Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
NURUL MUSDALIFAH APRILIA
NIM.1413015024
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
NURUL MUSDALIFAH APRILIA
NIM.1413015024
( ) ( )
NIP. NIP.
MENGETAHUI
( ) ( )
NIP. NIP
i
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
RINGKASAN RANCANGAN PENELITIAN................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................2
BAB 1 KAJIAN PUSTAKA
1.1..................................................................................................................Uraia
n Umbi Bit...............................................................................................4
1.2..................................................................................................................Betas
ianin.........................................................................................................6
1.3..................................................................................................................Meto
de Ekstraksi.............................................................................................7
1.4..................................................................................................................Bibir
.................................................................................................................8
1.5..................................................................................................................Lipsti
k...............................................................................................................9
1.6..................................................................................................................Prose
s Pembuatan Lipstik................................................................................13
1.7..................................................................................................................Evalu
asi Fisik Sediaan Lipstik.........................................................................14
1.8..................................................................................................................Uji
Tempel (Patch Test).................................................................................15
1.9..................................................................................................................Uji
Kesukaan (Hedonic Test).........................................................................16
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2.1. Tujuan Umum Penelitian.........................................................................17
2.2. Tujuan Khusus Penelitian........................................................................17
2.3. Manfaat Penelitian...................................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian....................................................................................18
3.2. Jenis Penelitian........................................................................................18
3.3. Bahan yang Diteliti..................................................................................18
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................................18
i
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(stick), dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin .
Lipstik berfungsi untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima
merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik.
Umbi bit adalah bahan pangan yang bermanfaat sebagai pewarna alami yang
mempunyai pigmen merah-ungu betasianin yang terkandung. Betasianin
merupakan golongan antioksidan, yang sering digunakan sebagai pewarna
makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak umbi bit
(Beta vulgaris L.) dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik,
mengetahui formulasi sediaan lipstik dari ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.).
mengetahui stabilitas fisik sediaan lipstik dengan ekstrak umbi bit (Beta vulgaris
L.) sebagai zat warna. Manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan secara
umum adalah sebagai bahan informasi bahwa ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.)
dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi lipstik. Penelitian ini
dilakukan dengan mengolah ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) menjadi sediaan
lipstik dengan formula yang telah ditentukan, kemudian dilakukan evaluasi pada
sediaan lipstik yang telah dibuat dan diuji. Hasil penelitian yang akan ditemukan
yaitu adanya zat warna alami yang terkandung pada lipstik berbahan ekstrak
umbi bit (Beta vulgaris L.) sehingga pada nantinya hasil dari penelitian ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu kefarmasian.
i
PENDAHULUAN
makanan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya efek karsinogenik atau efek
toksik sehingga aman digunakan sebagai pewarna alami (Wirakusumah, 2007),
dan umbi bit terbukti dapat dimanfaatkan sebagai pewarna dalam sediaan lipstik
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Mitsa (2011), pada konsentrasi 25%
pewarna alami umbi bit dapat memberikan warna merah-ungu yang bagus pada
sediaan lipstik yang memiliki kandungan senyawa betasianin.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu (a) Apakah ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) dapat
digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik? (b) Bagaimana formulasi
sediaan lipstik dari ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) ? (c) Bagaimana stabilitas
fisik sediaan lipstik dengan ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) sebagai zat warna?.
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dari rumusan masalah yaitu (a)
Mengetahui apakah ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) dapat digunakan sebagai
pewarna dalam formulasi lipstik. (b) Mengetahui formulasi sediaan lipstik dari
ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.). (c) Mengetahui stabilitas fisik sediaan lipstik
dengan ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) sebagai zat warna.
Manfaat penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan secara umum adalah
sebagai bahan informasi bahwa ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) dapat
digunakan sebagai pewarna alami dalam formulasi lipstik.
Gambaran umum dari penelitian ini adalah ekstrak umbi bit (Beta vulgaris
L.) diolah menjadi sediaan lipstik dengan formula yang telah ditentukan,
kemudian dilakukan evaluasi pada sediaan lipstik yang telah dibuat dan diuji.
Gambaran umum hasil penelitian yang akan ditemukan yaitu adanya zat
warna alami yang terkandung pada lipstik berbahan ekstrak umbi bit (Beta
vulgaris L.) sehingga pada nantinya hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk
perkembangan ilmu kefarmasian.
Implikasi dari penelitian ini adalah dihasilkannya sediaan berupa lipstik
yang memiliki zat warna yang berasal dari bahan alam yang diharapkan akan
menghasilkan produk farmasi yang aman dan guna mengeksplorasi
keanekaragaman hayati sehingga dapat menggali potensi sumber daya alam
terutama dari tanaman umbi bit.
i
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Morfologi
Bit merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, akar
tunggangnya tumbuh menjadi umbi. Daunnya tumbuh berkumpul pada
leher akar tunggang atau pangkal umbi dan berwarna kemerahan dengan panjang
5-20 cm. Umbi berbentuk bulat atau menyerupai gasing. Ujung umbi bit terdapat
akar. Bunganya tersusun dalam rangkaian bunga yang bertangkai panjang banyak
(Sunarjono, 2009). Habitus dan morfologi tanaman bit yang diambil di daerah
Kelompok Tani Dusun Kaliduren, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Semarang dapat dilihat pada Gambar 1.
1a 1b
Gambar 1. 1a. Habitus Tanaman Bit; 1b. Umbi Bit (dokumentasi pribadi).
1. 1.3 Kandungan Kimia
Umbi bit kaya akan mineral zat besi, kalsium, magnesium, fosfor dan
vitamin A, B, C, selain itu juga kaya akan asam folat, serat, mangan, dan kalium.
Pigmen bit yang berwarna cerah merupakan kombinasi dua senyawa yaitu
betasianin yang berwarna merah delima dan berkhasiat antikanker, serta
betaxanthin yang memberi warna kuning (Dalimartha, 2013).
Beberapa pigmen yang terdapat dalam umbi bit termasuk
golongan flavonoid. Betasianin yang paling dikenal adalah betanin
(aglikonnya adalah betanidin), yaitu pigmen utama pada umbi bit. Senyawa yang
disebut betanin, merupakan donor elektron untuk menetralkan radikal bebas.
(Harbone, 1987)
i
1.2 Betasianin
1.4 Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan
kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir
bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat
akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat
padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum, tetapi pada permukaan kulit
bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur yang menjadi pembasah alami pada
bibir. Tingkat keasamannya (pH) bibir pada umumnya berkisar antara 4-6,5.
(Ditjen POM, 1985)
i
Bibir berfungsi untuk membantu proses berbicara dan makan. Hal ini
menyebabkan bibir harus ditarik, berbelok, dan berkontraksi ke berbagai arah
yang berbeda. Untuk melaksanakan tugasnya, bibir memiliki permukaan kulit
transisi yang dikenal dengan nama vermillion (Draelos, 2006).
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi
dimana kulit bibir bergabung kedalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik. Secara eksternal dibatasi oleh
persimpangan mukokutan, persimpangan antara kulit wajah dan bingkai
vermillion bibir. Dalam mulut, Vermillion dibatasi oleh garis basah dimana
mucosa bibir dimulai. Garis basah (atau garis kering-basah) adalah perbatasan
antara bagian merah luar (bingkai vermillion) yang biasanya kering, dan bagian
dalam mukosa yang lembut dan lembab. Pada beberapa orang, bibir berwarna
merah kecoklatan, hal ini disebabkan oleh adanya pigmen melanin coklat.
(Woelfel, 2012)
1.5 Lipstik
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(stick), dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin
(Wasitaatmadja, 1997). Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi
merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah
sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), lipstik dapat dikatakan baik jika
memenui persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak menyebabkan iritasi pada bibir, serta tidak berbahaya jika
ditelan.
b. Memberikan warna yang menarik, merata, dan stabil.
c. Melapisi bibir dan memberikan permukaan yang halus.
d. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.
e. Melekat dalam jangka waktu lama, namun dapat dihapus jika
diinginkan.
f. Melembutkan bibir, tidak menyebabkan bibir kering, tetapi juga tidak
boleh terlalu berminyak.
g. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak enak.
h. Mudah diaplikasikan tanpa tekanan yang terlalu besar.
i. Tidak terlalu keras, terlalu rapuh, atau terlalu lembek.
i
3) Tidak toksik
4) Tidak berubah meskipun disimpan lama
b. Pengawet
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), kemungkinan bakteri atau jamur
untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak
mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan
terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula
sediaan lipstik dan pengawet yang sering digunakan yaitu kombinasi antara metil
paraben dan propil paraben.
c.Parfum
Parfum harus dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan dari
basis, sebisa mungkin memberi bau dan rasa yang enak untuk memberi nilai
tambah pada lipstik. Parfum tidak boleh mengiritasi bibir, harus stabil, dan harus
dapat bercampur dengan komponen lain pada lipstik. Jumlah parfum yang biasa
digunakan antara 2-4% bobot total lipstik. Parfum yang biasa digunakan pada
lipstik adalah minyak esensial mawar, lemon, cinnamon, atau jeruk.
(Jellineck, 1976)
agglomerat. Dalam colloid mill, campuran ditekan diantara dua piringan yang
berjarak dan tertutup, dimana salah satu dari putarannya pada kecepatan tinggi .
(Lauffer, 1985)
b. Mixing / pencampuran
Pada proses ini, basis lemak mula-mula dilebur dalam bejana stainless-
steel. Pencampuran dalam kecepatan tinggi harus dihindarkan dengan maksud
untuk mencegah masuknya udara. Setelah campuran meleleh dan tercampur
dengan sempurna, parfum ditambahkan ke dalam campuran tersebut dengan
maksud untuk memberi aroma tertentu pada lipstik. Massa minyak kemudian
disimpan ke dalam wadah yang inert serta tertutup rapat, ruangan yang gelap, dan
suhu yang rendah. Hal ini sangat penting jika penyimpanan dilakukan dalam
jangka waktu yang panjang (Lauffer, 1985).
i
c. Moulding / pencetakan
Pada proses ini, semua massa lipstik pertamatama dilelehkan
terlebih dahulu dan dilakukan pengadukan selama 30 menit yang bertujuan
untuk menghindari adanya udara ke dalam massa tersebut (Harry dkk., 1982).
Adanya udara akan mengakibatkan sediaan menjadi berlubanglubang kecil di
bagian luarnya. Cetakan lipstik biasanya terbuat dari lempeng kuningan atau
aluminium. Ketika sudah terbentuk batangan lipstik, maka lipstik segera
dikeluarkan dari cetakan. Setelah dicetak, stik dapat disimpan hingga satu minggu
sebelum dapat dimasukkan ke dalam wadah lipstiknya (Lauffer, 1985).
d. Flaming / pengkilapan
Flaming ini merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membuat
permukaan lipstik menjadi lebih mengkilap. Proses ini umumnya dikerjakan
dengan melewatkan lipstik pada gas flame atau dengan pemanas elektrik. Jika
menggunakan pemanas biasa, nyala api hanya berasal dari satu arah, lipstik harus
diputar sekali-kali melewati api sehingga seluruh permukaan terkena api. Setelah
proses pengkilapan selesai, maka lipstik dimasukkan ke dalam wadahnya.
(Lauffer, 1985)
Secara otomatis evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin
dalam lipstik atau sediaan lain (Lauffer, 1985).
Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik
diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi, digantungkan beban
yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur
dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik
patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).
1.7.4 Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada
kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel
dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita
menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik
jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata
dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan
dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel
sedikit dan tidak merata (Keithler, 1956).
1.7.5 Penetuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Sampel di buat dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades.
(Rawlins,2003).
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985).
Tanda-tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi
kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985).
Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang
dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan
sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi,
dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel.
(Ditjen POM, 1985)
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang
telinga (Ditjen POM, 1985).
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
2. 1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat sediaan lipstik
menggunakan pewarna alami.
BAB III
METODE PENELITIAN
Ampas Ditimbang
Dimaserasi
Ekstrak kental umbi bit Ditimbang
Gambar 3.2 Skema Perhitungan Rendemen Ekstrak
S3
S4
Keterangan : F : Formula
BAB IV
BAHAN DAN PERALATAN
BAB V
PROSEDUR PENELITIAN
5. 1. Fokus Penelitian
5.1.1. Fokus Umum
Fokus umum dalam penelitian ini yaitu membuat formula sediaan lipstik
menggunakan ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.) sebagai pewarna alami.
5.1.2. Fokus Khusus
Fokus khusus dalam penelitian ini yaitu menghitung rendemen ekstrak
umbi bit (Beta vulgaris L.) yang dihasilkan, mengetahui formula sediaan lipstik
menggunakan ekstrak umbi bit (Beta vulgaris L.), uji evaluasi fisik sediaan, uji
tempel (patch test)/uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test)
terhadap variasi sediaan yang dibuat.
Disiapkan semua bahan yang digunakan berupa ekstrak umbi bit (Beta
vulgaris L.), carnauba wax, minyak jarak, cera alba, setil alkohol, lanolin,
nipagin, dan butil hidroksitoluen (BHT), kemudian ditimbang semua bahan. BHT
dan nipagin dilarutkan dalam minyak jarak, kemudian ditambahkan ekstrak buah
bit, aduk hingga homogen (massa 1).
Ditimbang carnauba wax, cera alba, setil alkohol dan lanolin kedalam
cawan yang tahan panas hingga tercapai suhu 80-85 C. sambil diaduk dengan
kecepatan konstan hingga seluruh bahan lebur dan homogen. Pengadukan tidak
boleh terlalu cepat supaya tidak terbentuk gelembung-gelembung udara (massa 2).
Selanjutnya dilakukan pencampuran antara massa 1 dan massa 2. Massa 1
dimasukkan perlahan-lahan kedalam massa 2 dengan pemanasan yang tidak
terlalu tinggi (60-65 C) untuk mencegah terjadinya penggumpalan pada zat warna.
BAB VI
HASIL PENELITIAN YANG DIHARAPKAN
DAFTAR PUSTAKA
Balsam, M.S. 1972. Cosmetic Science and Technology Second Edition. Jhon Willy
and Son, Inc: London
BPOM RI. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republika Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik.
Coultate, T.P. 1996. Food The Chemistry Of Its Components. 3nd Edition. The
Royal Society And Chemistry Company Cambridge.
Dalimartha, S dan Adrian, F. 2013. Khasiat Buah dan Sayur. Penebar Swadaya:
Jakarta
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen. Kesehatan RI:
Jakarta
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Depkes RI: Jakarta
Draelos, Z. D., dan Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care
Product. Taylor and Francis Group : New York
Lauffer, G.I.P. 1985. Lipstick. In: Balsam M.S. Sagarin E, Editor. Cosmetic
Science and technology. Vol. I. Edisi Kedua. WileyInterscience: New-York
Vishwakarma, B., Sumeet, D., Kushagra, D., dan Hemant, J. 2011. Formulation
And Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug
Discovery & Herbal Research. 1 (1): 18-19