Kelas: N
Asisten: Intan Anggraeni
Program Studi: Agroekoteknologi
DISUSUN OLEH:
NAMA NIM
Dian Nurhayati 155040200111013
Ersyanda Yanuarsa 155040200111033
2
Jumlah Mahasiswa : 38
Kelas : N
Disetujui Oleh :
Asisten Kelas,
Intan Anggraeni
NIM. 135040201111116
4
RINGKASAN
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi. Salah satu
negara sebagai produsen dan pengekspor kopi adalah Indonesia. Selama ini tanaman kopi
yang lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta.
Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis menghendaki persyaratan kondisi iklim yang
berbeda.Tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu untuk mengetahui teknologi
penanaman tanaman kopi untuk meningkatkan produksi kopi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir praktikum Teknologi Produksi Tanaman Komoditas Kopi Kelas N
Agroekoteknologi 2016.
Dalam Penyusunan laporan ini penulis masih banyak memiliki kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan laporan, khususnya kepada :
1 Asisten Praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman
2 Rekan-rekan pratktian Teknologi Produksi Tanaman
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi asisten praktikum dan praktikan.
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1Latar Belakang.............................................................................................1
1.2Tujuan.......................................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Sejarah Kopi Masuk di Indonesia................................................................4
2.2 Potensi Kopi................................................................................................6
2.3 Klasifikasi Tanaman Kopi.............................................................................7
2.4 Karakteristik Tanaman Kopi.........................................................................8
2.5 Fase dan Stadia Pertumbuhan....................................................................9
2.6 Budidaya Tanaman Kopi............................................................................11
3. BAHAN DAN METODE...............................................................................15
3.1Waktu Dan Tempat.....................................................................................15
3.2 Alat Dan Bahan.........................................................................................15
3.3 Metode......................................................................................................16
3.4 Analisa Perlakuan......................................................................................18
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................20
4.1 Identifikasi Umum......................................................................................20
4.2Pentingnya Perawatan...............................................................................20
4.3 Pengamatan Intensitas Radiasi Matahari..................................................24
4.4 Hubungan Intensitas Radiasi Matahari dengan Pertumbuhan Tanaman...26
5. PENUTUP...................................................................................................28
5.1 Kesimpulan...............................................................................................28
5.2 Saran........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Volume dan nilai ekspor-impor tanaman kopi di Indonesia tahun 2008-2009 7
Tabel 2. Intensitas radiasi matahari pada tanaman kopi................................25
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Fase pertumbuhan tanaman kopi..............................................10
Gambar 2. Stadia pertumbuhan tanaman kopi............................................11
1. PENDAHULUAN
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi. Kopi
merupakan salah satu bahan minuman rakyat di seluruh dunia, baik di negara produsen
apalagi di negara pengimpor (konsumen). Kopi merupakan suatu komoditi penting dalam
9
ekonomi dunia, dan mencapai nilai perdagangan sebesar US dolar 10.3 millyar (Spillane,
1991), antara negara yang sedang berkembang dengan negara-negara maju. Sehingga
komoditi kopi menjadi salah satu komoditi ekspor yang menjanjikan, disamping itu juga
memiliki peranan penting sebagai sumber penghidupan bagi berjuta-juta petani kopi diseluruh
dunia.Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbanyak di dunia. Menurut data
statistik International Coffee Organization (ICO), Indonesia adalah produsen kopi terbesar
ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan menyumbang sekitar 6% dari produksi
total kopi dunia, dan Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar keempat dunia dengan
pangsa pasar sekitar 11% di dunia (Raharjo, 2013). Peluang untuk mengembangkan kopi
sebagai penggerak perekonomian daerah sebenarnya sangat besar, khususnya bagi daerah-
daerah sentra produksi kopi. Peluang ini semakin besar dan terbuka lebar terutama setelah
dirintisnya konsep Kawasan Agropolitan di beberapa wilayah perdesaan di Indonesia.
Agropolitan adalah upaya menjadikan suatu kawasan perdesaan menjadi kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya.
Oleh karena itu potensi ekonomi yang dimiliki tanaman kopi membuat pemerintah
sadar akan pentingnya komoditas perkebunan tersebut. Pemerintah mulai menunjukkan
dukungannya terhadap komoditas perkebunan kopi sehingga mulai terjadi peningkatan
ekspor kopi di indonesia. Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya
bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman. Kondisi
lingkungan perkebunan kopi di Indonesia sangat beragam dan setiap lingkungan tersebut
memerlukan adaptabilitas spesifik dari bahan tanam yang dianjurkan. Pada tanaman kopi,
iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan morfologi, pertumbuhan dan daya
hasil. Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi
Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis menghendaki
persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki lahan dataran lebih tinggi
daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain
pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun.
10
Dalam budidaya kopi diperlukan pemangkasan utuk menunjang hasil dalam produksi.
Pemangkasan merupakan tindakan kultur teknik berupa tindakan Pemotongan bagian-bagian
tanaman yang tidak dikehendaki Seperti cabang yang telah tua, cabang kering, dan cabang
lain. Untuk menjadikan tanaman kopi sehat, kuat dan mempunyai keseimbangan antara
vegetative dan generative sehingga tanaman lebih produktif. Manfaatnya adalah agar pohon
tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang
baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan
penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-
cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang
produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang
yang lebih produktif. Secara morfologi buah kopi akan muncul pada percabangan, oleh
karena itu perlu diperoleh cabang yang banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk
menghasilkan cabang-cabang saja, (pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan
buah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Teknologi Produksi Tanaman yaitu untuk mengetahui teknologi
penanaman tanaman kopi untuk meningkatkan produksi kopi berjenis arabika dan
mengetahui teknik perawatan tanaman kopi yang meliputi pemupukan, pemangkasan, dan
penyiangan gulma pada tanaman kopi yang berjenis arabica yang terkategori TM (Tanaman
Menghasilkan).
11
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kopi bukanlah merupakan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman kopi
berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada
saat itu masih dalam taraf percobaan (Aak, 2006). Di Jawa, tanaman kopi baru mendapat
perhatian pada tahun 1699 dikarenakan produksi dan perkembangannya baik. Bibit kopi
Indonesia didatangkan dari Yaman, saat itu yang dipakai adalah jenis kopi Arabika.
Percobaan penanaman tanaman kopi pada mulanya dilakukan di sekitar Jakarta. Setelah
percobaan penanaman dinyatakan berhasil, kemudian biji-biji tersebut dibagikan kepada para
Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerahnya masing-masing yang ternyata hasilnya juga
baik. Hasil-hasil tersebut harus diserahkan pada VOC dengan harga yang sangat rendah dan
12
diserahkan secara paksa. Maka tanaman yang tadinya hanya sebagai tanaman percobaan
akhirnya menjadi tanaman yang dipaksakn kepada para petani.
Setelah diketahui bahwa tanaman kopi hasilnya terus meningkat, maka perluasan
penanaman terus ditingkatkan hingga akhirnya dikenal dengan adanya Culturstelsel. Mulai
saat itu banyak pengusaha yang memperluas usahanya dalam lapangan perkebunan,
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Selanjutnya
penanaman kopi menjadi lebih besar lagi setelah dikeluarkannya Undang-Undang Agraria
pada tahun 1870. Mula-mula perkebunan kopi ini banyak terdapat di Jawa Tengah, yaitu
daerah Semarang, Sala, Kedu; dan di Jawa Timur terutama di daerah Besuki dan Malang.
Sedangkan di Sumatra terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan Sumatera
Timur (Aak, 2006).
Pada mulanya tanaman kopi yang berkembang di Indonesia yaitu jenis Kopi Robusta
dan Kopi Arabika Pohon Kopi Robusta tumbuh memuaskan bahkan pada ketinggian kurang
dari 1.000 kaki di beberapa daerah, tapi masa hidupnya hanya sekitar sepuluh tahun
Sedangkan untuk Kopi Arabika pada ketinggian 3.000 menjadi 4.000 meter masa hidupnya
bisa mencapai tiga puluh tahun (Aak, 2006). Kopi Arabika adalah kopi yang paling baik mutu
cita rasanya, tanda-tandanya ialah biji picak dan daun yang hijau-tua dan berombak-ombak.
Tanaman ini tidak tahan terhadap hama dan penyakit, banyak terdapat di Amerika Latin,
Afrika Tengah dan Timur, India dan beberapa terdapat di Indonesia. Jenis-jenis kopi yang
termasuk dalam golongan Arabika adalah Abesinia, Pasumah, Marago dan Congensis (Aak,
2006). Kopi jenis Robusta umumnya dibudidayakan oleh petani di Sumatra Selatan,
Lampung, dan Jawa Timur, sedangkan kopi jenis Arabika umumnya ditanam petani kopi
Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Bali dan Flores. Kopi Robusta digolongkan lebih
rendah mutu citarasanya dibandingkan dengan citarasa Kopi Arabika. Hampir seluruh
produksi Kopi Robusta di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan
rasa lugas (neutral taste), tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi.
Kopi Robusta memiliki kelebihan-kelebihan yaitu kekentalan yang lebih dan warna yang kuat.
Oleh karena itu, kopi Robusta banyak diperlukan untuk bahan campuran blends untuk
merekmerek tertentu. Jenis-jenis kopi robusta adalah Quillou, Uganda dan Canephora
(Siswoyo,2007)
13
Karena meluasnya perkebunan kopi, maka timbullah penyakit daun yang sangat ganas
sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Penyakit daun tersebut dikenal dengan
namaHemileia vastatrix. Penyakit daun ini menyebar luas dalam waktu singkat. Serangan
yang paling parah adalah pada perkebunan di dataran rendah, sedangkan yang terdapat di
dataran tinggi dengan ketinggian 1.000-1.700 m dpl masih bisa bertahan, misalnya yang
terdapat di pegunungan Ijen Jawa Timur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kopi
jenis Arabika tidak cocok ditanam di dataran rendah (Aak, 2006).
Untuk mengatasi kerusakan terhadap serangan penyakit Hemileia vastatrix pada tahun
1875 didatangkan jenis Liberika yang berasal dari Afrika Barat yang tadinya diduga lebih
tahan terhadap penyakit tersebut. Namun, ternyata kopi jenis Liberika juga tidak tahan
terhadap penyakit Hemileia vastatrix. Coffea liberika ditanam sebagai sulaman kopi Arabika
yang mati, jadi kopi yang ditanam merupakan tanaman campuran antara kedua jenis
tersebut. Karena terjadinya tanaman campuran maka terjadi keturunan baru yang ternyata
lebih resisten terhadap penyakit Hemileia vastatrix. Karena jenis tersebut sangat peka
terhadap Hemileia vastatrix, maka pada tahun 1900, Linden mengirimkan kopi Canephora ke
Jawa yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama kopi Robusta dari Brussel.
Ternyata kopi Robusta tumbuh baik, serta lebih tahan terhadap Hemileia vastatrix walaupun
tidak 100%. Akhirnya banyak pengusaha yang menggantikan kopi Liberika dan Arabika
dengan kopi Robusta yang ternyata memiliki daya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan
kopi Arabika.
Pada tahun 1960 harga kopi Robusta masih kurang lebih 60% di bawah kopi Arabika.
Sedangkan pada tahun 1973 harganya hanya berkisar 26% lebih rendah daripada harga kopi
Arabika. Sejak awal abad 20, Indonesia yang menghasilkan kopi Arabika termahsyur di
pasaran dunia dengan sebutan Java Coffea, akhirnya beralih ke kopi Robusta. Selama 30
tahun terakhir, areal tanaman kopi di Indonesia telah meningkat menjadi lebih dari 3 kali lipat.
Hal ini disebabkan karena perkebunan besar banyak yang berubah menjadi tanaman rakyat.
Pada saat ini tanaman kopi Robusta di Indonesia lebih dari 95%, selebihnya merupakan
tanaman kopi jenis Arabika dan lainnya.
2.2 Potensi Kopi
Indonesia terkenal dengan berbagai jenis kopi dengan cita rasa yang berbeda-beda,
bahkan namanya terkenal di pasar kopi internasional, seperti Java coffee, Gayo Mountain
14
coffee, Mandheiling coffee, dan Toraja / Kalosi coffee (Karo, 2009). Keseluruhan dari jenis
kopi tersebut merupakan kopi Arabikaspesialti. Kopi spesialti asal Indonesia makin popular
mulai akhir tahun 1980-anterutama di kalangan masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Pada tahun1997, Indonesia menjadi pemasok kopi spesial terbesar ketiga setelah Kolombia
dan Meksiko dengan pangsa 10% dari total impor kopi spesialti Amerika Serikat yang
besarnya mencapai 75 ribu ton (Herman, 2008).
Berikut adalah data volume dan nilai ekspor-impor kopi tahun 2008-2013 menurut
Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) :
Tabel 1.Volume dan nilai ekspor-impor tanaman kopi di Indonesia tahun 2008-2009
Ekspor Impor
Tahun
Volume Nilai (000 Volume Nilai (000
(Ton) US$) (Ton) US$)
2008 468.749 991.458 7.582 18.442
2009 433.600 814.300 19.760 34.850
2010 433.595 814.311 19.755 34.852
2011 346.493 1.036.671 18.108 49.119
2012 448.591 1.249.520 52.645 117.175
2013 534.023 1.174.029 15.800 38.838
Dari data di atas dapat diketahui bahwa tanaman perkebunan kopi memiliki potensi
yang sangat besar untuk menjadi tanaman budidaya perkebunan unggulan dari Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari data ekspor yang cenderung selalu meningkat meski terkadang
mengalami penurunan, dan dengan nilai pasar yang baik. Serta impor dengan volume yang
jauh lebih kecil dari volume ekspor.
Selain itu ekspor kopi arabika dari Indonesia sebagian besar dipasarkan ke segmen
pasar khusus (kopi spesialti) karena mutu citarasanya khas dan digemari oleh para penikmat
kopi di negara-negara konsumen utama. Di segmen spesialti harga kopi lebih mahal dan
fluktuasinya tidak terlalu tajam, yang tentunya berdampak pada pendapatan petani dan
devisa negara (Wahyudi, 2008).
tidak berbeda jauh dengan kopi arabika, hanya perbedaan pada spesies saja. Berikut
menurut Clifford (2007) kopi robusta termasuk ke dalam kingdom : Plantae; Divisi :
Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida; Ordo : Rubiales; Famili : Rubiaceae; Genus : Coffea;
Spesies : Coffea canephora. Begitu juga pada kopi liberika, hanya berbeda spesies dengan
kopi arabika dan robusta. Berikut klasifikasi kopi liberika menurut Clifford (2007) kingdom :
Plantae; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida; Ordo : Rubiales; Famili : Rubiceae;
Genus : Coffea; Spesies : Coffea liberica.
2.4 Karakteristik Tanaman Kopi
Kopi merupakan tanaman tropis yang bersifat Shor Day Plant (SDP), yang artinya
tanaman ini akan mampu berfotosintesis dengan maksimal pada intensitas penyinaran
kurang dari 12 jam, sehingga tanaman kopi membutuhkan tanaman naungan untuk
menunjang kehidupannya (Adugna,2010). Tanaman kopi memiliki daun berwarna hijau
dengan permukaan daun yang mengkilap, dengan tepi daun yang sedikit bergelombang serta
dengan bentuk pecabangan daun yang bersifat opposite dan memiliki bunga yang berwarna
putih (Pompelii, et al., 2012).
Terdapat banyak spesies kopi yang terdapat di seluruh dunia, namun tanaman kopi
yang paling sering dimanfaatkan bijinya yaitu berasal dari 3 spesies jenis kopi yaitu kopi
arabika (Coffea arabica, kopi robusta (Coffea canephora) dan kopi liberika (Coffea liberica).
Ketiga jenis kopi tersebut memiliki karakteristik yang serupa namun berbeda dan berikut
karakteristik dari masing-masing spesies kopi tersebut :
a. Kopi Arabika, kopi ini biasa dibudidayakan pada dataran tinggi, dengan ketinggian
1.300 s.d. 1500 m dpl. Memiliki buah yang berwarna hijau gelap dan akan berubah
menjadi merah gelap saat buah tersebut telah matang. Kopi arabika merupakan jenis
tanaman yang menyerbuk sendiri dengan ketinggian 4.5 meter. (Pompelii, et al.,
2012)
b. Kopi Robusta, kopi ini dapat dibudidayakan pada dataran rendah (0 s.d. 700 m dpl),
memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap serangan OPT maupun dari keadaan
cuaca yang tidak menentu daripada kopi arabika, dan memiliki produktivitas yang
tinggi. Kopi robusta memiliki biji yang berwarna lebih muda daripada biji kopi arabika
dan cenderung berbentuk oval serta memiliki ketinggian 3 meter. Kopi robusta
merupakan tanaman yang menyerbuk silang (Klein, 2006)
16
c. Kopi liberika, merupakan spesies tanaman kopi yang berukuran relatif lebih besar
daripada spesies kopi arabika dan robusta, namun kopi ini memiliki buah yang
berukuran lebih kecil yang berbentuk menyerupai tetesan air. Kopi ini dapat tumbuh
hingga ketinggian 5.5 meter. (Ardiyani, 2015)
2.5 Fase dan Stadia Pertumbuhan
Fase dalam pertumbuhan tanaman kopi terbagi menjadi 3, pertama merupakan fase
perkecambahan. Kedua fase vegetatif, dan yang terakhir merupakan fase generatif. Berikut
merupakan penjelasan oleh Manalu (2016) mengenai fase pertumbuhan tanaman
kopi.Kematangan fisiologis benih tercapai sekitar dalam 220 hari setelah pembukaan bunga.
Berikut ini menunjukkan tahap pertumbuhan tanaman kopi sampai menjadi produktif.
Beralih ke stadia pertumbuhan kopi, jika fase pertumbuhan kopi terbagi menjadi 3
berbeda dengan stadia yang terbagi menjadi 5 tahapan. Berikut penjelasan Hulupi (2013)
mengenai stadia tumbuh tanaman kopi.
1 Benih, Benih di tanam sedalam 0,5 dengan jarak 2x5 cm
2 Stadia serdadu, Benih mulai berkecambah dan masih memiliki kotiledon
3 Stadia kepelan
4 Stadia kepelan dalam polybag
5 Tanaman di lahan
http://www.conservation..org.org
BENIH
KEPELAN DALAM POLYBAG
BENIH
STADIA KEPELAN
BENIH
STADIA SERDADU
BENIH
Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga
mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah
masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga
dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif,
cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur
hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Umumnya
pangkasan dengan sistem berbatang ganda tidak tergantung pada individu pohon, oleh
karena itu banyak dikembangkan di negara-negara yang sukar dan mahal tenaga kerja. Oleh
karena itu umumnya perusahaan perkebunan besar di Indonesia banyak yang menggunakan
pemangkasan dengan sistem berbatang tunggal, sedangkan perkebunan rakyat kebanyakan
menggunakan sistem berbatang ganda (Yahmadi, 2007). Untuk menentukan terhadap pilihan
sistem mana yang lebih baik sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem dan jenis kopi
yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi arabika karena jenis
kopi ini banyak membentuk cabang-cabang sekunder dan sistem ini lebih banyak diarahkan
pada pengaturan peremajaan cabang. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila peremajaan
cabang yang merupakan inti dan sistem ini, kurang diperhatikan produksi akan cepat
menurun, karena pohon-pohon menjadi berbentuk payung. Untuk daerah- daerah yang basah
dan letaknya rendah, dimana pertumbuhan batang-batang baru berjalan lebih cepat sistem
berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang oleh karena itu lebih sesuai.
Sebaliknya, sistem ini pada umumnya kurang sesuai untuk pertanaman kopi yang sudah tua
yang telah lemah daya regenerasinya (Yahmadi, 2007).
Pemangkasan terbagi tiga macam yaitu, pemangkasan bentuk, pemangkasan
pemeliharaan (produksi), dan pemangkasan rejuvinasi. Tujuan pangkasan bentuk dalam
budidaya kopi bertujuan membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman
menjadi tidak terlalu tinggi, cabang- cabang lateral dapat tumbuh dan berkembang menjadi
lebih kuat dan lebih panjang. Selain itu kanopi pertanaman lebih cepat menutup. Hal ini
penting untuk mencegah rumpai dan erosi.Pangkasan produksi bertujuan untuk menjaga
keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui dari pangkasan bentuk.
Pemangkasan cabang- cabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh pada cabang
primer, dan cabang balik, cabang cacing (adventif). Pemangkasan cabang-cabang tua yang
tidak produktif biasanya telah berbuah 2-3 kali, hal ini bertujuan agar dapat memacu
20
3.2.3 Pemangkasan
1. Gunting pangkas : Untuk memangkas cabangtanaman yang tidak produktif
2. Sabit : Untuk memangkas cabangtanamanyangtidak produktif
3. Tanaman kopi TM : Sebagai tanaman yang diamati
3.3 Metode
22
3.3.1 Penanaman
Menetapkan titik awal (X) untuk membuat jarak tanam dengan melihat situasi
areal yang akan ditanami
Mengatur jarak tanam pola tunggal 2 x 2 m yang lurus pada semua arah
mata angin (utara selatan timur barat)
Membuat lubang tanam dengan cangkul pada tempat yang telah ditandai ajir
dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Ajir tepat berada ditengah lubang tanam
Setelah lubang tanam terisi tanah lapisan atas, baru tanah lapisan bawah
dimasukkan ke dalam lubang tanam
Bila bibit dalam polibag, plastik polibag dilepas atau disobek dengan hati-hati
Membuat lubang tanam dengan cangkul kecil atau tangan sesuai dengan
tanah yang membungkus akar, tepat di tengah ajir
3.3.2Pemupukan An-Organik
Pilih tanaman kopi yang akan di pupuk (satu tanaman kopi terdiri dari 2-3
orang)
Bersihkan piringan tanaman kopi dari gulma dengan lingkaran luas sejajar
dengan garis luar kanopi tanaman
24
Buat alur pupuk dengan cangkul digaris keliling kanopi luar tanaman pada
tanah
Setelah selesai kembalikan dan kumpulkan alat dan bahan pupuk yang
tersisa
3.3.3 Pemangkasan
Setelahselesai, kembalikandankumpulkanperalatan
3.4.1 Penanaman
Langkah pertama yang dilakukan dalam kegiatan penanaman tanaman kopi adala
menetapkan titik awal (X) untuk membuat jarak tanam dengan melihat situasi areal yang akan
ditanami. Kemudian mengatur jarak tanam pola tunggal 2 x 2 m yang lurus pada semua arah
mata angin (utara selatan timur barat). Lau menandai titik jarak tanam menggunakan
ajir. Membuat lubang tanam dengan cangkul pada tempat yang telah ditandai ajir dengan
ukuran 40 x 40 x 40 cm. Ajir tepat berada di tengah lubang tanam. Galian tanah lapisan atas
(top soil) yaitu sedalam 0 20 cm diletakkan di sebelah kanan lubang. Galian tanah lapisan
bawah (sub soil) yaitu kedalaman 20 40 cm diletakkan di sebelah kiri lubang . Tanah lapisan
atas dicampur dengan pupuk kandang 1 2 kg atau 1 timba kecil (timba/ember untuk proyek
bangunan). Lalu memasukkan tanah lapisan atas yang sudah dicampur pupuk kandang ke
25
dalam lubang tanah terlebih dahulu. Setelah lubang tanam terisi tanah lapisan atas, baru
tanah lapisan bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam.
Menyiapkan bibit tanaman kopi varietas Arabika. Bila bibit dalam polibag, plastik
polibag dilepas atau disobek dengan hati-hati. Mengusahakan agar bibit tetap terbungkus
dengan tanah. Memeriksa akar tunggang, bila terlalu panjang dipotong. Membuat lubang
tanam dengan cangkul kecil atau tangan sesuai dengan tanah yang membungkus akar, tepat
di tengah ajir. Lalu Menanam dan meletakkan bibit dengan pangkal batang berada di atas
permukaan tanah. Setelah bibit tertanam, dipadatkan tahnah di sekeliling bibit dengan telapak
tangan agar bibit tidak tergerus air hujan dan tidak mudah roboh. Kemudian meletakkan ajir
10 cm disisi tanaman sebagai tanda tanaman baru ditanam.
3.4.3 Pemangkasan
Pertama-tama tetapkan tanaman kopi TBM maupun TM yang akan dilakukan
pemangkasan. Kemudian pangkas dengan sabit atau guntung dengan gunting pangkas
cabang tanama yang tidak produktif yaitu : tunas air, tunas balik, tunas cabang kering
terserang hama atau penyakit.Setelahselesai, kembalikandankumpulkanperalatan.
Kopi arabika ( Coffea arabica ) untuk berbunga dan menghasilkan buah, tanaman kopi
arabika membutuhkan periode kering selama 4-5 bulan dalam setahun. Biasanya pohon
arabika akan berbunga di akhir musim hujan. Bila bunga yang baru mekar tertimpa hujan
yang deras akan menyebabkan kegagalan berbuah. Menurut Yahmadi ( 2007) kopi arabika
mulai berbunga setelah musim hujan. Bunga tumbuh pada ketiak daun. Bunga kopi bewarna
putih dan bisa melakukan penyerbukan sendiri, tidak ada perbedaan bunga jantan dan bunga
betina. Dari bentuk kuncup hingga menjadi buah yang siap panen membutuhkan waktu 8-11
bulan.
Curah hujan pada di daerah karangploso, tepatnya UB Forest sudah mendukung
dengan curah hujan per bulan, pada bulan agustus sebanyak 51 150 mm yang termasuk
kategori rendah, lalu pada bulan september sebanyak 201 400 mm yang termasuk kategori
tinggi, kemudian pada bulan oktober dan november sebanyak 201 300 mm yang termasuk
kategori menengah apabila dijumlahkan curah hujan di daerah karangploso, Malang
mencapai 1501 2500 mm per tahun (BMKG Karangploso, 2016), curah hujan seperti itu
sudah cocok untuk tanaman kopi karena pada umumnya curah hujan yang sesuai untuk kopi
adalah 1500 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-
rata 15-25 derajat celcius. (Puslitkoka, 2006).
4.2.1 Penyiangan
Dalam budidaya tanaman kopi tentunya harus dilakukan perawatan secara intensif,
seperti halnya kegiatan penyiangan. Penyiangan merupakan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan dengan cara menyingkirkan ataupun mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan gulma yang terdapat disekitar tanaman kopi. Gulma yang berada di sekitar
27
area tanaman kopi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kopi, karena gulma tersebut
menyerap unsur hara yang ada disekitar tanaman. Selain itu, penyiangan juga bertujuan
dalam memudahkan tindakan pemeliharaan seperti pemupukan, pemangkasan dan
pemanenan. Untuk mengendalikan gulma di perkebunan kopi dapat dilakukan penyiangan
tiga kali (dua kali pada saat pemupukan dan sekali sesuai keadaan) (Puslit Koka,1998 dalam
Mahfud, 2012). Kegiatan penyiangan ini dapat dilakukan dengan berbagai metode yang
meliputi metode manual, teknis dan kimia. Metode metode yang akan digunakan harus
diiringi dengan kondisi lahan, jika pertumbuhan gulma sangat banyak digunakan metode
dengan cara kimia, tetapi jika pertumbuhan gulma hanya sedikit maka dapat digunakan
metode manual dan teknis. Metode dengan cara kimia dapat dilakukan dengan frekuensi 1-5
kali/tahun. Her bisida yang digunakan adalah herbisida glifosat. Dan untuk mengendalikan
alang-alang digunakan dosis 5 L/ha, sedangkan gulma umum 2-3 L/ha (Tim Dosen IPB,
2011). Herbisida yang umumnya direkomendasikan untuk pertanaman kopi yaitu herbisida
berbahan aktif glifosat, pa raquat, sulfosat, dan amonium glufosinat (Komisi Pestisida, 2011).
Pada pratikum lapang kali ini metode yang digunakan adalah manual dengan melihat
kondisi perkembangan gulma yang masih sedikit disekitar tanaman kopi. Penyiangan gulma
dilakukan dengan cara mencabut gulma secara langsung menggunakan tangan ataupun
menggunakan alat berupa sabit di daerah tumbuh tanaman kopi. Gulma-gulma yang sudah di
cabut dikumpulkan menjadi satu dan dijauhkan dari tanaman kopi, supaya tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.
4.2.2 Pemupukan
Kegiatan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi secara signifikan adalah
pemupukan. Kegiatan pemupukan adalah menambahkan unsur hara untuk menunjang
pertumbuhan tanaman kopi agar dapat berproduksi secara maksimal. Dengan begitu
kegiatan ini merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan dalam pembudidayaan
tanaman kopi. Menurut Pujiyanto dan Abdoellah (2011) pupuk merupakan masukan
yangpenting dan mempunyai peranan yang vital bagi keberhasilan usaha perkebunankopi.
Pemberian pupuk sebagai usaha menambah unsur hara bagi tanamanbermanfaat untuk
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankanstabilitas produksi yang tinggi dan
memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim
28
4.2.3 Pemangkasan
Pemangkasan merupakan kegiatan yang harus dilakukan pada tanaman kopi dalam
memperoleh produksi yang tinggi. Kegiatan ini memerlukan ketelitian karena jika terjadi
kesalahan dalam pemangkasan akan menyebabkan penurunan produksi buah kopi. Menurut
Prastowo (2012) manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap
rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru,
mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit.
Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang
tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas
29
agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif.
Menurut Prastowoet,al (2012) Pemangkasan dibedakan menjadi 4 macam :
a. Pemangkasan bentuk
b. Pemangkasan pemeliharaan
c. Pemangkasan produksi
d. Pemangkasan rejunivasi (peremajaan)
Tujuan pangkasan bentuk dalam budidaya kopi bertujuan membentuk kerangka
tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman menjadi tidak terlalu tinggi, cabang cabang
lateral dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan lebih panjang. Selain itu kanopi
pertanaman lebih cepat menutup. Pemangkasan pemeliharaan meliputi, memangkas pohon
yang telah melebihi ketinggian yang ditentukan pada pemangkasan bentuk, memangkas
tunas air dan wiwilan. Pangkasan produksi bertujuan untuk menjaga keseimbangan kerangka
tanaman yang telah diperoleh melalui pangkasan bentuk. Pemangkasan produksi meliputi,
membuang cabang-cabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh pada cabang primer
dan cabang balik dan juga membuang cabang yang terkena hama dan penyakit.
Pangkasan rejuvinasi bertujuan untuk memperoleh batang muda, untuk sistem berbatang
ganda pangkasan produksi adalah juga merupakan pangkasan rejuvinasi. Pangkasan ini
dilakukan apabila produksi rendah tetapi keadaan pohon-pohon masih cukup baik. Untuk
lokasi kebun yang banyak diperoleh tanaman yang mati.
Pada pratikum lapang dilakukan pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan
produksi pada tanaman kopi. Pemangkasan pemeliharaan meliputi wiwilan, dan pembuangan
tunas air. Sedangkan pemangkasan produksi meliputi pembuangan cabang yang tidak
produktif dan pembuangan cabang yang terserang hama dan penyakit.Pemangkasan yang
dilakukan pada praktikum ini yakni dengan menggunakan gunting pemangkas dan juga sabit.
4.3 Pengamatan Intensitas Radiasi Matahari
daerah terbuka. Berikut merupakan tabel pengamatan intensitas radiasi matahari pada
tanaman kopi dengan berbagai perlakuan.
dan laju foto respirasi. Sedangkan perhitungan intensitas cahaya diukur dengan quantum
meter diperoleh hasil 49% yang masih memenuhi syarat dari tanaman kopi agar dapat
tumbuh optimal. Hasil tersebut diperoleh dengan dari perhitungan sebagai berikut.
bawah kanopi
x 100%
luas kanopi
Intensitas cahaya =
605
x 100%
1221
=
= 49 %
daundaunnya. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai naungan menurut Imran (2013),
yaitu Ambas (kayu Dadap) Erythrina variegataL, Alpukat Persea americana P. Mill, dan Jati
Tectona grandis .
Jumlah pohon naungan yang ada berhubungan dengan pemangkasan pada tanaman
kopi karena dapat berakibat pada intensitas radiasi matahari dan kelembaban disekitar
tanaman kopi. Karena, kelembaban yang tinggi dapat berdampak buruk, baik dari banyaknya
hama dan penyakit yang menyerang hingga pembentukan organ generatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bambang, Elna, Rubijo dkk (2010), bahwa pengaturan ikim mikro pada
pohon kopi dengan mengurangi naungan dapat menurunkan kelempan, karena tingginya
kelembaban terutama pada saat musim penghujan dapat berakibat buah yang mudah gugur
hingga 20-30%. Selain itu, untuk merangsang proimorida bunga dan pertukaran udara pada
proses penyerbukkan.
Pemangakasan dapat dilakukan dengan pemangkasan bentuk dan peremajaan.
Pemangkasan bentuk tanaman kopi dilakukan saat tanaman muda berumur 1-2 tahun yang
belum menghasilkan. Kegiatan pemangkasan bentuk tanaman kopi muda dilakukan dengan
cara memenggal batang sekaligus atau secara bertahap dan dilakukan juga pemangkasan
cabang primer. Pemangkasan cabang primer bertujuan agar tumbuh beberapa reproduksi
cabang primer dari cabang yang dipangkas, sehingga akan membentuk kanopi pohon.
Pemangkasan peremajaan dilakukan pada tanaman kopi yang sudah tua dan kurang
produktif tetapi perakarannya masih kokoh. Peremajaan dilakukan untuk mengembalikan
potensi produksi tanaman kopi yang udah tua atau terserang penyakit (Rahardjo, 2012).
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam teknik budidaya tanaman kopi yang terpenting adalah syarat tumbuh dan
perawatan. Syarat tumbuh meliputi curah hujan, intensitas matahari. Jumlah curah hujan di
33
UB forest yaitu 1501 2500 mm per tahun, curah hujan tersebut sudah cocok untuk tanaman
kopi. Sedangkan untuk perawatan tanaman kopi meliputi penyiangan, pemupukan, dan
pemangkasan. Pemangkasan tanaman kopi yang dilakukan yaitu pemangkasan
pemeliharaan dan pemangkasan produksi.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BMKG Karangploso. 2016. Prakiraan Curah Hujan Musim Hujan di Propinsi Jawa Timur
Tahun 2016/2017. http://karangploso.jatim.bmkg.go.id/#ixzz4RmnUWLJi diakses pada
3 Desember 2016.
Clifford M, and Wlison K. 2007. Coffee botany, biochemistry, and production of beans and
beverage. Sydney: Croom Helm
Dinas Perkebunan Daerah Kabupaten Jember. 2013. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas
Perkebunan Daerah Kabupaten Jember. Jember. 30 hal.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kopi 2013-
2015. Jakarta.
Herman, 2008, Kopi Indonesia Dikancah Perkopian Dunia, (online), (http://F:\Indonesian
Coffee Cafes - Cover Story Appetite Journey_files\\ Oct20-04_her-I.asp.htm, diakses
6 Februari 2008).
Hulupi, R Dan Endri Martini 2013.Pedoman Budi Daya Dan Pemeliharaan Tanaman Kopi Di
Kebun Campur. World Agroforestry Centre (iCrAF): Bogor
Imran, Dirga Ali, dkk. 2013. Analisis Perbandingan Fenotipik Dan Ekologi Tanaman Coffea
Arabica LPada Berbagai Wilayah Komoditi Kopi Di Kabupaten Bantaeng. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar
Iskandar, S. H. 1988. Beberapa Aspek Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan Budidaya
Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor. 48 hal.
Karo, H.S.A., 2009. Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.
Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara.
Klein A., Steffan D., and Tscharntke T. 2006. Pollination of Coffea canephora in Relation to
Local and Regional Agroforestry Management. Journal of Applied Ecology, 40 (5): 837-
845
Komisi Pestisida. 2011. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Departemen Pertanian.
Jakarta. 879 hm.
Mahfud, Moh. C. 2012. Teknologi Dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk
Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian,5(1):44-57.
Manalu, Isner. 2016. Mengapa Harus Kopi Konservasi. http://www.conservation.org. Di akses
tanggal 3 desember 2016 pukul 21.06.
Muschler RG. 1995. Efectos de diferentes niveles de sombra de Erythrina poeppigiana sobre
Coffea arabica vars. Caturra y Catimor. In: II. Semana Cientfica del Centro
Agronmico Tropical de Investigacin y Enseanza (CATIE), pp 158160.
35
Nasruddin, Y Musa, MA Kuruseng. 2006. Aktivitas beberapa proses fisiologi tanaman kopi
muda di lapang pada berbagai naungan buatan. Agrisistem, 2(1):25-33.
Siswoyo. 2007. Kopi Internasional dan Indonesia. Jogjakarta: Kanisius
Pompelii M., et al., 2012. Leaf Anatomy, Ultrastructure, and Plasticity of Coffea arabica L. in
Response to Light and Nitrogen. Biotemas, 25(4): 13-28
Prastowo, B., Karnawati, E., Rubijo, Siswanto, Indrawanto, C. dan Munarso, S. 2010.
Budidaya dan Panen dan Pasca panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan : Jakarta.
Prastowo, Bambang et al. 2012. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.
Pujiyanto dan S. Abdullah. 2011. Pemanfaatan pupuk lengkap terkendali untuk meningkatkan
efisiensi produksi kopi. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1) : 93-103.
Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. 96 hal. Jember.
Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Ridwansyah, 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatra Utara.
Starfarm. 2010a. Pengolahan Pasca Panen Kopi.
(http://www.starfarmagris.co.cc/2009/06/pengolahan- pasca-panen-kopi.html)
Tim Dosen IPB. 2011. Gulma Perkebunan. Bahan Kuliah Pengendalian Gulma. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
USDA.2002. Plants Profile for Coffea Arabica L. http://plants.usda.gov/java/profile?
symbol=COAR2 (3 desember 2016)
Utomo, Sutan Budi. 2011. Dinamika Suhu Udara Siang-Malam Terhadap
Fotorespirasi Fase Generatif Kopi Robusta Dibawah Naungan Yang Berbeda Pada
Sistem Agroforestry. Srikpsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Wahyudi. Teguh (2008), Sambutan Direktur Puslitkoka Indonesia pada buku Panduan
budidaya dan pengolahan kopi arabika Gayo, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, APED, Bappeda NAD dan UNDP, Banda Aceh.
Yahmadi, Mudrig, 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan
Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jawa Timur. 339 p.