Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aswaja sebagai sebuah aliran yang pada mulanya merupakan suatu


kelompok kecil yang pada masa berdirinya dirintis oleh abu hasan al
asyari, sejalan dengan perkembangan zaman menjadi kelompok yang
besar dan bahkan kelompok terbesar di seluruh dunia.

Pergeseran dunia membawa aswaja pada perubahan yang


menuntut aswaja bukan hanya menjadi sebuah madzhab yang menjadi
doktrin kepada para pemeluknya, akan tetapi berkembang menjadi
sebuah pandangan hidup atau dikenal dengan istilah manhaj al fikr.
Dengan perubahan dari waktu ke waktu kontribusi aswaja menjadi sangat
mempengaruhi para pemeluknya dalam beraktivitas dalam keseharian
baik dalam aktivitas ekonomi, sosial politik, maupun kebudayaan secara
keseluruhan kehidupan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Aswaja?


2. Apa Ciri Khas Akidah Aswaja?
3. Apa Saja Dasar-Dasar Akidah Aswaja?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Aswaja.


2. Untuk Mengetahui Ciri Khas Akidah Aswaja.
3. Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Akidah Aswaja.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aswaja

Secara kebahasaan, Ahlussunnah Wal-Jamaah adalah istilah yang


tersusun dari tiga kata.

Pertama, kata Ahl, yang berarti keluarga, pengikut atau golongan.1

Kedua, kata al-sunnah. Secara etimologis (lughawi) kata al-sunnah


memiliki arti al-thariqah (jalan dan prilaku), baik jalan dan prilaku
tersebut benar atau keliru. Sedangkan secara terminologis, al-sunnah
adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yang
selamat dari keerupaan (syubhat) dan hawa nafsu.2
Ketiga, kata al-jamaah. Secara etimologis kata al-jamaah ialah
orang-orang yang memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam
mencapai suatu tujuan, sebagai kebalikan dari kata al-firqah, yaitu orang-
orang yang bercerai-berai dan memisahkan diri dari golongannya.
Sedangkan secara terminologis, kata al-jamaah ialah mayoritas kaum
muslimin (al-sawad al-azam), dengan artian bahwa ahlussunnh Wal-
Jamaah adalah aliran yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin.3

B. Ciri Khas Akidah Aswaja

Apabila anda ditanya, apakah ciri khas akidah ahli sunnah wal-jamaah ?
maka jawabannya adalah, ahlussunnah wal-jamaah meyakini bahwa Allah
itu ada tanpa arah dan tanpa tempat. Hal ini diantara yang membedakan
ahlu sunnah wal-jamaah dengan aliran aliran yang lain. Terhadap sekian

1 Sadi Abu Jaib, al-Qamus al-Fiqhi Lughatan wa Ishtilahan, (Damaskus: Dar al-
Fikr, 1988), hlm. 29.

2 Ibn Rajab al-Hanbali, kasyf al-Kurbah Fi Wash Ahl al-Ghurbah, (Kairo: Maktabah
al- Qayyimah, tanpa tahun), hlm. 19-20.

3 Muhammad Idrus Ramli, Mahzab al-Asyari, Benarkah ahlussunnah wal-


jamaah?:Jawaban terhadap aliran salaf (Surabaya; Khalista, 2009), hlm. 176.

2
banyak dalil, baik dari al quran, hadist dan dalil dalil aqli yang
menunjukkan bahwa allah ada tanpa arah dan tanpa tempat. 4 Allah SWT
berfirman :

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia.(QS. Al-syura:11)

Ayat ini adalah ayat yang paling tegas dalam menjelaskan kesucian allah
secara mutlak dari menyerupai apapun. Allah SWT tidak menyerupai
makhluk-nya dari aspek apapun, sehingga allah itu tidak butuh pada
tempat yang menjadi tempat-nya dan tidak butuh pada arah yang
menentukannya.

`Ayat di atas juga menjadi dalil bagi ahli sunnah wal-jaamaah


bahwa allah memiliki sifat mukhlafatuhu lil-hawadisi, yaitu allah tidak
menyerupai makhluk makhluk-nya. Sifat ini terrmasuk sifat salbiyyah,
yaitu sifat yang menfikan sifat sifat yang tidak layak bagi allah. Oleh
karena itu, mustahil allah SWT menyerupai makhluk yang mempunyai roh
seperti manusia, jin, malikat, dll. Allah juga mustahil menyerupai benda
benda padat (jamad), baik benda yang ada di atas maupun yang ada
dibawah.5

Mungkin disini ada yang bertanya, apakah dapat menerima terhadap


keberadaan sesuatu tanpa arah dan tanpa tempat ? jawaban dari
pertanyaan ini adalah dalil ini yang menunjukkan bahwan Allah itu ada
tanpa arah dan tempat, yaitu hadits shohih.


( ) :

4 Ibid., hlm. 178.

5 Salim Alwan al-Hasani, Ghayat al-Bayan Fi Tanzih Allah an al-Jihat wa al-


makan, (Beirut: Dar al-Masyari, 1999), hlm. 15.

3
Imron bin Hushain radhiyallahu anhuma berkata, rasulallah SAW
bersabda, allah ada pada azal (keberdaan tanpa permulaan) dan belum
ada sesuatupun selain-nya. (HR. al-bukhari : 2953).

Hadist diatas menjelaskan , bahwa allah itu ada pada azal


(keberadaan tanpa permulaan), ketika tidak ada sesuatupun
bersamanya.

Keyakinan bahwa wujud Allah tanpa tempat dan arah, adalah


kesepakatan ahlussunnah wal-jamaah sejak generasi salaf yang saleh.

C. Dasar-Dasar Akidah Aswaja

Pokok-pokok yang berkaitan dengan tauhid dan lain-lain menurut


ahlussunnah wal- jamaah harus di landasi dalil yang argumentasi yang
definitive (qathi) dari al-quran, al- hadis, ijma ulama dan argumentasi
akal yang sehat. Para ulama yang menulis karangan-karangan dalam
membantah aliran-aliran ahli bidah dan kelompok-kelompok yang
menyimpang selalu berdasarkan pada dalil dalil tersebut secara hirarkis. 6

Berikut ini rincian dalil-dalil tersebut secara hirarkis:

1. Al-Quran
Al quran alkarim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil.
Al-guraan adalah dalil yang membuktikan kebenaran risalah nabi
Muhammad saw dan dalil yang membuktikan benar tidaknya suatu
ajaran. Al-guran juga merupakan kitaballah terakhiiryang menegaskan
pesan-pesan kitab-kitab samawi sebelumnya.allah memerintahkan dalam
al-quran agar kaum muslimin senantiasa mengembalikanpersoalan yang
di perselisihkan kepada allah dan rasul-nya:

6 Muhammad Idrus Ramli, Mahzab al-Asyari, Benarkah ahlussunnah wal-


jamaah?:Jawaban terhadap aliran salaf,hlm. 183.

4
Kemudian jika berlainan pendapat tentang Sesutu, maka kemblikanlh ia
kepada Allah(al-quran) dan rasul (sunnahnya). (QS. Al-nisa:59).

2. Hadits
Hadits adalah dasar kedua dalam penetapan akidah akidah dalam
islam. Tetapi tidak semua hadits dapat di jadikan dasar dalam
menetapkan akidah. Hadis yang dapat dijadikandasar dalam menetapkan
akidah adalah hadits yang perawinya di sepakati dapat di percaya oleh
para ulama.7

3. Ijma Ulama
Ijm ulam yang mengikuti ajaran ahlus haqq dapat di jdikan
argumentasi dalam menetapkan akidah. Dalam hal ini seperti dasar yang
melandasi penetapan bahwa sifat-sifat allah itu qadim (tidak ada
permulaannya) alah ijma ulama yang qathi.8
4. Akal
Dalam ayat-ayat al-quran Allah SWT telah mendorong hamba-
hambanya agar merenungkan semua yang ada dalam alam jagat raya ini,
agar dapat mengantar pada keyakinan tentang kemaha kuasaan Allah.
Dalam konteks ini Allah berfirman:


Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi.


(QS. Al-Araf:185)

Dalam membicarakan sifat-sifat Allah,sifat-sifat Nabi SAW, para


Malaikat dan lain-lain, para ulama tauhid hanya bersandar pada
penalaran akal sementara.mereka membicarakan hal tersebut dalam
konteks membuktikan kebenaran semua yang di sampaikn oleh nabi SAW

7 Ibid., hlm. 184.

8 Ibid., hlm. 187.

5
dengan akal. Jadi menurut ulama tauhid, akal di fungsikan sebagai sarana
yang dapat membuktikan kebenaran syara, bukan sebagai dasar dalam
menetapkan akidah-akidah dalam agama. Meski demikian, hasil
penalaran akal yang sehat tidak akan keluar dan bertentangan dengan
ajaran yang di bawa oleh syara.9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara kebahasaan, Ahlussunnah Wal-Jamaah adalah istilah yang


tersusun dari tiga kata. Pertama, kata Ahl, yang berarti keluarga,
pengikut atau golongan. Kedua, kata al-sunnah. Secara etimologis
(lughawi) kata al-sunnah memiliki arti al-thariqah (jalan dan prilaku),
baik jalan dan prilaku tersebut benar atau keliru. Ketiga, kata al-jamaah.
Secara etimologis kata al-jamaah ialah orang-orang yang memelihara
kebersamaan dan kolektifitas dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan
secara terminologis, kata al-jamaah ialah mayoritas kaum muslimin (al-
sawad al-azam), dengan artian bahwa ahlussunnh Wal-Jamaah adalah
aliran yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin.

Ciri khas akidah ahli sunnah wal-jamaah adalah, ahlussunnah wal-


jamaah meyakini bahwa Allah itu ada tanpa arah dan tanpa tempat. Hal
ini diantara yang membedakan ahlu sunnah wal-jamaah dengan aliran
aliran yang lain.

9 Ibid., hlm. 188.

6
Adapun dasar-dasar akidah aswaja yaitu pokok-pokok yang
berkaitan dengan tauhid dan lain-lain dan juga menurut ahlussunnah wal-
jamaah harus di landasi dalil yang argumentasi yang definitive (qathi)
seperti dari al-quran, al- hadis, ijma ulama dan argumentasi akal yang
sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Jaib, Sadi Abu, al-Qamus al-Fiqhi Lughatan wa Ishtilahan, Damaskus: Dar


al-Fikr, 1988.
Al-Hanbali, Ibn Rajab, kasyf al-Kurbah Fi Wash Ahl al-Ghurbah, Kairo:
Maktabah al- Qayyimah, tanpa tahun.
Ramli, Muhammad Idrus, Mahzab al-Asyari, Benarkah ahlussunnah wal-
jamaah?:Jawaban terhadap aliran salaf Surabaya; Khalista, 2009.
Al-Hasani, Salim Alwan, Ghayat al-Bayan Fi Tanzih Allah an al-Jihat wa al-
makan, Beirut: Dar al-Masyari, 1999.

Anda mungkin juga menyukai