Prostat yang normal adalah organ yang padat, dan elastis yang berlokasi tepat
dibawah kandung kemih dan terdapat dibagian superior diafragma urogenital dimana
ia terfiksasi dengan baik disana. Prostat dewasa normal berukuran panjang sekitar
4 cm dan lebar 4 hingga 5 cm. Dibagian panjangnya ia dilewati oleh uretra dan
duktus ejakulatorius yang masuk pada bagian basal dan berakhir dibagian uretra
prostatika posterior. Terdiri dari basis prostat dan apex prostat yang terletak
diatas sphincter uretra eksterna VU, fasies anterior, fasies posterior, dan fasies
inferolaterales. Prostat termasuk organ ekstraperitoneal ( tidak dibungkus
peritoneum ). Berfungsi mengeluarkan semen untuk membawa sperma
Prostat memiliki kapsul yang kuat dan terdiri dari jaringan fibrosa dan elemen
muskuler yang seluruhnya membungkus prostat dan terikat secara padat disana.
Kapsula ini sebenarnya merupakan jaringan prostat yang tidak mengandung kelenjar
dan terhubungkan dengan acini dan ia tidak dapat dipisahkan dari parenkima. Bagian
ini terbungkus oleh fascia periprostatica.
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri
dari 2 lapisan yaitu :
1. Lobus anterior
Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang.
2. Lobus lateral dextra dan sinistra paling berkembang menjadi BPH.
Terletak sebelah lateral dari uretra pars prostatica
3. Lobus posterior bila membesar terjadi karsinoma prostat
Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum, berkembang dari dinding dorsal
uretra. Terletak dibawah ductus ejakulatorius.
4. Lobus media sering terjadi BPH
Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica. Terletak diatas
ductus ejakulatorius.
VASKULARISASI
Aliran darah prostat merupakan percabangan dari Arteri pudenda interna, Arteri
vesikalis inferior dan Arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam
kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik
dalam lamina propria. Perdarahan utama berasal dari A. Vesicalis inferior cabang
dari A. Iliaca interna. Plexus venosa prostatica menerima darah dari V. Dorsalis
penis dan mengalirkannya ke V. Iliaca interna.
PERSARAFAN
1. Zona Anterior/Ventral :
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zonaini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona sentral
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25%massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
3. Zona perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma
terbanyak.
4. Zona transisional
Zona ini bersama
sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik.
Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat
melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat
ichyperpiasia (BPH).
5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar peiurethal dalam keadaan
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (stedystate). Sel baru
biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia,
gangguan keseimbangan hormonal, atau faktor pencetus yang lain, maka sel stem
tersebut dapat berprolifeasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar
periurethal.
Teori kedua ialah teori Reawakening dari jaringan kembali seperti perkembangan
pada tingkat embriologik, sehingga jaringan peiurethal dapat tumbuh lebih cepat
daripada jaingan yang lain sekitarnya. Teori ini dikemukakan oleh Mc Neal
(1978), yang juga membagi prostat manjadi bagian zona sentral, zona periferal
dan zona peralihan.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth Faktor
(b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi lebih
besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. b FGF dapat dicetuskan
oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan
sebelum usia 40 tahun.Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang
lambat dari lahir sampai pubertas, dimana pada selang waktu tersebut terjadi
peningkatan cepat dalam ukuran yang berkelanjutan sampai usia akhir 30-
an.Pertengahan dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan
hiperplasia.Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah
dapat ditemukan pada usia 30-40tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus
berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada priausia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari
angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik .
Dari beberapa autopsi dalam ukuran prostat dan insiden histologi hiperplasia
prostat, mereka melaporkan bahwa prostat tumbuh dengan cepat selama masa
remaja sampai ukuran dewasa dalam tiga dekade dan pertumbuhan melambat sampai
laki-laki mencapai usianya yang ke 40 dan 50 tahun, mulai memasuki pertumbuhan
yang makin lama makin besar. Mereka juga menetapkan insiden hiperplasia prostat
makinmeningkat dengan meningkatnya usia dimulai dari dekade ke-3 kehidupan dan
menjadi sangat besar pada waktuusia 80-90 tahun.Tidak ada bukti yang meyakinkan
mengenai korelasi antara faktor-faktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian
BPH.
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.
Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang
tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat
yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini
menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya,
yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk
mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi,
yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.
Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi
kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi
secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan
batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.
Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat.
Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat
terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan
obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan
diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan
ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan
cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
Biasanya gejala- gejala prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Track Symtoms
( LUTS ) dibedskan menjadi gejala iritatif dan obstruktif
a. Gejala iritatif:
1. Sering miksi
2. Terbangun untuk miksi pada malam hari ( Nokturia )
3. Persaan ingin miksi yang sangat mendesak ( Urgensi )
4. Nyeri pada miksi ( Disuria)
b. Gejala Obstruktif
1. Pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas sehabis miksi
3. Ketika mau miksi harus menunggu lama (Hesitancy)
4. Harus mengedan ketika miksi (straining)
5. Kencing terputus- putus (intermittency)
6. Waktu miksi memenjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen
karena overflow
Gejala-gejala tersebut di atas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis
derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
1. Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>
2. Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
3. Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian
atas + sisa urin > 150 ml
A. Anamnesis :
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract
Symptoms) Antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal
dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala
iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain
seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan
prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal
harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus
pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat
menyebabkan gangguan miksi seperti batu di Fossa navikularis atau uretra anterior,
fibrosis daerah uretra, fimosis, condilomadi daerah meatus.Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masakistus di
daerah supra simfisis akibat retensi urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra
simfisis.
Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis
kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan
gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes
mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.
E. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka
sistogram retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.
I. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
1. daya kontraksi otot detrusor
2. tekanan intravesica
3. resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju
pancaranmendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah
menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat
derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
DIAGNOSIS BANDING
Terapi BPH dapat berkisar dari watchful waiting di mana tidak diperlukan teknologi
yang canggih dan dapat dilakukan oleh dokter umum, hingga terapi bedah minimal
invasif yang memerlukan teknologi canggih serta tingkat keterampilan yang tinggi.
Berikut ini akan dibahas penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting,
medikamentosa, terapi bedah konvensional, dan terapi minimal invasif.
Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar
mengurangi nokturia.
2. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
3. Mengurangi kopi.
4. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.
Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring,
uroflowmetri, dan TRUS.
5. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat
tiga macam terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan
penghambat adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.
Fitoterapi
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di Eropa dan baru-
baru ini di Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan
sepertiHypoxis rooperis, Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita
pepo, Populus temula, Echinacea purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Prostatektomi tertutup :
a. Reseksi transuretral
b. Bedah beku
Terapi laser
Terdapat dua sumber energi yang digunakan, yaitu Nd YAG dan holmium YAG.
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang
dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of
the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy. Keuntungan terapi laser adalah
perdarahan minimal, jarang terjadinya sindrom TUR, mungkin dilakukan pada pasien
yang menjalani terapi antikoagulan, dan dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di
rumah sakit. Kerugiannya di antaranya tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan
histopatologi, diperlukan waktu pemasangan kateter yang lebih lama, keluhan
iritatif yang lebih banyak, dan harga yang mahal1,2. Efek samping yang pernah
dilaporkan di Indonesia adalah perdarahan (2%), nyeri pasca operasi (3%), retensi
(19%), ejakulasi retrograd (3%), dan disfungsi ereksi (1%) 3.
Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau
rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.
1. Lokal
Apabila Buli buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena
produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli buli tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul
hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Karena selalu terdapat sisa urin,
dapat terbentuk batu endapan pada buli buli. Batu ini dapat menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Ini dinamakan
komplikasi lokal dari BPH.
2. General
b. Anemia
c. Sindroma Uremia
d. Asidosis Metabolik
e. Gagal ginjal
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak
memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria
setelah kanker paru-paru5. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai
efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw
palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak,
yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-
alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron
menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak
bertambah besar.
Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya
adalah :