Masa penularan pada manusia adalah sehari sebelum sampai dengan 3-5 hari setelah
timbulnya gejala. Masa penularan pada anak dapat mencapai 21 hari. Berbagai tipe influenza
unggas dapat mengakibatkan bermacam gejala pada manusia. Semua tipe influenza ini dapat
menimbulkan gejala seperti influenza biasa pada manusia yakni berupa demam, batuk, rasa
capai, sakit otot, sakit tenggorokan, sesak napas, pengeluaran lendir dari hidung (ingus), sakit
kepala. Dalam beberapa kasus tipe virus H5N1 dilaporkan mengakibatkan radang paru-paru
yang parah dalam beberapa kasus lain, dapat menderita radang otak (ensefalitis) atau diare.
Oleh karena itu, setiap kasus flu yang menderita pneumonia dengan faktor resiko kontak
dengan burung pada daerah yang sedang terjadi KLB flu burung unggas flu burung perlu
diambil sampelnya untuk penelitian. Flu burung banyak menyerang anak-anak dibawah usia
12 tahun. Hampir seluruh kasus fluburung menimpa anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh yang belum begitu kuat sedangkan penyakit ini belum ada obatnya.
Departemen Kesehatan RI (2006) membuat kriteria diagnosis Flu burung sebagai berikut :
1) Pasien dalam Observasi
Seseorang yang menderita demam/panas > 38 derajat Celcius disertai satu atu lebih gejala di
bawah ini :
a) batuk
b) sakit tenggorokan
c) pilek
d) napas pendek/ sesak nafas (pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak
dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya.
1) Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, atau burung) sakit/ mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala di atas
2) Pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala di atas.
3) Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala di atas
4) Pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir, sebelum timbul gejala
di atas (bekerja di laboratorium untuk AI)
5) Ditemukan leukopeni < 3000/l atau mm
6) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test
menggunakan eritrosit kuda atau ELISA untuk Influenza A tanpa subtipe.
Atau
Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
1. lekopenia atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia (trombosit < 150.000)
2. foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang
makin meluas pada serial
Pemeriksaan diagnostik
b. Pemeriksaan Lain
1. Hematologi : Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, total limfosit.
Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatife dan
trombositopeni.
2. Kimia : Albumin/Globulin, SGOT/SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisa
Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT,
peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatinin kinase, analisa gas darah
dapat normal atau abnomal. Kelainan laboratotium sesuai dengan perjalanan penyakit
dan komplikasi yang ditentukan.
3. Pemeriksaan radiologik : pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral. Dapat ditemukan
gambaran infiltrat di paru yang menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Sumber :