Anda di halaman 1dari 8

THT

PEMICU 6

1. Kulit meatus akustikus eksternus ditandai edem dan eritem yg rasa tidak nyaman,
gatal, ottorea yg purulen, debris di meatus, adanya discharge. Diagnosis? Otitis
eksternus
2. Etiologi kasus di atas? Pseudomonas sp
3. Rasa penuh, dan gatal di telinga lalu edem berlanjut, invasi organisme. Tahap apa?
Pre-inflamatory
4. Penebalan eksudat progresif, edem makin parah, obliterasi lumen dan nyeri
meningkat, perubahan aurikuler dan lymphadenophaty. Tahap apa? Akut
inflammatory
5. Muncul stelah 6 bulan, penebalan kulit kanal eksternal dan stenosis canal fibrosa.
Tahap apa? Chronic inflammatory
6. Komplikasi? Perikondritis, kondritis, cellulitis, parotitis dan erisipelas
7. tata laksana non-farmako? Awal bersihkan canal
8. tata laksana farmako? Obat tetes telinga kombinasi neomyci, polimixin B,
hidrokortison
9. obat OE digunakan utk streptococus dan staphylacocus, efek dehidrasi, anti inflamasi,
anti bakteri? Glycerol dan ichtamol
10. ditemukan discharge warna hitam, abu, hijau, kuning/putih, dengan debris
resemblewet news paper, biasa pada keadaan panas & lembab. Pada pemeriksaan
ditemukan aspergillus. Diagnosis? Otomikosis
11. Terapi yg diberikan? Pembersihan debris, topikal antifungal drops
12. Infeksi atau inflamasi yg terjadi pada perikondrium telinga luar. Lanjutan dari
erisipelas dan selulitis. Diawali dengan trauma terlebih dahulu, nyeri tumpul, tanda2
inflamasi pada tulang rawan pinna. Diagnosis? Inflamasi pada auricular
13. Komplikasi? Abses subperikondrial, nekrosis avaskuler, deformitas pinna,
septikemia, subakut bakteri endokarditis, nekrosis fascitisdi leher
14. Pencegahan? Jangan tindik, hindari trauma kartilago, jika hematoma aurikula
lakukan drainase dgn septic
15. Tatalaksana? Topikal dan oral AB, jika abses subperikondrial insisi dan drainase
16. Timbul ruam vesikular herpes pada concha, pinna dgn kelumpuhan LMN pada saraf
wajah ipsilateral, kerusakan N.VII (hearing loss, tinnitus, vertigo), timbul rash setelah
ada nyeri telinga dan kelumpuhan wajah. Diagnosis? Herpes zoster oticus
17. Tatalaksana kasus di atas? Asiklovir dan prednison dalam 3 hari, asiklovir iv dan
steroid, early treatment dgn antiviral
18. Apa yg terjadi jika pasien ini tidak diobati? Complete facial palsy
19. pasien datang mengeluh ada lubang berbentuk bulat lonjong dengan ukuran seujung
pensil. Dapat ditemukan di depan tragus. Pemeriksaan fisik tampak small dells yg
terletak diluar pada margin anterior telinga? Fistula preaurikular
20. mengapa bisa terbentuk fistul preaurikular? Terbentuk karena fusi inkomplit pada
hiloks yg di temukan lateral superior dan posterior dari N.facialis dan kelenjar
parotis
21. Komplikasi kasus di atas? Fasial selulitis atau ulserasi di anterior telinga
22. DD nya apa? BCC & epidermal inclusion cyst
23. Pemeriksaan penunjang? Kultur (jika ada eksudat utk menentukan terapi
antibiotik), USG
24. Tatalaksana? AB sistemik, insisi dan drainase (jika ada abses), surgery
25. Laki2 umur 7 tahun dengan keluhan ada rasa gatal, kadang nyeri dan ada rasa
bergerak di dalem telinga. Saat dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan serangga
hidup di meatus auditori eksternus. Tindakan apa yg dilakukan? Serangga di bunuh
dulu dengan memasukkan minyak lalu di keluarkan.
26. Laki2 35 tahun dengan keluhan gatal, rasa ganjal di dalam telinga. Saat pemeriksaan
fisik ditemukan wol dan patahan korek api. Tindakan yg dilakukan? Dikeluarkan
dgn crocodile forceps.
27. Telinga anak kecil kemasukan batrei, tindakan? Jangan disemprot, harus segera
dikeluarkan karena kalo bocor bisa menyebabkan facial nerve palsy
28. Komplikasi bila kemasukan benda asing? Laserasi pada kulit kanal, OE, facial
nerve palsy, perforasi MT.
29. Laki2 umur 40 tahun datang dgn keluhan rasa penuh di telinga, pendengaran
berkurang, rasa nyeri pada telinga. Saat pemeriksaan fisik di temukan kulit yg
terkelupas juga sekret yg dihasilkan oleh kelenjar pada dasar folikel rambut.
Diagnosis? Serumen prop
30. Tindakan yg dilakukan? Pemberihan serumen
-Secara manual : dengan alat hisap dan mikroinstrumen dgn visualisasi
mikroskopik
-Secara irigasi : dgn spuit besar yg isinya air hangat (KI: kolesteatoma &
perforasi MT)
-Secara kimiawi : melunakkan serumen hidrogen peroksida 4%, karbamid
peroksida, ceruminex
31. Laki2 8thn dgn keluhan sakit pada telinga, gangguan pendengaran, otorrhea, tinnitus.
Dilakukan pemeriksaan kedua MT tampak sangat merah, bulging, perforasi dan
otorrhea, disertai ISPA. Diagnosis? OMA
32. Etiologinya? H.influenzae, S.pneumonia, moraxella catarrhalis, S.pneumonia.
33. Komplikasi? Mastoiditid akut, facial palsy dgn/tidak mastoiditis akut
34. Tatalaksana? AB, analgesik
35. Apabila sudah masuk OMA stadium supurasi tindakan apa yg dilakukan?
Miringotomi
36. Apabila sudah msuk OMA stadium perforasi tindakan yg dilakukan? Obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari, AB adekuat 3 minggu
37. Bila sudah diberi AB tapi MT tidak normal kembali maka telah terjadi? Mastoiditis
38. Anak 3 bulan dengan keluhan selalu mengkucek2 telinga ditandai rasa sakit dan
penuh di telinga yg menjalar ke leher, pendengaran berkurang, tinnitus. Diagnosa?
OME
39. Pemeriksaan yg dilakukan? PF MT, MRI gold standard (NPC, cairan di telinga
tengah), tympanometri (mengukur tekanan telinga luar dan tengah), otoskop
akustik atau reflektometri
40. Etiologi? Infeksi telinga sebelumnya, cairan terakumulasi di belakang MT
selama infeksi akut, alergi menyebabkan tabung eustachius terblokir,
pembesaran adenoid, NPC, ISPA, infeksi sinus
41. Bakteri & virus pada OME? S.pneumoniae, H.influenzae, M.catarrhalis,
adenovirus
42. Komplikasi OME? Atelektasis MT, meningitis, tuli sensoryneural
43. Terapi OME? Azelastine 2 mg/hari slama 8 minggu, Miringitomi,
tympanocentesis, AB dan dekongestan (phenylephrine, efedrin, dan histamin)
44. Ditemukan abnormalitas permanen pada pars tensa dan flaksida, inflamasi, produksi
pus. Diagnosa? OMC
45. Timbul performasi permanen pada pars tensa, tidak ada inflamasi. Sewaktu
tympanoplasti dilakukan eksisi epithelium squamous yg msih tumbuh tampilan
beludru?? inactive mucosal COM (dry perforation)
46. timbul inflamasi kronik pd telinga tengah, perubahan mukosa membentuk aural
polyps, resorbsi tulang ossicle (resorptive osteitis), granuloma kolestrol focal, reaksi
giant cell sekitar kristal kolestrol? Active mucosal COM (perforation with
otorrhea)
47. timbul retractive, atelectasis, epidermization. Tekanan negatif statis pd telinga tengah
menimbulkan retraction pocuet, bisa terjadi epidermisasi? Inactive squamous
epithelial COM.
48. Timbul retensi debris keratin (keratoma), kolesteatoma, kering disertai infeksi bakteri
aktif sehingga otorrhea berbau busuk, resorbsi tulang? Active squamous epithelial
COM (kolesteatoma)
49. Terdapat deposit hialin (white plaques, white nodular) nyebapin imobilitas tulang
pendengaran? Tympanosklerosis
50. Komplikasi COM? Rute penyebaran infeksi, fistula labirintine, labirinitis, facial
nerve palsy, petrotis (radang petrotis), otogenic
51. Pemerikssan COM? Timpanic membrane grafts, ossicular graft & implant
52. Etiologi OMC? OMA & OME, genetik & ras, lingkungan, disfungsi tuba
eustachius, refluks gastroesophageal, abnormalitas kraniofacial, def.imun.
53. Pasien datang dgn nyeri telinga menetap dan berdenyut, keluar cairan kental dari
telinga, demam, daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah, kulit yg melapisi
prosesus mastoideus menjadi merah, bengkak, dan nyeri bila di tekan, di dalam tulang
bisa berbentuk abses. Gejala muncul dalam waktu 2 minggu atau lebih setelah OMA
yg tidak diobati secara tuntas lalu menyebar dari telinga tengah ke tulang sekitarnya
(prosesus mastoideus). Diagnosa? Mastoiditis
54. Pengobatan? AB suntik dan AB oral jika tidak berhasil AB mastoidektomi
55. tampak vesikel antara epitel luar dan lamina pada lapisan superfisial MT, nyeri parah
onset tiba2, unilateral, nyeri berdenyut di telinga, bersamaan dgn ISPA, bloodstained
discharge, gangguan pendengaran. Saat otoskopi ditemukan darah, serosa,
serosanginous pd MT, MT utuh. Pada anak2 biasa ada cairan telinga tengah.
Diagnosa? Myringitis bulosa
56. Etiologi? Infeksi virus influenza atau Mycoplasma pneumonia, bakteri mirip dgn
OMA
57. DD nya apa? OMA, herpes zoster oticus atau sindrom ramsay hunt
58. Pemeriksaan yg dilakukan? PF, pneumatik otoscopy dan timpanometri
(menentukan ada/tidak cairan di telinga tengah), audiogram (deteksi gangguan
sensorineural), evaluasi saraf kranial).
59. Tatalaksana? Analgesik (jika tanpa infeksi telinga tengah dan tanpa tuli
sensorineural, AB (jika ada OMA), anak <2 thn (diobati seperti OMA), tuli
sensorineural(AB membaik 3 bln..amoxicilin)
60. pasien datang dgn keluhan penurunan pendengaran, sensasi mendengar suara siulan
saat meniup telinga atau bersin, cairan keluar dari telinga terus menerus, ada tanda2
infeksi telinga tengah(demam, nyeri, telinga berdenging), hilangnya fungsi
pendengaran. Diagnosa? Perforasi MT
61. etiologi? Infeksi akut telinga tengah, peningkatan tekanan telinga dalam, trauma
fisik (pukulan keras).
62. Pemeriksaan penunjang? Otoskopi, timpanometri, test pendengaran (swabach,
rinne, webber)
63. Tatalaksana? AB sebaiknya diberikan setelah hasil kultur dan resistensi sdh
didapat, kauterisasi pd ujung MT, penyumbatan pada lubang dgn lemak atau
bahan sintesis (tympanoplasty)
64. Pasien mengalami gangguan pendengaran dgn plak putih pd MT seperti bulan
sabit/sepatu kuda yg mana didapatkan hialinisasi dan kalsifikasi pd MT juga telinga
tengah berupa deposit nodular putih pada lapisan submukosa. Diagnosa?
Tympanosklerosis
65. Etiologi? Dibentuk dari sisa inflamasi kronis telinga tengah, OMSK & OME,
timpanostomi tuba, sklerosis sistemik, atheroma karotis, cholesteatoma
66. Pemeriksaan penunjang? Audiometri, timpanometri, CT scan, otoskopi
67. Tatalaksana? Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular
68. Laki2 datang dgn keluhan nyeri leher, massa leher, nyeri postaurikuler, otalgia,
otorrhea dan ggn pendengaran. Diketahui pasien punya riwayat kolesteatoma dan
riw.operasi mastoid sebelumnya. Diagnosa? Abses bezold
69. Komplikasi? Otitis media supuratif
70. Pemeriksaan penunjang? MRI scan (epidural abscess, brain abscess, or venous
sinus thrombosis)
71. Tatalaksana? AB

Pemicu 7
1. laki2 umur 65 tahun mengalami ggn penurunan pendengaran perlahan dan progresif,
simetris pada kedua telinga, keluhan lain berupa tinnitus, bila intensitas suara di tinggikan
akan timbul rasa nyeri di telinga. Anamnesis : riwayat pekerja industri dan penggunaan
obat2 bersifat ototoksik. Diagnosis? presbiakusis

2. apa pemeriksaan utk kasus di atas? otoskopik, tes penala, audiometri nada murni,
audiogram
3. tata laksana non-farmako kasus di atas? pemasangan alat bantu dengar, latihan
membaca gerak bibir, latihan mendengar, diberi pengertian utk org sekitar agar
berbicara jelas.

4. seorang wanita datang dengan keluhan kemampuan mengenali kata2 menurun karena
melemahnya suara yg mencapai koklea. Pemeriksaan telah dilakukan seperti rinne (-),
weber (lateralisasi pada telinga dgn pendengaran buruk), schwabach memanjang, tes bing
(-). Diagnosis? tuli konduktif

5. Apa etiologi dari kasus di atas? serumen prop di meatus akustikus eksternus,
kerusakan pada ossicle, benda asing, perforasi membran timpani, jaringan parut
pada membran timpani akibat infeksi berulang.

6. bayi di antar ibunya datang dgn keluhan tidak dapat mendengar. dari hasil pemeriksaan
terdapat tuli sensorineural, infeksi bakteri atau virus, perdarahan pada telinga tengah,
trauma temporal. Diagnosis? tuli kongenital masa postnatal

7. bayi menderita asfiksia pada waktu masa? perinatal

8. Periksaan gold standard pada anak? OAE, AABR

9. kerusakan telinga dalam, uni/bilateral, mendadak, tunggal/berulang akibat paparan energi


akustik yg kuat (ledakan) dengan intensitas >>> 140 dB, pendengaran berkurang, tinitus,
otalgia, vertigo, membran timpani utuh, perdarahan kecil di membran. Diagnosis?
trauma akustik akut

10. Jika dilakukan pemeriksaan histologi apa yg tampak? edema sel2 rambut, robekan
pada sel penunjang, terkoyaknya sel2 sensorik bersilia luar-dalam, terlepasnya
lamina basalis, atrofi sel2 rambut

11. Pemeriksaan penunjang utk kasus di atas? audiologi (rinne(+), swabach memendek,
weber lateralisasi ke telinga pendengaran >>), audiometri nada murni, audiologi
khusus.

12. tatalaksana non-farmako? pemasangan alat bantu dengar, latihan pendengaran, lip
reading, implan koklea

13. peradangan labirin yg berkembang melalui penyebaran infeksi dari ruang telinga tengah
(OM), atau penyebaran bakteri melalui tulang fistula (cholesteatoma, OMC), penyebaran
bakteri dari ruang subarachnoid cairan perilymphatic dari labirin. Diagnosis? Bacteri
labirinitis

14. etiologi kasus di atas? B-hemolitik streptococci, pneumococci, staphylococci,


H.influenzae, P.vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.

15. Gambaran klinis kasus atas?onset akut/subakut hilang pendengaran, vertigo disertai
malaise dan demam yg menghubungkan dengan ISPA, inflamasi dan nekrosis
disertai fibroosseous reaction.
16. iritasi labirin, sebagian atau seluruh kehilangan pendengaran dan fungsi vestibular, bila
berat akan kehilangan sel rambut. Stadium apa? serous/toxic labirintitis

17. ISPAdihubungkan dengan gangguan akut auditory dan fungsi vestibular disertai vertigo
dan nistagmus (3-5 hari), hilang pendengaran permanen. diagnosis? viral labirintitis

18. Gambaran histopatologi kasus di atas? degenerasi organ corti, encapsulasi membran
corti, saccule di degenerasi dengan peluruhan dari membran otolitik

19. Lesi melibatkan tulang stapes atau stapedio vestibular, adanya conductive hearing
impairment, lesi otosklerosis berupa blue mantle, connective tissue stroma. P redileksi di
dalam tulang temporal area anterior sampai oval window, round window. Diagnosis?
Otosklerosis

20. apa saja temuan klinis kasus di atas? Tuli konduktif, tuli sensorineural, gejala
vestibular (ggn keseimbangan, dizziness, requrent attack vertigo)

21. tatalaksana non-farmako gold standard? Surgery

22. pada pemeriksaan audiometri nada murni? Air bone gap dan carhart notch

23. serangan vertigo spontan, ggn pendengaran sensorineural fluktuatif, tinnitus, dan aural
fullness, adanya produksi berlebihan endolymph, kebocoran kalium dari endolimph ke
dalam perilimph. Diagnosis? Meniere disease

24. apa saja fase2 kasus di atas?

- Fase iritasi (nistagmus horizontal ke arah telinga berlangsung 1 jam, eksitasi awal
dari sel rambut akibat dari konsentrasi kalium yg meningkat di sekitar sel2 basal)

- Fase paretic (nistagmus menjauh dari telinga terkena berlangsung jam 1 dan 2
hari, hasil dari blokade pelepasan neurotransmitter)

- fase pemulihan (nistagmus menuju ke telinga yg terkena kembali, perbaikan


fungsi vestibular dan pendengaran)

25. DD dari meniere disease? Vestibular neuritis, migrainous vertigo, autoimune inner
ear disease

26. tatalaksana kasus diatas? (Diuretic, sodium restriction/Urinary sodium <50 mmol/day
(<produksi endolimph)), surgery (endolimpatic sac surgery, vestibular neuroctomy,
labirinthectomy), hearing aids, sistemik aminoglikosida.

27. Apa komplikasinya? Berlanjut serangan vertigo

28. vertigo dengan episode berulang singkat terjadi perubahan tertentu dalam posisi kepala
sehubungan dengan gravitasi, intens, mual, muntah. Diagnosis? BPPV
29. apa DD nya? Tumor fossa posterior, malformation degenerative condition.

30. apa tatalaksana yg tepat? Epley manuver, surgical oclusion

31. keluhan suara penderita lebih keras dan memberi kesan seperti suasana tegang, sukar
mendengar suara dalam suasana gaduh. Diketahui punya riwayat trauma kepala, trauma
akustik, dan pemakaian obat ototoksik. Diduga ada masalah pada telinga bagian dalam(tuli
syaraf). Diagnosa? Tuli sensorineural

32. etiologi? Rusaknya sel rambut dalam

33. pemeriksaannya? Otoskop (kanal telinga luar dan MT normal), tes bisik tidak dapat
mendengar jarak 6 meter dan sukar mendengar nada tinggi, tes rinne (+), tes weber
(lateralisasi ke telinga sehat), tes swabach memendek.

34. ketika bepergian timbul nausea, vomiting, sakit kepala, berkeringat. Diagnosa? Mabuk
perjalanan (motion sickness)

35. pencegahan? Jangan membaca, lihat ke depan jika bepergian, tidak merokok,
hindari makanan pedas dan berminyak.

36. pengobatan? Antihistamin (meclizine, dimenhydrinate), scopolamin.

37. timbul epistaksis berat dan berulang, obstruksi nasal progresif, pipi bengkak, trimus,
hearing loss, anosmia. Diagnosa? Juvenile angiofibroma

38. pemeriksaan? Rhinoskopi anterior ditemukan sekret mukopurulen di cavum nasi,


masa kemerahan/ plak mengisi nasofaring

39. tatalaksana? Complete surgical resection, preoperation embolization, endoscopic


endonasal techniques, open approaches, radio terapi

40. keluhan leher atas bengkak, gangguan hidung, gejala aural(tinitus, otalgia). Diagnosa? Ca
nasofaring

41. pemeriksaan? Serologi IgA utk EBV, FNAB, CT scan & MRI

42. tatalaksana? Radioterapi dgn megavoltage eksternal

43. sering terlihat di persimpangan epitel pernapasan dgn epitel squamosa, biasanya pada
glotis, merupakan tumor jinak pada laring. Diagnosa? Papiloma laring

44. etiologi? HPV

45. pada pria ditemukan prickle cells dan keratin whorls, penyebaran di KGB? Malignant
laring

46. pemeriksaan Ca laring? CT scan, MRI, endoscopy biopsy

47. Tatalaksana? Radioterapi, kemoterapi, operative


PEMICU 8

1. Laki2 dengan riwayat trauma tidak menimbulkan rasa sakit dan peradangan kecil di
pinna, kadang2 pecah spontan dari pembuluh darah. Kemungkinan adanya kumpulan
darah antara tulang rawan aurikular dan perikondrium. Jika tidak diobati makan pinna
seperti kembang kol atau telinga pegulat. Diagnosa? Hematoma auris
2. Tatalaksana? Aspirasi dgn jarum bore tebal, sayatan pada permukaan anterior
atau posterior
3. pasien dgn tanda dan gejala hearing loss, mual muntah, vertigo, battle sign, racoon
sign (fraktur yg melibatkan fosa cranial anterior/medial). Adanya trauma tumpul ke
lateral tengkorak berupa fraktur longitudinal. Diagnosa? Trauma temporal
4. pemeriksaan? Laserasi CAE, bony debris di kanal, hemotympanum, CSF
otorrhea/rhinorea, paralisis n.vii
5. Pemeriksaan penunjang?
- CT scan kepala (cek perdarahan intrakranial),
- hRCT scan os tempotal (kasus yg kemungkinan komplikasi (fraktur otik
kapsul, cedera N.VII, kebocoran CSF)
- ps dgn hemotimpanum, tanpa nistagmus & CSF, weber lateralisasi ke telinga
sakit, N.VII normal tidak perlu CT temporal
6. tatalaksana?
- Tuli konduktif
o hemotimpanum sembuh spontan 3-4 mggu tanpa sequela,
o perforasi MT sembuh spontan 3 bln jika tidak: myringoplasty
- paralisis N.VII
o tipe delayed: sembuh spontan, jika ada degenerasi
neuralprog.burukexplorasi dan dekompresi
o tipe immediate: operasi
7. fdwdfwf

Anda mungkin juga menyukai