Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR NOTASI

S : radiasi terserap absorber (W/m2)

IT : intensitas cahaya matahari (MJ/m2)

: transmitansi kaca (0.903)

: absorptansi pelat (0.65)

d : reflektansi kaca (0.04)

g : konstanta gravitasi (9.81 m/s2)

v : viskositas kinematik (m2/s)

u : difusivitas termal udara (1.9x10-5 m2/s)

: kemiringan pelat kolektor surya (40)

: koefisien volumetrik ekspansi udara (3.0x10-3 /K)

L : jarak antara pelat dengan kaca (m)

Le : Jarak antara bagian samping dan pelat (m)

Lb : tebal insulator (m)

: konstanta matematis (22/7 = 3.14)

: konstanta Stefan-Boltzmann (5.67x10-8 W/mK4)

w : jarak antar pipa (m)

d : diameter luar pipa kecil (m)

dh : diameter pipa bagian dalam (m)

: viskositas dinamis fluida (kg/ms)

cp : kalor jenis air (4181 J/kgK)

p : emitansi pelat (0.2)


c : emitansi kaca (0.84)

: tebal pelat kolektor (m)

e : tebal bagian kotak bagian samping (m)

Nu : nilai bilangan Nusselt

NuD : nilai bilangan Nusselt fluida

Ra : nilai bilangan Rayleigh

Re : nilai bilangan Reynold

Tp : temperatur pelat (K)

Tc : temperatur kaca (K)

Ts : temperatur langit (K)

Ta : temperatur lingkungan (K)

Tf,in : temperatur fluida masuk (K)

Tf,out : temperature fluida keluar (K)

F : efisiensi sirip

F : faktor efisiensi sirip kolektor

F : faktor aliran kolektor

FR : faktor pelepasan panas

UL : koefisien kerugian kalor total (Watt/m2K)

Ut : kerugian kalor atas (Watt/m2K)

Ue : kerugian kalor samping (Watt/m2K)

Ub : kerugian kalor bawah (Watt/m2K)

: laju aliran fluida (kg/jam)

Ac : luas penampang pelat koletor (m2)


V : kecepatan angin (m/s)

K : keliling kolektor (m)

k : konduktivitas termal bahan (aluminium = 237 W/mK)

ku : konduktivitas termal udara (0.0285 W/mK)

ke : konduktivitas bagian samping kolektor surya (styrofoam dilapisi almunium

foil = 0.03 W/mK)

kb : konduktivitas termal insulator (styrofoam dilapisi almunium foil = 0.03

W/mK)

hw : koefisien konveksi angin (Watt/m2K)

h : koefisien transfer panas (Watt/m2K)

hf : koefisien konveksi fluida

hr,c-a : koefisien refleksi konveksi kaca-lingkungan (Watt/m2K)

hp-c : koefisien konveksi pelat-kaca (Watt/m2K)

hr,p-c : koefisien refleksi konveksi pelat-kaca (Watt/m2K)

Qu : energi berguna kolektor surya (W/m2)

: unjuk kerja/efisiensi kolektor surya


MODUL 1

UNJUK KERJA KOLEKTOR SURYA DENGAN PEMBEBANAN AIR

1. Tujuan Praktikum

a. Membandingkan posisi pipa di atas pelat dan posisi pipa di bawah

pelat dari aspek kehilangan kalor.

b. Mengetahui unjuk kerja/efisiensi kolektor surya pelat bergelombang

dengan pembebanan air.

2. Alat dan Bahan

a. Penggaris, jangka sorong, busur, meteran.

b. Thermometer raksa dan thermometer infra merah

c. Luxmeter

d. Ember dengan skala

e. Stopwatch

f. Kolektor Surya Plat Bergelombang

3. Prosedur Percobaan

A. Tanpa Beban Pemanas Air

a. Siapkan dan bersihkan alat, kemudian tempatkan posisi kolektor

surya agar terkena cahaya matahari dan menghadapkan kolektor

surya ke arah utara.

b. Siapkan alat ukur temperature dan stopwatch.

c. Ukur dan catat intensitas radiasi cahaya matahari


d. Ukur dan catat temperature kaca dan temperature pelat bagian

kanan kolektor surya

e. Ukur dan catat temperature kaca dan temperature pelat bagian kiri

kolektor surya

f. Lakukan langkah c-e dengan akuisisi data sebanyak tiga kali setiap

rentang waktu 10 menit.

B. Dengan Beban Pemanas Air

a. Siapkan dan bersihkan alat, kemudian tempatkan posisi kolektor

surya agar terkena cahaya matahari dan menghadapkan kolektor

surya ke arah utara.

b. Isi reservoir dengan air sampai penuh.

c. Siapkan alat ukur temperature dan stopwatch.

d. Ukur dan catat intensitas radiasi cahaya matahari.

e. Ukur dan catat temperature kaca dan temperature pelat bagian

kanan kolektor surya.

f. Ukur dan catat temperature kaca dan temperature pelat bagian kiri

kolektor surya.

g. Ukur temperature air masuk dan temperature air keluar.

h. Lakukan proses d-f dengan akuisisi data sebanyak tiga kali setiap

rentang waktu 10 menit.

i. Ukur massa air dalam reservoir.


4. Tabel Data

Tabel A. Kerangka Luar

Rata-rata
Spesifikasi Pelat Kiri & Kanan (cm) (m)
(cm)
Tinggi Roda
Tinggi Kerangka
Tinggi Pelat
Kolektor
Panjang Kerangka
Lebar Kerangka
Tebal Kerangka
Diameter Pipa
Bahan kerangka Besi (k = 80.40 W/mK)

Tabel B. Kerangka Kotak Pelat Kolektor

Rata-rata Rata-rata
Spesifikasi Pelat Kiri & Kanan (cm)
(cm) (m)
Panjang Kotak
Lebar Kotak
Keliling Kotak (K)
Luas Kotak (Ac)
Tebal Kotak atas
Tebal Kotak besi
bawah
Tebal kolektor (e)
Lebar Bingkai
Tebal Kaca
Jarak Pelat ke
Kaca (L)
Tebal Insulator
(Lb)

Tabel C. Reservoir

Spesifikasi (cm) (m)


Tinggi
Tinggi Tutup
Tinggi Total
Lebar Max
Lebar Min
Tinggi pipa
reservoir

Tabel D. Storage

Spesifikasi (cm) (m)


Tinggi
Tinggi Tutup
Tinggi Total
Lebar Max
Lebar Min
Massa air setelah
3 jam L
kg/hour
per pipa (10 pipa) kg/hour

Tabel E Kalor Jenis

Kalor
J/kg.K
Jenis
Udara 1007.00
Air 4181.00

Tabel 4.1 Data contoh perhitungan 25 April 2016

Temperatur Temperatur
Waktu
No. IT (klx) IT (W/m2) Ta (K) Pelat Kiri (K) Pelat Kanan (K)
(Pukul)
Tc Tp Tc Tp
DASAR TEORI

1 Kolektor Surya

Sedikit sejarah, kolektor surya pertama kali dibuat tahun 1767 oleh seorang peneliti dari

swiss bernama Horace-Benedict de Saussure dan di aplikasikan oleh Hottel dan Willier pada

tahun 1950. Sebuah Kotak terisolasi dengan tiga layer kaca penutup untuk menyerap panas. Saat

ini kolektor surya sudah banyak diteliti dan dikembangkan di berbagai negara maju dan memiliki

pelat dengan efisiensi mencapai 36% dan bahkan sudah ada fasilitas solar termal di berbagai

negara seperti USA, China, India, Jerman, dan negara maju lainnya[8].

Pelat kolektor adalah bagian paling penting dari kebanyakan system energi solar, pelat

kolektor menyerap cahaya matahari dan mengkonversikannya menjadi energi panas. Panas

tersebut kemudian ditransferkan melalui zat perantara dalam hal ini air untuk pemanasan

langsung atau untuk penyimpanan yang dapat digunakan kemudian pada saat dibutuhkan.

Adapun beberapa komponen utama yang dipakai dalam kolektor surya adalah sebagai

berikut dan pada gambar 2.2 diperlihatkan skema solar kolektor:

1 Cover Glass

Berfungsi untuk mengurangi rugi panas secara konveksi menuju lingkungan dan melindungi

pelat kolektor dari debu.

2 Absorber/Pelat kolektor

Berfungsi untuk menyerap panas dari radiasi cahaya matahari dengan warna gelap, biasanya

hitam.

3 Pipa

Berfungsi sebagai saluran transmisi medium fluida kerja, dalam hal ini air.
4 Insulator

Berfungsi meminimalisasi kerugian panas secara konduksi dari absorber menuju lingkungan.

5 Frame (Kerangka)

Berfungsi sebagai struktur pembentuk dan penahan beban kolektor.

6 Storage (Penyimpanan air panas)

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan air hasil pemanasan kolektor surya.

7 Reservoir (Tanki Air)

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan air inlet.

Gambar 2.1 Skema Kolektor Surya Secara Umum

2.2. Flat-Plate Collectors

Merupakan bentuk kolektor surya paling sering dijumpai, karena bentuknya yang datar

maka kolektor surya jenis ini memiliki kelebihan dapat ditaruh di atap rumah-rumah. Selain itu

bentuk dan proses pembuatannya yang relatif lebih sederhana dibandingkan yang lain membuat

kolektor surya jenis ini memiliki biaya relatif lebih murah.


Gambar 2.2 Flat plate collector [2]

Bagian terpenting dari flat-plate solar collector adalah bagian hitam permukaan

absorber yang berfungsi untuk menyerap energi panas dari cahaya matahari dan

mentransferkannya ke fluida air. Dengan cover kaca yang melindungi, bagian belakang berwarna

hitam dengan isolasi untuk menjaga panas tetap terjaga, dan pelat absorber dengan bentuk

bergelombang untuk mengurangi heat loss . Flat-plate collector biasanya selalu ada diatas

kerangka atau bangunan yang berada dalam posisi stasioner (seperti bagian dinding atau atap).

Dan menempatkannya di tempat yang paling sering terkena sinar matahari, jika tidak

menggunakan solar tracking [7].

2.3. Modifikasi Flat-Plate dengan Absorber Bergelombang

Gambar 2.3 Skema kolektor surya pelat datar dengan absorber bergelombang
Merupakan kolektor surya hasil modifikasi dari kolektor surya pelat datar, yang

membedakan dengan pelat datar adalah bentuk dari pelat absorber yang bergelombang. Bentuk

dari pelat absorber yang bergelombang dengan bentuk sinusoidal menyebabkan cahaya datang

akan memantul ke bagian pelat lain sehingga penyerapan cahaya matahari lebih maksimal

dibandingkan dengan pelat absorber datar.

2.4. Perpindahan Panas (Heat Transfer)

Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah ke

daerah lainnya sebagai akibat dari beda temperatur antara daerah-daerah tersebut. Perpindahan

panas umumnya mengenal 3 cara perpindahan panas yaitu radiasi, konduksi dan konveksi [9].

2.5. Radiasi (Radiation)

Proses perpindahan panas yang terjadi dari suatu sumber ke suatu benda tanpa melalui zat

antara (medium) disebut sebagai radiasi. Terdapat beberapa jenis radiasi elektromagnetik, salah

satunya adalah cahaya yang bergerak dengan kecepatan c=3x108 m/s.

Bila energi radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian radiasi itu

dipantulkan (refleksi), sebagian diserap (absorpsi) dan sebagian lagi diteruskan (transmisi).

Radiasi Datang Refleksi

Bahan dengan , & tertentu


Absorpsi

Transmisi

Gambar 2.4 Bagan yang menunjukkan pengaruh radiasi datang


Jika disebut refleksifitas, disebut absorptivitas dan disebut transmitivitas, maka

hubungan ketiganya adalah + +=1 , karena benda padat tidak meneruskan radiasi termal

maka transmisivitas dianggap nol sehingga + =1 . Pemantulan (refleksi) dalam kasus

absorber bergelombang mengalami proses pemantulan yang baur, tidak seperti halnya pada pelat

datar cahaya yang datang akan dipantulkan pada sudut tertentu secara sempurna. Namun, pada

kasus pelat bergelombang cahaya yang dipantulkan akan memiliki sudut yang berbeda-beda dan

mengakibatkan cahaya terpantul kembali ke bagian pelat absorber di sekitarnya sehingga cahaya

akan terserap lebih banyak dibandingkan absorber datar [9].

Dengan pendekatan perhitungan kolektor surya dapat digunakan [7]:

( ) ave 1.01 p (2.1)

Sehingga radiasi matahari yang terserap oleh permukaan pelat absorber (S) didefinisikan sebagai

S=( )ave I T Watt/m2 (2.2)

2.6. Konduksi (Conduction)

Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir dari daerah yang

bertemperatur lebih tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah dalam suatu medium

tertentu atau bersinggungan tanpa disertai dengan berpindahnya medium tersebut. Energi

berpindah secara konduksi/hantaran dan bahwa laju perpindahan kalor itu berbanding dengan

greadien temperatur normal [9].


T
q kond=kA (2.3)
x

Tanda minus tersebut untuk memenuhi hukum ke dua termodinamika, yaitu bahwa kalor

mengalir ke temperatur yang lebih rendah dalam skala temperatur. Persamaan tersebut

merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan tersebut dapat

diperoleh nilai konduktivitas berbagai bahan yang dapat dilihat pada tabel 2.13 dengan

Aluminium (yang dicetak tebal) merupakan bahan yang digunakan pada pelat absorber kolektor

surya.

Tabel 2.1 Konduktivitas termal (k) beberapa bahan [15]

Bahan k (Watt/mK)

Perak (Silver), Ag 429


Tembaga (Copper), Cu 401
Aluminium, Al 237
Rhodium, Rh 150
Nikel, Ni 90.7
Stainless Steel, AISI 302 15.1
Concrete Block, tebal 20cm 1.1
Abestos-Cement Board 0.58
Plywood 0.12
Aspal (Asphalt) 0.062

2.7. Konveksi (Convection)

Konveksi adalah proses perpindahan energi yang mengalir dari partikel-partikel fluida

yang berbatasan disertai dengan perpindahan mediumnya tersebut. Perpindahan panas konveksi

menurut cara pergerakan alirannya diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free convection) yang

bergerak secara spontan dan konveksi paksa (forced convection) yang menggunakan bantuan

pompa [9].
q konv =hA ( T w T ) (2.4)

Koefisien konveksi antara pelat dengan kaca, hp-c dinyatakan dengan [7]:

k Watt
h pc =Nu
L ( m2 K ) (2.5)

Dengan besarnya Nusselt Number adalah merupakan satuan tak berdimensi yang

merupakan rasio perpindahan panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus

perpindahan panas pada permukaan fluida, diperoleh dari persamaan berikut [7]:

+
1/ 3
Ra cos
++ (
5830 ) 1
(2.6)

[
1708 ( sin 1.8 )1.6
][

Nu=1+1.44 1
Ra
1
1708
Ra cos ]
Tanda pangkat (+) pada persamaan (2.6) menyatakan bilangan hanya berharga positif di dalam

kurung yang akan digunakan.

Besar nilai bilangan Nusselt dipengaruhi oleh nilai yang merupakan kemiringan

kolektor surya. Kemiringan pelat kolektor surya yang digunakan pada uji kinerja adalah sebesar

40 dengan kondisi alat menghadap ke utara. Kondisi tersebut digunakan karena solar kolektor

tidak menggunakan solar tracker untuk mengikuti arah dari posisi matahari, dengan demikian

posisi kolektor surya diusahakan tegak lurus dengan arah datangnya radiasi matahari.

Dan besarnya Rayleight Number yang merupakan bilangan tak berdimensi yang

menyatakan hubungan antara buoyancy dan viskositas fluida, atau dikenal sebagai konveksi

bebas atau natural convection dengan persamaan 2.7 berikut [7]:

g ' T L3
Ra= (2.7)
v u
Dengan g merupakan konstanta grafitasi bumi, merupakan koefisien volumetrik

ekspansi, v adalah viskositas kinematic, u merupakan diffusifitas termal, L jarak antara pelat ke

kaca dan T =T pT c .

Koefisien konveksi angin, dengan V merupakan kecepatan angin dalam satuan m/s. Menurut

persamaan McAdams hw dinyatakan sebagai [7]:

Watt
hw =(5.7+3.8 V )
( m2 K )

Menurut Watmuff et al. (1977) memungkinkan efek dari konveksi bebas dan radiasi

dimasukan dalam persamaan, sehingga persamaan koveksi angin menjadi [10] :

Watt
hw =(2.8+3.0 V )
( m2 K ) (2.8)

Koefisien radiasi dari pelat ke kaca dinyatakan dengan :


2 2
(T p +T c )(T p+T c ) Watt
hr , pc = 2
1 1
1 ( m K )
( )( )
p
+
c
(2.9)

Koefisien radiasi dari kaca ke lingkungan (langit) :

2 2 Watt
hr ,ca= c ( T c +T s ) ( T c +T s )
( m2 K ) (2.10)

Menurut Swinbank, temperatur langit (Ts) dinyatakan dengan [7]:

T s=0.0552 T 1.5
a (2.11)

Dengan Ta merupakan T lingkungan (ambient).


2.8. Rugi-rugi Kalor

Efisiensi kolektor dinyatakan dengan keseimbangan energi yang menggambarkan

distribusi energi matahari yang datang terhadap energi yang bermanfaat dan beberapa energi

yang hilang.

Gambar 2.5 Skema pembebanan kolektor surya

Kerugian kalor terjadi pada bagian atas dan bagian bawah kolektor, masing-masing

disebut dengan kerugian kalor atas dan kerugian kalor bawah.


Kalor yang hilang dari bagian atas pelat penyerap disebabkan konveksi alam dan radiasi

ke permukaan dalam dari pelat penutup kaca. Panas ini dikonduksikan oleh pelat kaca ke

permukaan luarnya untuk selanjutnya dipindahkan ke atmosfir secara konveksi dan radiasi.

Kerugian panas ini disebut dengan kerugian panas bagian atas (top loss), QLt dan dinyatakan

dengan [3]:

Watt
Q =U t ( t pt a ) (2.12)
m2

2.8.1. Kerugian Kalor Atas

Prosedur untuk menentukan koefisien kerugian kalor bagian atas dapat dilakukan dengan

menggunakan proses iterasi. Untuk penutup kaca tunggal berlaku hubungan [3]:
1
Ut=
[1
+
1
hw +hr ,ca h pc + hr , p c ] Watt
( m2 K ) (2.13)

2.8.2. Kerugian kalor samping

Kerugian kalor bagian samping (Ue) merupakan suatu faktor kerugian panas yang keluar

melalui bagian samping dari kerangka kolektor surya dengan Ac merupakan luas pelat sesuai

perumusan [7]:

(UA )edge Watt


U e= (2.14)
Ac ( m2 K )

ke
Dengan (UA)edge = Le x keliling kolektor (K) x e

2.8.3. Kerugian Kalor Bawah

Koefisien kerugian kalor bagian bawah (Ub) untuk pengukuran tanpa beban pemanas air

dinyatakan dengan [10]:


k b Watt
U b= (2.15)
Lb ( m 2 K )

Sedangkan untuk pengukuran dengan beban pemanas air digunakan persamaan:

1 Watt
U b=
k b 2 ( m2 K ) (2.16)
+
Lb h f

2.8.4. Kerugian Kalor Total

Kerugian kalor total, UL merupakan jumlah dari kerugian kalor bagian atas U t, kerugian

kalor bagian bawah Ub dan kerugian kalor bagian samping Ue [10].

Watt
U L=U t +U b +U e
( m2 K ) (2.17)

2.8.5. Efisiensi Sirip (Fin Efficiency)

Pelat absorber kolektor surya yang berbentuk sinusoidal memengaruhi besarnya energi

yang diperoleh dari cahaya matahari yang diserap. Pelat sinusoidal pada intensitas tertentu

memiliki efisiensi sirip lebih besar karena adanya pantulan dari pelat sinusoidal yang mengenai

bagian lain pelat absorber akibat pemantulan baur. Namun, dalam hal ini jumlah intensitas

radiasi yang diterima oleh pelat adalah sama sehingga dapat diasumsikan pelat dalam kondisi

datar dengan efisiensi sirip F. Jarak antar pipa pembawa cairan w, tebal pelat penyerap ,

diameter pipa d, serta konduktivitas termal pelat penyerap k merupakan parameter-parameter

yang berhubungan dengan efisiensi sirip. Kerugian kalor penyerap akan berada pada kondisi

minimum jika berada pada temperatur dasar Tb [3].


Gambar 2 6 Neraca kalor pada sebuah elemen [3]

Efisiensi sirip didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor yang dipindahkan ke

dalam sirip terhadap kalor yang dipindahkan jika seluruh sirip berada pada temperatur dasar T b

atau secara matematis dinyatakan sebagai [11] :

wd
tanh m( )
2
F= (2.18)
wd
m( )
2

UL
Dengan m= k

Dan faktor efisiensi sirip kolektor [11]:

1 /U L
F' =
W
[ 1
U L [d + W d F ]
( )
+
1
d hf ] (2.19)

Sedangkan besarnya faktor aliran kolektor (collector flow factor) adalah [11]:

F ' '=
mc
p
A c U L F' [ (
1exp
A c U L F '
m
cp )] (2.20)

Maka, faktor pelepasan panas (FR) untuk kolektor surya pemanas tipe aliran dibawah

absorber dapat diperoleh sebagai berikut:

F R=F xF (2.21)
Energi berguna dari kolektor surya pemanas air dengan absorber bergelombang secara

aktualnya menurut hukum termodinamika adalah sebagai berikut :

Qu ,aktual =m
c p T

Sedangkan energi berupa panas yang berguna dari kolektor surya pemanas air secara real

adalah sebagai berikut [12] :

Qu ,desain =A c F R [ SU L ( T iT a ) ] (2.22)

Energi yang berguna secara teori dan actual pada kolektor surya telah dapat terjelaskan.

Sedangkan efisiensi kolektor surya pemanas air adalah sebagai berikut [13] :

Qu
= (2.23)
Ac I T

Anda mungkin juga menyukai