Anda di halaman 1dari 28

Minyak Atsiri

Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau atau biasa


disebut dengan minyak esential, minyak eteris karena pada suhu kamar mudah menguap di udara
terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah esential atau minyak yang berbau wangi dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman penghasilnya. Dalam keadaan murni dan segar
biasanya minyak atsiri umumnya tidak berwarna atau kekuning-kuningan dengan rasa dan bau
yang khas. Namun dalam penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resi
serta warnanya berubah menjadi lebih gelap.
Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah, biji, batang, akar, ataupun rimpang. Selain itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut
organik, namun sukar larut dalam air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari
70 %. Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O, berupa senyawa
alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid, keton, alkohol dan
asam.
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari
berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil
propan. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri di dalam
tanaman.
Terpenoid berasal dari suatu unit sederhana yang disebut sebagai isoprena. Sehingga
dapat dikatakan komponen minyak atsiri termasuk senyawa isoprenoid, karena molekul-
molekulnya tersusun dari unit-unit isopren. Sementara fenil propan terdiri dari gabungan inti
benzen dan propana. Penyusun minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa monoterpen
dan seskuiterpen yang merupakan komponen utama minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan
sebagai:
1. Menarik serangga (penyerbukan)
2. Untuk kosmetik / parfum
3. Penolak serangga
4. Sebagai bumbu masak
5. Antiseptik (obat)
6. Karminativum

Sifat- Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri adalah sebagai berikut:


1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa
2. Bau khas
3. Rasa getir, tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin bila terasa
di kulit
4. Dalam keadaan murni mudah menguap pada suhu kamar
5. Tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak menjadi tengik
6. Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik oleh oksigen, matahari atau panas
7. Indeks bias umumnya tinggi dan bersifat optis aktif (memiliki atom C asimetrik)
8. Kelarutannya sangat kecil di dalam air
9. Mudah larut dalam pelarut organik

Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam bernagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar, dalam
sel-sel parenkim, di dalam saluran minyak, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen ataupun
terkandung dalam semua jaringan.
Minyak atsiri dapat terbentuk langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian
lapisan resin dari dinding sel atau hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan utama minyak atsiri
pada tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah bunga dan daun rusak),
serta sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya minyak atsiri juga
berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu penyerbukan silang dari bunga

A.

Biosintesis Komponen Minyak Atsiri

Kerangka dasar komponen minyak atsiri adalah terpen yang terdiri dari satuan isoprena.
Satuan isoprena yang berperan aktif secara biosintetik adalah isopentenil pirofosfat, dimetil alil
pirofosfat serta senyawa yang terbentuk dari asam asetat lewat jalur biosintesis asam mevalonat.
Geranil piropsfat adlah prekursor C10 dari terpen dan berperan penting dalam pembentukan
monoterpen siklik serta dibentuk melalui kondensasi dari masing-masing satuan isopentenil.

Prekursor pertama untuk komponen fenil propanoid dalam minyak atsiri adalah asam
siamat dan asam p-hidroksi sinamatyang juga dikenal sebagai asam p-kumarat. Dalam tanaman,
senyawa ini dibentuk dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin yang akhirnya disintesis
lewat jalur asam sikimat yang dapat dibantu oleh Escherichia coli yang membutuhkan asam
amino aromatik untuk pertumbuhannnya. Asam sikimat selanjutnya akan menghasilkan asam
korismat yang bisa menghasilkan triptofan lewat jalur asam antranilat dan asam prefenat . asam
prefanat mengalami dehidrasi dan dekarboksilasi sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat
(prekursor fenilalanin), atau justru mengalami dehidrogenasi dab dekarboksilasi menghasilkan
asam p-hidroksifenil piruvat (prekursor tirosin).

Metode Isolasi Minyak Atsiri

Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prinsip
dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut
dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
2. Ekstraksi/ penyarian dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut
organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak
atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar
minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang
larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3. Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan memanfaatkan
aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri
dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya
masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu,
misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak mengubah
aktivitas enzim.
4. Penyarian dengan lemak padat
Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari bunga-bungaan
a. tanpa pemanasan (enfleurage)
b. dengan lemak panas (maserasi)
5. Pemerasan
Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk
keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak tahan
pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak pecah
dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk minyak
atsiri yang rendamannya relatif besar.
6. Penyarian dengan gas CO2
Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yang baik dalam CO2.
Cara Pengujian

Kimia :
mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat coklat hitam
mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer kuning
mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % coklat tua
mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % kuning

Pengujian Mutu

Setiap minyak atsiri mempunyai sifat khas dari senyawa kimia yang menyusunnya. Sifat
ini dapat berubah karena proses pengolahan dan penyimpanan perlu dilakukan.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah :
1. Uji organoleptik
2. Uji sifat fisika dan kimia
- warna, kejernihan dan bau - persentase alkohol
- bobot jenis - kadar aldehid dan keton
- putaran optik - kadar fenol
- indek bias - kadar sineol
- bil. Asam - logam berat
- bil. Ester dan bil. Penyabunan
Penentuan Minyak Atsiri

a. KLT
b. KGC
c. SM
Pereaksi Warna / Penampak bercak :

- Anisaldehid H2SO4
- Vanilin H2SO4
- H2SO4 pekat
- SbCl3 dalam CHCl3
- Larutan KMnO4 0,2 % dalam air
Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

a. Minyak kapulaga
b. Minyak kenanga
c. Minyak kayu manis
d. Minyak ketumbar
e. Minyak sereh
f. Minyak melati
g. Minyak lavender
h. Minyak pala
i. Minyak lada
j. Minyak mawar
k. Minyak nilam
l. Minyak cendana
m. Minyak akar wangi
n. Minyak jahe
Contoh simplisia yang mengandung minyak atsiri:
Minyak Jahe/ Ginger Oil

Tanaman asal : Zingiber officinale


Famili : Zingiberaceae
Rendeman : 3,5 %
Sumber : rimpang
Komponen Penyusun : oleoresin, zingiberena, zingiberol, zingerol, zingerona, kamfena,
felandren, sineol, geraniol, borneol, linalool
Kegunaan : bahan pewangi permen, parfum, korigen odoris, karminativum
Lengkuas

Tanaman asal : Languas Galanga (L.)


Famili : Zingiberaceae
Bagian tanaman yang digunakan : Rimpang
Kandungan tanaman : minyak atsiri lebih kurang 1% mengandung kamfer,
sineol, dan asam metilsinamat.

mETODE ISOLASI MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan, yaitu:

1. Metode destilasi terhadap bagian tanaman yang mengandung minyak.


Dasar dari metode ini adalah memanfaatkan perbedaan titik didih.
2. Metode penyaringan dengan menggunakan pelarut penyaring yang cocok (ekstraksi)
Dasar dari metode ini adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak atsiri sangat mudah larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
3. Metode pengepresan atau pemerasan.
Metode ini hanya bisa dilakukan terhadap simplisia yang mengandung minyak atsiri dalam
kadar yang cukup besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam
proses.
4. Metode perlekatan bau dengan memanfaatkan media lilin (enfleurage).
Metode ini disebut juga metode enfleurage. Metode ini memanfaatkan aktivitas enzim yang
diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak
atsiri dipanen.

Diantara metode-metode isolasi tersebut, yang lazim digunakan adalah metode destilasi. Pada
industri parfum, mayoritas produksi minyak esensial dikerjakan dengan
ekstraksi, menggunakan pelarut yang mudah menguap seperti petroleum eter dan heksan.
Kelebihan utama dari ekstraksi dibandingkan dengan destilasi adalah suhu yang sama dapat
dijaga selama proses (umumnya 50C). Sebagai hasilnya, minyak hasil ekstraksi memiliki bau
yang lebih natural yang tidak dapat dibandingkan dengan minyak hasil destilasi, yang dapat
mengalami perubahan kimia pada suhu tinggi. Hal ini merupakan poin yang penting untuk
industri parfum. Namun, metode destilasi lebih murah dibandingkan dengan proses ekstraksi.

sumber : Caroline, 2011, Pembuatan Minyak Essensial dengan cara Destilasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Indonesia
Minyak Atsiri

Minyak Atsiri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minyak atsiri (minyak menguap = minyak eteris = minyak essensial = volatile


oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan
memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas). Minyak atsiri biasanya tidak
berwarna, terutama bila masih segar (baru saja diperoleh dari isolasi), tetapi makin
lama akan berubah menjadi gelap, karena terjadi proses oksidasi dan mengalami
pendamaran. Upaya untuk mencegah proses tersebut antara lain isimpan dalam
keadaan penuh dan tertutup rapat.

Semua minyak atsiri terdiri dari campuran kimia yang cukup rumit. Hampir
tiap jenis senyawa organik dapat ditemukan di dalamnya (hidrokarbon, alkohol,
keton, aldehid, eter, ester, dan lainnya), dan hanya sedikit yang mempunyai
komponen tunggal dalam persentase (minyak cengkeh mengadung tidak lebih dari
85% subtansi fenolik, sebagian besar eugenol). Akan tetapi tidaklah mengherankan
jika konstituennya mencapai lebih dari 200 komponen, dan seringkali trace
constituent-nya mempunyai bau dan rasa yang penting terhadap keseluruhan
minyak atsiri tersebut. Tidak adanya satu komponen dapat mengubah aroma.
Tanaman dari spesies yang sama yang tumbuh pada tempat tumbuh yang berbeda,
biasanya mempunyai komponen yang sama, tetapi persentasenya mungkin
berbeda.

Sifat fisika minyak atsiri meliputi tidak larut dalam air, larut dalam eter,
alkohol, dan pelarut organik lain, bau karakteristik, bersifat optis aktif (indeks
refraksi). Dalam tumbuhan, minyak atsiri terdistribusi terutama dalam bunga dan
daun. Berdasarkan sukunya atau familinya minyak atsiri terakumulasi dalam sel
sekret khusus, seperti sisik kelenjar (Lamiaceae), sel parenkim yang telah berubah
(Piperaceae), sel minyak (Vittae) pada Apiaceae. Selain itu terdapat juga dalam
bagian dalam lysigen atau sizogen pad Pinaceae dan Rutaceae. Kandungan kimia
minyak atsiri secara umum terbagi dalam dua golongan besar yaitu:

1. Terpenoid hidrokarbon, melalui biosintesis asetat mevalonat,

2. Senyawa aromatis, berasal dari biosintesis sikimat fenil propanoat.

Sifat fisik minyak atsiri berbeda dengan minyak lemak. Minyak atsiri dapat
disuling dari sumber alaminya, sedangkan minyak lemak tidak, karena minyak
lemak tersusun atas ester gliserol asam lemak. Minyak atsiri tidak meninggalkan
noda lemak permanen pada kertas, tidak seperti minyak lemak yang meninggalkan
noda lemak. Minyak atsiri tidak menjadi tengik dalam penyimpanan, namun jika
terkena cahaya dan udara akan teroksidasi menjadi resin.

Pembentukan minyak atsiri dalam tanaman dapat langsung dari protoplasma,


dekomposisi resin dari dinding sel, dan hidrolisis glikosida tertentu (allil
isotiosianat).

A. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan amakalah minyak atsir dalah untuk mengetahu bagai mana
pengolahan minyak atsiri dan dari mana di peroleh minyak atsiri sehgingga dapat di
pasarkan di dalam amaupu diluar negri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Minyak Atsiri

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama
di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri
merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-
kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.

Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam
air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya
alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah
diperoleh, seperti minyak kelapa.

Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).

B. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri


1. Cinnamon (kayu manis)

Kayu manis atau Saigon kayu manis berasal dari kulit pohon Cinnamomum
loureirii Nees (Fam. Lauraceae). Kayu manis penting pada perdagangan aalah kayu
manis ceylon yang bersal dari kulit pohon C.zeylanicum Nees (Fam. Lauraceae).
Kayu manis saigon menghasilkan 2-6% minyak atsiri, kayu manis cassia
menghasilkan 0,5-1,5% minyak atsiri sedangkan kayu manis ceylon menghasilkan
0,5-1% minyak atsiri. Kandungan lainnya adalah mentol yang bermanfaat sebagai
bumbu dan karminatif.

Tepung kayu manis yang diperdagangkan di toko bahan makanan merupakan


campuran dari beberapa macam kayu manis sehingga akan menigkatkan kualitas
sebagai pewangi atau untuk memberikan harga yang lebih murah. Minyak kayu
manis merupakan minyak menguap yang diperoleh dari destilasi dengan uap dari
daun dan ranting Cinnamomum cassia (Ness) ex Blume (Fam. Lauraceae) dan
disempurnakan kembali dengan penyulingan. Hal yang sma dapat dilakukan untuk
memperoleh minyak cassia. Minyak kayu manis digunakan sebagai bumbu perasa,
karminatif, dan pewangi serta antiseptik.

2. Cengkeh

Cengkeh berasal dari kuncup bunga kering Eugenia caryophllus (sprengel)


Bullock et Harison (E. caryophylato Thunberg) Fam Myrtaceae. Cengkeh
dimanfaatkan sebagai karminatif atau zat aromatik yang membantu meredakan
kolik dan flatulen (adanya gas dalam lambung dan usus) dan sebagai bumbu.

Minyak cengkeh merupakan minyak menguap yang didestilasi dengan uap air
dari kuncup bunga kering Syzqium aromaticum (L) Mere.et.L.M.Perry, mengandung
tidak lebih dari 85% volume total substansi fenolik, eugenol utama. Minyak
cengkeh mengandung eugenol bebas 70-95% eugenol asetat dan 5-8% -
caryophylli.

Minyak cengkeh ini tergolong dalam perasa / bumbu. Biasanya bekerja


sebagai obat sakit gigi yang digunakan dalam pengobatan rongga gigi secara
topical. Minyak cengkeh dapat sebagai antiseptik. Obat yang dipakai untuk
menimbulkan suatu reaksi menghadapi suatu penyakit atau infeksi dan karminatif.
Minyak dengan kandungan eugenol yang tinggi ni digunakan dalam produksi
perdagangan vanilin.

3. Pala

Pala atau myristica merupakan biji matang dari tanaman Myristica fragrans
Hautuyn (Fam. Myristicaceae) yang diambil dari lapisan biji dan arillode tanpa
lapisan kapur. Pala mengandung minyak tertentu 25-40% dan dapat memadat pada
suhu kamar dan terkadang dapat berubah menjadi kristal prisma aneka warna dan
disebut pala mentega. Minyak atisiri 8-15% mengandung myristicin dan safrole,
sejumlah protein dan starch. Miristica bermanfaat sebagai perasa dan bumbu.

Pada perkembangan selanjutnya yang terakhir pala dikenal khususnya pada


penduduk yang tersembunyi sebagai penyebab halusinasi. Dalam jumlah yang
relatif besar sampai 15 gram harus diperhatikan karena dapat memabukkan. Efek
yang dapat terjadi adalah dapat meremajakan kulit, takikardia, dan menekan
keluarnya air liur. Pala mengandung amfetamin dan metabolit yang mengandung
nitrogen. Minyak pala merupakan minyak atsiri hasil destilasi uap dari biji Myristica
fragrans. Minyak mengandung 10-30% -pinen, 10-20% -pinen, 15-20% sabinen,
5-12% myristicin, 2-7% limonen, 3-6% tertpinen, dan 1-2% safrole. Minyak pala
sebagai perasa, dan karminatif.

4. Peppermint

Peppermint (permen) terdiri dari daun dan bunga kering Mentha piperita Linne
(Fam. Lamiaceae). Pepermint mengandung minyak atsiri sekitar 1%, resin dan
tanin. Permen kering dalam perdaganan biasanya terdiri dari tanaman kering ang
seharusnya mengandung tidak lebih dari 2% dan bersumber di atas 3 mm dari garis
tengah. Beberapa minyak atsiri yang mengering dan berada dalam penyimpanan
yang biasanya digunakan sebagai sampel perdagangan 95% akan mengalami
kemerosotan.

Minyak permen mengandung menton, mentofurn, mentil asetat, isomenton,


pulegon, neomentol, piperiton, dan sebagainya. Minyak permen adalah suatu
cairan berwarna kuning pucat atau tak berwarna yang mempunyai bau penetrasi
permen yang kuat dan tajam. Minyak permen Amerika mengandung 30-78%
mentol bebas dan sekitar 5-20% kombinsi berbagai ester.
Tumbuhan dari jenis dan genotip yang sama dapat menghasilkan minyak
dengan kualitas yang berbeda jika tumbuh pada area yang berbeda. Produksi
minyak permen yang berisi sejumlah kecil monthon dan menthafuran dan sejumlah
besar mentol lebih disukai dan berkembang daripada tanaman yang mendapat
sedikit penerangan dan menghasilkan minyak yang mengandung sejumlah kecil
mentol dan sejumlah besar mentofluran. Konsentrasi yang tinggi hingga mencapai
30% menthofluran menimbulkan bau pada produk. Minyak permen dalam bidang
farmasi digunakan sebagai karminatif, stimulansia, dan antiinfeksi.

5. Damar dan Kombinasi Damar

Damar merupakan produk amorf dengan bahan kimia alam yang kompleks.
Pada umumnya damar dibentuk dalam Shizogenous atau dalam rongga
shizolysigenous dan merupakan hasil akhir dari metabolisme. Sifat fisik dammar
ada umumna adalah keras transparan atau tembus cahaya dan jika dipanaskan
akan terhidrolisis. Damar merupakan campuran kompleks antara asam damar,
alkohol damar, resitanol, ester dan resin. Damar tidak dapat larut dalam air dan
menurut beberapa peneliti dammar merupakan produk oksidasi dari terpen. Damar
dapat larut dalam alkohol atau bahan pwlarut organik yang lain.

Damar merupakan produk akhir metabolisme yang bersifat merusak. Damar


banyak digunakan sebagai produk oksidasi dari terpen. Damar memiliki
karakteristik rasa yang membakar. Resin atau damar cuka berisi suatu kandungan
diterpenoid oxyacid yang besar.

Damar dalam bidang farmasi biasanya diperoleh dari:

1. Penyulingan obat atas racun dan alkohol dan memperoleh dammar dalam air.

2. Pemisahan minyak dari aloeresin dengan penyulingan seperti halnya dengan


dammar dari terpentin.

3. Pengumpulan produk alami yang menetes dari aloeresin pada tumbuhan


sampai pada kebocoran tiruan atau alami dimana minyak yang alami secara
parsial akan menguap dalm atmosfer seperti halnya dengan dammar yang
dipakai sebagai campuran semen.
6. Rosin (Gala)
Rosin atau colophany adalah suatu dammar yang padat yang diperoleh dari
Pinus palustis Miller dan rempah-rempah lain dari Pinus linne (Fam. Pinaceae).
Damar ini (rosin) pada umumnya bersifat tembus cahaya, berwarna kekuningan dan
seringkali memberikan lapisan kekuningan. Damar berbentuk keras, rapuh dan
dengan mudah dilumatkan. Damar berisi 80-90% asam abietat anhidrid (senyawa
diterpen bisiklik, asam sapinic, asam pimaric, dan asam yang lain dan resin suatu
hidrokarbon.

Rosin digunakan sebagai produk pengeras dalam plester dan obat salep.
Dalam perdagangan rosin digunakan dalam pembuatan pernis-pernis dan alat
pengering, cat tinta, sabun pelapis lilin, lapisan pada lantai, dan banyak produk
lain. Rosin seringkali digunakan sebagai produk pemalsuan yang mengandung
damar.

7. Eriodyctyon

Eriodyctyon atau yerba santa adalah daun kering yang berasal dari Eriodictyon
californium (Hookes et Arnott) Torrey (Fam. Hydrophyllaceae). Eriodictyon berasal
dari Yunani yang berasal wol dan mengacu pada daun-daun yang berserabut.
Tumbuhannya hdala statu samak belukar dari pon berwarna hijau yang berasal
dari pegunungan California dan Mexivo utara. Obat ini telah digunakan oleh orang
Indian selama bertahun-tahun.

Eridictyon berisi statu damar eridictyol (Aglikon dari eridictyon),


xanthoeridictyol, chrysoeridictyol, homoericdictyol, asam format, asam butyric,
minyak atsiri, dan tanin. Eridictyon merupakan statu penyamar rasa pahit dan
senyawa tertentu yang berisi kina dan biasa digunakan sebagai suatu obat yng
merangsang keluarnya dahak.

8. Mastic

Damar yang digunakan dalam campuran semen, pastiche atau mastich adalah
exudates beton yang mengandung damar dari pistacia lentiscos Linne (Fam
Ancardiaceae). Tumbuhannya adalah suatu semak belukar atau pohon kecil yang
berasal dari daerah Mediterania dan diatanam di kepulauan Greiceian, terutama
pada Pulau Chios. Sari buah yang mengandung damar dikumpulkan dalam rongga
yang berasal dari goresan batang dan dalam cabang yang lebih besar dimana
dammar akan menetes. Damar akhirnya dikumpulkan dalam air mata yang kecil
yang biasanya dammar tersebut digunakan dalam campuran semen pada zaman
dahulu. Theoprharstus dan Pliny menggunakan dammar yang dipakai dalam
campuran semen sebgai bahan pewangi nafas bagi wanita-wanita Asia.

Damar yang digunakan dalam campuran semend berisi 90% damar, yang
berisi asam masticis yang dapat larut dalam alcohol dan damar (mastican) yang
tidak larut dalam alcohol, dan minyak atsiri sekitar 1-2,5% mempunyai bau balsam
dari obat yang terutama berisi (+)-pinen. Damar yang dipakai dalam campuran
semen dan berasa pahit digunakan pula sebgai pernis gigi untuk menyegel rongga.

9. Kava

Kava merupakan rimpang dan akar Piper myristicum suku piperaceae,


mengandung yangonin, metistisin, kawain, dan turunannya. Tumbuhannya adalah
statu zurra yang besar dan secara luas ditanami di kepulauan Oceana.
Berdasarkan farmakologinya menunjukkan bahwa semua kava piran dalam jumlah
sedikit atau besar dapat bertindak sebagai otot relaxan yang terpusat. Dapat juga
mempengaruhi perubahan dalam fungs motor dan refleks sifat mudah marah,
bermanfaat sebagai anestetik local dan antipiretik (penurun demam).

10. Cannabis

Merupakan jenis tumbuhan suku Moraceae, pufuk berbunganya disebut ganja.


Cannabis yang digunakan di Cina dan India tersebar pelan-pelan melalui Persia ke
Arabia dimana damar ini dikenal sebagai Ass dan kemudian diperkenalkan ke
dalam Eropa dan Materia Medika Amerika oleh Napoleon. Dari tahun ke tahun
penanaman yang selektif dari dua tipe genetik Cannabis semakin meningkat. Salah
satu dari tipe obat kava (ing 15%) akan umur psikoaktif (-)1 9-trans
tertrahydrocannabinol. Tipe ganja yang berisi zat aktif utama sedikit (cannabial
adalah cannabioid yang utama) tetapi mempunyai serabut kulit pohon yang
panjang dan biasa diproduksi menjadi tali. (-)- 9-trans tertrahydrocannabinol pada
damar yng dikeluarkan dari trichomes dan ditemukan dalam daun-daun yang kecil
(daun kecil pada bunga) dan branteoles (struktur seperti daun ada intu telur).
Koalitas dammar ditemukan dalam putik bunga Cannabis sativa yang kurang
mencolok yang tumbuh pada tanaman dengan suhu temeperatur iklim tropis.
11. Ginger

Ginger atau zingiber adalah rhizome kering dari Zingiber officinale Roscoe
(Fam. Zingiberaceae) dikenal secara komersial sebagai jahe Jamaica, jahe Afrika,
dan jahe Cochin. Jahe memiliki aroma karakteristik Kira-kira 1-3% minyak atsiri.
Bahan yang tekandung dalam jahe hdala sesquiteren: bisabolen, zingiberen, dan
zingiberol. Ketajaman karakteristik sifat oabt pada jahe aloeresin dari dua keton
aromatik, zingiberon dan shogaol yang diisolasi. Jahe mengandung lebih dari 50%
pati. Jahe dikelompokkan sebagai perasa yag biasanya sebagai bumbu, stimulant
aromatik dan karminatif.

C. Metode Memperoleh Minyak Atsiri

1. Destilasi atau Penyulingan.

Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:


besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing komponen
dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia. Namun
demikian, pembuatan minyak atisiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa
kelemahan:

a. tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh
adanya panas dan air.

b. Minyak atisiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air
dan panas.

c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.

d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya ikat terhadap bau, sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.

Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu: destilasi air, destilasi uap dan
air, dan destilasi uap.:

a. Destilasi air
Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air
mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus halus
dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak
yang belum murni ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia
kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Penyulingan air biasa digunakan untuk
menyari minyak atsiri yang tahan panas dari grabahan maupun bahan yang
berkayu dan keras.

Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika diperhatikan
suhu tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan mudah
pengerjaannya.

Kerugian dari metode ini adalah: tidak semua bahan dapat dilakukan dengan
cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut dalam air, dan
bahan yang mudah hangus), adanya air sering menyebabkan terjadinya hidrolisis,
dan waktu penyulingan yang lama.

b. Destilasi uap dan air

Penyulingan degnan cara ini memakali alat semacam dandang. Simplisia


diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah.
Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh
belum murni. Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada
pendidihan. Untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk
simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia segar yang
baru dipetik tidak perlu dimaserasi. Cara penyulingan ini banyak dilakukan sebagai
industri rumah, karena peralatan mudah didapat dan hasil yang diperoleh cukup
baik.

Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang
dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak minyak
yang tertinggal di ampas).

c. Destilasi uap.

Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian


tanaman yang mengandung minyak. Metode penyulingan ini tergantung pada
kondisi bahan tanaman.
Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya
bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan yang
dipakai tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat
tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan
degnan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan
tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan baik, dengan cara ini akan
diperoleh minyak yang lebih banyak. Cara ini bisa juga digunakan untuk membuat
minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn komponen minyak
yang bertitik didih tinggi. Penyulingan ini dapat digunakan utnuk membuat minyak
cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi, minyak sereh, minyak kayuputih,
dll.

Keuntungan dari cara ini adalah: kualitas minyak yang dihasilkan cukup baik,
tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek, hidrolisis tidak terjadi.
Kerugian metode ini yaitu: peralatan yang mahal dan memerlukan tenaga ahli.

Selain penyulingan dengan cara di atas, dikembangkan juga cara sebagai


berikut:

a. Penyulingan dengan air dan penyulingan dengan uap disertai dengan pengurangan
tekanan. Pengurangan tekanan akan memperpendek waktu penyulingan pada
tekanan 1 atmosfir. Keuntungan utama dengan cara ini ialah minyak atsiri yang
diperoleh berbau sama dengan bau aslinya, karena penyulingan dilakukan pada
suhu kurang dari 70oC (biasanya pada suhu 50oC) hingga penguraian karena suhu
tinggi dapat dihindari. Kelemahannya, alat yang dibutuhkan mahal.
b. Penyulingan dengan air dan penyulingan dengan uap disertai penaikkan
tekanan.Penyulingan dengan uap dengan menaikkan tekanan, baik dilakukan untuk
simplisia yang keras sepeti kayu, biji, kulit kayu. Dengan penyulingan ini akan
diperoleh minyak lebih banyak dan akan memperpendek waktu penyulingan.
Kerugian degnan penyulingan ini ialah terjadi peruraian minyak atisiri sehingga
berbeda dengan bentuk aslinya dan diperoleh lebih sedikit dibanding dengan cara
lain.

Tanaman yang mengandung minyak atisiri bertitik didih rendah, lebih baik
disuling dengan tekanan kurang dari 1 atmosfir sedangkan yang mengandung
minyak bertitik didih tinggi dapat dengan penyulingan uap bertekanan lebih tinggi
dari 1 atmosfir.

Dalam metode penyulingan uap langsung (direct steam destillation) ang dapat
dipakai pada obat-obatan tanaman segar (peppermint, spearmint), hasilnya
dipotong dan ditempatkan secara langsung ke dalam tangki penyuling logam pada
truck bed. Truck ini digerakkan pada shed penyuling dimana steam lines
ditempelkan pada bagian bawah tangki penyuling. Cara ini digunakan untuk daun
dan mengandung kadar minyak yang tinggi sehingga tidak perlu maserasi. Uap
ditekan melalui pipa dan membawa tetesan minyak melalui pipa yang akhirnya
melewati ruang pengembun.

Selama penyulingan uap, komponen tertentu minyak atsiri dapat terhidrolisis,


sementara unsur lainnya dapat terdekomposisi dengan suhu udara tinggi. Metode
penyulingan ideal yang menggunakan uap harus memberikan tingkat difusi setinggi
mungkin dari uap dan air melalui membran tanaman sehingga hidrolisis dan
dekomposisi tetap minimal.

3. Enflurasi, yaitu pengambilan minyak atsiri dari tanaman menggunakan lemak atau
vaselin. Seringkali kandungan minyak atsiri dari bagian tanaman sangatlah kecil,
misal pada mahkota bunga. Cara yang bisa dilakukan dengan menghamparkan
lemak (vaselin) pada lapisan tipis pelat kaca. Mahkota bunga ditempatkan pada
lemak selama beberapa jam, kemudian diulangi yang baru beberapa kali. Setelah
minyak terserap dalam lemak padat tersebut, selanjutnya diekstraksi dengan
alkohol. Selanjutnya dipisahkan antara alkohol dan minyak atsiri. Penyarian minyak
atsiri dengan lemak padat tersebut dikenal dengan enfleurage.

Bunga-bunga tertentu seperti melati, mawar yang disuling akan


menghasilkna minyak yang tidak berbau sama dengan buanganya. Minyak atsiri
dari bunga-bunga tersebut di atas, dperoleh dengan cara:

a. Pembuatan dengan lemak tanpa pemanasan (Enflurasi / enfleurage). Cara ini


sudah dilkukan sejak berabad-abad yang lalu secara primitif. Estela tanaman
dipetik tanaman tersebut akan meneruskan proses fisiologisnya dengan
mengeluarkan bau khasnya. Sesegera setelah bunga dipetik ditaburkan diatas
lemak, lemak mengabsorbsi minyak tersebut. Untuk memperbesar absorbsinya
permukaan lemak digores. Tiap 1 kg lemak diperlukan bunga melati sebanyak 2,5
sampai 3 kg. Untuk seluruh proses enflurasi memerlukan waktu 8 sampai 10
minggu. Lemak yang telah jenuh dengan minyak menguap, dikerok dengan sudip,
kemudian dilelehkan pada tempat tertutup. Lemak tersebut kemudian diekstraksi
dengan alkohol, lalu didinginkan pda suhu rendah (kalau mungkin 15 oC) untuk
memisahkan dari lemaknya, disaring, kemudian dipekatkan degna cara
penyulingan. Cara ini dilkukan hanya untuk bunga-bunga tertentu, memerlukan
waktu lama dan memerlukan banyak tenaga yang terlatih untuk mengerjakannya.
Walaupun dengan cara ini dapat menghasilkan minyak yang lebih baik. Syarat
lemak yang digunakan adlah tidak berbau dan mempunyai konsistensi tertentu.

b. Pembuatan dengan lemak panas.

Lemak dipanaskan pada suhu lebih kurang 80 oC. Bugna segar dimaserasi dengan
lemak panas tersebut selama 1,5 jam. Bunga tesebut harus sering diganti dengan
yang baru sampai tiap kg lemak kontak dengan 2 sd 2,5 kg bunga, kemudian
dibiarkan selama lebih kurang satu jam dan disaring melalui saringan logam. Untuk
memisahkan lemak yang melekat, bunga disiram dngan air panas kemunidan
diperas dengan saringan kain. Air akan mudah dipisahkan dari lemak tersebut.
Selanjutnya seperti cara enflurasi pada point a.

3. Ekstraksi dengan pelarut minyak atsiri

Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atisiri yang terdapat
dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia
diekstraksi dengan plarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar,
kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi. Dengan cara ini
diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan oleh
tenaga ahli. Sebagai pelarut biasanya dipakai eter minyak tanah.

Pelarut yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Melarutkan sempurna komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam


tanaman.
b. Mempunuyai titik didih rendah.

c. Tidak campur dengan air.

d. Inert, tidak bereaksi dengan komponen minyak atsiri.

e. Mempunyai satu titik didih, bila diuapkan tidk meninggalkan sisa.

f. Harga murah.

g. Bila mungkin tidak mudah terbakar.

Pelarut yang paling banyak digunakan adalah eter minyak tanah. Alkohol tidak
baik digunakan karena alkohol melarutkan air yang terdapat dalam tanaman. Untuk
simplisia tertentu alkohol menghasilkan bau yang tidak enak. Alkohol baik
digunakan untuk simplisia kering. Sari yang diperoleh dikenal dengan nama tingtur
yang banyak digunakan untuk sediaan farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah
menguap, banyak banyak digunakan di berbagai negara dan secara umum dapat
dipakai untuk sediaan farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak
digunakan di berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk bermacam
simplisia dan diperoleh minyak atsiri sesuai dengan aslinya.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi


minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air. Cara ini baik
untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan, misal: bunga cempaka, melati,
mawar, dll.

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan
cara memasukkan bahan yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor khusus
dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar, dengan
menggunakan petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam
bahan dan melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan albumin serta
zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam evaporator dan minyak
dipekatkan pada suhu rendah. Setelah semua pelarut diuapkan dalam keadan
vakum, maka diperoleh minyak bunga yang pekat. Suhu harus tetap dijaga tidak
terlalu tinggi selama proses ini. Dengan demikian uap aktif yang terbentuk tidak
akan merusak persenyawan minyak bunga. Jika dibandingkan dengan mutu minyak
bunga hasil penyulingan, maka minyak bunga hasil ekstraksi menggunakan pelarut
lebih mendekati bau bunga alamiah. Semua minyak yang diekstraksi dengan
pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen alamiah
yang bersifat tidak dapat menguap. Sebaliknya hasil penyulingan uap, umumnya
berwarna cerah dan bersifat larut dalam alkohol 95%.

Dalam industri parfum, sebagian besar produksi minyak atsiri modern


dilakukan dengan ekstraksi, dengan menggunakan sistem pelarut yang berdasar
pelarut yang mudah menguap seperti eter minyak tanah. Keuntungan utama
ekstraksi adalah suhu yang bisa dipertahankan kurang lebih 50 oC selama proses.
Hasilnya minyak atsiri yang didapat mempunyai bau yang lebih alami yang tidak
dapat ditandingi minyak suling. Hal ini karena selama penyulingan, dengan suhu
yang tinggi, dapat mengubah konstituen minyak atsiri. Namun demikian, metode
penyulingan operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan proses ekstraksi.

Simplisia dimasukkan ke dalam ekstraktor dan selanjutnya pelarut oraganik


murni dipompakan ke dalam ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke dalam
ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke dalam jaringan simplisia dan akan
melarutkan minyak serta bahan lainnya seperti dmar dan lilin. Komponen tersebut
merupakan pengotor, dan dipisahkan dengan cara penyulingan pada suhu rendah
dan tekanan rendah. Dengan cara penyulingan ini diperoleh campuran pelarut dan
minyak atsiri disebut concrete.

Pemurnian concrete (pelarut + minyak atsiri) ini dilakukan dengan melarutkan


dalam alcohol, diambil fase alcohol. Fase alcohol ini didinginkan 0oC, diperoleh
minyak atsiri dalam alcohol dan lilin. Dilakukan penyaringan terhadap campuran
ini, diambil fase minyak atsiri dalam alkohol. Untuk memisahkan alkohol dan
minyak atsiri, dilakukan penyulingan pada tekanan dan suhu rendah, akan diperoleh
alkohol dan minyak atsiri murni.

4. Pengepresan

Pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan (ekspresi) dilakukan


terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman
yang termasuk jenis Sitrus, karena minyak atsiri dari jenis tanaman tersebut akan
mengalami kerusakan bila dibuat dengan cara penyulingan. Cara ini juga
digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari biji.
Berdasar tipe alat ekspresi dibedakan menjadi 2 macam yaitu hidraulic
expressing, dan expeller expressing.

5. Hidrolisis glikosida

Dilakukan hidrolisis untuk memecah menjadi aglikonnya (minyak atsirinya).


Contoh minyak atsiri yang diperoleh dengan cara ini hdala minyak mustar,
diperoleh dengan hidrolisis enzimatis dari glikosida. Dalam biji mustar hitam,
glikosida sinigrin, dihidrolisis oleh myrosin dengan menghasilkan minyak mustar.
Biosintesis terjadinya hidrolisis dapat dilihat dalam pembahasan glikosida, sub bab
glikosida alil isotiosianat.

6. Ecuelle.

Beberapa minyak atsiri tidak dapat disuling tanpa terjadi dekomposisi, jadi
dilakukan cara yang lain yaitu pengepresan (expression) misalnya minyak lemon
dan minyak jeruk. Di Amerika Serikat, metode umum mendapat citrus oil meliputi
menusuk kelenjar minhyak dengan menggulingkan buah di atas sebuah bak yang
dilapis dengan duri-duri yang tajam guna merembeskan kulit ari dan menembus
kelenjar minyak yang ditempatkan di bagian luar kulit. Cara ini disebut dengan
metode ecuelle. Langkah menekan pada buah menghilangkan minyak dari kelenjar
dan semprotan air membasuh minyak yang masih melekat pada kulit sementara
ampas tersaring melalui tabung pusat yang membuang bagian tengah buah.
Emulsi minyak-air yang dihasilkan dipisahkan dengan sentrifugasi.

D. Pemurnian Minyak Atsiri

Minyak yang dihasilkan dari penyulingan tanaman pada umumnya tidak murni
karena maz tercampur dengan minyak lain yang berasal dari tanaman sendiri atau
dengan hasil penguraian componen tanaman yang disebabkan proses penyulingan.

Untuk memperoleh minyak yang murni perlu dilakukan prosese pemurnian.


Proses pemurnian dapat dilakukan dengan:

a. Penyulingan kembali
Penyulingan kembali bertujuan untuk meisahkan componen yang muda
menguap dari componen yang tidak mudah menguap seperti logam berat yang
menyebabkan minyak berwarna lebih gelap dan debu halus yang terbawa oleh uap
atau uap air pada waktu penyulingan.

b. Penyulingan bertingkat

Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan minyak berdasarkan perbedaan


titik didih. DIlakukan penyulingan dengan pengurangan tekanan. Di industri
minyak atsiri dilakukan penyulingan pada tekanan tidak lebih dari 5-10 mm Hg.
Untuk minyak-minyak yang bertitik didih tinggi dapat dipakai tangas air.

c. Penurunan suhu.

Penurunan suhu untuk menghablurkan hasil sampingan dari minyak atsiri yang
berupa senyawa hidrokarbon yang teroksidasi.

d. Penghabluran bertingkat

Penghabluran bertingkat dilakukan dengan penambahan dengan bermacam-


macam pelarut yang cocok, pada penambahan tersebut akan menghasilkan hablur
secara bertingkat.

e. Menghilangkan komponen dengan reaksi kimia.

Komponen yang tidak dikehendaki dihilangkan dengan reaksi kimia. Asam-


asam bebas dapat dihilangkan degnan natrium karbonat, basa dengan asam
hidroksida, fenol dengan natrium hidroksida, aldehida dengan natrium bisulfat, dll.

E. Manfaat Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebgai dasar wewangian alam
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan Bitters, Cordials,
Rums, Vermouths, Whiskies, Wines, dan sebagainya. Pada industri karet
dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam produk karet sintesis dan
sejenisnya, mainan, senyawa tahan air, baby plasts, gloves, dan sebagainya. Pada
industri sabun dimanfaatkan dalam pembuatan carbonated beverages, cola drinks,
fountain supplies, soft drinks powder dan sebagainya. Pada hasil pengolahan tekstil
dimanfaatkan sebagai kulit dan benang tiruan zat warna, lindeum, oil cloth, dll.
Pada perlengkapan ternak digunakan sebagai cattle sprays, deodorant, sabun
anjing dan kucing, bubuk serangga, obat kudis, dan obat gosok. Pada industri
tembakau dimanfaatkan sebagai shewing tobaccos, cigarettes dan kretek. Pada
industri difersifikasi dimanfaatkan sebagai alkohol denaturasi, lilin, keramik,
cleaners produk, bahan pengawet mayat, lensa optis, dan gas air mata.

F. Kandungan Kimia Minyak Atsiri

Secara kimia terpen minyak atsiri dapat dipilah menjadi dua golongan yaitu
monoterpen dan sesquiterpen, berupa isopren C 10 dan C15 yang jangka titik didihnya
berbeda (titik didih 140-148oC, titik didih sesquiterpen >200oC). Pertama-tama
monoterpen dapat dipilah lebih lanjut menjadi tiga golongan bergantung pada
apakah struktur kimianya asiklik (misalnya geraniol), monosiklik (misal Limonen)
atau bisiklik. Dalam setiap golongan monoterpen dapat berupa alkohol misalnya
mentol, aldehid, atau keton misalnya menton dan karvon.

Sesquiterpen dapat dipilah berdasarkan kerangka karbon dasarnya yang


umumnya ialah asiklis misalnya farnesol, monosiklik misalnya bisabolena atau
bisiklik misalnya karotol. Namun demikian, dalam setiap golongan dikenal banyak
senyawa yang berbeda. Dua turunan sesquiterpen yaitu asam absist dan xantin
mendapat perhatian khusus karena sifat pengatur tumbuhnya.

Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu
terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling dengan uap. Zat inilah penyebab wangi,
harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan, secara ekonomi senyawa
tersebut penting sebgai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah
serta sebagai senywa cita rasa di dalam industri makanan.

Contoh-contoh kerangka minyak atsiri golongan terpenoid bisa dicermati pada


bab terpenoid sub bab monoterpenoid.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Minyak atsiri (minyak menguap = minyak eteris = minyak essensial = volatile


oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan nabati, bersifat mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan terbuka dan
memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama
di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu.

Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebgai dasar wewangian alam
dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan Bitters, Cordials,
Rums, Vermouths, Whiskies, Wines, dan sebagainya.

B. Saran

Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih sangat banyak kekurangan

dan kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan/saran,

yang nantinya akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat

bagi kita semua di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Anekaplantasia, 2008.
http://www.anekaplantasia.cybermediaclip/prosespenyulingannilam/html//. [16
Desember 2012].

Armando, R., 2009. Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Awaludin, Z., 2009. Mengapa Es Terbentuk di Lautan. http://chem-is-try.org [16


Desember 2012].

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU,
Medan.

Harris, R., 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.


Herlina, N dan H. S. Ginting, 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia USU, Medan.

http://www.atsiri-indonesia.com/. Essential Oil. Atsiri Indonesia. [16 Desember 2012].


http://situsmesin.com/destilator-minyak-atsiri-penyuling-nilam.html. Destilator
Minyak Atsiri [16 Desember 2012].

Kastaman, R., 2003. Kajian Teknis Budidaya dan Manajemen Produksi Pengolahan
Minyak Nilam di Beberapa Sentra Nilam di Jawa Barat. Dinas Koperasi dan UKM,
Bandung.

Lutony, T. L. dan Y. Rahmayati, 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.


Penebar Swadaya, Jakarta.
Napitupulu, F. H., 2006. Modifikasi Ketel Penyuling Nila Untuk Mempersingkat Waktu
Penyulingan. Teknik Mesin FT USU, Medan.

Nufus, N., 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Nilam dan Minyak
Nilam di Kecamatan Padang Jaya. Jurnal Penelitian UNIB, Bengkulu. Universitas

Anda mungkin juga menyukai