Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Tarjih - Volume 13 Nomor 1 (2016), hlm.

33-45

PROBLEMA PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA


Belajar dari Pengalaman Pendampingan Majelis Hukum dan
HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Tengah

Siti Kasiyati
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
kasiyati_siti@yahoo.com

Pendahuluan
Anak merupakan faktor terpenting dalam proses maju mundurnya suatu
negara, karena maju mundurnya suatu negara juga ditentukan maju mundurnya
tunas negara. Saat ini permasalahan yang dialami anak sangatlah kompleks, di
antaranya adalah kekerasan, kesehatan, diskriminasi, anak berhadapan dengan
hukum, eksploitasi, perdagangan anak, pekerjaan terburuk buat anak, anak korban
konflik,subordinasi dan lain-lain. Di bidang kesehatan, sangatlah memprihatinkan,
di antaranya kurangnya suplay makanan, gizi buruk dan rentan penyakit. Dalam
masalah ekonomi anak menjadi korban penelantaran ekonomi oleh orang tua,
sehingga tak jarang memaksa hidup mereka menjadi buruh, dieksploitasi secara
seksual, pengamen, pengemis demi keberlangsungan hidupnya tidak jarang mereka
berhadapan dengan masalah hukum karena tersangkut kriminalitas. Tidak hanya itu
kerap kali mereka menjadi sasaran kekerasan baik secara fisik, psikis dan seksual,
hal ini terjadi karena lemahnya posisi anak.

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
34 Siti Kasiyati

Kondisi demikian ini menjadikan Pengertian Anak


orang tua dihadapkan pada kondisi Anak adalah rantai kehidupan.
yang sulit dalam memperhatikan Pada anak-anak inilah kehidupan
tumbuh kembang anak, khususnya sekarang akan berlanjut pada masa yang
perkembang an jiwa anak-anak. akan datang.
Terkadang kita juga tidak sabar
melihat perilaku anak yang kita anggap
menyimpang, sehingga dengan mudah
menstigma bahwa anak tersebut
sebagai anak nakal, bandel dan lain D a n ( i n ga t l a h ) ke t i k a Tu h a n m u
sebagainya. mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
Tak bisa dipungkiri bahwa dari Sulbi mereka dan Allah mengambil
perilaku kenakalan anak semakin hari kesaksian terhadap jiwa mereka ( seraya
semakin meningkat, hal ini terungkap berfirman): Bukanlah aku Tuhanmu?
juga dalam data anak yang berkonflik Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan
dengan hukum, anak yang menjadi Kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan
korban eksploitasi, seks komersial, anak yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
yang terjebak pada narkoba dan zat tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani
adiktif lainnya. Belum lagi kasus-kasus Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).
perilaku seks bebas di antara remaja-
remaja yang masih di bawah umur, Dengan bekal keimanan
kasus kekerasan (perkelahian remaja). ini, seorang anak yang baru lahir
Kepanikan ini lengkap sudah, ketika tidak memiliki dosa melainkan suci,
media juga mengajarkan kekerasan sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
dalam setiap tayangan TV, berpacaran Tidaklah seorang anak lahir melainkan
ala orang dewasa dan tontonan porno dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang
lainnya yang bisa diakses melalui VCD, tuanyalah yang mengubah menjadi Yahudi,
HP, maupun internet. Di sisi lain, Nasrani, atau Majusi [Bukhari:1358;
Muslim 2658,2659]
setiap hari kita berdoa semoga anak-
anak kita menjadi anak yang saleh, Orang tua memiliki kewajiban
berbakti pada nusa, bangsa, agama untuk menjaga dan mengembangkan
dan orang tua. Berbagai masalah anak kesucian anak tersebut. Kewajiban itu
muncul di hadapan kita, dan kerap jelas sebagaimana terkandung dalam
kali kita berdebat mengenai hal yang surat at-Tarm: 6:
melatarbelakangi terjadinya berbagai

persoalan yang dialami anak, pada
kesempatan ini penulis akan mengupas
bagaimana pandangan Islam tentang

perlindungan anak. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 35

dirimu dan keluargamu dari api neraka sempurnakanlah takaran dan timbangan
yang bahan bakarnya adalah manusia dan dengan adil. Kami tidak memikulkan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang beban kepada seseorang melainkan sekadar
kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah kesanggupannya [al-Anam 152]
terhadap apa yang diperintahkan kepada
Dari ayat dan hadis di atas para
mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. fukaha berpendapat untuk sampai
jenjang dewasa ada tiga tahap yang
Dalam mengimplementasikan harus dilalui manusia, yakni:
pendidikan kepada anak, al-Quran 1) Anak Belum Mumayyiz; fase ini
memberikan contoh-contoh pendidikan berlangsung sejak lahir hingga usia
kepada anak sebag aimana yang 7 (tujuh) tahun. Perkembangan
dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada fungsi akalnya masih sangat rendah
Ismail, Yakub kepada anak-anaknya, sehingga belum bisa mencerna mana
Zakaria terhadap Yahya, dan Luqman yang baik dan yang tidak baik;
kepada anak-anaknya. 2) Anak Mumayyiz; fase ini berlangsung
Mengenai batasan anak dalam setelah usia 7 (tujuh) tahun
Islam biasanya anak sebelum balig sampai dewasa. Anak sudah dapat
atau anak belum bisa memahami membedakan secara terbatas mana
sepenuhnya apa yang baik dan apa yang yang baik dan yang buruk, namun
buruk bagi dirinya. Belum sempurnanya fungsi akal belum sempurna
akal pikiran anak ditegaskan oleh Allah 3) Fase dewasa, yaitu masa setelah
dalam surat An-Nisa ayat 5 dan Surat berakhirnya masa anak-anak, ketika
al-Anam ayat 152 fungsi akal sudah sempurna. Para
fukaha berbeda pendapat dalam

menentukan kedewasaan seseorang.

Jumhur ulama menetapkan tanda
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang- yang bersifat personal namun
orang yang belum sempurna akalnya, harta cukup konkrit, yaitu mimpi indah
(mereka)yang ada dalam kekuasaanmu) yang (itilm) untuk anak laki-laki dan
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
khusus untuk perempuan adalah
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada haid. Tanda-tanda tersebut juga
mereka kata-kata yang baik[Annisa: 5] dapat ditarik keumuman usianya,
sebelum tanda-tanda tersebut
muncul, seseorang masih disebut
anak meskipun telah mumayyiz.

Dan Janganlah kamu dekati harta anak
yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai dewasa, dan

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
36 Siti Kasiyati

Landasan Normatif Perlindungan


Anak

Maka tatkala anak itu sampai pada
Hak hidup dan tumbuh kembang umur sanggup berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu, maka
pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab:
Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu

akan mendapatiku termasuk orang-orang
Dan janganlah kamu membunuh anak- yang sabar. [a-affat: 102].
anakmu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka [al-Anam: 151] Anak Berhadapan dengan Hukum
dan Akibat Hukumnya dalam
Islam

Pengadilan Anak
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-
Dalam istilah usul fikih, taklif
orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah (beban) itu diberikan kepada orang
yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan dewasa atau balig, sedangkan orang
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka yang belum sempurna akalnya tidak
bertakwa kepada Allah dan hendaklah pantas dibebani (beban dari Allah),
mereka mengucapkan perkataan yang benar disebut tidak mukallaf. Anak-anak
[an-Nisa: 9] sebagaimana telah dijelaskan di depan
adalah manusia yang demikian itu, maka
Membangun Partisipasi Anak pada dasarnya anak tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang ia

lakukan.
) 85(
)86(

Dan ingatlah kisah Ismail, Idris dan Zulkifli.
Allah tidak membebani seseorang melainkan
Semua mereka termasuk orang-orang yang
sesuai dengan kesanggupan [al-Baqarah: 286]
sabar. Kami telah memasukkan mereka ke
dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka Dengan demikian kejahatan yang
termasuk orang-orang yang saleh [al-Anbiya: dilakukan anak belum dapat dihukum
85-86]. tetapi harus dididik secara khusus,
sehingga restorasi justice sangatlah

penting.

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 37

Keadilan restoratif adalah pe- Kegiatan-kegiatan itu akan memupuk


nyelesaian perkara tindak pidana insting, memelihara kesehatan,
dengan melibatkan pelaku, korban, menghilangkan kemalasan, mencegah
keluarga pelaku/korban, dan pihak kebodohan, menumbuhkan semangat,
lain yang terkait untuk bersama-sama dan membersihkan jiwa. Istirahat perlu
mencari penyelesaian yang adil dengan perhatian pula, dengan membiasakan
menekankan pemulihan kembali pada anak tidak banyak tidur, dan tidak
keadaan semula, dan bukan pembalasan. menggunakan tempat tidur yang mewah
dan cenderung pada kenikmatan.
Mendidik Anak Nilai-nilai keutamaan rohani juga
Untuk itu marilah kita kembali perlu mendapat perhatian ekstra, mula-
m e n c o n t o h ke t e l a d a n a n l e wa t mula harus ditumbuhkan rasa cinta
kesalehan Nabi Ismail AS, setidaknya kepada kehormatan, percaya pada diri
Ismail adalah simbol anak saleh yang sendiri dan mempercerdas diri dengan
dicontohkan Allah buat kita semua, banyak hafalan, cerita-cerita baik, dan
maka menarik apa yang dikatakan oleh puisi-puisi yang dapat memotivasi
Ibnu Maskawaih tentang pentingnya menjadi hidup utama.
pendidikan akhlak pada anak-anak. Anak-anak harus dijauhkan dari
Menurut beliau kehidupan utama bacaan-bacaan yang destruktif bagi
pada anak-anak memerlukan dua perkembangan kejiwaannya. Ibnu
syarat, syarat kejiwaan dan syarat Maskawaih juga memandang diam,
sosial. Syarat pertama bersimpul dalam tidak banyak bicara pada anak, adalah
menumbuhkan watak cinta kepada suatu hal yang positif, yakni supaya
kebaikan, dengan cara melatih dan dijauhkan dari kebiasaan berkata kotor
membiasakan diri, sedang syarat kedua atau tidak pantas. Masih menurut beliau,
dapat dicapai dengan memilihkan keutamaan dalam pergaulan sesama
lingkungan yang baik, apakah itu anak-anak yang harus ditanamkan ialah
teman atau lingkungan sosial, termasuk kejujuran agar anak tidak mempunyai
menumbuhkembangkan rasa percaya kebiasaan berdusta, tidak mempunyai
diri pada dirinya sendiri. permintaan yang berlebihan, pemurah,
Nilai-nilai keutamaan pada anak suka mengalahkan diri sendiri untuk
harus menjadi perhatian orang tua mengutamakan kepentingan orang
baik jasmani maupun rohani. Beliau lain yang lebih mendesak dan yang
mencontohkan, untuk keutamaan terakhir hendaknya ditanamkan wajib
jasmani, makanan, kegiatan dan taat, yang diharapkan melakukan
istirahat. Makanan hendaknya rasa wajib hormat kepada orang lain,
bertujuan kesehatan bukan kenikmatan. terutama kepada kedua orang tua dan
Diutamakan makanan sederhana, para gurunya.
tetapi memenuhi syarat kesehatan.

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
38 Siti Kasiyati

Menanamkan rasa wajib taat 18 tahun perdagangan anak tetap juga


seperti ini akan berpengaruh positif berkembangbahkan, indonesia bukan
pada anak-anak. Dengan demikian hanya menjadi wilayah sumber, tetapi
anak-anak akan terbiasa menahan diri juga menjadi daerah tujuan dan transit
dari kenikmatan hidup yang buruk, suka bagi korban dari negara lain.
mendengarkan nasihat, rajin belajar,
dan menghormati ajaran syariat yang Anak Berhadapan dengan Hukum
dititahkan Allah. Anak yang Berhadapan dengan
Bila kita cer mati apa yang Hukum adalah anak yang berkonflik
disampaikan oleh Ibnu Maskawaih dengan hukum, anak yang menjadi
dapat kita jadikan salah satu referensi korban tindak pidana, dan anak yang
untuk mendidik anak kita agar saleh menjadi saksi tindak pidana (UU No.
sebagaimana Nabiyullah Ismail AS yang 11 Thn 2012)
taat pada Allah dan kedua orang tuanya Anak yang Berkonflik dengan
dan juga memiliki sifat-sifat keutamaan. Hukum yang selanjutnya disebut Anak
Adapun menyangkut metode adalah anak yang telah berumur 12 (dua
penyampaian itu sebagai orang tua harus belas) tahun, tetapi belum berumur
melihat kondisi anak dan membangun 18 (delapan belas) tahun yang diduga
partisipasi anak. Penanaman nilai- melakukan tindak pidana
nilai keutamaan bukan semata-mata
doktrin, tetapi lebih membangun Anak Korban Perceraian
sebuah kebiasaan yang nantinya akan Anak korban perceraian
menghasilkan anak yang toleran, suka biasanya mengalami kekerasan berupa
akan kebaikan, dan menghormati ajaran penelantaran, kasus yang paling banyak
syariat Allah. ditangani Majelis Hukum dan HAM
PW Aisyiyah Jateng adalah anak korban
Kekerasan Anak di Indonesia penelantaran, hampir 50% dari kasus
anak yang masuk
Anak yang Dilacurkan
Data lainnya disampaikan Anak korban kekerasan seksual
kepala perwakilan lembaga PBB untuk Anak korban kekerasan seksual,
urusan anak-anak atau United Nations jumlahnya meningkat.. baru-baru ini
Childrens Fund (Unicef) Indonesia, menangani mendampingi anak korban
Angela, Kearney, sekitar 100.000 kekerasan seksual yang tuna rungu
perempuan dan anak indonesia menjadi wicara
korban perdagangan orang trafficking
setiap tahun. Sekitar 30 persen Hak-Hak Korban
perempuan yang diperdagangkan untuk Dalam pasal 20 undang-undang
prostitusi adalah anaka- anak di bawah No. 23 Tahun 2004 mengenai hak-hak

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 39

korban untuk mendapatkan: Total : 546 Kasus


P e r l i n d u n g a n d a r i p i h a k
keluarga, kepolisian, kejaksaan, Dalam Pendampingan terhadap
pengadilan,advokat, lembaga social anak majelis Hukum dan HAM
atau lembaga pihak lainnya sementara Pimpinan Aisyiyah Jawa Tengah
berdasarkan penetapan perintah secara umum mengkategorikan sebagai
perlindungan dari pengadilan berikut.
Pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan medis Anak Perempuan Difabel Korban
Penanganan secara khusus berkaitan Kekerasan Seksual
dengan kerahasiaan korban Pada rentang tahun 2013 ampai
Pendampingan oleh pekerja social tahun 2015 majelis hukum dan HAM
dan bantuan hukum padaa setiap Pimpinan Wilayah aisyiyah Jawa
tingkat pemeriksaan sesuai peraturan Tengah melakukan pendampingan
Pelayanan bimbingan rohani terhadap anak perempuan difabel
korban kekerasan seksual sebanyak 7
Pengalaman Majelis Hukum dan kasus dengan spesifikasi berbeda, dari
HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah ketuju kasus tersebut yang berhasil
dalam Mendampingi Kasus yang menjerat pelaku baru satu kasus, di
Ditangani PN Sukoharjo, korban tuna rungu
wicara. Sedangkan kasus di Surakarta,
Tahun 2012 Klaten, Sleman ketiganya lepas karena
Litigasi : 29 Kasus kurangnya alat bukti. Saat ini kami
Non Litigasi: 96 Kasus masih mendampingi dua kasus di
Total : 125 Kasus PN Sleman dan di Polsek Pakem
Sleman Yogyakarta.
Tahun 2013 Secara umum problem yang
Litigasi : 37 Kasus dihadapi korban adalah:
Non Litigasi: 144 Kasus Ekonomi lemah;
Total : 181 Kasus Gangguan psikis;
Gangguan fisik.
Tahun 2014 Belum mengetahui upaya hukum
Litigasi : 28 Kasus yang harus ditempuh.
Non Litigasi: 213 Kasus Secara Lebih spesifik kendala
Total : 241 Kasus yang di hadapi dalam menangani
kasus korban kekerasan khususnya
Tahun 2015 perempuan difabel:
Litigasi : 34 Kasus SDM ( Lawyer maupun paralegalnya
Non Litigasi: 512 Kasus belum mempunyai pemahaman

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
40 Siti Kasiyati

yang maksimal terhadap difabel baik * Terkadang Undang-undang kalah


varian maupun kekhususan dalam sama pernyataan
perilakunya ) * Korban sudah diwakili jaksa
Akses terbatas, (dana, informasi, * Hakim kesulitan berkomunikasi
ekonomi dll) * Pengadilan belum ramah anak
Bukti terbatas karena masih masuk dalam
Kesulitan Komunikasi sidang orang dewasa
Sedangkan persoalan yang
dihadapi secara umum Anak Korban Perceraian (Anak yang
Tidak ada pendanaan orang tuanya bercerai)
Birokrasi Anak korban perceraian
Pencarian data dan informasi biasanya mengalami kekerasan berupa
Kesadaran hukum pada masyarakat penelantaran, kasus yang paling banyak
kurang, sebagai misal, ketika diminta ditangani Majelis Hukum dan HAM
menjadi saksi banyak yang tidak mau PW Aisyiyah Jateng adalah anak korban
akses informasi terbatas penelantaran, bahkan kalau dilihat
Lamanya proses hukum (law data dari Pengadilan agama setiap
infostment) tahunnya meningkat. Namun anak
Minimnya pengetahuan tentang korban perceraian belum mendapatkan
hukum perhatian yang cukup baik dari
Sementara itu di semua jenjang pemerintah maupun masyarakat
juga mengalami kesulitan. Dampak dari perceraian sangatlah
Kepolisian luas, di antaranya anak tersebut bisa
* Tidak adanya pendampingan saat terlantar, menjadi anak yang berkonflik
pemeriksaan dengan hukum, anak mengalami trauma
* Ru a n g p e m e r i k s a a n t i d a k dan tidak percaya diri.
aksesibel Dari putusan majelis hakim
* Minimnya infor masi untuk seringkali mengesampingkan hak asuh
korban anak dan pemberian nafkah anak,
Kejaksaan khususnya putusan yang diajukan oleh
* Jaksa tidak memberitahukan Penggugat atau isteri dan ini merupakan
kepada PH atau pendamping mayoritas putusan.dari seluruh kasus
bahwa berkas sudah dilimpahkan perceraian yang kami dampingi hanya
dikarenakan korban sudah ada 2 putusan yang memutus akan
diwakili jaksa adanya nafkah anak sebagai keawajiban
* minimnya pengetahuan tentang mantan suami dengan perkara gugatan.
disabilitas Sementara itu terhadap
Pengadilan permohonan cerai talak yang diajukan
suami meng enai hak hadhonah

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 41

dan besaran nafkah anak seringkali 18 (delapan belas) tahun yang diduga
dajukan dalam gugatan rekonpensi oleh melakukan tindak pidana
Termohon/ Penggugat Rekonpensi
juga kebanyakan hakim menganjurkan Saksi
untuk diatiadakan dan menyarankan Anak yang menjadi saksi tindak
untuk diasuh bersama. Ketidak pastian pidana yang selanjutnya disebut
ini menambah penderitaan anak akan Anak Saksi adalah anak yang belum
masa depannya. berumur 18 (delapan belas) tahun yang
Problem hukum lainnya adalah dapat memberikan keterangan guna
meski putusan pengadilan memberikan kepentingan penyidikan, penuntutan,
kepastian hukum tentang besarnya dan pemeriksaan di sidang pengadilan
nafkah anak, namun pelaksanaannya tentang suatu perkara pidana yang
tidak ada lembaga yang mengawasi didengar, dilihat, dan/atau dialaminya
akan adanya putusan tersebut, sehingga sendiri
dalam realitasnya putusan tersebut
hanyalah tulisan yang sia-sia. Korban
Atas ketiga problem tersebut Anak yang menjadi korban tindak
haruslah ada terobosan hukum untuk pidana yang selanjutnya disebut Anak
perlindung an bagi anak korban Korban adalah anak yang belum
perceraian. Seharusnya hakim ex offisio berumur 18 (delapan belas) tahun yang
bisa memutuskan tentang nafkah mengalami penderitaan fisik, mental,
anak setelah orang tuanya bercerai, dan/atau kerugian ekonomi yang
dan mengamanatkan kepada lnstitusi disebabkan oleh tindak pidana
negara untuk melakukan pengawasan, Berikut ini kami paparkan data
misalnya di lekatkan di Kantor Urusan anak yang berhadapan dengan hukum
Agama dan Dinas Kependudukan dan dari tahun 2014 sampai dengan 2015
Catatan Sipil dan atau lembaga lainnya yang didampingi Majelis Hukum dan
yang diamanati oleh undang-undang, HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa
sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Tengah
UU Perkawinan No 1 tahun 1974 dan Pe n a n g a n a n s i t u a s i a n a k
Kompilasi Hukum Islam berbeda-beda, yang secara umum dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Anak Berhadapan dengan Hukum
Pelaku
Pelaku Anak yang Berkonflik dengan
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak
Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur
belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
42 Siti Kasiyati

melakukan tindak pidana b) Pelaku kriminal seksual lebih Variatif:


Pelaku kekerasan sexsual anak,
Kejahatan dengan pelaku anak: kebanyakan dipicu karena pergaulan
Pelaku pencurian dan pola asuh, Misal pelaku kekerasan
Berdasarkan pengalaman sexsual dari anak-anak orang kaya
pendampingan selama ini: banyak biasanya dikarenakan teknologi yang
kejahatan latar belakang pelaku karena mendukung seperti menonton video
1) pola asuh yang keliru misal: sering porno, i hp yg mendukung situs
mengalami kekerasan di rumah, porno, tidak ada pendampingan
pembiaran kepada anak karena orang tua sibuk,
2) dari keluarga miskin,: jadi pemulung, rendahnya pemahaman agama dan
keluarga bermasalah, buruh anak yang pernah menjadi korban
3) pendidikan rendah kekerasan sexsual
4) pendidikan keagamaan rendah. Sedangkan pelaku anak yang orang
5) Lingkungan buruk, banyak pemabuk, tua nya miskin biasanya karena
rumah berhimpit-himpitan, miskin pengaruh kehidupan sehari-hari
kota seperti kamar sempit, mereka
6) Kemiskinan struktural dikomunitas miskin, mereka
mengetahui perilaku seks orang tua
a) Anak sebagai pelaku kekerasan dan atau orang dewasa, rendahnya
baik sendiri maupun pemahaman agama
p e n g e r oy o k a n ( s e n d i r i - s e n d i Kemudian kurangnya pendidikan
maupun bersama) kebanyakan seks seperti akibat-akibat dari
karena pola pergaulan yang keliru tindakan atau perilaku yang menjurus
seperti anggota bela diri, sosial kepada tindakan seksual sebelum
group atau kesetiakawanan seperti waktunya.
geng motor, sukuisme,kelompok, Semua itu karena lingkungan yang
teknologi seperti game kekerasan tidak mendukung.
karena disitu ada budaya imitasi dari c) Pelaku bulying: penyebab anak
anak-anak. Hal ini bisa terjadi karena dirumah kadang baik tapi
lemahnya kontrol negara terhadap disekolahan menjadi nakal dan
kelompok-kelompok tersebut dan suka menjahili temannya termasuk
didukung pembiaaran orang tua, mempunyai group-group (GENG)
kontrol orang tua kurang, tidak ada disekolahannya, biasanya dirumah
komunikasi antara orang tua dengan terlalu disiplin dan ketat dan ketika
komunitas anak-anak tersebut. Pada dilapori bahwa anaknya nakal tidak
komunitas ini bisa dari keluarga kaya percaya, pembekalan orang tua
dan miskin. hanya bersifat menegejar materi
seperti les matematika bhsa inggris

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 43

namun pendidikan agama jarang Dampak


diberikan. Dan ketika guru di lapori Pelaku anak akan kehilangan masa
ada perilaku bulying yang dilakukan depan
di sekolah guru menyangka anak Trauma
tersebut terlalu cengeng, suka Menjadi pelaku kekerasan dan
melapor, terlalu manja. Bahkan kejahatan diusia dewasa nanti
kadang-kadang Guru ikut-ikutan Penanganan terhadap pelaku
berkonflik dengan anak yang menjadi Dimasukkan ke selter pembinaan
pelaku tidak berusaha menjadi anak
penengan. Kalaupun ada kepedulian Memaksimalkan pokja (kelompok
guru bbelum menerapkan restoratif kerja) anak di tiap-tiap kelurahan
justic dan atau diversi tetapi masih Mengupayakan perdamaian
menerapkan hukuman fisik seperti Rehabilitasi mental dan spiritual
menampar, nempeleng, mencubit
Anak Korban dan Saksi
Kesulitan pendampingan untuk Anak sebagai korban secara
pelaku kekerasan: umum problem yang dihadapi dari sisi
Yang dirasakan pelaku ketika internal anak adalah:
terjadi kejahatan, pelaku mendapat Ekonomi lemah.
intimidasi dari lingkingan, keluarga Gangguan psikis.
korban dan masyarakat yang tidak Gangguan fisik.
suka terhadap pelaku, keluarga Belum mengetahui upaya hukum
korban sulit memaafkan, keluarga yang harus ditempuh
korban meminta gantirugi yang Sementara itu dari sisi penanganan
tinggi sementara latar belakang anak korban kekerasan yang berasal dari
peaku dari keluarga miskin, orang keluarga mampu tidak dapat mengakses
tua pelaku abai. bantuan hukum secara Cuma-Cuma.
Kendala persidangan Jaksa, bapas, Namun demikian kami tetap melakukan
hakim masih kesulitan dalam kondisi pendampingan secara menyeluruh
persidangan di mana ruangan dan Dalam pelaksanaan advokasi dan
lingkungannya masih menjadi 1 pendampingan terhadap Anak Korban
dengan peradilan orang dewasa, kekerasan tersebut ada beberapa
secara singkat tidak ada pintu tahapan:
tersendiri untuk peradilan anak. Pada Saat Penanganan Korban
Masyarakat, guru sering menstigma 1. Menyembuhkan trauma
dan ujung-ujungnya mengeluarkan 2. Melindungi dari dari kekerasan
anak dari sekolah dan penelantaran
3. Melindungi hak-hakanak

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
44 Siti Kasiyati

4. Pembelaan dan memberikan tentang kecakapan hidup baik


perlindungan Hukum. dilingkungan masyarakat dan
keluarga
Deng an demikian sebag ai 4. Korban sembuh dari trauma
penasehat hukum dan atau Pendamping 5. K o r b a n m e n d a p a t k a n
dalam mendampingi korban khususnya perlindungan.
anak korban kekerasan seksual
melakukan langkah-langkah Ada dua strategi yang digunakan
Kepolisian baik secara kuratif maupun preventif.,
1. Mendampingi korban pada saat yakni dengan menggunakan pendekatan
pemeriksaan kolaboratif, antara lain:
2. Mendampingi saksi 1. Pendekatan psikologis dan
Kejaksaan agama
1. melakukan Audiensi ke Kepala 2. Bantuan hukum baik litigasi
Kejaksaan dan atau jaksa maupun non litigasi.
2. Mendampingi korban 3. Pemberian kecakapan hidup/
Pengadilan Life Skills.
1. Bersama Jejaring melakukan
Audiensi ke Ketua Pengadilan Saran dan Rekomendasi
2. Penguatan Saksi
3. Pemberian Informasi Hak-hak Untuk Difabel Korban Kekerasan
Saksi Seksual
4. Penguatan Psikologis Ke Membangun sinergitas semua
Korban pihak dalam membangun
5. Pengadaan Simulasi dan Breafing perspektif yang baik dari para
Saksi aparat penegak hukum agar dapat
6. Home Visit Ke Keluarga Korban membantu perempuan difabel
dan Penerjemah apabila korban korban kekerasan seksual dalam
difabel mendapatkan keadilan. Seperti FGD
7. Penguatan Penerjemah Untuk dengan Aparat Penegak hukum,
Menjadi Penerjemah Pendamping dan Masyarakat,
Pasca Kasus Audiensi ke Kemenhukham Kanwil
1. Proses Rehabilitasi psikis dan Jawa Tengah, rencana Workshop
medis dapat dirasakan korban. OBH terkadreditasi se jawa tengah
2. Munculnya kesadaran dari dalam pembaerian bantuan hukum
korban untuk dapat terlindungi bersama kakanwil
hak-haknya. Mengkapanyekan pemenuhan hak
3. Korban Mempunyai ketrampilan difabel dalam mengakses keadilan
dan keahlian secara tehnis seperti ada petugas hukum khusus

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M
Problema Perlindungan Anak di Indonesia 45

yang dilatih untuk menangani kebijakan


persoalan difabel, karena hal ini
memang perlu pengetahuan dan Anak Berhadapan dengan hukum
penanganan khusus. Penyampaian Baik kepada pelaku, saksi dan korban
Aspirasi ke DPRD Propinsi dalam harus mendapatkan pelayanan secara
Reses dan masukan untuk raperda Cuma-Cuma dari pemerintah yang
dan RUU, diklat dicover dari dana APBN,APBD
Ta r j i h d a n a t a u M U I p e r l u daerah propinsi dan atau kabupaten
memfatwakan bagaimana kesaksian kota.Hal ini dikarenakan anak
difabel dalam pandangan Islam merupakan kelompok rentan yang
termasuk kesaksian anak terkait menjadi korban dari penelantaran,
dengan diterima dan tidaknya pembiaran dan situasi yang buruk
kesaksian tersebut.di mana saksi itu buat anak
menerangkan tentang suatu perkara Kepada Majelis Tarjih dan atau
pidana yang didengar, dilihat, dan/ MUI memberikan fatwa bahwa
atau dialaminya sendiri anak berhadapan dengan hukum
berhak mendapatkan zakat karena
Anak Korban Perceraian termasuk dhuafa dan mustadafiin
Haruslah ada terobosan hukum dan juga merupakan bagian yang
untuk perlindungan bagi anak tak terpisahkan dari semangat al-
korban perceraian. Seharusnya Maun sehingga LAZISMU dapat
hakim ex offisio bisa memutuskan mengalokasikan pendanaan untuk
tentang nafkah anak setelah orang kelompok ini
tuanya bercerai apakah diminta atau Muhammadiyah Mempelopori dan
tidak, dan mengamanatkan kepada Membangun Pusat Rehabilitasi
lnstitusi negara untuk melakukan bagi Anak yang berhadapan dengan
pengawasan, misalnya di lekatkan hukum dan bersinergi dengan
di Kantor Urusan Agama dan pemerintah dalam pelaksanaan
Dinas Kependudukan dan Catatan Undang-undang Sistem Peradilan
Sipil dan atau lembaga lainnya Pidana Anak
yang diamanati oleh undang-
undang, sebagai tindak lanjut dari Demikian input paper yang
pelaksanaan UU Perkawinan No 1 dapat kami sampaikan semoga dapat
tahun 1974 dan Kompilasi Hukum menjadi bahan kajian bagi masyarakat
Islam khususnya Perguruan tinggi, Majelis
Perlunya fatwa dari Majelis Tarjih Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah
PP Muhammadiyah, dan atau MUI dan umumnya pada Majelis ulama dan
untuk memberikan rekomendasi atau lembaga fatwa lainnya.
kepada Pemerintah sebagai masukan

Jurnal TARJIH
Volume 13 (1) 1437 H/2016 M

Anda mungkin juga menyukai