Anda di halaman 1dari 18

.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

Tubuh Sebagai Satu Kesatuan


Sabtu, 2 April 2016
Kelompok 5
Kamis, Pukul 07.00 10.00 WIB

Nama Anggota NPM


Qisti Fauza 260110150005 (Teori Dasar)
Rossi Febriany 260110150006 (Data Pengamatan, perhitungan)
Puty Prianti Novira 260110150017 (Pembahasan)
Rain Kihara Boangmanalu 260110150021 (Prinsip, Tujuan, Alat Bahan)
Zafira Zahrah 260110150022 (Prosedur,simpulan,dapus,edit)
Orin Tri Wulan 260110150031 (Teori Dasar)
Rieda Nurwulan Septyani 260110150032 (Pembahasan)
Hanny Latifa Hilmi 260110150041 (Pembahasan)

Nilai TTD

(Indra) (Theresia)

.
.

I. Tujuan
1. Mengerti tentang tingkat struktural organisasi tubuh manusia mulai dari
tingkat sel, jaringan, organ dan sistem organ.
2. Mengerti tentang bidang struktural tubuh yang meliputi terminologi mengenai
letak dan posisi yang digunakan dalam anatomi.

II. Prinsip
1. Sel
Sel adalah unit dasar kehidupan, sel juga unit terkecil dari makhluk hidup
yang memiliki struktur dan fungsional yang sama (Fried, 2005)

2. Jaringan
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama (Fried, 2005).

3. Organ
Sekumpulan jaringan yang memiliki fungsi berbeda-beda disatukan dan
membentuk beberapa fungsi yang sama (Fried, 2005).
4. Sistem organ
Sistem organ adalah sekumpulan beberapa organ yang saling bekerjasama
untuk melakukan fungsi-fungsi yang lebih kompleks (Anton, 2011).

5. Anatomi
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan hubungan
bagian-bagian satu sama lain, mempelajari letak geografis bagian tubuh
(Wahyuni, 2005).

III. Teori Dasar


Mahluk hidup memiliki tatanan struktural dan fungsional dalam
melangsungkan tugas-tugas untuk menunjang dan memapankan proses hidup. Dalam
skala kecil, sel sebagai unit struktural dan fungsional terkecil kehidupan sudah

.
.

mampu memperlihatkan ciri-ciri sebagai mahluk hidup. Dalam skala besar yaitu
populasi, komunitas, dan bosfer. Masing-masing individu menunjukan kemampuan
mandiri saling tergantung secara menguntungkan karena adanya perimbangan satu
terhadap yang lain sepertiyang telah diatur oleh alam (Purwanto, 2007).

Bahan dasar penyusun semua organisme adalah sel. Sel merupakan unit
terkecil dari organisme yang dapat melaksanakan fungsi hidup sendiri dan dapat
bereproduksi. Sel-sel yang bentuk dan fungsinya sama menyusun jaringan. Sel-sel
dalam tubuh tidak semuanya sama. Namun, selama perkembangannya beberapa sel
berspesialisasi (berdiferensiasi) membentuk jaringan tertentu untuk melaksanakan
fungsi tertentu (Pratiwi, 2003).

Tubuh organisme dibangun oleh sel. Sel merupakan kesatuan struktural


makhluk hidup. Sel juga merupakan satu kesatuan fungsional dari kehidupan. Untuk
menjalankan fungsinya, sel mempunyai bagian bagian sel. Pada hewan bersel satu
memiliki struktur tubuh yang berbeda dengan hewan bersel banyak (Pratiwi, 2003).

Seluruh aktivitas hidup bersel satu dilakukan oleh dan di dalam sel itu sendiri.
Sementara pada hewan bersel banyak, aktivitas hidupnya selain berlangsung di dalam
sel-sel, juga melibatkan struktur yang lebih kompleks. Sel hewan memiliki organel
khas yaitu memiliki dua sentriol di dalam sentrosom yang berperan sebagai kutub
kutub pembelahan pada waktu terjadinya pembelahan sel (Syamsuri, 2004).

Anatomi mempelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh yang tidak dapat
dipisahkan dari pengamatan terhadap fungsi setiap struktur dan sistem jaringan.
Diketahui ada struktur-struktur tertentu yang dapat dilihat dengan mata telanjang,
yang dikenal dengan istilah anatomi makroskopis. Bertalian erat dengan anatomi
adalah histologi (ilmu tentang struktur jaringan tubuh) dan sitologi (ilmu tentang sel).

Fisiologi mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal.
Ilmu ini sangat erta kaitannya dengan pengetahuan tentang semua mahluk hidup yang
tercakup dalam pelajaran biologi. Selain itu, ilmu ini juga berhungan erat dengan

.
.

tugas ahli sitologi yang mempelajari detail struktur sel dan ahli biokimia yang
berurusan dengan perubahan kimiawi dan kegiatan sel serta menyelidiki proses kimia
jasad hidup yang serba kompleks. Juga berhubungan erat dengan ilmu alam, yang
mempelajari reaksi fisik dan gerakan-gerakan yang terjadi di tubuh.

Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing


memiliki tugas dan fungsi khusus. Sel adalah unit atau unsur terkecil tubuh yang
dimiliki semua bagian. Sel disesuaikan dengan tugas dan fungsinya, atau dengan
jaringan tempat sel itu berada. Beberapa sel, misalnya yang berada dalam sistem saraf
dan otot, memang sangat khas. Beberapa lainnya, seperti yang ada dalam jaringan
ikat, perkembangannya tidaksempurna yang ada di otot atau saraf. Pada umumnya,
semakin khusus tugas suatu sel semakin kecil daya tahannya menghadapi kerusakan
dan paling sukar memperbaiki atau menggantikannya. (Pearce, 2009).

Organisasi struktural tubuh manusia berkembang dari tingkat terendah (aton


danmolekul) sampai tingkat yang lebih tinggi dan lebih komplek untuk membentuk
keseluruhan tubuh.

1. Tingkat kimia, atom seperti hydrogen, oksigen, karbon, nitrogen, dan natrium,
yang bergabung membentuk molekul seperti air dan garam sertamakromolekul seperti
karbohidrat, protein dan lemak .

2. Sel, merupakan unit dasar dari makhluk hidup dan struktur seluler sepertinucleus,
ribosom, mitokondria, dan lisosom, menjalankan fungsi-fungsi pertahanan sel.

3. Jaringan, yaitu sekelompok sel dengan struktur yang sama dan melakukan fungsi
yang sama. Ada empat jenis jaringan dasar, adalah jaringan epitel, jaringan ikat,
jaringan otot danjaringan syaraf.

4. Organ, adalah dua jaringan atau lebih yang bergabung membentuk satuorgan
seperti perut, ginjal, mata, dan lainnya. Sebuah organ berfungsisebagai pusat fisiologi
khusus untuk aktivitas tubuh.

.
.

5. Sistem organ, merupakan gabungan beberapa organ yang bekerja samauntuk


melakukan fungsi yang saling berkaitan. Sistem organ dalam tubuhmeliputi
integument, rangka muskuler, syaraf, endokrin, kardiovaskuler, limfatik, pernapasan,
pencernaan, perkemihan dan sistem reproduksi. (Susanti, 2012).

Bidang struktural tubuh merupakan ilmu mengenai anatomi memerlukan


terminology mengenai posisi dan arah serta poin-poin rujukan. Bidang (seksio) tubuh
adalah bidang datar imajiner yang menembus tubuh untuk menunjukkan poin-poin
rujukan.

1. Bidang Sagital membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.


a. Bidang Midsagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri sama
besar dengan bagian kanan.
b. Bidang Parasagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri dan kanan
yang tidak sama besar.
2. Bidang Frontal atau Koronal adalah salah satu bidang di bagian kanan bidang
sagital. Bidang ini membagi tubuh atau organ menjadi bagian depan dan
belakang.
3. Bidang Transversal (Horizontal, Potong Silang) membagi tubuh atau
organ menjadi bagian atas dan bawah.
(Sloane, 2003).
Rongga Tubuh adalah ruang dalam bagian aksial tubuh yang berisi organ-
organ atau visera internal. Dua rongga utama yang terletak dalam bagian aksial
tubuh: rongga dorsal dan rongga ventral. Bagian apendikular atau bagian anggota
gerak tubuh tidak memiliki rongga.
1. Rongga Tubuh Dorsal
Terletak di bagian posterior (dorsal) dan terbagi menjadi rongga cranial dan
rongga spinal.
Rongga Kranial dikelilingi oleh tulang dan berisi otak

.
.

Rongga Spinal (Vertebral) terbentuk dari susunan tulang belakang serta berisi
medulla spinalis.
2. Rongga Tubuh Ventral
Terletak di bagian anterior (secara ventral) dan terbagi menjadi rongga toraks
dan rongga abdomen yang dipisahkan diafragma.
Rongga Toraks adalah rongga dada. Rongga ini terdiri dari dari rongga
(kantong) pleural kanan dan kiri, serta mediastinum.
Rongga Abdominopelvis (Peritoneal) berisi visera abdomen dan bidang
pelvis.
Rongga kecil tambahan di bagian kepala meliputi: Rongga oral, rongga nasal,
rongga telinga tengah, dan rongga orbital untuk mata
3. Membran Serosa
Merupakan rongga yag melapisi rongga toraks dan rongga abdominopelvis,
serta menyelimuti organ-organ dalam rongga-rongga tersebut. Terdapat dua
rongga pada membrane serosa yakni membran periental yang melapisi rongga
dan membran viseral yang menyelimuti organ
(Sloane, 2003).
Penelitian tentang obat-obatan dan keracunan banyak menggunakan hewan
coba tikus dan mencit, karena mudah diperiksa melalui organ-organ utama yang
berperan yaitu hati dan ginjal. Oleh karena itu organ hati dan ginjal harus dalam
keadaan sehat baik secara klinis, patologi anatomi maupun histopatologi, jika
menggunakan tikus sebagai hewan model. Penetapan status sehat hanya berdasarkan
inspeksi banyak dilakukan terutama pada peneliti-peneliti pemula. Jika secara klinis
sehat, tetapi ternyata di dalam tubuh hewan coba terdapat parasit, tentu akan dapat
mengacaukan hasil penelitian atau validitas penelitian diragukan (Barata, dkk, 2010).
Pemilihan tikus putih sebagai hewan coba karena kedekatan system organ
antara manusia dengan berbagai macam jenis tikus sehingga hasil yang diperoleh dari
penelitian dapat menggambarkan kemungkinan pada manusia (Suryadi, dkk, 2007).

.
.

Berbagai hewan kecil memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa


dengan manusia, sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan dengan aspek
fisiologis metabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu
protein, toksisitas, karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu produk bahan
pangan hasil pertanian (Ridwan, 2013).

IV. Alat dan Bahan


Alat:
1. Kandang
2. Kasa Kawat
3. Masker
4. Sarung tangan kain
5. Syringe dengan kanula berujung tumpul (bola)

Bahan :
1. Eter
2. Hewan : tikus betina
Gambar Alat

Kandang dan Kasa Kawat Masker

.
.

Sarung Syringe dan kanula tumpu berbentuk

tangan kain bola

V. Prosedur
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Disiapkan hewan percobaan seperti
tikus atau mencit. Kemudian disiapkan tabung dan diisi kapas. Ditambahkan sedikit
eter pada kapas. Tikus dikorbankan dengan memasukkannya ke dalam tabung yang
sudah diberi eter agar terbius. Tikus yang sudah pingsan diangkat kemudian di
letakkan di wadah pembedahan. Keempat kakinya ditancapkan pada wadah
pembedahan menggunakan jarum pentul. Kemudian dilakukan pengkulitan dengan
menggunting bagian bawah perut tikus dan digunting ke arah atas hingga mencapai
trakea. Kulit tikus dikuliti dengan menggunakan pisau bedah. Kulit yang sudah di
kuliti ditarik ke samping kiri dan kanan dan ditancapkan jarum pentul agar terlihat
organ-organ dari tikus tersebut. Kemudian digunting kembali kulit tipis yang berada
diatas organ untuk melihat lebih jelas organ-organ tersebut. Dibuat skema bagian-
bagian organ pada tubuh tikus.

VI. Data Pengamatan


N Perlakuan HasilPengamtan
o.

.
.

1 Mula-mula seekor tikus betina yang akan Bobot tikus = 157 g


. dikorbankan ditimbang bobotnya dan diberikan
obat secara oral.

2 Dibius dengan eter


.

3 Tikus diterlentangkan di atas meja bedah


. dengan kaki dan tanggannya ditusuk
menggunakan jarum

.
.

4 Dibuat guntingan midsagital dalam kulit


. dan kulit digunting secara lateral pada bagian
anterior dan posterior

5 Dibuat torehan latelah untuk


. memperlihatkan organ dalam

6 Lihat bagian-bagian organ dalam


. colon

Hati/Hepar

.
.

Jantung

UsusHalus

Ovarium

Paru-Paru

Diafragma

Pankreas

.
.

VII. Perhitungan
-

VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini digunakan tikus sebagai hewan percobaan.
Alasan dipilihnya tikus sebagai hewan percobaan adalah karena tikus mudah
ditangani mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara, reaksi obat yang
digunakan kebadannya cepat terlihat, tidak terlalu bersifat fotofobik, dan lebih
resisten terhadap infeksi.
Pada percobaan kali ini praktikan akan melihat sistem organ yang ada
pada tubuh tikus, dan melihat letaknya, serta membandingkannya dengan
sistem organ pada manusia. Alasan digunakannya tikus, karena tikus memiliki
susunan organ tubuh yang sama dengan manusia, sehingga secara tidak
langsung praktikan dapat mengamati susunan organ pada manusia dan
penempatannya dalam rongga tubuh.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan. Untuk tahap pertama adalah tahap pembiusan,
tikus tersebut dibius dengan menggunakan eter, eter di basahkan pada kapas
yang selanjutnya disimpan dalam wadah kaca tempat tikus nanti akan dibius.
Eter digunakan sebagai anastesi singkat untuk hewan percobaan.
Langkah selanjutnya adalah mengambil tikus dari dalam wadah untuk
selanjutnya dibius. Pada praktikum ini, seringkali tikus ini mengeluarkan
kotorannya, hal ini disebabkan karena keadaan tikus yang stress diduga tikus
ini baru pertama kali disentuh oleh manusia. Oleh karena itu diperlukan
perlakuan khusus seperti mengelus mengelus punggung atau tengkunknya
agar stress yang dialami sedikit berkurang.
Cara memegang tikus yang baik adalah letakkan tikus di atas kawat,
hal ini dimaksudkan agar tikus dapat mencengkram bagian kawat sehingga
agak kesulitan untuk bergerak. Kemudian memegang tikus harus pada bagian
pangkal ekornya yang dekat dengan badan karena apabila praktikan

.
.

memegang pada bagian ujungnya dikhawatirkan tikus akan membalik dan


malah mencengkram tangan dari praktikan, selain itu tangan kiri digunakan
supaya mempermudah prkatikan untuk memberi perlakuan kepada tikus.
Untuk posisi memegangnya adalah jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri
menjepit leher dari tikus lalu tikus di angkat dan dibalik sehingga wajahnya
menghadap kepada praktikan, ekor dari tikus dijepit oleh jari manis, sehingga
akan sulit untuk tikus bisa bergerak dan melepaskan diri. Karena tikus
termasuk kedalam hewan yang agak sensitif jika diperlakukan kasar dan tidak
nyaman, maka sebisa mungkin praktikan harus memperlakuka tikus tersebut
dengan sebaik mungkin.
Setelah tikus berhasil diambil maka langkah selanjutnya adalah
membius tikus tersebut untuk selanjutnya dilakukan langkah pebedahan.
Tikus dibius dengan cara dimasukkan kedalam wadah yang telah diisi kapas
yang sebelumnya telah dibasahkan dengan eter. Pembiusan ini adalah
pembiusan sementara aar nanti saat dibedah tikus tidak kesakitan. Namun
pada prkatikum kali ini praktikan melakukan kesalahan yang menyebabkan
tikus tersebut mati sebelum mengalami pembedahan. Hal ini diduga karena
tikus terlalu lama diletakkan didalam wadah bius tersebut menyebabkan tikus
terlalu banyak menghirup eter dan kekurangan oksigen. Namun, karena tujuan
dari praktikum kali ini adalah mengamati organ dari tikus tersebut, maka
kesalahan ini bisa ditoleransi.
Setelah proses pembiusan selanjutnya tikus dikeluarkan dari wadah
yang berisi eter. Kemudian tikus diletakkan di atas alas bedah. Tikus
diposisikan telentang di atas meja bedah bukan tengkurap. Hal ini dilakukan
agar organ organ dalam tikus dapat mudah terlihat. Setelah ditelentangkan hal
selanjutnya yang dilakukan adalah merekatkan tubuh tikus pada alas atau
meja bedah dengan menggunakan peniti. Kaki dan tangan sebisa mungkin
direnggangkan selebar lebarnya kemudian ditusukkan ke meja bedah dengan
menggunakan peniti. Hal ini dilakukan untuk membuat tikus tidak goyah saat

.
.

proses pembedahan. Selain itu hal ini dilakukan untuk meminimalisis


kegoyahan jika pada saat pembedahan bius tikus sudah habis atau tikus
terbangun.
Selanjutnya dilakukan proses pembedahan yang terlebih dahulu
dilakukan proses pengguntingan rambut rambut halus tikus. Hal ini dilakukan
agar rambut rambut halus tikus tidak mengganggu proses pembedahan
ataupun mengotori organ organ tubuh saat proses pembedahan. Proses
pemotongan ramput halus tikus cukup dilakukan sampai daerah
kerongkongannya saja. Kemudian rambut halus halus tersebut direntangkan
ke samping dan ditusukkan ke meja bedah dengan menggunakan peniti. Lalu
kulit kulit atau otot otot yang masih menempel pada bagian bulu diguliti
sampai rapi. Setelah proses pemotongan rambut hal selanjutnya yang
dilakukan adalah memotong atau menggunting lapisan kulit terluar dari tubuh
tikus. Pada proses ini perlu dilakukan secara teliti dan sangat hati hati. Proses
pengguntingan perlu dilakukan pelan karena kulit lapisan terluar sangat tipis,
maka pengguntingan dilakukan secara hati hati agar organ organ dalam yang
ada di balik lapisan kulit tersebut tidak terlukai dan tidak menimbulkan
pendarahan. Proses pengguntingan kulit terluar ini dilakukan sampai daerah
kerongkongan juga. Setelah itu kulit yang sudah tergunting direntangkan ke
samping dan kemudian direkatkan pada meja bedah dengan menggunakan
peniti agar tidak mengganggu penglihatan saat melihat organ organ bagian
dalam.
Bagian-bagian organ dalam tikus sudah mulai terlihat setelah proses
pemotongan kulit tikus. organ yang pertama terlihat yaitu usus. Setelah
dilakukan proses pemotongan lebih lanjut secara midsagital organ hati mulai
terlihat. Organ penting seperti jantung dan paru-paru tidak terlihat karena
tertutupi oleh tulang rusuk tikus, oleh sebab itu dilakukan pemotongan pada
tulang rusuk agar jantung dan paru-paru tikus terlihat. jantung tikus yang

.
.

terlihat sudah tidak berfungsi karena saat proses pembiusan tikus sudah mati,
hal ini menyebabkan sedikitnya darah yang keluar ketika proses pembedahan.
Setelah pembedahan selesai dapat dilihat bahwa anatomi tikus memiliki
kemiripan dengan anatomi tubuh manusia. Tata letak organ pada tikus sangat
memperlihatkan kemiripan dengan manusia. Urutan organ pencernaan pun
sama dengan manusia. Pada bagian abdomen terlihat lambung, hati, usus
besar, dan usus halus. Dibalik tulang rusuk terlihat paru-paru dan jantung.
Tetapi keadaan jantung sudah tidak berdetak sehingga tidak terlihat
bagaimana kerja jantung dan organ lainnya. Dengan diamati lebih lanjut,
dapat terlihat dua buah ginjal yang berwarna merah di kanan dan kiri tubuh
tikus. Ginjal kanan ditemukan di belakang organ pencernaan dengan letak
yang lebih rendah dari ginjal kiri yang ditemukan di balik organ pencernaan
pula. Karena tikus yang digunakan percobaan merupakan tikus betina, dapat
terlihat pula ovarium serta tuba fallopi yang panjang dan kecil.
Setelah pengamatan terhadap organ-organ pada tikus dilakukan, tikus
segera dikubur. Tidak dilakukan proses pengorbanan karena tikus sudah mati
saat dibius. Jika hewan percobaan belum mati maka harus dilakukan prosedur
pengorbanan. Pengorbanan hewan dapat melalui berbagai cara seperti
pemberian CO2 berlebih dalam suatu wadah atau dengan pemberian
pentobarbital tiga kali dosis normal. Dapat pula dilakukan berupa fisisk
seperti dislokasi leher. Selain itu, pengorbanan juga dapat dilakukan dengan
menusuk bagian jantung tikus.
Setelah pengamatan atau pembedahan selesai, jasad tikus dibungkus
dengan kertas atau koran bekas dan dikubur dengan semestinya. Alat-alat
yang telah dipakai kemudian dibersihkan dengan alkohol sebagai antibakteri
agar dapat membersihkan alat dari kotoran-kotoran yang didapat dari tikus.

IX. Simpulan

.
.

1. Organ merupakan bagian tubuh yang memiliki satu atau lebih fungsi
tertentu. Penyusun organ adalah beberapa jenis jaringan yang terorganisir dan
saling berkaitan satu dengan lainnya.
2. Organ-organ dalam tubuh tikus hampir sama dengan dengan manusia.
3. Sistem pencernaan makanan pada tikus mirip dengan manusia, diawalai
dari mulit, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar
dan berakhir di anus.
4. Manusia dan tikus memiliki organ yang membentuk suatu sistem yang
letaknya dapat diketahui melalui terminologi anatomi. Pengetahuan tentang
letak organ dalam tubuh penting dalam diagnosa awal suatu penyakit. Sistem
tubuh membentuk suatu kesatuan yang bekerja sama mencegah terganggunya
homeostasis tubuh.

.
.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, S. K. 2011. Pentingnya Pengetahuan Anatomi untuk 3D. Jurnal Humaniora.


Volume 02. Nomor 01.

Barata, I.K., dkk. 2010. Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih.
Jurnal Veteriner Vol. 11 No. 4 (232-237).

Fried, G. H. 2005. Schaums Outlines of Theory and Problems of Biology, edisi dua.
Inggris : Mc-Graw Companies

Martini, FH. 2001. Fundamental of Anatomy and Physiologi. New Jersey: Prentic-
Hall Inc.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit
PT gramedia Pustaka Utama.

Pratiwi dkk. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Purwanto, Goretti M. 2007. Teknologi Mutakhir dalam Genetika. Surabaya: Fakultas


Psikologi Universitas Surabaya.

Ridwan, Endi. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian


Kesehatan. Jurnal Indon Med Assoc, Vol. 63, No. 3 (112-116).

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6. Jakarta.


EGC.

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Suryadi,E. dkk. 2007. Perubahan Sel-Sel Leydig Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Jantan Dewasa Setelah Pemberian Monosodium Glutamat Peroral. Jurnal
Anatomi Indonesia vol. 1 No. 03 (129-132).

.
.

Susanti, Adriani. 2012. Anatomi Fisiologi Mnusia II. Riau: Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Riau.

Syamsuri, I. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Wahyuni, S.2005. PengaruhDaunSambiloto (ANDROGRAPHIS PANICULATA,


NEES) Terhadap Kadar SGPT Dan SGOT TikusPutih. Jurnal Gamma. Volume
01. Nomor 01.

Anda mungkin juga menyukai