Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang memegang peranan

penting dalam kehidupan. Konsep-konsep matematika banyak diterapkan dalam ilmu

pengetahuan lain, karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern. Maka perlulah mata pelajaran matematika

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali

peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.

Salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran matematika adalah

pemecahan masalah. Kegiatan memecahkan masalah merupakan bagian penting

dalam belajar matematika, karena salah satu tujuan pembelajaran matematika yang

termuat dalam standar isi Permendiknas (2006:346) menyatakan agar siswa memiliki

kemampuan memecahkan masalah, terutama memecahkan masalah yang terkait

dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut Holmes (Wardhani, 2010:7) orang yang terampil memecahkan

masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang

lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat

global. Untuk itu kemampuan pemecahan masalah ini penting untuk dimiliki oleh

1
2

siswa serta perlu dibiasakan sejak dini kepada siswa agar siswa lebih terampil dan

kreatif dalam menghadapi suatu masalah.

Namun, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di Indonesia

masih tergolong rendah. Hal ini didasarkan pada hasil riset Benchmark Internasional

TIMMS (Third International Mathematics and Science Study) tahun 2011 (Setiadi,

dkk, 2012:70) yang menyatakan bahwa siswa Indonesia yang berhasil mencapai level

menengah sebesar 15%, berada pada peringkat 40 dari 45 peserta. Kemampuan pada

level menengah ini menunjukkan kemampuan memecahkan masalah. Padahal rata-

rata persentase siswa tiap Negara peserta yang mencapai level menengah ini ialah

46%. Indonesia berada jauh di bawah rata-rata persentase siswa tiap negara.

Rendahnya persentase pencapaian siswa di Indonesia pada kemampuan memecahkan

masalah, perlu mendapat perhatian.

Kemudian dari diskusi dengan salah satu guru matematika di SMPN 17 Kota

Jambi diketahui bahwa pada materi bangun datar segiempat siswa mengalami

beberapa kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Contohnya siswa

keliru dalam merubah bahasa soal menjadi kalimat matematika ketika menuliskan

unsur-unsur yang diketahui dari soal. Selain itu siswa juga masih kesulitan dalam

menafsirkan soal dan merencanakan model matematikanya, data yang mereka

tuliskan masih keliru. Dan ketika dihadapkan pada soal yang sedikit berbeda dari

contoh siswa bingung seperti soal berikut: Diberikan gambar trapesium ABCD yang

diketahui tinggi, salah satu panjang sisi sejajar dan luas dari trapesium tersebut.

Kemudian yang ditanyakan ialah salah satu panjang sisi sejajar yang lainnya. Ketika
3

menjawab soal ini siswa kebingungan dan hanya sedikit yang dapat menjawab

dengan benar dan prosedur yang tepat.

Ini artinya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

Padahal kompetensi dasar yang harus dicapai selama proses pembelajaran segiempat

ialah menghitung keliling dan luas bangun segiempat serta menggunakannya dalam

pemecahan masalah..

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tidak terlepas dari

proses pembelajaran matematika. Menurut penelitian Rosdianwinata (2015:2) pada

proses pembelajaran matematika yang sering berlangsung selama ini, guru lebih aktif

memberikan informasi atau menjelaskan materi yang diikuti dengan penulisan rumus

dan pemberian contoh soal yang dikerjakan bersama siswa dengan dominasi guru,

kemudian diakhiri dengan pemberian latihan. Proses pembelajaran yang demikian

kurang meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa, karena siswa hanya

terbiasa mengerjakan latihan berdasarkan contoh dari guru.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa, diusahakan dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Salah satu

caranya dengan menerapkan suatu model yang proses pembelajarannya

mengkondisikan siswa untuk belajar memecahkan masalah. Salah satu model yang

sesuai ialah model pembelajaran Treffinger.

Alasan penulis memilih model pembelajaran Treffinger ialah karena proses

pembelajaran model Treffinger ini dimulai dengan pengenalan suatu masalah.


4

Dengan membiasakan siswa belajar memahami konsep melalui pemecahan suatu

masalah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model pembelajaran yang

berusaha untuk mendorong siswa belajar kreatif dalam memecahkan masalah.

Dimana siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan pada dua tingkat

pertama yang dimulai dengan pemberian masalah. Kemudian menangani masalah

kehidupan nyata yang terkait pada tingkat ketiga. Alasan lainnya ialah karena dalam

proses memecahkan masalah membutuhkan kreativitas.

Menurut Munandar (2004:172) Model Treffinger untuk mendorong belajar

kreatif merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas

secara langsung. Dalam tingkatan model ini siswa nantinya akan dihadapkan pada

tantangan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan kehidupan siswa dan

berhubungan dengan materi pembelajarannya.

Pada penelitian ini model pembelajaran Treffinger dikombinasikan dengan

pendekatan saintifik yang sesuai dalam membantu siswa dalam mengkonstruk

pemahamannya sendiri serta mengkondisikan siswa agar lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

Selama ini guru matematika di SMPN 17 Kota Jambi belum menerapkan

model pembelajaran Trreffinger di dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan

membiasakan proses pembelajaran memecahkan masalah dengan model Treffinger

ini dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut. Seperti

pada penelitian Darminto (2013) pada mahasiswa pendidikan matematika Universitas


5

Muhammadiyah Purworejo menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang

signifikan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang

diajar dengan menggunakan model Treffinger dengan mahasiswa yang diajar secara

konvensional.

Pada penelitian ini Darminto menerapkan model pembelajaran Treffinger

pada mahasiswa Universitas Muhammadiah Purworejo dengan pertimbangan kriteria

sampel: asal SLTA mahasiswa, kuota mahasiswa dalam satu kelas, mata kuliah yang

langsung terkait dengan materi di sekolah menengah, dan kedudukan mahasiswa

dalam semester tertentu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut diplih dikarenakan

dengan kreativitas dan daya pikir yang semakin tinggi mahasiswa diharapkan

mempunyai cara yang benar dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas dan daya

pikir siswa pada sekolah menengah berbeda dengan kreativitas daya pikir mahasiswa.

Untuk itu penulis ingin meneliti kemampuan pemecahan masalah siswa SMP dengan

menggunakan model pembelajaran Treffinger ini.

Model pembelajaran Treffinger mampu meningkatkan kreativitas matematik

siswa sekolah menengah pertama. Seperti pada penelitian Pomalato (2006) pada

siswa sekolah menengah pertama kelas VII di Gorontalo.

Pengaruh yang penulis maksud dalam penelitian ini merupakan akibat dari

perlakuan, dimana perlakuan tersebut sengaja ditimbulkan dengan metode

eksperimen. Pengaruh pada penelitian ini dilihat setelah diterapkannya model

pembelajaran Treffinger dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen sebagai

perlakuan atau treatment. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari perbedaan kemampuan
6

pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Namun, dalam penelitian ini penulis tidak akan mengkaji seberapa besar pengaruh

perlakuan terhadap variabel yang diamati yaitu kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:112) yang menyatakan,

jika terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan telah memberikan pengaruh secara

signifikan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul

Pengaruh Penerapan Model Treffinger dengan Pendekatan Saintifik Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa kelas VII SMPN 17 Kota

Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah:

Apakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan

saintifik dan pembelajaran langsung dengan pendekatan saintifik?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan


7

saintifik dan model pembelajaran langsung dengan pendekatan saintifik di kelas VII

SMPN 17 Kota Jambi.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan latar belakang yang telah diuraikan pada

peneitian ini, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dipengaruhi

oleh penerapan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan saintifik.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi penulis

Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran

matematika menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan

saintifik sehingga tidak mengetahui dari teori saja.

2. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan

lebih kreatif menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan

saintifik.

3. Bagi guru

Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa dan dapat menjadi pedoman dalam

menerapkan model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan saintifik.


8

4. Peneliti selanjutnya, sebagai sumber informasi.

1.6 Batasan Masalah

Agar penulisan proposal ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula

direncanakan, maka peneliti menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Untuk melihat pengaruh model Treffinger dengan pendekatan saintifik terhadap

kemampuan pemecahan masalah, maka akan dibandingkan dengan model

pembejaran langsung dengan pendekatan saintifik.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan dillihat melalui proses

pembelajaran materi bangun datar segiempat.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa selain model pembelajaran Treffinger dengan pendekatan

saintifik tidak dikontrol.

1.7 Definisi Istilah/Definisi Operasional

Agar terhindar dari penafsiran yang berbeda terhadap istilah dalam tulisan ini,

maka dipandang perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu

orang maupun benda. Pengaruh pada penelitian ini merupakan akibat dari suatu

treatment atau perlakuan yang sengaja ditimbulkan.

2. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang

dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses

belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.


9

3. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan

pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasi oleh siswa.

4. Model pembelajaran Trreffinger merupakan salah satu model pembelajaran yang

berusaha untuk mendorong belajar kreatif dimana siswa terlibat dalam kegiatan

membangun keterampilan pada dua tingkat pertama (basic tools dan practice with

process) untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tingkat ketiga

(working with real problems).

5. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip

melalui langkah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk

jejaring.

6. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika,

meliputi: 1). memahami masalah, 2). Merancang model matematika, 3).

Menyelesaikan model, dan 4). Menafsirkan solusi yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai