Oleh :
TEKNIK KIMIA
2016/2017
ABSORPSI BATCH
I. Tujuan Praktikum
a. Melihat perbandingan kelarutan gas tertentu (seperti CO2, dan sebagainya) dengan
membuat variasi beberapa variable seperti :
Laju alir cairan
Konsentrasi gas terlarut
Waktu pengontakan
b. Membandingkan kurva kesetimbangan hasil dari operasi dengan kurva kesetimbangan
pada literature
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
Selektif
Memiliki tekanan uap yang rendah
Tidak korosif. dan harganya murah
Mempunyai viskositas yang rendah
Stabil secara termis.
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen
lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen
tersebut.
Prinsip Absorbsi
Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO 2) dialirkan ke dalam
kolom pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu
dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut
dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase
air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran
udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah
sebagai berikut :
Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.
Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan
CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.
Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.
Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik
sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya
4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.
Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.
Perlahan - lahan buka keran pengatur laju alir cairan hingga cairan mengalir ke
kolom.Atur laju cairan dengan variasi 2L/min, 4L/min, dan 6L/min
Atur laju alir udara sebesar 45 L/min
Ulangi langkah diatas dengan mengubah laju alir udara menjadi 90 L/min
B. Pengujian daya serap gas terhadap cairan NaOH (absorpsi) dengan variasi laju
alir NaOH dan variasi waktu.
Hidupkan pompa cairan, buka valve pengatur laju cairan NaOH dengan laju
alir 2 L/min, 4 L/min, dan 6 L/min. Atur laju alir CO2 2 L/min, dan laju alir
udara 45 L/min
C. Titrasi
Pada erlen meyer ke- 2 tambahkan sekitra 10% lebih dari hasil perhitungan
(T2-T1) larutan BaCl2 dan kocok.
V. Data Pengamatan
Laju alir udara = 20L/min
Laju alir CO2 = 2L/min
Absorber = NaOH 0,1 N (30 L)
Larutan penitrasi = HCl 0,1 M
Volume sampling = 50 ml
a. Kalibrasi
Laju Alir Air
Laju Alir Udara
20 40 60 80 100
0 0.2 0.3 2.2 4 4.3
2 0.4 1.2 2 5.2 13.1
4 1.9 3.6 7.5 22.2 28.4
6 6.2 17 25.5 - -
8 20 75 32 - -
10 40 - - - -
b. Analisa gas CO2 dalam NaOH/Na2CO3
Waktu Inlet
(menit) T1 T2 T3 CC CN
0 33.2 47 46.7 0.0934 0.0003
10 19.9 46 45.2 0.0904 0.0008
20 12.2 46.1 41 0.082 0.0051
30 6 27.2 25.2 0.0504 0.02
Waktu Outlet
(menit) T1 T2 T3 CC CN
0 21.3 46.6 46.2 0,0924 0,0004
10 17.8 46.2 45 0,09 0,0012
20 13.5 46.1 40.1 0,0802 0,006
30 5.6 26.7 23 0,046 0,0037
46,7
x 0,1=0,0934
= 50 gmol/L
(t= 10 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
45,2
x 0,1=0,0904 gmol/ L
= 50
(t= 20 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
41
x 0,1=0,082 gmol / L
= 50
(t= 30 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
25,2
x 0,1=0,0504 gmol / L
= 50
46,2
x 0,1=0,0924 gmol/ L
= 50
(t= 10 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
45
x 0,1=0,09
= 50 gmol/L
(t= 20 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
40,1
x 0,1=0,0802 gmol / L
= 50
(t= 30 menit)
T3
Cc = 50 x 0,1M
23
x 0,1=0,046 gmol / L
= 50
c. Konsentrasi Na2CO3 dalam sampel inlet
(t= 0 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
4746,7
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0,0003 gmol/L
(t= 10 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
4645,2
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0,0008 gmol/L
(t= 20 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
46,141
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0,0051 gmol/L
(t= 30 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
27,225,2
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0,002 gmol
(t= 0 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
46,646,2
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0,0004 gmol/L
(t= 10 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
46,245
x 0,1 x 0,5
= 50
= 0.0012 gmol/L
(t= 20 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
46,140,1
x 0,1 M x 0,5
= 50
= 0,006 gmol/L
(t= 30 menit)
T 2T 3
CN = 50 x 0,1M x 0,5
26,723
x 0,1 M x 0,5
= 50
= 0,0037 gmol/L
a. Waktu 0 menit
CO2 terserap = laju alir cairan x [(CN)o-(CN)i]
= 2 x [(0,0004)-(0,0003)]
= 0,0004 gmol/menit
b. Waktu 10 menit
CO2 terserap = laju alir cairan x [(CN)o-(CN)i]
= 2 x [(0,0012)-(0,0008)]
= 0,0008 gmol/menit
c. Waktu 20 menit
CO2 terserap = laju alir cairan x [(CN)o-(CN)i]
= 2 x [(0,006)-(0,0051)]
= 0,0018 gmol/menit
d. Waktu 30 menit
CO2 terserap = laju alir cairan x [(CN)o-(CN)i]
= 2 x [(0,0037)-(0,002)]
= 0,0034 gmol/menit
Grafik yang didapatkan
b. Grafik Analisa
Grafik Waktu Vs CO2 yang terserap
Grafik Waktu Vs Cc
Inlet
outlet
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa gas CO2 dalam NaOH atau Na2CO3
melalui proses absorbsi batch dimana terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan
absorber air dengan laju alir udara 45 L/menit dan laju alir air 2,4,6 L/menit dan
didapatkan grafik antara laju alir air vs perubahan tekanan dimana semakin
dinaikkan laju alir air semakin tinggi nilai perubahan tekanannya. Setelah
dilakukan kalibrasi dilakukan analisa gas CO2 dengan absorber berupa NaOH
dengan laju alir udara 45 L/menit dan laju alir NaOH 2 L/menit dengan interval
waktu 5 menit sampai 20 menit dimana gas CO 2 dan NaOH dikontakkan melalui
kolom absorber dengan mengalirkan gas CO2 dari bagian bawah kolom dan NaOH
dialirkan dari bagian atas kolom, kolom dilengkapi packing yang bertujuan untuk
memperluas kontak antara NaOH dan gas CO 2. Sampel diambil sebanyak 100 ml
melalui umpan (inlet) dan keluaran dari kran (outlet) dititrasi untuk mengetahui
gas CO2 yang terserap. Titrasi dilakukan 2 kali yaitu titrasi asidimetri yang
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NaOH dengan titran HCl 0,1N dengan
indikator pp dari bewarna merah jambu menjadi tak bewarna, lalu dilakukan titrasi
alkalimetri dengan menggunakan HCl 0,1N dan indikator metil orange yang akan
memberikan warna jingga pada garam NaCl yang terbentuk hingga berwarna
merah jambu setelah mencapai titik ekivalen, Setelah dititrasi didapatkan sampel
inlet hasil titrasi yang mengalami penurunan dari setiap waktunya ini berpengaruh
pada hasil perhitungan konsentasi NaOH menunjukkan bahwa dari waktu kewaktu
konsentrasi NaOH mengalami penurunan akan tetapi pada menit ke 5, 10, dan 15
hampir konstan yaitu 0,03 sedangkan pada perhitungan konsentrasi Na 2CO3 tidak
konstan. Pada sampel outlet hasil titrasi juga mengalami penurunan sehingga pada
perhitungan hasil konsentrasi NaOH juga mengalami penurunan ini disebabkan
pada semakin lama waktu pengontakan NaOH dan gas CO 2 semakin banyak
NaOH yang bereaksi dengan NaOH sebaliknya konsentrasi Na 2CO3 mengalami
peningkatan, sehingga jumlah CO2 yang terserap semakin banyak dari waktu
kewaktu ini menunjukkan bahwa semakin lama pengontakan semakin optimal
NaOH menyerap CO2 sesuai dengan grafik yang ditunjukkan.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan hanya dilakukan variabel waktu untuk mengetahui kelarutan CO2
yaitu 5,10,15,20 menit dan didapatkan semakin lama waktu semakin banyak CO2
yang larut karena semakin lama waktu semakin lama pengontakkan dan NaOH
dapat mengabsorb CO2 secara optimal.
http://alexschemistry.blogspot.co.id/2013/03/laporan-operasi-teknik-kimia-
absorbsi.html
http://astrid273.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-satuan-operasi-
ii.html
http://depisatir.blogspot.co.id/2013/06/absorpsi-ii-absorpsi-co2-dalam-
air.html