Anda di halaman 1dari 22

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Prostat

LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Prostat

Prostat yang normal adalah organ yang padat, dan elastis yang berlokasi tepat
dibawah kandung kemih dan terdapat dibagian superior diafragma urogenital dimana
ia terfiksasi dengan baik disana. Prostat dewasa normal berukuran panjang sekitar
4 cm dan lebar 4 hingga 5 cm. Dibagian panjangnya ia dilewati oleh uretra dan
duktus ejakulatorius yang masuk pada bagian basal dan berakhir dibagian uretra
prostatika posterior. Terdiri dari basis prostat dan apex prostat yang terletak
diatas sphincter uretra eksterna VU, fasies anterior, fasies posterior, dan fasies
inferolaterales. Prostat termasuk organ ekstraperitoneal ( tidak dibungkus
peritoneum ). Berfungsi mengeluarkan semen untuk membawa sperma

Prostat memiliki kapsul yang kuat dan terdiri dari jaringan fibrosa dan elemen
muskuler yang seluruhnya membungkus prostat dan terikat secara padat disana.
Kapsula ini sebenarnya merupakan jaringan prostat yang tidak mengandung kelenjar
dan terhubungkan dengan acini dan ia tidak dapat dipisahkan dari parenkima. Bagian
ini terbungkus oleh fascia periprostatica.

Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri
dari 2 lapisan yaitu :

1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat


2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti
bladder atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian
belakang.

Prostat terdiri dari 4 lobus :

1. Lobus anterior
Terletak didepan uretra par prostatica, unsur kelenjar tidak berkembang.
2. Lobus lateral dextra dan sinistra paling berkembang menjadi BPH.
Terletak sebelah lateral dari uretra pars prostatica
3. Lobus posterior bila membesar terjadi karsinoma prostat
Bagian prostat yang berhadapan dengan rectum, berkembang dari dinding dorsal
uretra. Terletak dibawah ductus ejakulatorius.
4. Lobus media sering terjadi BPH
Berkembang dari dinding posterior uretra pars prostatica. Terletak diatas
ductus ejakulatorius.

Bagian cranialnya disebut basis prostate, dinding prostatnya merupakan lanjutan


dari dinding collum vesicae tanpa batas yang jelas. Bagian ventral prostat difiksasi
oleh Lig. Pubo Prostatica Mediale. Permukaan dorsal disentuh oleh Vasa deferentia
dan vesicular seminalis dan terpisah dari membrane prostaticopertitoneale
( Denonvillier ) dan fascia rectalis.

VASKULARISASI

Aliran darah prostat merupakan percabangan dari Arteri pudenda interna, Arteri
vesikalis inferior dan Arteri rektalis media. Pembuluh ini bercabang-cabang dalam
kapsula dan stroma, dan berakhir sebagai jala-jala kapiler yang berkembang baik
dalam lamina propria. Perdarahan utama berasal dari A. Vesicalis inferior cabang
dari A. Iliaca interna. Plexus venosa prostatica menerima darah dari V. Dorsalis
penis dan mengalirkannya ke V. Iliaca interna.

PERSARAFAN

Persarafan prostat berasal dari Pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk


Pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf
tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di
kapsula dan di stroma.

LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Prostat

Prostat merupakan suatu kumpulan kelanjar yang terdiri dari 30 - 50 kelenjar


tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau kuboid yang bercabang.
Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, menembus prostat. Secara
histologi, prostat memiliki 4 zona yang berbeda yaitu :

1. Zona Anterior/Ventral :
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular. Zonaini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
2. Zona sentral
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25%massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
3. Zona perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma
terbanyak.
4. Zona transisional
Zona ini bersama
sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik.
Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat
melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostat
ichyperpiasia (BPH).

5. Kelenjar-Kelenjar Periuretra

Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.

Prostat normal terdapat concremen


Hipertrofi prostat

LI.2. Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat

Fungsi Prostat adalah menambah cairan alkalis pada cairan seminalis


yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang
terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar
Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. Fungsi hampir sama dengan
kelenjar prostat. Kelenjar ini menghasilkan sekresi yang penyalurannya dari
testis secara kimiawi dan fisiologis sesuai kebutuhan spermatozoa.
Sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer
seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus
ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula seminalis dan
sperma. Cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu mengendap di cairan
vagina wanita, bersama dengan ejakulat yang lain, cairan ini dibutuhkan
karena motilitas sperma akan berkurang dalam lingkungan dengan pH rendah.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Benigna Prostat Hiperplasia

LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Benigna Prostat Hiperplasia

Hiperplasia prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan


prostat yang arah ke perifer dan menjadi simpai bedah. Merupakan proliferasi
elemen epitel dan stroma, yang menyebabkan kelenjar membesar dan pada
sebagian kasar, obstruksi aliran kemih.

LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Benigna Prostat Hiperplasia

Kelenjar periurethal dapat mengalami hiperplasi, pada umumnya dikemukan


beberapa teori:

1. Hipotesis stem sel ( Isaac 1984,1987 )

Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar peiurethal dalam keadaan
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (stedystate). Sel baru
biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia,
gangguan keseimbangan hormonal, atau faktor pencetus yang lain, maka sel stem
tersebut dapat berprolifeasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar
periurethal.

2. Hipotesis kebangkitan kembali

Teori kedua ialah teori Reawakening dari jaringan kembali seperti perkembangan
pada tingkat embriologik, sehingga jaringan peiurethal dapat tumbuh lebih cepat
daripada jaingan yang lain sekitarnya. Teori ini dikemukakan oleh Mc Neal
(1978), yang juga membagi prostat manjadi bagian zona sentral, zona periferal
dan zona peralihan.

3. Hipotesis keseimbangan estrogen dan testoteron


Testoteron sebagaian besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya
pembesaran prostat memerlukan adanya testis normal (Huggins 1947, Moore
1947). Testoteron dihasilkan oleh sel leydig atas pengauh hormon Luteinizing
hormon (LH), yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis ini
menghasilkan hormon LH atas rangsangan Luteinising Hormon Releasing Hormon
(LHRH). Disamping testis kelenjar anak ginjal juga menghasilkan testoteron atas
pengaruh ACTH yang juga dihasilkan oleh hipofisis. Jumlah testoteron yang
dihasilkan oleh testis kira kira 90% dari seluruh produksi testoteron, sedang
yang 10 % dihasilkan kelenjar adrenal. Sebagaian besar testoteron dalam tubuh
dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding Hormon
(SBH). Dengan bertambahnya usia akan terjadi peubahan imbangan estrerogen
dan testoteron , hal ini disebabkan oleh bekurangnya produksi testoteron dan
juga terjadi konvesi testoteron menjadi menjadi estrogen pada jaringan adipose
di daerah perifer dengan pertolongan enzim aromatase. Estrogen inilah yang
menyebabkan terjadinya hiperplasi stroma, sehingga timbul dugaan bahwa
testoteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi tetapi kemudian
estrogenlah yang berperan dalam perkembangan stroma. Kemungkinan lain adalah
perubahan konsetrasi relatif testoteron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan pontensiasi faktor pertumbuhan yang lain yang dapat menyebabkan
pembesaran prostat. Berdasarkan otopsi diluar negeri perubahan mikroskopik
pada prostat sudah dapat diidentifikasi pada pria usia 30 40 tahun. Perubahan
mikroskopik ini bila terus berkembang akan berkembang menjadi patologik
anatomik, yang pada pria usia 50 tahun pada otopsi ternyata angka kejadiannya
sekitar 50% dan pada usia 80 tahun angka tersebut mencapai sekitar 80%.
Sekitar angka 50 % dari angka tersebut diatas akan berkembang menjadi
penderita pembesaran prostat manifes.

4. Hipotesis Dihidrotestoteron (DHT)


Hanya 10% testoteron dalam keadaan bebas dan testoteron inilah yang
memegang perananan dalam inisiasi dalam pembesaran prostat. Testoteron
bebas ini dengan petolongan enzim 5 alfa reduktase akan dihidrolase menjadi
Dihidrotestoteron (DHT). Dalam bentuk DHT inilah akan yang akan diikat oleh
reseptor yang ada dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT-
Reseptor kompleks ini akan akan masuk kedalam inti sel dan akan mempengaruhi
Asam Ribo Nukleat (ARN) untuk menyebabkan sintesis protein sehingga dapat
terjadi proliferasi sel.

5. Hipotesis Growth faktor (faktor interaksi stroma dan epitel)

Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic Fibroblast Growth Faktor
(b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi lebih
besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. b FGF dapat dicetuskan
oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi atau infeksi.

LO. 3.3. Memahami dan menjelaskan epidemiologi BPH

Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan
sebelum usia 40 tahun.Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang
lambat dari lahir sampai pubertas, dimana pada selang waktu tersebut terjadi
peningkatan cepat dalam ukuran yang berkelanjutan sampai usia akhir 30-
an.Pertengahan dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan
hiperplasia.Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah
dapat ditemukan pada usia 30-40tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus
berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada priausia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari
angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik .
Dari beberapa autopsi dalam ukuran prostat dan insiden histologi hiperplasia
prostat, mereka melaporkan bahwa prostat tumbuh dengan cepat selama masa
remaja sampai ukuran dewasa dalam tiga dekade dan pertumbuhan melambat sampai
laki-laki mencapai usianya yang ke 40 dan 50 tahun, mulai memasuki pertumbuhan
yang makin lama makin besar. Mereka juga menetapkan insiden hiperplasia prostat
makinmeningkat dengan meningkatnya usia dimulai dari dekade ke-3 kehidupan dan
menjadi sangat besar pada waktuusia 80-90 tahun.Tidak ada bukti yang meyakinkan
mengenai korelasi antara faktor-faktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian
BPH.

Merokok juga diduga sebagai faktor yang berhubungan dengan


prostatektomi,namun ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan seksual dan
penyakit-penyakit lain serta obat-obatan belum ditemukan mempunyai korelasi
dengan peningkatan kejadian BPH.

LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Benigna Prostat Hiperplasia

Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal.
Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang
tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat
yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini
menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya,
yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk
mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi,
yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.

Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi
kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi
secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan
batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.
Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat.
Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat
terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan
obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan
diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan
ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan
cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.

LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Benigna Prostat Hiperplasia

Biasanya gejala- gejala prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Track Symtoms
( LUTS ) dibedskan menjadi gejala iritatif dan obstruktif
a. Gejala iritatif:
1. Sering miksi
2. Terbangun untuk miksi pada malam hari ( Nokturia )
3. Persaan ingin miksi yang sangat mendesak ( Urgensi )
4. Nyeri pada miksi ( Disuria)
b. Gejala Obstruktif
1. Pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas sehabis miksi
3. Ketika mau miksi harus menunggu lama (Hesitancy)
4. Harus mengedan ketika miksi (straining)
5. Kencing terputus- putus (intermittency)
6. Waktu miksi memenjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen
karena overflow
Gejala-gejala tersebut di atas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis
derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
1. Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>
2. Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
3. Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian
atas + sisa urin > 150 ml

LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

A. Anamnesis :

Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract
Symptoms) Antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal
dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala
iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus
spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain
seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan
prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,


konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus
kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum.
Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba.
Sedangkan pada kanker prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul
dan di antara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan
teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus
urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi
pielonefritis akan disertai sakit pinggang dannyeri ketok pada pinggang.

Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal
harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus
pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat
menyebabkan gangguan miksi seperti batu di Fossa navikularis atau uretra anterior,
fibrosis daerah uretra, fimosis, condilomadi daerah meatus.Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masakistus di
daerah supra simfisis akibat retensi urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra
simfisis.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.

A. Darah : - Ureum dan Kreatinin


1. Elektrolit
2. Blood urea nitrogen
3. Prostate Specific Antigen (PSA)
4. Gula darah
B. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
1. Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
2. Sedimen

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis
kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan
gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes
mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.

C. Foto polos abdomen (BNO)


BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya
batu/kalkulosa prostat dan kadang kala dapat menunjukkan bayangan vesica
urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.
Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih
atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.

D. Pielografi Intravena (IVP)


Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis2
2. memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya
indentasi prostat(pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau
ureter di sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish.
3. penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi,
divertikel, atausakulasi vesica urinaria4.
4. foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin

E. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka
sistogram retrograddapat pula memberi gambaran indentasi.

F. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)


Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan
pembesaran prostatmaligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi
prostat, menentukan volume vesicaurinaria dan jumlah residual urine, serta
mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu,
tumor, dan divertikel.
G. Pemeriksaan Sistografi
Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urine ditemukanmikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran
kemungkinan tumor di dalam vesic aurinaria atau sumber perdarahan dari atas
bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain
itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang
uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.

H. MRI atau CT jarang dilakukan


Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam
potongan.

I. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
1. daya kontraksi otot detrusor
2. tekanan intravesica
3. resistensi uretra

Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju
pancaranmendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah
menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat
derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.

J. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)


Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri
tidak dapatmembedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya
kontraksi otot detrusor yangmelemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut
dilakukan pemeriksaan tekanan pancarandengan menggunakan Abrams-Griffiths
Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran
urin dapat diukur.

K. Pemeriksaan Volume Residu Urin


Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat
sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin
yang masih tinggal atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah
miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu
membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi
urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari
100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada
penderita prostat hipertrofi.

DIAGNOSIS BANDING

Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran kemih di antaranya :


1. Struktur uretra
2. Kontraktur leher vesika
3. Batu buli-buli kecil
4. Kanker prostat
5. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang menggunakan
obat-obat parasimpatolitik.
Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat disebabkan oleh :
1. Instabilitas detrusor
2. Karsinoma in situ vesika
3. Infeksi saluran kemih
4. Prostatitis
5. Batu ureter distal
6. Batu vesika kecil

LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Benigna Prostat Hiperplasia

Terapi BPH dapat berkisar dari watchful waiting di mana tidak diperlukan teknologi
yang canggih dan dapat dilakukan oleh dokter umum, hingga terapi bedah minimal
invasif yang memerlukan teknologi canggih serta tingkat keterampilan yang tinggi.
Berikut ini akan dibahas penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting,
medikamentosa, terapi bedah konvensional, dan terapi minimal invasif.

Watchful Waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan
1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar
mengurangi nokturia.
2. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
3. Mengurangi kopi.
4. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.
Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring,
uroflowmetri, dan TRUS.
5. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.

Terapi Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat
tiga macam terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan
penghambat adrenergik a-1, penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.

1. Penghambat adrenergik a-1


Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor a-1 yang banyak ditemukan pada
otot polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan
demikian, akan terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada uretra
pars prostatika menurun dan mengurangi derajat obstruksi. Obat ini dapat
memberikan perbaikan gejala obstruksi relatif cepat. Efek samping dari obat ini
adalah penurunan tekanan darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing
(dizziness), lelah, sumbatan hidung, dan rasa lemah (fatique).

Pengobatan dengan penghambat reseptor a-1 masih menimbulkan beberapa


pertanyaan, seperti berapa lama akan diberikan dan apakah efektivitasnya akan
tetap baik mengingat sumbatan oleh prostat makin lama akan makin berat
dengan tumbuhnya volume prostat. Contoh obat: prazosin, terazosin dosis 1
mg/hari, dan dapat dinaikkan hingga 2-4 mg/hari. Tamsulosin dengan dosis 0.2-
0.4 mg/hari.

2. Penghambat enzim 5a reduktase


Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase, sehingga
testosteron tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian,
konsentrasi DHT dalam jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi
sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom setelah 6
bulan terapi.
Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum
PSA2. Contoh obat : finasteride dosis 5 mg/hari.

3. Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a reduktase


Terapi kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a
reduktase pertama kali dilaporkan oleh Lepor dan kawan-kawan pada 1996.
Terdapat penurunan skor dan peningkatan Qmax pada kelompok yang
menggunakan penghambat adrenergik a-1. Namun, masih terdapat keraguan
mengingat prostat pada kelompok tersebut lebih kecil dibandingkan kelompok
lain. Penggunaan terapi kombinasi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Fitoterapi
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan poluler diberikan di Eropa dan baru-
baru ini di Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan
sepertiHypoxis rooperis, Pygeum africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita
pepo, Populus temula, Echinacea purpurea, dan Secale cerelea. Masih diperlukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.

Terapi Bedah Konvensional

Prostatektomi digolongkan dalam 2 golongan:


Prostatektomi terbuka :
a. Prostatektomi suprapubik transvesikalis (Freyer)
b. Prostatektomi retropubik (Terence Millin)
c. Prostatektomi perinealis (Young)

Prostatektomi tertutup :
a. Reseksi transuretral
b. Bedah beku

1. Open simple prostatectomy


Indikasi untuk melakukan tindakan ini adalah bila ukuran prostat terlalu besar, di
atas 100 gram, atau bila disertai divertikulum atau batu buli-buli. Dapat
dilakukan dengan teknik transvesikal atau retropubik. Operasi terbuka
memberikan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada TUR-P1-2.

2. Transurethral resection of the prostate (TUR-P)


Prinsip TUR-P adalah menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang
menimbulkan obstruksi dengan menggunakan resektoskop dan elektrokauter.
Sampai saat ini, TUR-P masih merupakan baku emas dalam terapi BPH. Sembilan
puluh lima persen prostatektomi dapat dilakukan dengan endoskopi . Komplikasi
jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia (sindrom TUR), dan
retensi karena bekuan darah. Komplikasi jangka panjang adalah struktur uretra,
ejakulasi retrograd (75%), inkontinensia (<1%).

3. Transurethral incision of the prostate (TUIP)


Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan
ukuran prostat kecil, yang sering terdapat hiperplasia komisura posterior (leher
kandung kemih yang tinggi). Teknik ini meliputi insisi pada arah jam 5 dan 7.
Penyulit yang bisa terjadi adalah ejakulasi retrograd.

Terapi laser
Terdapat dua sumber energi yang digunakan, yaitu Nd YAG dan holmium YAG.
Tekniknya antara lain Transurethral laser induced prostatectomy (TULIP) yang
dilakukan dengan bantuan USG, Visual coagulative necrosis, Visual laser ablation of
the prostate (VILAP), dan interstitial laser therapy. Keuntungan terapi laser adalah
perdarahan minimal, jarang terjadinya sindrom TUR, mungkin dilakukan pada pasien
yang menjalani terapi antikoagulan, dan dapat dilakukan tanpa perlu dirawat di
rumah sakit. Kerugiannya di antaranya tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan
histopatologi, diperlukan waktu pemasangan kateter yang lebih lama, keluhan
iritatif yang lebih banyak, dan harga yang mahal1,2. Efek samping yang pernah
dilaporkan di Indonesia adalah perdarahan (2%), nyeri pasca operasi (3%), retensi
(19%), ejakulasi retrograd (3%), dan disfungsi ereksi (1%) 3.

Microwave hyperthermia
Memanaskan jaringan adenoma melalui alat yang dimasukkan melalui uretra atau
rektum sampai suhu 42-45oC sehingga diharapkan terjadi koagulasi.

1. Trans urethral needle ablation (TUNA)


Alat yang dimasukkan melalui uretra yang apabila posisi sudah diatur, dapat
mengeluarkan 2 jarum yang dapat menusuk adenoma dan mengalirkan panas,
sehingga terjadi koagulasi sepanjang jarum yang menancap di jaringan prostat.
2. High intensity focused ultrasound (HIFU)
Melalui probe yang ditempatkan di rektum yang memancarkan
energi ultrasounddengan intensitas tinggi dan terfokus.
3. Intraurethral stent
Adalah alat yang secara endoskopik ditempatkan di fosa prostatika untuk
mempertahankan lumen uretra tetap terbuka. Dilakukan pada pasien dengan
harapan hidup terbatas dan tidak dapat dilakukan anestesi atau pembedahan.
4. Transurethral baloon dilatation
Dilakukan dengan memasukkan kateter yang dapat mendilatasi fosa prostatika
dan leher kandung kemih. Prosedur ini hanya efektif bila ukuran prostat kurang
dari 40 g, sifatnya sementara, dan jarang dilakukan lagi.

LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Benigna Prostat Hiperplasia

1. Lokal

Hiperplasi prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen ureta posteio yang


menghambat aliran urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli buli
kontaksi lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan
anatomis yang dinamakan fase kompensata akan terjadi hipetrofi otot detusor,
trabekulasi, sakulasi, diverkulasi.

Apabila Buli buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena
produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli buli tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul
hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Karena selalu terdapat sisa urin,
dapat terbentuk batu endapan pada buli buli. Batu ini dapat menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Ini dinamakan
komplikasi lokal dari BPH.

2. General

a. Peritonitis,bila vesica urinaria pecah dan meyebar ke rongga peritonium

b. Anemia

c. Sindroma Uremia
d. Asidosis Metabolik

e. Gagal ginjal

LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Benigna Prostat Hiperplasia

Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu
walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak
memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria
setelah kanker paru-paru5. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai
efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

LO.3.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Benigna Prostat Hiperplasia

Kini, sudah beredar suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw
palmetto. Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak,
yang bersama-sama dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-
alpha reduktase, yang berperan dalam proses pengubahan hormon testosteron
menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH). Hasilnya, kelenjar prostat tidak
bertambah besar.

Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya
adalah :

1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah


pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu
berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan
pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan
ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.
Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:

1. Mengurangi makanan kaya lemak hewan


2. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam
makanan laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
3. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
4. Berolahraga secara rutin
5. Pertahankan berat badan ideal

Anda mungkin juga menyukai