Anda di halaman 1dari 3

Biaya pembangunan yang besar dan Bunga pinjaman

tinggi
Setelah penilaian yang panjang akhirya di putuskan megaproyek
kereta cepat Jakarta-Bandung yang di perebutkan Jepang dan Cina
dimenangkan oleh China. Karena proposal China di anggap lebih
memenuhi semua syarat yang diajukan Presiden Indonesia Joko Widodo
(Jokowi), salah satunya tanpa anggaran dan jaminan dari pemerintah.
Tetapi proposal yang di ajukan Cina juga bukan berarti tidak ada
kekuranganya, meski cina mengajukan salah satunya tanpa anggaran dan
jaminan dari pemerintah indonesia, Tetap saja indonesia di beratkan karna
anggaran yang dibutuhkan untuk megaproyek tersebut cukup fantastis,
yakni sekitar USD5,5 miliar atau setara dengan Rp77 triliun. Tak hanya itu
konsorsium kereta cepat juga akan terbebani bunga pinjaman yang tinggi
dari pinjaman yang diberikan China untuk pembangunan kereta cepat
Jakarta-Bandung, utang yang dibebankan kepada BUMN tersebut terdapat
dua jenis yaitu bunga dalam dolar Amerika Serikat (USD) dan yuan.
Jika di hitung China memberikan pinjaman kepada Indonesia sekitar
75% dari USD5,5 miliar atau sekitar USD4,1 miliar dengan jangka waktu
40 tahun. Pinjaman yang dalam bentuk USD sekitar 60% dengan bunga
2% per tahun, sementara pinjaman dalam bentuk yuan 40% dengan
bunga 3,4%. Itu berarti perusahaan akan membayar bunga sebesar
Rp917,4 miliar per tahun untuk pinjaman dalam dolar, dan Rp1,04 triliun
per tahun dalam bentuk yuan.

http://bisnis.liputan6.com/read/2333913/alasan-proposal-kereta-
cepat-jepang-kalah-dari-china

solusi Biaya pembangunan yang besar dan Bunga


pinjaman tinggi
Biaya pembangunan kereta cepat US$ 5,5 Miliar sangat besar bila
dibiayahi oleh APBN, namun jika dibiayai dengan skema B to B biaya ini
tidak terlalu besar, apalagi jika Interal Rate Return (IRR) tinggi.
Biaya itu bukan berasal dari pengalihan subsidi bbm melainkan setoran
equity 25% konsorsium 4 BUMN senilai hampir 19 trilyun
Pemilik proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah perusahaan
patungan (JVC) Konsorsium Indonesia (60%) dan China (40) dengan nama
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Untuk Pembiayaan proyek 25%
(KCIC) dan 75% (China Development Bank). Dari 25% pembiayaan proyek,
konsorsium Indonesia menyetor equity :
Wika 38% _ 38% x 25% x 60% x 78 T = 4,446 T
KAI 25% _ 25% x 25% x 60% x 78 T = 2,925 T
N8 25% _ 25% x 25% x 60% x 78 T = 2,925 T
JM 12% _ 12% x 25% x 60% x 78 T =1,404 T
Totalnya Konsorsium Indonesia : 11,7 T (60% dari 25% pembiayaan
proyek)Angka tersebut sudah termasuk penggunaan aset dari masing-
masing BUMN dalam bentuk sewa lahan dalam jangka waktu 40 tahun.
Proyeksi yang akan dibayarkan oleh konsorsium BUMN Indonesia dalam
bentuk uang cash adalah sebesar Rp 4 T.
Sisanya adalah adalah setoran konsorsium China : 40% x 25% x 78 T =
7,800 T
Pinjaman China Development Bank _ 75% x 78 T = 58,500 T
Pinjaman USD _ 63% (bunga 2%)
Pinjaman RMD _ 37% (bunga 3,46%)
Sementara sisanya 75 persen berasal pinjaman dari China kepada 4 BUMN
tsb yang harus dilunasi selama 60 tahun.
Pembiayaan 75% proyek kereta cepat Jakarta Bandung dari CDB adalah
pinjaman dari perusahaan patungan (KCIC) dengan 10 tahun grace period
10 tahun (tidak bayar utang). Masa pengembalian pinjaman adalah 40
tahun.
Berdasarkan demand forecast dalam 10 tahun dengan skenario
penumpang per hari mencapai 60.000, harga tiket Rp 200.000, maka
pendapatan per hari Rp 12 M, sehingga dalam setahun mencapai sekitar
Rp 3,6 T (pendapatan dari tiket penumpang).
Selain pendapatan dari tiket penumpang, proyek kereta cepat Jakarta
Bandung mendapatkan pendapatan lain dari operasional transit oriented
development melalui pembayaran up from fee pemberiaan konsesi 20%
dari potensi kenaikan nilai property setelah proyek kereta cepat selesai,
tahun pertama 355 M dan terus meningkat pada 2024 pendapat per tahun
mencapai Rp 6 T. Sehingga pada akhir periode kontrak pendapatan tiket
dan TOD, KCIC optimis dapat mengembalikan pinjaman dan bung
Kontraktor pembangunan kereta cepat itu adalah pihak China sendiri yg
mungkin nanti akan bawa tenaga kerja dari China pula
Kontraktor pelaksana proyek melibatkan BUMN Indonesia khususnya di
bidang konstruksi. Jumlah tenaga kerja langsung dari kereta cepat pada
masa konstruksi sekitar 39.000 per tahun dan kesepakatan tenaga kerja
China yang masuk hanya masuk pada tataran manajemen, supervisi dan
expert.
- See more at: http://redaksiindonesia.com/read/6-pertanyaan-seputar-
kereta-cepat-bandung-jakarta.html#sthash.XI5jbIu8.dpuf

Anda mungkin juga menyukai