PENDAHULUAN
1
pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.Etika adalah peraturan atau norma yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik
dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb
moral.(Nila Ismani, 2001)Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan
(Hudak & Gallo, 1997). Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik
sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi
keperawatan.
2.1 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu.
Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika berhubungan
dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan kewajiban moral. Etika
berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang mempunyai prinsip benar
dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral,
menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral
yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar
atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang
menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik
yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai
dan situasi individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu
baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak
jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh: benarkah dipandang dari
segi etis, hak asasi dan tanggung jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya
penyelamtan hidup pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti mebawa kematian?.
3
Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang ( pemakaian mesin
dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia,
pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini
memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak asasi dan tanggung jawab
profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan,
mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya.
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya profesi
keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan profesional
berdasarkan kebutuhan manusia- karena itu tidak membedakan kebangsaan, warna kulit,
politik, status sosial dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia
yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan
bahwa perawat akan berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang
mnguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah
laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus
bertindak.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain.
Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada
penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang
berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan
filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku
aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik
merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.
Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.
4
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan
untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain.
TIPE-TIPE ETIK
a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang
lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang
meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam
bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan.
Bioetik adalah cabang etik yang mengkaji masalah etika dalam dunia kesehatan/medis
( pelayanan kesehatan,penelitian kesehatan dll ) sering disebut etika medis atau
etikabiomedik.
Bioetik mulai berkembang pada awal tahun 1960 an,karena pada saat itu banyak
bermunculan teknologi medis sebagai upaya untuk memperpanjang/meningkatkan kualitas
hidup manusia.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan
kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan
kesehatan
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.
5
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
TEORI ETIK
a. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang
tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada
dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b. Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
PRINSIP-PRINSIP ETIK
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
6
b. Berbuat baik (Beneficience)
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa doctors knows best sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
7
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
B. Pendekatan telelogik
Menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi.
1) rute utilitarianisme, berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada
sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
8
2) Act utilitarianisme, tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada
suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan
kebaikan sebanyak-banyaknya dan ketidakbaikan sekecil-kecilnya.
Kelly,87 : pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal. Dan ketidak baikan sekecil
mungkin bagi manusia.
Teleology :
Rule utilitarianisme : manfaat / nilai suatu tindakan bergantung pada sejauhmana tindakan
tersebut memberikan kebaikan dan kebahagian kepada manusia.
Act utilitarianisme ; bersifat lebih terbatas. Tidak melibatkan aturan umum tetatpi berupaya
dan mempertimbangkan terhadap sesuatu tindakan dapat memberikan kebaikan sebanyak-
banyaknya atau ke tidak baikan sekecil-kecilnya. Contoh ; bayi lahir cacat- lebih baik
meninggal.
Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud,
dan logos, perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian Wolff,
seorang filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala
yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran,
arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum,
teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di
alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.
9
Etika Teleologis
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya
suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi.
Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi,
kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang
menjadi dasar, melainkan baik dan jahat. Ketika hukum memegang peranan penting dalam
deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya. Teleologi mengerti benar mana yang
benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah
tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu
bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Ajaran teleologis dapat
menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus
diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Hal ini membuktikan cara pandang
teleologis tidak selamanya terpisah dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus
diimbangi dengan "benar" dan "salah".Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat
menciptakan hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".
Teleologi adalah setiap filosofis yang menyatakan bahwa akun menyebabkan akhir ada di
alam , yang berarti bahwa desain dan tujuan analog dengan yang ditemukan dalam tindakan
manusia yang melekat juga di seluruh alam. Kata berasal dari bahasa Yunani , telos, akar: - ".
akhir, tujuan" , Kata sifat "teleologis" memiliki penggunaan yang lebih luas, misalnya
dalam diskusi di mana teori-teori etika tertentu atau jenis program komputer (seperti " teleo-
reaktif "program) kadang-kadang digambarkan sebagai teleologis karena melibatkan
bertujuan gol.
Teleologi kemudian dieksplorasi oleh Plato dan Aristoteles , dengan Santo Anselmus
sekitar 1000 Masehi, dan kemudian oleh Immanuel Kant dalam bukunya Critique
Penghakiman . Itu penting untuk filsafat spekulatif Hegel .
Suatu hal, proses atau tindakan teleologis ketika demi akhir, yaitu, telos atau
menyebabkan akhir . Secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua jenis penyebab akhir,
yang dapat disebut finalitas intrinsik dan ekstrinsik finalitas.
Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas ekstrinsik bila demi sesuatu yang
eksternal pada dirinya sendiri. Misalnya, Aristoteles berpendapat bahwa hewan adalah untuk
kepentingan manusia, hal yang eksternal bagi mereka. Manusia juga menunjukkan finalitas
10
ekstrinsik ketika mereka mencari sesuatu yang luar dirinya (misalnya, kebahagiaan seorang
anak). Jika hal eksternal tidak ada tindakan yang tidak akan menampilkan finalitas.
Suatu hal atau tindakan memiliki finalitas intrinsik bila demi sesuatu yang tidak
eksternal untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, orang mungkin mencoba untuk menjadi
bahagia hanya demi menjadi bahagia, dan bukan demi apa pun di luar itu.
Dalam ilmu pengetahuan modern penjelasan teleologis yang sengaja dihindari, karena
apakah mereka benar atau salah diperdebatkan berada di luar kemampuan persepsi dan
pemahaman manusia untuk menghakimi. Beberapa disiplin ilmu, terutama dalam biologi
evolusi, masih cenderung menggunakan bahasa yang muncul teleologis ketika mereka
menggambarkan kecenderungan alami terhadap kondisi akhir tertentu, tetapi argumen ini
dapat selalu diulang di non-teleologis bentuk.
c. Membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan
medis
f. Contoh kasus
Bila terdapat kasus kedaruratan persalinan,sedangkan tidak ada bidan dan jarak menuju
rumah sakit rujukan cukup jauh,maka seorang perawat dapat dibenarkan untuk memberikan
pertolongan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya demi keselamatan
pasien
C. Pendekatan deontologi
11
mereka, beberapa pilihan secara moral dilarang. Pada rekening deontologis moralitas, agen
tidak bisa membuat pilihan yang salah tertentu, bahkan jika dengan melakukan sehingga
jumlah pilihan yang salah akan diminimalkan (karena agen lain akan dilarang untuk
berkecimpung dalam pilihan yang salah yang serupa). Untuk deontologists, apa yang
membuat pilihan yang tepat adalah sesuai dengan norma moral. Norma-norma tersebut harus
ditaati oleh masing-masing hanya agen moral; seperti norma-keepings tidak dimaksimalkan
oleh agen masing-masing. Dalam hal ini, untuk deontologists, Kanan memiliki prioritas di
atas yang Baik. Jika suatu tindakan yang tidak sesuai dengan Hak, tidak dapat dilakukan,
tidak peduli baik itu mungkin menghasilkan (termasuk bahkan Baik yang terdiri dari
bertindak sesuai dengan Kanan). Fry, 1991. Deontologi ada 5 prinsip:
a) Kemurahan hati
b) Keadilan
c) Otonomi
d) Kejujuran
e) Ketaatan
v Kant berpendapat bahwa benar atau salahnya tindakan bukan ditentukan oleh hasil akhir
atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moral tindakan tersebut.
v Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperatif.
1) Manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan dasar berperilaku
dapat menjadi suatu hukum moral universal.
2) Manusia tidak boleh memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna,
tetapi harus sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri.
12
Contoh penerapan deontologi:
a. Perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu yang sebenarnya terjadi meskipun
kenyataan tersebut menyyakitkan.
Teori ini secara lebih luas dikembangkan menjadi lima prinsip penting: kemurahan hati,
keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan.
Etika deontologi deontologi atau (dari bahasa Yunani Deon, "kewajiban, kewajiban",
dan logia ) adalah sebuah pendekatan untuk etika bahwa para hakim moralitas dari suatu
tindakan berdasarkan kepatuhan tindakan untuk aturan atau aturan. Deontologists melihat
aturan dan tugas.
Etika deontologi umumnya kontras dengan konsekuensialis atau teleologis teori etika,
menurut mana kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensi-konsekuensinya.
Namun, ada perbedaan antara etika deontologi dan absolutisme moral . Deontologists yang
juga moral yang absolutis percaya bahwa beberapa tindakan yang salah tidak peduli apa
konsekuensi mengikuti dari mereka. Immanuel Kant , misalnya, berpendapat bahwa satu-
satunya benar-benar baik adalah baik akan, dan jadi faktor penentu tunggal apakah suatu
tindakan secara moral benar adalah kehendak, atau motif dari orang yang melakukannya. Jika
mereka bertindak atas pepatah yang buruk, misalnya "Saya akan berbohong", maka tindakan
mereka salah, bahkan jika beberapa konsekuensi yang baik datang dari itu. Non-absolut
deontologists, seperti WD Ross , berpendapat bahwa konsekuensi dari suatu tindakan seperti
berbohong mungkin kadang-kadang membuat berbohong yang tepat untuk dilakukan. Kant
dan teori Ross dibahas lebih rinci di bawah. Jonathan Baron dan Mark Spranca menggunakan
istilah Nilai Dilindungi ketika mengacu pada nilai-nilai diatur oleh aturan deontologis.
Kata ini deontologi berasal dari kata Yunani untuk tugas (Deon) dan ilmu (atau studi) (logo).
Dalam filsafat moral kontemporer, deontologi adalah salah satu jenis teori normatif tentang
yang pilihan secara moral diperlukan, dilarang, atau diperbolehkan. Dengan kata lain,
13
deontologi jatuh dalam domain teori moral yang membimbing dan menilai pilihan kita
tentang apa yang harus kita lakukan (teori deontic), berbeda dengan (aretaic [kebajikan] teori)
yang - fundamental, setidaknya - membimbing dan menilai apa jenis orang (dalam hal
karakter) kita dan harus. Dan dalam domain tersebut, deontologists - orang yang
berlangganan teori deontologi moralitas - berdiri dalam oposisi terhadap consequentialists.
a. Adalah merupakan suatu teori atau study tentang kewajiban moral atau pendekatannya
didasarkan pada kewajiban moral
b. Moralitas dari suatu keputusan etis yang sepenuhnya terpisah dari konsekuensinya
Deontologik : secara moral terminasi kehidupan merupakan hal yang buruk untuk dilakukan.
Contoh kasus : Perawat harus menyampaikan suatu kebenaran mengenai kondisi pasiennya
tanpa peduli apakah hal itu akan mengakibatkan orang lain tersinggung atau bahkan syok.
D. Pendekatan intiutionism
a. Bahwa pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui hal yang benar dan salah
b. Keyakinan akan etika keperawatan yang akan dilakukan dan menyakini baik dan benar.
c. Pendekatan intuitional meyakini bahwa sesuatu yang benar dan salah adalah sifat dasar
manusia,terlepas dari pemikiran rasional atau irasionalnya suatu keadaan.
d. Contoh kasus :
Seorang perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan tindakan yang tidak
benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi pada perawat, karena mengacu pada etika
seorang perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk
untuk dilakukan.
14
Menelantarkan pasien merupakan tindakan yang jelas salah,sehingga hal tersebut tidak perlu
diajarkan lagi kepada perawat karena mereka diyakini dapat membedakan mana yang baik
dan buruk dilakukan.
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo,
1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana
tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Bioetik adalah etika yang menyangkut kehidupan dalam lingkungan tertentu atau etika yang
berkaitan dengan pendekatan terhadap asuhan kesehatan. Dalam pelaksanaanya, etika
keperawatan mengacu pada bioetik yang terdiri dari tiga pendekatan, yaitu: pendekatan
teleologik, pendekatan deontologik, dan pendekatan intuitionism.
Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan kesalahan yang dapat
merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan bisa mengakibatkan
kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian, terutama bila pemberian asuhan
keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan. kejadian ini di kenal dengan
malpraktek dan hal ini merupakan kelalaian perawat dalam menjalankan tugas.
Bioetika keperawatan
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada kesejahteraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit
untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan
antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara
bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang
menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak
manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang mendasari
prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek profesional. (Doheny et all,
1982).
15
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat
memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001).
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo,
1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana
tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi
keperawatan.Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum
teratasi ( catalano, 1991).
1. Keperawatan maternitas :
- Aborsi
-Kehamilan remaja
2. Keperawatan gerontologi :
16
F. Nilai Pribadi dan Praktek profesional
Definisi Nilai menurut Kamus besar bahasa indonesia,edisi 3 tahun 2003 yaitu :
Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai hakekatnya.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yg dipegang sedemikian oleh seseorang sesuai
dgn tuntutan hati nurani (Pengertian scr umum).Nilai adalah seperangkat keyakinan & sikap
pribadi seseorang ttng kebenaran, keindahan, dan penghargaan dr suatu pemikiran, objek atau
perilaku yg berorientasi pd tindakan dan pemberian arah serta makna pd kehidupan seseorang
(Simon, 1973). Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran,
keinginan mengenai ide-ide, objek atau prilaku khusus (Znowski, 1974).Klasifikasi nilai
adalah suatu proses orang atau seseorang dapat menggunakannya untuk mengidentifikasi
nilai-nilai mereka sendiri.Perawat dalam melaksanakan ASKEP selain menggunakan ilmu
keperawatan yang dimiliki juga diperkuat oleh nilai yang ada dalam diri mereka. Klasifikasi
Nilai-nilai ada 2 yaitu Nilai-nilai nurani dan nilai-nilai memberi.Nilai nurani yaitu nilai yang
ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita
memperlakukan orang lain.Contoh : keberanian,kejujuran,cinta damai,keandalan
diri,potensi,disiplin,tahu batas,kemurnian dan kesesuaian.Nilai-nilai memberi yaitu nilai yang
perlu di praktekkan atau yang diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang
diberikan. Contoh : setia,dapat dipercaya,hormat,cinta kasih sayang,tidak egois,baik
hati,ramah adil dan murah hati.Definisi Nilai Etika yaitu nilai untuk manusia sebagai pribadi
yang utuh misalnya kejujuran atau nilai-nilai yang berhubungan dengan akhlak,benar dan
salah yang dianut oelh golongan atau anggotanya.(kamus besar bahasa indonesia edisi 3
tahun 2003 ).Dalam diri manusia terdapat 2 nilai yaitu nilai personal ( nilai-nilai manusia
sebagai pribadi yang utuh ) dan nilai profesional yaitu nilai-nilai manusia berdasarkan
profesinya.
Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten.
17
Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara
intelektual diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang teguh dan mempertahankannya.
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan
dan bidang tekhnologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara
nilai-nilai pribadi yang dimiliki perawat dengan pelaksanaan praktek yang dilakukan sehari-
hari. Selain itu pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas
pelayanan keperawatan tertentu, dinilai pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.
Untuk praktik sebagai perawat profesional diperlukan nilai-nilai yg sesuai dengan kode etik
profesi, antara lain:
Berdasarkan teori klarifikasi nilai-nilai, keyakinan atau sikap dapat menjadi suatu nilai
apabila keyakinan tersebut memenuhi tujuh kriteria sbb:
6. Bertindak
Perawat secara hukum dan etika berkewajiban untuk memenuhi tanggung jawab dan
Perawat didalam menjalankan kewajibannya tidak terlepas dari nilai-nilai personal dan
professional.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo,
1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana
tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
2. Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak.
4. Salah satu cara menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde
( Bioetics Rounds ) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan
untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang
kemungkinan terdapat permasalahan etis.
5. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi. Secara sederhana, hal ini
dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah
prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan
baik dan jahat.
SARAN
1. Isu bioetik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang bisa
didapatkan oleh calon perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan
mengatahui akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang perawat
yang baik, apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang diperbolehkan.
2. Dengan adanya bahasan menganai isu bioetik seperti ini, kita akan diingatkan batapa
kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana
menyikapi segala bentuk dilema dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat
menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Lubis Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen Dan Pasien. Jakarta. Pustaka Yustisia
20