10 Februari 1946
Perundingan antara Indonesia Belanda dimulai. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan delegasi Belanda dipimpin oleh van Mook.
Pertemuan yang diadakan di Jakarta itu ternyata tidak membuahkan hasil karena masing-masing
pihak tetap pada pendiriannya.
12 Maret 1946,
pemerintah Republik Indonesia menyerahkan pernyataan penolakannya mengenai pernyataan
van mook
7 Oktober 1946
Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan ini berhasil
mengambil 3 keputusan penting
27 Oktober 1947
10 November 1946
Perundingan di Linggajati. dipimpin oleh Lord Killern. Dalam perundingan Linggajati itu,
delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Soetan Sjahrir
15 November 1946
Perundingan Linggajati mencapai persetujuan yang terdiri dari 17 pasal
8 Desember 1947
Perundingan Renville. pihak Belanda ingin memaksakan kehendaknya dan tidak mempunyai niat
untuk mengakhiri pertikaian. Komisi Tiga Negara akhirnya menyampaikan usul-usul
17 Januari 1948
delegasi kedua negara yang bertikai kembali mengadakan pertemuan di atas Kapal USS Renville
untuk menandatangani persetujuan gencatan senjata dan prinsip-prinsip politik yang disaksikan
oleh KTN.
22 Desember 1948
PBB mengadakan siding darurat untuk menghentikan aksi militer Belanda yang pada akhirnya
menghasilkan sebuah resolusi
14 April 1949
Diadakan perundingan di Hotel Des Indes (Hotel Duta Merlin sekarang) antara RI dan Belanda
7 Mei 1949
tercapai persetujuan yang kemudian dikenal sebagai Persetujuan Roem-Royen atau Roem Royen
Statements.
14 Agustus 1949
pemerintah Republik Indonesia menetapkan delegasi yang akan menghadiri KMB