sakit TB pada keadaan ini disebut TB pascaprimer karena mekanismenya
bisa melalui proses reaktivitas focus lama TB (endogen) atau reinfeksi
(infeksi sekunder dan seterusnya) oleh kuman TB dari luar (eksogen).

Penegakkan diagnosis TB Paru ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan


fisis, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat penting
mengingat diagnosis TB Paru pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.
Pada kasus, pasien ini anak perempuan berumur 8 tahun 8 bulan 17 hari
memiliki keluhan berupa batuk yang berlendir dialami sudah 2 bulan yang lalu,
serta mengalami demam yang tidak menentu sejak 2 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Sebelumnya, kakek dan nenek pasien juga menyangkal bahwa
tidak ada yang mengalami batuk-batuk lama di dalam rumah maupun
keluarganya, sehingga tidak diketahui dengan jelas penyebabnya ada kontak
langsung dengan yang mengalami batuk lama atau tidak.Adanya penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan 7 kg dari 26 kg menjadi 19 kg.Dari keluhan
tersebut ini merupakan beberapa gejala respiratoti dari TB Paru.
Demam pertama turun setelah pemberian obat penurun panas, kemudian
timbul kembali. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk pada
awalnya batuk kering (non-produktif) kemudian batuk menghasilkan sputum
(tanda sudah ada peradangan). Pada kasus ini juga anak merasakan sesak napas.
Pada kasus ini, pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
suhu: 36,8oC, nadi: 96 kali/menit, respirasi : 28 kali/menit. Skor TB didapatkan
yaitu 6. Didapatkan pembesaran kelenjar getah bening di cervical (+) dan rhonki
(+/+). Temuan-temuan ini sudah sesuai dengan teori menyangkut gambaran klinis
TB paru.

Skoring TB :

23
Dari hasil skoring TB di dapatkan skor 6 yaitu :
a. Berat badan termasuk dalam gizi buruk = 2
b. Demam tanpa sebab = 1
c. Batuk = 1
d. Pembesaran kelenjar getah bening = 1
e. Hasil foto thoraks positif = 1
Dimana skor > 6 hasil skoring positif.Tanpa dilakukan tes uji
tuberkulin.Sehingga pada pasien ini didiagnosis TB dan diberikan terapi OAT.
Pada kasus ini juga, didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium hematologi
rutin menunjukkan :
Jenis Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
Komponen
WBC 3,00 - 4,0 10,0 103/l
RBC 3,44 - 4,50 6,50 106/l
HGB 9,3 - 13 17 g/dl
HCT 26,9 - 40,5 54,0 %
PLT 263 N 150 500 103/l

Pada pemeriksaan foto thoraks memperlihatkan bahwa pasien ini menderita


TB Paru.
Ciri khas TB paru pada anak adalah limfadenitis hilus yang relatif besar dan
penting dibandingkan dengan fokus parenkim awal dengan ukuran yang kurang,

24
dulu dikenal sebagai kompleks Ghon (dengan atau tanpa kalsifikasi dari kelenjar
limfe).1,2,4
Pada kasus ini juga didapatkan adanya efusi pleura dengan pemeriksaan
perkusi pada thoraks terdapat redup pada paru kana SIC 6.Ini bisa terjadi karena
adanya infeksi pada bakteri.Keadaan ini juga bisa diakibatkan oleh
tuberculosis.Biasa terjadi pada lapisan pleura viseral. Pada TB, adhesi ini
berkembang dengan cepat, dan pleura sering menebal.
Adapun faktor risiko infeksi TB pada kasus ini adalah belum diketahui,
karena keluarga pasien menyangkal bahwa tidak ada yang mengalami batuk-batuk
lama ataupun dalam pengobatan 6 bulan di dalam rumah maupun di keluarganya..
Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa
disekitarnya, karena kuman TB sangat jarang ditemukan didalam sekret
endobronkhial pasien anak. Selain itu, jumlah kuman TB anak biasanya sedikit
(pausibasiler), tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah yang sedikit
tersebut sudah mampu menyebabkan sakit. Selain itu, lokasi infeksi primer yang
kemudian berkembang menjadi sakit TB primer biasanya terjadi di daerah
parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga tidak terjadi sputum.4,6
Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan
profilaksis (pencegahan). Prinsip pengobatan TB pada anak:1,2,4
- OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat
- Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan
- pengobatan TB dibagi 2 tahap:
o tahap intensif, selama 2 bulan pertama
o tahap lanjutan, 4-10 bulan selanjutnya.
- pasien TB dengan gejala klinis berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal, dirujuk ke fasilitas yankes rujukan
- pada kasus TB tertentu, sepeti TB milier, efusi pleura TB, meningitis TB
diberikan prednisone 1-2 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis
- panduan OAT untuk anak di Indonesia:
o kategori 3 macam obat : 2HRZ/4HR
o kategori 4 macam obat : 2HRZE/4-10HR
- panduan OAT kategori anak diberikan dalam bentuk KDT (kombinasi
dosis tetap)

25
Tabel 1. OAT yang biasa dipakai, dosis dan efek sampingnya 4

Nama Obat Dosis harian Dosis maksimal Efek samping


(mg/kgbb/hari) (mg/hari)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis
perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 Gangguan GI, reaksi
kulit, hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim
hati, cairan tubuh
berwarna orange
kemerahan
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksisitas hepar,
arthralgia, gangguan
GI
Etambutol (E) 20 (15-25) - Neuritis optic, visus
berkurang, buta
warna merah hijau,
hipersensitivitas GI
Streptomisin (S) 15-40 1000 Ototoksik,
nefrotoksik

Dosis Kombinasi pada TB Anak 1

Berat Badan (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150 mg) 4 bulan RH (75/50 mg)

57 1 tablet 1 tablet

8 11 2 tablet 2 tablet
26
12 16 3 tablet 3 tablet

17 22 4 tablet 4 tablet

23 30 5 tablet 5 tablet

>30 OAT dewasa

Tatalaksana pencegahan dengan isoniazid :1


Sekitar 50-60 % anak yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan
BTA (+), akan terinfeksi TB juga. Kira-kira 10% dari jumlah tersebut akan
mengalami sakit TB. Infeksi pada anak kecil berisiko tinggi menjadi TB berat
(misalnya TB meningitis atau TB milier) sehingga diperlukan pemberian
kemoprofilaksis untuk mencegah terjadinya sakit TB.
Cara pemberian isoniazid untuk pencegahan sesuai dengan table berikut :
Umur HIV Hasil Pemeriksaan Tatalaksana
Balita (+)/(-) Infeksi laten TB INH profilaksis
Balita (+)/(-) Kontak (+), Uji tuberculin (-) INH profilaksis
> 5 tahun (+) Infeksi laten TB INH profilaksis
> 5 tahun (+) Sehat INH profilaksis
> 5 tahun (-) Infeksi laten TB Observasi
> 5 tahun (-) Sehat Observasi
Keterangan :
1. Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB
(7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
2. Setiap bulan (saat pengambilan obat isoniazid) dilakukan pemantauan
terhadap adanya gejala TB. Jika terdapat gejala TB pada bulan ke-2,
ke-3, ke-4, ke-5 atau ke-6, maka harus segaera ditukar ke regimen
terapi TB anak dimulai dari awal.
3. Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala
TB selama 6 bulan pemberian), maka rejimen isoniazid profilaksis
dapat dihentikan.
4. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu
diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
27
Pelaksanaan uji tuberculin :1,4
A. Persiapan penyuntikan tuberculin
1. Bahan (antigen) yang digunakan untuk uji tuberculin di Indonesia yaitu
Purified Protein Derivative atau biasanya disingkat dengan PPD. PPD
yang digunakan adalah PPD RT 23 dengan Tween 80.
2. Tulislah tanggal pada setiap vial dari PPD pada waktu PPD tersebut
dibuka. Jangan menggunakan PPD yang sudah dibuka lebih dari 30 hari.
3. PPD harus disimpan di tempat yang dingin (suhu 2 8 derajat Celcius)
yaitu dalam refrigrator (lemari es) atau dalam cool-box atau vaccine-
carrier dengan cool-pack. Jangan menyimpan dalam freezer sebab PPD
tidak boleh beku. PPD yang beku, tidak dapat digunakan untuk Uji
Tuberkulin dan harus dibuang.
4. Simpanlah PPD ditempat yang terlindung dari sinar matahari. Jika PPD
tersebut terpapar dengan sinar matahari untuk suatu jangka waktu yang
lama, PPD tersebut tidak dapat digunakan lagi.
5. Alat suntik (semprit) yang digunakan untuk uji tuberkulin ini adalah
semprit sekali-pakai khusus untuk tuberkulin yaitu semprit 1 cc dengan
jarum 26 27 gauge yang panjangnya 1 cm dan 20o bevel.
Cara melakukan uji tuberkulin 1,4
1. Cara mengambil Tuberkulin PPD dari vial:
a. Tusukkan jarum secara vertikal ke dalam vial
b. Ambil tuberkulin PPD sebanyak 0,1 ml dengan cara membalik vial
kemudian cabut jarum dari vial.
c. Ganti jarum dengan yang baru (ukuran No 26/ 27 G). Jarum yang sudah
digunakan untuk mengambil PPD dari vial tidak boleh digunakan untuk
menyuntikkan PPD tersebut.
2. Pemilihan lokasi penyuntikan , a dan antisepsis
a. Lokasi pada volar lengan bawah 5-10 cm di bawah lipatan siku atau daerah
1/3 tengah dari lengan bawah
b. Pilih area yang bersih dari luka, lesi kulit atau jaringan parut
c. Lakukan asepsis dan antisepsis dengan kapas alcohol
3. Penyuntikan secara intra kutan / intra dermal
28
a. Masukkan jarum secara perlahan, lubang ujung jarum menghadap ke atas,
membentuk sudut 515 dengan permukaan lengan.
b. Lubang ujung jarum harus masuk tepat di dalam permukaan kulit (sampai
sebatas lubang ujung jarum).
4. Pengecekan suntikan
a. Setelah dilakukan injeksi yang benar, akan terlihat intradermal wheal
(penonjolan di tempat penyuntikkan berwarna pucat dengan gambaran
pori-pori seperti kulit jeruk) dengan diameter 56mm.
b. Setelah jarum suntik dicabut, daerah penyuntikkan jangan diusap atau
ditekan dengan kapas atau alat lain.
c. Jika tidak berhasil (tidak terlihat intradermal wheal), lakukan ulangan pada
lokasi paling sedikit berjarak 5 cm dari tempat suntikan sebelumnya.
d. Jangan dilingkari dengan pulpen/spidol, karena dapat menghalangi
pembacaan hasil. Data-data dicatat di dalam catatan medis.
5. Pencatatan data
a. Catat data yang diperlukan pada catatan medis, yaitu berupa tanggal dan jam
dilakukannya penyuntikan, lokasi penyuntikan dan nomer lot PPD.

Interpretasi hasil Uji Tuberkulin 1,4


Tabel Hasil Pembacaan Uji Tuberkulin
Pembacaan Indurasi Penafsiran

Negatif 0-4 Tidak ada infeksi


Sedang dalam masa inkubasi
Anergi
Positif meragukan 5-9 Infeksi M.Atipik
BCG
Infeksi TB alamiah
Kesalahan teknis

29
Positif 10 - 14 Infeksi TB alamiah
BCG
Infeksi M atipik
15 Sangat mungkin infeksi TB
alamiah

Komplikasi TB paru:1,2,4
a. Tuberkulosis meningitis (sistem saraf pusat)
b. Tuberkulosis kulit (Skrofuloderma)
c. Tuberkulosis Milier
d. Tuberkulosis kelenjar (kelenjar limfe superficial)
e. Tuberkulosis Pleura (Efusi pleura)
f. Tuberkulosis jantung (pericarditis TB)
g. Tuberkulosis peritonitis (Abdomen)
h. Tuberkulosis ginjal
i. Tuberkulosis tulang/sendi

Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu,


keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya.
Prognosis bisa membaik bila pengobatannya lebih cepat ditangani dan
pengobatannya teratur.1,2

GIZI BURUK
Pada gizi buruk didapatkan tiga bentuk klinis yaitu kwashiorkor,
marasmus, dan marasmik-kwashiorkor.6
Kwashiorkor atau malanutrisi edematosa, adalah keadaan gizi buruk yang
terutama disebabkan oleh kurangnya asupan protein.Sementara marasmus
merupakan malanutrisi non-edematosa dengan wasting berat yang disebabkan
terutama kurangnya asupan energi atau gabungan kurangnya asupan energi dan
asupan protein. Apabila anak menunjukkan karakteristik dari kedua kondisi di
atas, yaitu adanya edema disertai wasting, maka kondisi gizi buruk ini disebut
marasmik-kwashiorkor.6,8
Pemeriksaan fisis pada anak dengan gizi buruk :
1. Kwashiorkor 6

30
a. perubahan mental sampai apatis
b. Anemia
c. Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut atau rontok
d. Gangguan sistem gastrointestinal
e. Pembesaran hati
f. Perubahan kulit (dermatosis)
g. Atrofi otot
h. Edema simetris pada kedua punggung kaki dapat sampai seluruh tubuh.

2. Marasmus 6

a. Penampilan wajah seperti orang tua (old face), terlihat sangat kurus
b. Perubahan mental, cengeng
c. Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput
d. Lemak subkutan menipis hingga turgor kulit berkurang
e. Otot atrofi sehinggga kontur tulang terlihat jelas
f. Bradikardia (kadang-kadang)
g. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak yang sehat.

3. Marasamik-kwashiorkor
31
Terdapat tanda dan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor secara
bersamaan.

1q :11
1. Kondisi I :
Jika ditemukannya : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare atau
dehidrasi.
Berikan rencana terapi I
2. Kondisi II :
Jika ditemukannya : letargi, muntah dan atau diare atau dehidrasi.
Berikan rencana terapi II
3. Kondisi III :
Jika ditemukannya : muntah dan atau diare atau dehidrasi.
Berikan rencana terapi III
4. Kondisi IV :
Jika ditemukannya : letargi.
Berikan rencana terapi IV.
5. Kondisi V :
Jika tidak ditemukannya : renjatan (syok), letargi, muntah dan atau diare
atau dehidrasi.
Berikan rencana terapi V.

Pada kasus ini gizi buruk yang dialami pasien termasuk gizi buruk dalam
kondisi V karena tidak ditemukannya renjatan (syok), letargi, muntah dan atau
diare atau dehidrasi. Tipe untuk gizi buruk ini yaitu marasmus karena pada pasien
ditemukannya penampilan wajah seperti orang tua (old face), terlihat sangat
kurus, kulit kering dan mengendor serta keriput, lemak subkutan menipis, otot
atrofi sehinggga kontur tulang terlihat jelas.Sehingga pada pasien ini masuk dalam
kategori gizi buruk kondisi V dengan tipe marasmus.
Hal ini berdasarkan perhitungan status gizi dengan menggunakan CDC
.Berdasarkan grafik CDC, pengukuran status gizi dilihat dari tiga penilaian, yakni
Berat Badan/Umur, Tinggi Badan/Umur, dan Berat Badan/Tinggi Badan.

Perhitungan untuk pasien ini:

BB/U :BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67% (severe underweight)

32
BB ideal 28
TB/U :TB aktual x 100% = 133 x 100 % = 100% (normoheight)
TB ideal 133
BB/TB :BB aktual x 100% = 19 x 100 % = 67% (gizi buruk)
BB ideal 28

Gizi buruk terdiri dari lima kondisi sesuai dengan keadaan dan gejala klinik
pasien saat ini dinyatakan sebagai pasien gizi buruk. Pada kasus ini, anak
termasuk dalam gizi buruk kondisi V karena tidak menunjukkan tanda bahaya,
sehingga dapat dilakukan rencana terapi V, yaitu: 11
- Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% oral
- 2 jam pertama:
Berikan F75 setiapa 30 menit, dari dosis untuk 2 jam sesuai berat
badan.
Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian F75 setiap 30 menit.
- Jika membaik, maka 10 jam berikutnya.
Teruskan pemberian F75 setiap 2 jam.
Catat denyut nadi, frekuensi napas dan asupan F75
Bila anak mesih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
- Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian F75 mejadi tiap 3
jam
Bila anak mesih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
- Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian F75 menjadi tiap
4 jam.
Bila anak mesih menetek, berikan ASI antara pemberian F75

Dengan berbagai komplikasi yang memperburuk kondisi penderita gizi


buruk, maka dianjurkan untuk melakukan 10 langkah menangani gizi buruk
yaitu:11

1). Mencegah dan mengatasi hipoglikemia


2). Mencegah dan mengatasi hipotermia
3). Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4). Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
5). Mengobati infeksi

33
6). Memperbaiki kekurangan mikronutrien
7). Memberikan makanan pada fase stabilisasi dan transisi
8). Memberikan makanan untuk tumbuh kejar pada fase rehabilitasi
9). Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10). Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

KESIMPULAN

1 Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB pada anak terjadi pada anak
usia 0-14 tahun.
2 Kuman Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang ke orang lain oleh
percikan udara (respiratory droplets) yang terhirup ketika individu yang
sakit batuk, bersin, tertawa, menguap, ataupun bernapas.
3 Faktor risiko penularan TB pada anak sama halnya dengan TB pada
umumnya, tergantung dari tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan
tubuh.
34
4 Penegakkan diagnosis TB Paru ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat
penting mengingat diagnosis TB Paru pada anak sebagian besar ditegakkan
secara klinis.
5 Prinsip pengobatan TB pada anak:
a. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat
b. Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan
c. pengobatan TB dibagi 2 tahap:
1 tahap intensif, selama 2 bulan pertama
2 tahap lanjutan, 4-10 bulan selanjutnya.
d. panduan OAT untuk anak di Indonesia:
1. kategori 3 macam obat : 2HRZ/4HR
2. kategori 4 macam obat : 2HRZE/4-10HR
6 Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang tidak normal di dalam
rongga pleura yang diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang
berlebihan dari permukaan pleura.Eksudat adalah bila efusi pleura
disebabkan oleh penyakit lokal di rongga toraks sedangkan transudat bila
efusi pleura disebabkan oleh penyakit sistemik.

7 Gizi buruk merupakan salah satu spectrum dari kelainan yang disebut
malanutrisi energi protein (MEP).
8 Status gizi buruk dibagi menjadi 3 bagian yakni gizi buruk karena
kekurangan energi atau karbohidrat (marasmus), gizi buruk karena
kekurangan protein (kwashiorkor), dan kekurangan keduanya.
9 Pada gizi buruk terbagi atas v kondisi.
10 Perhitungan status gizi yaitu dengan menggunakan CDC. Berdasarkan
grafik CDC, pengukuran status gizi dilihat dari tiga penilaian, yakni Berat
Badan/Umur, Tinggi Badan/Umur, dan Berat Badan/Tinggi Badan.
11 10 langkah menangani gizi buruk yaitu:
1). Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
2). Mencegah dan mengatasi hipotermia
3). Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4). Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
5). Mengobati infeksi
6). Memperbaiki kekurangan mikronutrien
7). Memberikan makanan pada fase stabilisasi dan transisi
8). Memberikan makanan untuk tumbuh kejar pada fase rehabilitasi
9). Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10). Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

35
DAFTAR PUSTAKA

1 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan


Dokter Indonesia. IDAI : Jakarta. 2009.
2 Mardante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, dan Behrman RE. Ilmu Kesehatan
Anak Esensial. Edisi Keenam.Elseveir. 2014.
3 Price dan Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. EGC : Jakarta. 2013.
4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Manajemen
dan Tatalaksana TB Anak. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit : Jakarta. 2016.
5 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan : Jakarta. 2014
6 Chris Tanto, Frans Liwang dan Sonia hanifati. Kapita selekta Kedokteran.
Edisi IV. Media Aesculapius : Jakarta. 2014
7 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Anak
Gizi Buruk. Bakti Husada : Jakarta. 2011
8 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. IDAI : Jakarta.
2011
9 DEPKES RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Departement
Kesehatan Repbulik Indonesia : Jakarta.. 2009
10 DEPKES RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Departement
Kesehatan Repbulik Indonesia : Jakarta. 2009

36
11 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bagan Tatalaksana Anak Gizi
Buruk Buku I. Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan kesehatan Ibu dan Anak :
Jakarta. 2011

37

Anda mungkin juga menyukai