Dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Energi Baru
Terbarukan pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya
Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
Universitas Sriwijaya
1. REGI SUHADA PUJAKESUMA (03021181320055)
2. ANWAR SAPUTRA SIREGAR (03021181320085)
3. LULU MUTHIA (03021181419005)
4. FITRIA HILDA (03021181419006)
5. REZA DAVID NAUFAL (03021181419015)
6. EZIL DEFRI MAHARFI (03021181419025)
7. HADI ISMAIL (03021181419034)
8. DWI PUTRI SURYANI (03021181419035)
9. AINUN DARMAYANI GUNAWAN (03021181419055)
10. ARASDO IRPAN (03021181419056)
11. RIYAN NUGROHO (03021181419066)
12. RAVELI FINO LIUS (03021281419095)
13. MEYLISA (03021281419104)
14. ARIF BAIHAQI (03021281419185)
2
Universitas Sriwijaya
Ocean Energy (ocean thermal energy conversion, Tidal Energy, Wave Energy), Faculty
Of Engineering, Sriwijaya University.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
ABSTRAK
Seperti yang kita ketahui, kebutuhan akan energi di dunia sangat meningkat tajam. Hal
ini tentu saja dikarenakan meningkatnya populasi manusia yang membuat semakin
banyaknya pemakaian energi. Energi terbagi menjadi 2, yaitu : Energi yang tidak dapat
diperbaharui (Energi Fosil) dan Energi yang dapat diperbaharui (Energi Non Fosil).
Salah satu bentuk dari energi yang dapat diperbaharui adalah Energi laut atau samudra.
Energi laut atau samudra adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi gaya
mekanik, gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi energi listrik.
Sebenarnya Energi samudra murni dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu energi
gelombang (wave power), energi pasang surut (tidal power), energi arus laut (current
power), dan energi panas laut (ocean thermal energy conversion, OTEC). Namun, yang
akan dibahas pada paper kali ini hanya 3 golongan dari energi air laut atau samudra,
yaitu: energi panas laut (ocean thermal energy conversion, OTEC), energi pasang surut
(tidal power), dan energi gelombang laut (wave power).
Kata Kunci : Energi, Energi Air Laut, Energi Panas Laut, Energi Pasang Surut, Energi Gelombang Laut.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang mana atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah NYA jua lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
paper mata kuliah Energi Baru Terbarukan yang berjudul Energi Air Laut (Energi
3
Universitas Sriwijaya
Panas Laut, Energi Pasang Surut, Energi Gelombang Laut) dengan baik dan tepat
waktu.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Abstrak.............................................................................................................. iii
4
Universitas Sriwijaya
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Tabel.....................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................................. 7
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................... 34
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 34
4.2 Saran..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... vi
5
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui, bahwasannya untuk dapat melakukan usaha (kerja)
makhluk hidup membutuhkan energi. Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan
persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh
pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta
permasalahan emisi dari bahan bakar fosil.
Salah satu sumber energi alternatif adalah Energi Air Laut yang akan dibahas pada
bab selanjutnya.
1
Universitas Sriwijaya
Makalah ini, merumuskan masalah menjadi :
4. Apa yang dimaksud dengan energi air laut : panas laut, pasang surut, dan
gelombang laut?
5. Bagaimana pemanfaatan dari energi air laut : panas laut, pasang surut, dan
gelombang laut?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari energi air laut : panas laut, pasang
surut, dan gelombang laut?
3. Pengertian energi air laut : panas laut, pasang surut, dan gelombang laut.
4. Pemanfaatan dari energi air laut : panas laut, pasang surut, dan gelombang laut.
5. Kelebihan dan kekurangan dari energi air laut : panas laut, pasang surut, dan
gelombang laut.
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
2
Universitas Sriwijaya
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan energi air laut .
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan energi air laut : panas laut,
pasang surut, dan gelombang laut.
6. Untuk mengetahui pemanfaatan dari energi air laut : panas laut, pasang surut,
dan gelombang laut.
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Pemanfaatan dari energi air laut :
panas laut, pasang surut, dan gelombang laut.
Pada penulisan makalah ini, dilakukanlah metode kualitatif yang mana secara
garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu : metode kualitatif non interaktif dan
memanfaatkan teknologi yang ada berupa Google.
3
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, sumber energi terbagi menjadi 2, yaitu: energi tidak dapat
diperbaharui dan energi yang dapat diperbaharui. Pengertian energi yang dapat
diperbaharui adalah: suatu energi yang berasal dari proses alam yang
berkelanjutan. Istilah lain dari energi tersebut adalah energi berkelanjutan. Artinya,
energi ini merupakan energi yag dapat diperbarui secara terus menerus selama masih
ada sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara alami dan
melalui proses yang berkelanjutan. Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun
1970-an, sebagai upaya untuk mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar
nuklir dan fosil. Definisi paling umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat
dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini,
maka bahan bakar nuklir dan fosil tidak termasuk di dalamnya. Energi Terbarukan
adalah energi yang pada umumnya merupakan sumberdaya non fosil yang dapat
diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik maka sumberdayanya tidak akan habis.
Jenis energi terbarukan meliputi Panas bumi, Mikrohidro, Tenaga Surya, Tenaga
Gelombang, Tenaga Angin, dan Biomasa. (Wikipedia). Dari definisinya, semua energi
terbarukan sudah pasti juga merupakan energi berkelanjutan, karena senantiasa tersedia
di alam dalam waktu yang relatif sangat panjang sehingga tidak perlu khawatir atau
antisipasi akan kehabisan sumbernya.
2.2 Pengertian Energi Laut
Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-
rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama,
namun tidak seluruhnya garam dapur(NaCl)). Energi Laut merupakan alternatif
energi 'terbaharui' termasuk sumberdaya non-hayati yang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan. Selain menjadi sumber pangan, laut juga mengandung
beraneka sumberdaya energi yang keberadaannya semakin signifikan manakala
energi yang bersumber dari bahan bakar fosil semakin menipis. Laut sebagai Last
4
Universitas Sriwijaya
Frontier di bumi memang menjadi tujuan akhir menjawab tantangan kekurangan
energi. Diperkirakan potensi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik
dunia sehingga tidak mengherankan berbagai negara maju telah berlomba
memanfaatkan energi ini. Secara umum, lautan dapat memproduksi dua tipe energi
yaitu energi dari kandungan air laut, perbedaan suhu dan salinitas (termodinamika)
serta energi gelombang dan arus (mekanik/kinetika). Jadi, yang dimaksud energi laut
atau samudra adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi gaya mekanik, gaya
potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi energi listrik.
5
Universitas Sriwijaya
2.4 Pemanfaatan dan Exlusive Economi Zone (Usefull Ocean Area x 104km2)
Adapun pemanfaatan Air Laut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber mata pencaharian nelayan.
2. Tempat sebagai rekreasi dan hiburan.
3. Sebagai suatu unsur keseimbangan darat,laut, dan udara.
4. Sebagai sumber air hujan.
5. Tempat hidup sumber makanan kita.
6. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dan sebagainya.
7. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lain-lain.
8. Tempat barang tambang berada.
9. Sebagai jalur transpotasi air.
Sedangkan untuk Exlusive Economi Zone (Usefull Ocean Area x 104km2)
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Diagram Exlusive Economi Zone (Usefull Ocean Area x 104km2)
BAB 3
PEMBAHASAN
6
Universitas Sriwijaya
3.1 Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy Conversion, OTEC)
3.1.1 Definisi
Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) merupakan sumber energi
terbarukan yang berefisiensi tinggi, ramah lingkungan serta dapat mengalirkan energi
sepanjang 24 jam per hari. OTEC menggunakan perbedaan suhu di tiap ketinggian air
laut terutama perbedaan suhu yang cukup besar di permukaan dan di laut dalam untuk
menggerakan turbin mesin uap yang nantinya akan dikonversi menjadi tenaga listrik
lewat generator (energi kinetik menjadi energi listrik). Pada permukaan laut di daerah
tropis, suhu berkisar antara 27-30oC akibat terpapar radiasi panas matahari. Pada
teknologi OTEC, permukaan laut berperan sebagai heat source, sedangkan air laut
dengan suhu rendah berkisar antara 4-6oC di kedalaman 700-1000 m berperan sebagai
heat sink atau pelepas panas. Disamping menghasilkan listrik, teknologi OTEC juga
memiliki keuntungan lain yaitu menghasilkan air tawar.
3.1.2 Potensi
Di Indonesia, jenis sumber daya dan potensi energi laut yang diratifikasi versi
ASELI (Asosiasi Energi Laut Indonesia) pada tahun 2011; arus pasang surut memiliki
potensi teoritis 160 GW potensi teknis 22,5 GW, dan potensi praktis 4,8 GW; sedangkan
untuk gelombang laut memiliki potensi teoritis 510 GW, potensi teknis 2 GW, dan
potensi praktis 1,2 GW, serta yang terakhir untuk panas laut memiliki potensi teoritis 57
GW, potensi teknis 52 GW, dan potensi praktis 43 GW (Mukhtasor, anggota Dewan
Energi Nasional/DEN).
3.1.3 Pemanfaatan dan Pengembangan Teknologi
Indonesia masih belum mengembangkan teknologi OTEC baik dalam skala
laboratorium maupun skala lapangan. Hal ini sangat penulis sayangkan mengingat
besarnya efisiensi yang dihasilkan oleh OTEC serta produk sampingan yaitu air tawar
yang dihasilkan. Saat ini, Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) masih mendorong
implementasi teknologi OTEC melalui kerjasama pemerintah Jepang dan Indonesia.
Salah satu negara yang telah mengimplementasikan teknologi OTEC adalah
Jepang. Departemen energi berbasis kelautan di Saga University, Jepang bekerjasama
dengan pemerintah Republik Palau di sebelah utara Pulau Papua untuk
7
Universitas Sriwijaya
mengimplementasikan teknologi tersebut. Proyek ini mampu menghasilkan air minum
untuk 20.000 penduduk pulau tersebut sekaligus menghasilkan listrik.
Perkembangan teknologi OTEC lambat namun pasti, dan diharapkan biaya
pembuatan semakin turun, mengingat biaya bahan bakar dan gas sebagai sumber energi
utama yang terus naik. Untuk itu, tantangan yang saat ini dihadapi adalah bagaimana
mendesain teknologi OTEC seefisien dan seekonomis mungkin.
Kendala mengapa perkembangan teknologi ini lambat dan kurang mendapat sorotan,
antara lain:
1. Energi terbarukan bukanlah target kebijakan pemerintah mendesak.
2. Global warming kurang ditindaklanjuti secara serius.
3. Teknologi OTEC masih dalam tahap riset dan pengembangan.
Beberapa badan usaha yang telah mengembangkan dan mengimplementasikan
teknologi OTEC selain Saga University Jepang, yaitu Lockheed Martin (Amerika
Serikat), dan Makai Engineering (Amerika Serikat).
3.1.4 Sistem Kerja
Sistem kerja OTEC mirip dengan sistem kerja siklus hidrologi di bumi yaitu
ketika pada siang hari, matahari mengangkat molekul-molekul air mengalami
penguapan (evaporation) ke awan lalu angin meniupkan ke arah daratan dan saat terjadi
pengembunan (condensation)di awan, maka butiran-butiran air yang tadinya berupa uap
kembali menjadi cair lalu turun ke darat. Sistem kerja inilah yang ditiru oleh OTEC
yaitu memompa air laut permukaan yang bertemperatur tinggi (hangat) dan
mengevaporasikannya kedalam turbin untuk menghasilkan listrik lalu
mengkondensasikannya kembali dengan air laut dingin yang diambil pada laut dalam
dan kemudian siklus berulang (Rahman,2008).
Persamaan dasar yang digunakan pada teknologi OTEC adalah sebagai berikut:
P.V
=a constant
T
Dimana
P : Tekanan (N/m2)
V : Volume cairan (m3)
T : Temperatur (Celcius/Fahrenheit/Kelvin)
8
Universitas Sriwijaya
Pada hubungan ini, perbedaan suhu air laut dapat membuat peningkatan
tekanan. Peningkatan tekanan tersebut digunakan untuk menghasilkan energi mekanik.
Untuk wilayah laut yang paling cocok untuk operasi OTEC, temperatur permukaan rata-
rata tiap tahunannya adalah berkisar 26.7oC hingga 29.4oC. Cold water pada 4.4oC atau
dibawah tersedia pada kedalaman dari 900 m. Oleh karena itu, maksimum efisiensi heat
OTEC bahkan tanpa reduksi yang tak dapat dihindari disebabkan oleh friksi dan
kehilangan panas, dapat dicapai hanya pada laju yang sangat kecil dari produksi power.
Efsiensi adalah perbandingan dari energi atau hasil kerja pada sistem ke dalam input
energi ke dalam sistem.
Secara sederhana dapat disebutkan bahwa OTEC bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan temperatur untuk membangkitkan tenaga listrik dengan cara
memanfaatkannya untuk menguapkan Ammonia atau Freon. Tekanan uap yang timbul
kemudian dipergunakan untuk memutar turbin.
Sistem kerja OTEC ini terbagi menjadi dua sistem yang menggunakan siklus
yang berbeda, yaitu siklus terbuka dan siklus tertutup. Siklus terbuka dan siklus tertutup
ini merupakan pengembangan dari siklus rankine atau siklus termodinamika yang
biasanya menggunakan air sebagai fluida kerja. Siklus Rankine ini digunakan untuk
memproduksi 80% dari kebutuhan listrik dunia. Adapun prinsip kerja dari OTEC secara
umum adalah:
9
Universitas Sriwijaya
menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari membuat permukaan air
laut lebih panas dibandingkan air di dasar laut. Hal ini menyebabkan air laut bersirkulasi
dari dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut ini juga dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.Dalam beroperasinya OTEC,
pipa-pipa akan ditempatkan di laut yang berfungsi untuk menyedot panas laut dan
mengalirkannya ke dalam tangki pemanas guna mendidihkan fluida kerja. Umumnya
digunakan ammonia sebagai fluida kerja karena mudah menguap. Dari uap fluida
tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Selanjutnya, uap fluida dialirkan ke ruang kondensor. Didinginkan dengan
memanfaatkan air laut bersuhu 5 derajat Celcius. Air hasil pendinginan kemudian
dikeluarkan kembali ke laut. Begitu siklus seterusnya.
3.1.5 Jenis Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)
a. Berdasarkan lokasi :
Daratan (land based plant)
Mengapung (floating based plant)
Perairan dangkal (shelf based plant)
b. Berdasarkan sistem siklus yang digunakan :
1. Closed-Cycle (Siklus Tertutup)
Closed-cycle system menggunakan fluida dengan titik didih rendah,seperti
ammonia, untuk memutar turbin guna membangkitkan listrik. Air laut permukaan yang
hangat dipompa melewati sebuah heat exchanger (penukar panas) di mana fluida
dengan titik didih rendah tadi diuapkan. Fluida yang mengalami perubahan wujud
menjadi uap akan mengalami peningkatan tekanan. Uap bertekanan tinggi ini kemudian
dialirkan ke turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian air dingin dari dasar lautan
dipompa melewati heat exchanger yang kedua, mengembunkan hasil penguapan tadi
menjadi fluida lagi, di mana siklus ini berputar terus menerus.
Siklus Rankine tertutup adalah sebuah proses yang mula-mula mengevaporasi
fluida pada tekanan konstan dalam sebuah boiler atau evaporator, yang kemudian uap
tersebut memberikan daya kerja pada mesin piston atau turbin. Uap buangan kemudian
masuk kedalam sebuah tempat dimana panas tersebut ditransfer pada cairan pendingin,
mengakibatkan perubahan bentuk dari uap menjadi cairan,yang kemudian dipompa
kembali kedalam evaporator dan membentuk sebuah siklus.
10
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.1.5.b.1. Sistem Kerja OTEC Siklus Tertutup
Dimana :
1. Titik awal a, penambahan panas pada fluida kerja pada boiler sampai
temperature pada tekanan rencana yang di tunjukkan pada titik b.
2. Dengan sedikit penambahan panas, cairan menguap pada temperatur dan
tekanan mengalami perubahan volume di titik c.
3. Uap bertekanan tinggi kemudian memasuki piston atau turbin di titik d.
11
Universitas Sriwijaya
4. Uap bertekanan rendah masuk kedalam kondenser dan dengan pelepasan
panas mengalami pendinginan dan mengembun, kembali ke volume awal
pada titik a.
2. Open-Cycle (Siklus Terbuka)
Siklus terbuka atau Claude Cycleadalah pelopor dari berbagai macam variasi
siklus OTEC. Siklus terbuka menggunakan air laut sebagai fluida kerja. Sebuah siklus
kerja yang terdiri dari sebuah flash evaporator, Expansi turbin uap dan generator,
condenser uap, alat-alat pemisah zat non kondensable, dan deaerator. Siklus tersebut
merupakan dasar dari siklus Rankine yang mengkonversi energi panas dari air hangat
permukaan menjadi energi listrik.
Dalam siklusnya, air laut yang hangat di deaerasi dan dilewatkan ke dalam
ruang evaporasi, dimana bagian dari air laut di konversi menjadi uap bertekanan rendah.
Uap tersebut melalui turbin, yang kemudian mengekstraksi energi darinya, lalu
kemudian keluar kedalam sebuah kondenser. (Avery and Wu.1994).
Kekurangan utama pada sebuah OTEC yang menggunakan siklus terbuka adalah
rendahnya tekanan yang ada untuk memutar turbin yaitu sebesar 2.8 kPa dibandingkan
dengan sistim tertutup sebesar 270 kPa yang menggunakan ammonia sebagai fluida
kerja, dan dibutuhkan volume fluida kerja yang sangat besar pada turbin uap. Siklus
dengan efisiensi yang rendah dikombinasikan dengan jumlah besar volume fluida yang
dibutuhkan membutuhkan turbine yang sangat besar. Kerugian lainnya yang tidak kalah
penting adalah penyediaan pompa vakum untuk memisahkan gas campuran pada fluida
12
Universitas Sriwijaya
kerja, yang apabila tidak dipisahkan akan terakumulasi pada kondenser, gas campuran
ini akan mengurangi fungsi kerja kondenser. Energi yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan pompa vakum dapat mengurangi output listrik secara signifikan.
3. Hybrid System (Siklus Gabungan)
Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan tertutup.
Siklus hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki bertekanan rendah
(vacuum chamber) untuk dijaikan uap. Lalu uap tersebut digunakan untuk menguapkan
fluida bertitik didih rendah (amonia atau yang lainnya) yang akan menggerakkan turbin
guna menghasilkan listrik. Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk
menghasilkan air tawar desalinasi.
13
Universitas Sriwijaya
tawar yang semakin terbatas akibat terus bertambahnya populasi dan semakin
menurunnya curah hujan akibat perubahan iklim.
Selain air tawar, teknologi OTEC juga menghasilkan air dingin pada suhu 10 oC
yang kaya nutrisi dari dasar laut dalam jumlah besar untuk digunakan oleh Marine
Culture. Dipaparkan pula bahwa hal ini telah diterapkan di Hawaii dan India untuk
produksi ikan Abalone, Lobster, Kepiting, Salmon, Tilapia dengan hasil memuaskan.
Hasil Produk sekunder dari OTEC diantaranya:
a) Air Conditioning
Air laut yang dingin yang dipompa oleh fasilitas OTEC memberikan
kemampuan untuk pendinginan mesin-mesin yang berkaitan dengan fasilitas OTEC.
Menurut perhitungan Departemen Energi Amerika Serikat, pipa berdiameter 0,3 m
dapat memompa sebanyak 0,08 meter kuibk air perdetik. Jika 6 oC air dingin mampu
dipompa oleh fasilitas OTEC, dapat digunakan untuk mendinginkan bangunan besar.
Jika sistem beroperasi selama 8000 jam dan listrik lokal dijual seharga 5-10 sen per
kWh, maka itu akan menghemat tagihan listrik sebesar 200.000 hingga 400.000 dolar
pertahun.
b) Budidaya perairan
Sistem OTEC memiliki kemampuan untuk memompa air laut perairan dalam
dalam jumlah besar. Air laut tersebut mengandung nutrisi yang diperlukan untuk
budidaya perikanan. Budidaya salmon danlobster sangat bergantung pada nutrisi dari
laut dalam, sehingga hal ini sangat berpotensial untuk dikembangkan. Dinginnya air
juga dapat dipergunakan untuk mengatur suhu air kolam budidaya dan mendinginkan
hasil budidaya.
c) Desalinasi
Sistem siklus terbuka dan hybrid OTEC dapat dimanfatkan untuk desalinasi.
Air yang dikondensasi adalah air tawar tanpa mineral laut yang dapat dijadikan air
minum atau irigasi pertanian dekat pantai.
d) Produksi hidrogen
Hidrogen bisa diproduksi lewat elektrolisis menggunakan listrik yang
dihasilkan OTEC. Air hasil disalinasi dapat dimanfaatkan sebagai medium elektrolisis
dengan penambahan bahan lain untuk meningkatkan efisiensi.
e) Ekstraksi mineral
14
Universitas Sriwijaya
Sejak dulu diketahui bahwa laut mengandung banyak sekali mineral terlarut
yang dapat dimanfaatkan, misalnya magnesium, namun mahalnya biaya pemompaan
dibandingkan dengan hasilnya membuat kegiatan tersebut tidak berlangsung secara
besarbesaran. Dengan adanya fasilitas OTEC, ekstraksi mineral air laut dalam dapat
dilakukan sambil memproduksi listrik.
3.1.7 Kelebihan dan Kekurangan dari OTEC
Kelebihan:
1. Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
2. Tidak membutuhkan bahan bakar.
3. Biaya operasi rendah.
4. Produksi listrik stabil.
5. Dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air
pendingin, produksi air minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi
mineral, dan produksi hidrogen secara elektrolisis.
6. Pada sejumlah kajian menunjukkan bahwa teknologi OTEC merupakan
teknologi yang amat ramah lingkungan serta terbarukan. Ditambah lagi,
buangan air dingin dari teknologi OTEC kaya nutrisi dan justru
berdampak baik pada biota laut serta berpotensi untuk komersialisasi
bahan pangan seperti yang telah diuji di Hawaii. Dampak negatif
teknologi OTEC yang sebenarnya sangat sedikit dapat diminimalisasi
dengan pemilihan lokasi OTEC yang tepat.
Kekurangan:
1. Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan menimbulkan
potensi bahaya kebocoran.
2. Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%.
3.1.8 Kelayakan Teknis OTEC
Salah satu parameter pengembangan teknologi OTEC yaitu kelayakan
teknisnya saat ini. Tiga komponen utama teknologi OTEC adalah komponen sumber
suplai energy (air hangat dan air dingin laut, perpipaan untuk menghasilkan gradient
panas), sistem desalinasi air dan sistem konversi energy. Komponen yang telah teruji
feasible barulah komponen pertama yaitu sumber suplai energy, pipa vertical di laut
dalam di Hawaii telah berhasil dipasang. Untuk komponen lainnya masih belum ada
15
Universitas Sriwijaya
bukti teruji feasible pada skala komersil saat ini. Untuk itu, teknologi OTEC dikatakan
masih belum mencapai tahap feasible pada skala komersial.
Namun, saat ini telah dilakukan uji coba pembuatan prototype barge OTEC
untuk menjadi penentu kelayakan teknologi OTEC dalam skala komersial. NREL USA
mengatakan bahwa OTEC menjadi efektif jika harga minyak mencapai lebih dari US $
30/barrel. Faktor penghambat pengimplementasian OTEC berskala komersial adalah
sulitnya mendapatkan investasi awal yang besar karena OTEC dikatakan efektif dan
efisien jika dilakukan pada skala besar. Penghambat lain adalah terbatasnya lokasi
dimana sumber air laut cukup dekat dengan pantai untuk teknologi OTEC ini.
16
Universitas Sriwijaya
dari pemanfaatan variasi permukaan laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan,
dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan menangkap energi yang terkandung dalam
perpindahan massa air akibat pasang surut.
Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut:
1. Dam pasang surut (tidal barrages)
Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara hidro-elektrik yang terdapat
di dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja, dam yang dibangun untuk
memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar daripada dam air sungai pada
umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai dimana terjadi pertemuan antara
air sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk atau keluar (terjadi pasang atau surut),
air mengalir melalui terowongan yang terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya
ombak dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin .
Gambar 3.2.2.1 Proses Masuk dan Keluarnya Air Laut Pada Metode Tindal Barrages
Apabila muka air laut (surut) sama tingginya dengan muka air dalam
waduk maka saluran air ke turbin ditutup. Sementara itu muka air laut (pasang) naik
terus. Ketika tinggi muka air laut mencapai kira-kira setengah tinggi air pasang
maksimum, maka katup saluran air ke turbin dibuka dan air laut masuk ke dalam waduk
melalui saluran air ke turbin, dan menjalankan turbin dan generator dalam hal tersebut
tinggi muka air di dalam waduk akan naik.
17
Universitas Sriwijaya
Apabila muka air laut telah mencapai ketinggian maksimumnya tetapi masih
lebih dari muka air dalam waduk, turbin generator dan air dalam waduk menjadi sangat
kecil. Sehingga turbin generator tidak bekerja pada keadaan tersebut katup simpang (by
pass valve) yang menghubungkan laut dengan waduk dibuka, sehingga air laut lebih
cepat masuk mengisi waduk, ketika muka air laut dan air di dalam waduk sama
tingginya, baik katup simpang maupun katup saluran turbin ditutup. Pada keadaan
tersebut tinggi muka air dalam waduk tetap konstan sedangkan inggi muk air laut terus
surut.
Apabila pebedaan tinggi antara permukaan air laut dan permukaan air dalam
waduk sudah cukup besar maka turbin dijalankan dengan membuka katup air ke turbin
pada keadaan tersebut air mengalir dari waduk ke laut melalui turbin sehingga turbin
berputar dan permukaan air dalam waduk turun. Proses ini terus berlangsung sampai
tinggi air dalam waduk tidak cukup untuk menjalankan turbin, dan katup simpang
dibuka supaya air yang masih ada di dalam waduk cepat keluar mengalir ke laut. Dalam
keadaan tersebut air laut masih surut atau telah naik tetapi masih belum mencapai tinggi
turbin setelah waduk kosong atau ketika permukaan air laut dalam waduk sama
tingginya dengan muka air laut, katup simpang dan katup masuk turbin ditutup kembali.
Demikianlah proses tersebut terjadi berulang-ulang mengisi dan
mengosongkan air dalam waduk untuk menjalankan turbin generator dengan
memanfaatkan proses air pasang dan air surut. Pusat listrik tenaga pasang surut biasanya
dibuat dengan waduk berukuran besar supaya dapat dibuat secara ekonomis dengan
menghasilkan listrik yang banyak.
Dari gambar 3.2.2.1 diatas turbin yang digunakan adalah turbin air dua arah
yang nantinya untuk membangkitkan daya pada waktu pasang dan pada waktu surut.
Hal ini dapat dilakukan selama 12,5 jam dalam/hari dengan periode 2 x sehari. Periode
pengosongan waduk dilakukan pada saat permukaan air laut mulai turun sehingga turbin
dapat berputar 24 jam. Turbin yang di sini ialah turbin dua arah seperti gambar di bawah
ini.
18
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.2.2.1 Turbin Dua Arah
Namun jenis turbin paling cocok digunakan adalah jenis turbin dua arah yaitu
turbin air jenis bulb yang gambarnya seperti di bawah ini.
19
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.2.2.1 Grafik
( Sumber : W. Arismunadar,Penggerak Mula )
Dalam grafik 3.2.2.1 untuk mengetahui debit air jatuh yang diperoleh dari
operasi pompa yang biasanya dilaksanakan pada saat terjadi beban puncak maka dapat
diibuat grafik yang mana dalam grafik itu menjelaskan urutan operasi turbin-pompa di
La-Rance dalam grafik tersebut terlukis garis tinggi permukaan air laut, berupa suatu
sinusoida, yang titik tertinggi berupa situasi pasang. Dengan garis-garis terputus dilukis
tinggi permukaan ari dalam waduk. Pada asasnya, antara tenaga pasang surut dan tenaga
air konvensional terdapat persamaan, yaitu kedua-duanya adalah tenaga air yang
memanfaatkan gravitasi tinggi jatuh air untuk pembangkit tenaga listrik.
Perbedaan-perbedaan utama secara garis besar adalah:
Pasang surut menyangkut arus air periodik dwi-arah dengan dua kali pasang dan
dua kali surut tiap hari.
Operasi di lingkungan air laut memerlukan bahan-bahan konstruksi yang lebih
tahan korosi daripada dimiliki material untuk air tawar.
Tinggi jatuh relatif sangat kecil (maksimal 11 meter) bila dibandingkan dengan
terbanyak instalasi-instalasi hidro lainnya.
Berdasarkan berbagai studi dan pengalaman, energi yang dapat dimanfaatkan
adalah sekitar 8 sampai 25 % dari seluruh energi teoretis yang ada. Proyek Pusat
Listrik Tenaga Pasang Surut La Rance di Prancis, yang merupakan sentral pertama yang
besar, mempunyai efisiensi sebesar 18 %, yang akan meningkat menjadi 24 % bila
proyek itu telah dikembangkan sepenuhnya. Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi,
sebuah instalasi pasang surut harus memasang kapasitas pembangkitan listrik yang
20
Universitas Sriwijaya
relatif lebih besar, dibanding dengan Pusat Listrik Tenaga Air biasa. Di lain pihak Pusat
Listrik Tenaga Pasang Surut tidak tergantung pada perubahan-perubahan musim
sebagaimana halnya dengan sungai-sungai biasa.
Daya terpasang instalasi pasang surut La Rance adalah 240 MW dan terdiri
atas 24 mesin masing-masing berdaya 10 MW dan menurut keterangan, akan
ditingkatkan menjadi 350 MW. Juga direncanakan sebuah Pusat Listrik Tenaga Pasang
Surut sebesar 2176 MW di Bay of Fundy, Kanada, antara tahun 1980 dan 1990. Sebuah
studi Argentina mempelajari kemungkinan pembangunan sebuah instalasi pasang surut
dengan daya terpasang 600 MW di Golfo San Matias dan Golfo Neuvo dekat
Semenanjung Valdes di pantai Atlantik. Pasang surut di pantai Barat Laut Australia
mencapai tinggi 11 meter, dan menurut keterangan, mempunyai potensi teoretis sebesar
300.000 MW. Berikut ini adalah penjelasan bangunan-bangunan utama proyek Kuala
Rance yang diuraikan secara singkat. Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs)
terbesar di dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit
listrik ini dibangun pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance
didesain dengan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga hanya
membutuhkan dua orang saja untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari.
PLTPs terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan
21
Universitas Sriwijaya
kapasitas hanya16 MW. Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga pasang
surut adalah mereka hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir masuk
(pasang) ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih 10
jam per harinya. Namun, karena waktu operasinya dapat diperkirakan, maka ketika
PLTPs tidak aktif, dapat digunakan pembangkit listrik lainnya untuk sementara waktu
hingga terjadi pasang surut lagi.
22
Universitas Sriwijaya
Gambar sebelah kiri (1): Seagen Tidal Turbines buatan MCT. Gambar tengah
(2): Tidal Stream Turbines buatan Swan Turbines. Gambar kanan atas (3): Davis
Hydro Turbines dari Blue Energy. Gambar kanan bawah (4): skema komponen Davis
Hydro Turbines milik Blue Energy. Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik
tenaga angin yang dibenamkan di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20
meter memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah
kotak gir (gearbox). Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang
membentang horizontal dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin
tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun
dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar
ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur antara 10-
20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal laut bisa berkisar
hingga sepuluh kalinya). Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain
Swan Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung
terhubung dengan generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan kedua
yaitu, daripada melakukan pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan pemberat
secara gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan turbin tetap di dasar laut. Adapun
satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro Turbines milik Blue Energy
adalah poros baling-balingnya yang vertikal (vertical-axis turbines). Turbin ini juga
dipasangkan di dasar laut menggunakan beton dan dapat disusun dalam satu baris
bertumpuk membentuk pagar pasang surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan
listrik dalam skala besar.
3.2.3 Kelebihan dan Kekurangan
Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya tentu pembangkit listrik
pasang surut sangat unggul yaitu pasang surut air dapat diprediksi karena dipegaruhi
oleh pergerakan bumi dan serta gravitasi bulan dan matahari, sedangkan untuk
pembangkit listrik lainnya (Matahari dan angin) sangat bergantung pada perubahan
cuaca apalagi terlihat perubahan cuaca yang kadan tidak menentu sehingga sangat sulit
untuk diprediksi.
Selain efesiensi dalam hal prediksi keadaan pasang surut, pembangkit pasang
surut juga tidak menghasilkan dampak dan limbah berbahaya seperti yang
dikhawatirkan dalam pembangkit energi nuklir. Waduk atau bendungan yang dibangun
23
Universitas Sriwijaya
untuk pembangkit pasang surut juga dapat berperan ganda selain untuk menampung air
yang digunakan memutar turbin juga dapat berfungsi melindungi pulau dari gelombang
laut yang besar. Efisiensi dari pembangkit listrik pasang surut sangat sebesar dengan
efisiensi 80% yang tentunya sangat besar bahkan hampir tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan efisiensi dari pembangkit batu bara dan minyak bumi yang
memiliki efisiensi hanya 30% saja. Pembangkit pasang surut juga mampu
menghasilkan listrik sebesar 500 sampai 1000 MW.
Namun dibalik kelebihan itu pembangkit pasang surut juga memiliki
kekurangan yaitu pembangkit pasang surut sangat mahal dibangun karena medan
pembangunan yang agak sulit serta turbin yang dibutuhkan juga harus mampu tahan
terhadap tingkat korosi yang tinggi. Meskipun dalam pembangunan nya yang mahal,
namun pembangkit pasang surut hanya dibangun sekali dan dengan biaya perawatan
yang relatif rendah.
Kelebihan:
1. Setelah dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis.
2. Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
3. Tidak membutuhkan bahan bakar.
4. Biaya operasi rendah.
5. Produksi listrik stabil.
6. Pasang surut air laut dapat diprediksi.
7. Turbin lepas pantai memiliki biaya instalasi rendah dan tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang besar.
Kekurangan:
1. Sebuah dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan
yang sangat mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah
ekosistem lingkungan baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-
kilometer.
2. Hanya dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika
ombak bergerak masuk ataupun keluar.
24
Universitas Sriwijaya
Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai proses gerakan naik turunnya
molekul air laut, membentuk puncak dan lembah pada lapisan permukaan air laut.
Gerakan gelombang laut (sea wave) ini secara umum terbentuk karena adanya gerakan
angin (massa udara yang bergerak, walaupun kadang-kadang gelombang laut ini timbul
akibat aktivitas vulkanisme atau tektonisme di dasar laut).
Energi utama yang membentuk sistem pesisir pantai adalah gelombang.
Gelombang adalah sebuah gerakan sirkuler atau eliptikal pada air laut di lapisan paling
atas. Gelombang disebabkan oleh tekanan angin yang melewati permukaan air laut.
Namun gelombang yang dihasilkan oleh angin tersebut tidak membuat air laut bergerak
maju. Semakin kuat angin bertiup, semakin besar ketinggian dan jarak gelombang yang
dihasilkan.
Deskripsi tentang sebuah gelombang hingga kini masih belum jelas dan akurat,
oleh karena permukaan laut merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang
selalu berubah dan tidak stabil (Garrison, 1993). Gelombang merupakan fenomena alam
penaikan dan penurunan air secara periodik dan dapat dijumpai di semua tempat di
seluruh dunia. Gross (1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang terjadi
di permukaan air. Sedangkan Sverdrup at al, (1946) mendefenisikan gelombang sebagai
sesuatu yang terjadi secara periodik terutama gelombang yang disebabkan oleh adanya
peristiwa pasang surut.
Sifat gelombang laut, menurut para ahli, dibedakan menjadi gelombang linier
dan gelombang nonlinier:
a. Gelombang linier merupakan gelombang sinusoidal dengan panjang gelombang
yang lebih besar dari tinggi gelombangnya. Gelombang linier sering disebut
sebagai SWELLL. Teori gelombang linier dikenal juga dengan teori gelombang
airy. Teori gelombang linier diturunkan berdasarkan persamaan laplace untuk
aliran tak rotasi dengan kondisi batas di dasar laut dan di permukaan laut.
b. Gelombang di laut dalam dengan nilai d/L bergerak naik turun membentuk
gelombang sinuoidal yang teratur. Akan tetapi, saat gelombang mencapai
kedangkalan tertentu maka gelombang akan berubah dengan puncak gelombang
yang meruncing disertai panjang gelombang yang mengecil. Gelombang yang
berubah disebabkan oleh pengaruh dasar laut tersebut disebut gelombang non-
linier.
25
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.3 Gelombang Laut
Sumber utama terjadinya gelombang di lautan adalah angin. Oleh karena itu,
tinggi gelombang, periode gelombang dan arah gelombang dipengaruhi oleh kecepatan
dan arah angin. Angin memberikan pengaruh besar terhadap terjadinya gelombang laut
sehingga efisiensi hampir semua pesawa konversi energi gelombang laut dipengaruhi
oleh frekuensi angin yang terjadi sepanjag tahun pada suatu zona lautan tertentu.
Apabila besarnya densitas spektrum gelombang, ST(T), atau wave spectral
density, maka besarnya energi gelombang tiap satuan luas permukaan dapat ditentukan
melalui rumus:
atau
26
Universitas Sriwijaya
B = 0,74 (g/2V)^4
V = kecepatan angin di atas SWL m/d
G = gravitasi bumi = 9,81 m/dt2
= massa jenis air laut = 1030 kg/m3
Energi Gelombang Laut salah satu potensi laut dan samudra yang belum
banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk
menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi
energi samudra untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Francis dan Jepang. Secara
umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagi kedalam 3
jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut
(wave energy) dan energy panas laut (ocean thermalenergy).
27
Universitas Sriwijaya
Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi
akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik
yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua
titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat dikategorikan
sebagai energi terbarukan. Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk
gelombang secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki
ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu
tertentu,ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbeda-beda,
bahkan ketinggian puncak ini berbeda-beda untuk lokasi yang sama jika diukur pada
hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan ketinggian
signifikan gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu. Bila waktu yang diperlukan
untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut yang
teramati pada sebuah selang tertentu, maka dapat diketahui potensi energi gelombang
laut di titik lokasi tersebut.
Potensi energi gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per
meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu
yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut. Berdasarkan perhitungan ini
dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai tempat
didunia. Dari data tersebut, diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan
dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut
sekitar 40kw/m. Pada dasarnya prinsip keria teknologi yang mengkonversi energi
gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut
untuk memutar turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara
topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan
teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus
dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Alternatif
teknologi yang diperidiksikan tepat dikembangkan di pesisir pantai selatan Pulau Jawa
adalah teknologi Tapered Channel (Tapchan).
28
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.3.1 Potensi Energi Gelombang Laut di Indonesia
29
Universitas Sriwijaya
Variasi prinsip teknologi ini dikembangkan di Jepang dengan nama might
whale technology. Di Skotiandia, Inggris Raya, telah dibangun pembangkit tenaga
gelombang laut yang digunakan yang menggunakan teknologi ini. Pembangkit yang
selesai dibangun pada tahun 2000 ini dilengkapai listrik sampai 500 kW.
Selain itu, di Denmark dikembangkan pula teknologi pembangkit tenaga
gelombang laut yang disebut wave dragon, prinsip kerjanya mirip dengan tapered
channel. Perbedaannya pada wave dragon, saluran air dan turbin generator diletakkan di
tengah bak penampung sehingga memungkinkan pembangkit dipasang tidak di pantai.
3.3.4 Pemanfaatan Gelombang Laut
Laut menyimpan berbagai sumber energi yang sangat besar. Sebenarnya energi
laut itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga yaitu energi ombak, energi pasang surut dan
juga energi panas laut. Dua dari pembagian energi terserbut tentu Anda tahu jika
memanfaatkan energi gelombang. Energi tersebut dimanfaatkan dan digunakan dengan
bantuan energi kinetik. Perpaduan kedua energi kinetik dan gelombang inilah yang akan
memutar turbin dan menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik. Itulah
pemanfaatan energi dari gelombang laut untuk membangkitkan listrik. Sebenarnya
gelombang sendiri berasal dari air laut yang tertiup angin sehingga menghasilkan energi
kinetik. Pemanfaatan energi ombak ini untuk listrik memang cukup besar, tapi sangat
sulit untuk memanfaatkannya dan untuk menghasilkan listrik yang sangat memadai
memang cukup sulit.
Hal inilah yang menjadikan pemanfaatan dari energi gelombang sebagai
sebuah pembangkit listrik masih sangat sedikit di dunia. Pada sebuah pembangkit listrik
yang memanfaatkan ombak sebagai sumber tenaganya memang harus memperhatikan
aliran masuk dan keluarnya ombak ke dalam ruangan khusus yang menyebabkan
terdorongnya udara keluar dan masuk melalui sebuah saluran khusus untuk dapat
menghasilkan energi listrik.
Energi gelombang laut untuk pembangkit listrik yang lainnya yaitu dapat
memanfaatkan pasang surut air laut. Jika pasang, maka gelombang air laut akan besar
dan jika surut maka sebaliknya. Dengan memanfaatkan gelombang laut ini sebagai
pembangkit listrik, dapat dilakukan secara hydroelectric.Sebagai pembangkit listrik
dapat dibuat menyerupai bendungan beda yang akan memanfaatkan air laut untuk
memutar turbin sebagai alat untuk menghasilkan energi listrik. Sebenarnya ada
kekurangan yang terdapat dalam pembangkit listrik dengan memanfaatkan gelombang
30
Universitas Sriwijaya
ini yaitu pembangkit listrik hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir
masuk dan mengalir keluar. Hal tersebut hanya terjadi kurang lebih 10 jam dalam
sehari.
Sebenarnya Indonesia sangat berpotensi untuk memanfaatkan energi ini
mengingat negara ini merupakan negara kepulauan dengan luas laut lebih luas dari luas
daratannya. Tapi energi tersebut juga tidak hanya dapat digunakan sebagai sumber
energi pembangkit listrik tapi juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan kapal di
laut dan juga menggerakkan pelampung di laut. Ombak laut yang tertiup angin
menghasilkan gelombang yang dapat memindahkan benda dari satu titik ke titik yang
lainnya mengikuti arah gelombang yang digerakkan oleh angin.
3.3.5 Cara Kerja Pembangkit Listrik Energi Gelombang Laut
A. Teknologi Pompa Gelombang Flap Horisontal
Cara kerja dari pembangkit listrik adalah sebagai berikut. Energi gelombang
yang ditangkap oleh papan osilasi yang menngapung dan diletakkan vertikal dengan
dukungan engsel di dasarnya pada saat flap menerima gaya gelombang, mengakibatkan
flap bergerak maju mundur secara harmonik. Pergerakan papan osilasi tersebut
menggerakan lengan torak yang dipasang tegak lurus dengan papan osilasi pergerakan
maju mundurnya lengan torak mengakibatkan klep akan terbuka dan tertutup. Pada saat
klep terbuka mengakibatkan air laut masuk dan mengisi tabung piston dan pada saat
flap mundur mengakibat gaya gelombang diteruskan ke lengan torak dan mendorong
piston. Sebagai akibatnya di tabung piston akan terdapat tekanan, yang akan diteruskan
ke pipa penyalur untuk memompa air ke head tertentu. Mekanisme ini terjadi berulang-
ulang hingga air dalam tabung tabung akan terdorong dan mengalir dengan debit
tertentu. Air laut hasil pemompaan ditampung dalam suatu reservoir pada ketinggian
tertentu. Pompa dibangun serial yang terdiri dari banyak unit untuk mensuplai satu
reservoir. Selanjutnya dari reservoir air dialirkan ke bawah melalui pipa pesat untuk
memutar turbin yang dihubungkan dengan generator.
31
Universitas Sriwijaya
Gambar 3.3.4.A. Sketsa mekanisme kerja pompa gelombang (Pusat Litbang Sumber Daya Air)
32
Universitas Sriwijaya
3.3.6 Kelebihan dan Kendala Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut
4.1 Kesimpulan
Dari hasil paper, maka dapat diambil kesimpulan secara umum antara lain :
1. Energi yang dapat diperbaharui adalah: suatu energi yang berasal dari
proses alam yang berkelanjutan. Istilah lain dari energi tersebut adalah
energi berkelanjutan.
2. Energi laut atau samudra adalah energi yang dapat dihasilkan dari konversi
gaya mekanik, gaya potensial serta perbedaan temperatur air laut menjadi
energi listrik.
3. Energi samudra murni, dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu energi
panas laut (ocean thermal energy conversion, OTEC)., energi pasang surut
33
Universitas Sriwijaya
(tidal power), energi arus laut (current power), dan energi gelombang (wave
power).
4. Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) merupakan sumber energi
terbarukan yang berefisiensi tinggi, ramah lingkungan serta dapat mengalirkan
energi sepanjang 24 jam per hari. OTEC menggunakan perbedaan suhu di tiap
ketinggian air laut terutama perbedaan suhu yang cukup besar di permukaan
dan di laut dalam untuk menggerakan turbin mesin uap yang nantinya akan
dikonversi menjadi tenaga listrik lewat generator (energi kinetik menjadi
energi listrik).
5. Energi pasang surut air laut adalah energi yang dihasilkan akibat terjadinya
fenomena pasang surut air laut.
6. Energi gelombang laut sebagai energi yang terjadi akibat proses gerakan naik
turunnya molekul air laut, membentuk puncak dan lembah pada lapisan
permukaan air laut.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca yaitu: ada baiknya
dibuat sebuah paper lanjutan yang menjelasakan masalah energi air laut berupa energi
arus laut (current power) karena pada paper kali ini penulis tidak membahas mengenai
energi tersebut.
34
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Energi Laut Indonesia. 2012. Potensi dan Teknologi Energi Laut Indonesia
2012.
Had, Abd. Latief and Klara, Syerly. 2011. Pembangkit Listrik Dengan Sistem Ocean
Thermal Energy Conversion. Makassar: Universitas Hasanuddin Press.
6
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya