Anda di halaman 1dari 28

BAB VI

KOLOM BETON BERTULANG

6.1. Pendahuluan
Kolom merupakan elemen vertical dari bangunan rangka / frame yang memikul
beban yang berasal dari balok. Elemen kolom merupakan batang tekan sehingga
keruntuhan yang terjadi pada suatu kolom dapat menyebabkan runtuhnya lantai
diatasnya dan runtuhnya bangunan secara keseluruhan.
Keruntuhan pada kolom structural merupakan suatu hal yang harus diperhatikan
baik secara ekonomis maupun dari segi keselamatan jiwa manusia. Karena itu, didalam
merencanakan kolom perlu lebih hati-hati dengan cara memberikan factor keamanan
yang lebih besar daripada elemen struktur lainnya seperti balok dan pelat, terlebih lagi
keruntuhan tekan yang terjadi pada kolom tidak memberikan peringatan awal yang
cukup jelas.
Untuk memberikan keamanan yang cukup pada analisa maupun perencanaan
kolom maka peraturan beton Indonesia SKSNI-T-15-03-1993 menyaratkan factor
reduksi kekuatan ( ) yang lebih kecil dibandingkan dari elemen lainnya seperti lentur,
geser maupun torsi pada pelat dan balok.
Didalam analisa maupun perencanaan kolom, dasar-dasar teori yang digunakan
dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi ada tambahan factor
baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan yang diikutkan dalam
perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian dalam menyusun persamaan
keseimbangan dengan meninjau kombinasi momen lentur dan gaya normal tekan.
Pada lentur balok, banyaknya tulangan yang terpasang dapat direncanakan agar
balok berperilaku daktail, tetapi pada kolom biasanya gaya normal tekan adalah
dominant sehingga keruntuhan yang bersifat tekan sulit untuk dihindari.
Prinsip-prinsip dasar yang dipakai untuk analisa kolom pada dasarnya sama
dengan balok yaitu :
1. Distribusi tegangan adalah linier diseluruh tinggi penampang kolom
2. Regangan pada baja sama dengan regangan beton yang menyelimutinya.
3. Regangan tekan beton dalam kondisi batas adalah 0,003 mm/mm
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dalam perhitungan kekuatan
6.2. Jenis Kolom Berdasarkan Bertulangan dan Posisi Beban pada Penampang
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,
posisi beban yang bekerja pada penampang, dan panjang kolom yang berkaitan dengan
dimensi penampangnya.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan macam penulangannya dapat dibagi menjadi tiga
katagori yang diperlihatkan pada gambar 6.2.1 yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk spiral
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai pengganti
tulangan didalamnya.

Gambar 6.2.1. Macam kolom dan penulangannya


(a) Kolom persegi bertulangan sengkang
(b) Kolom bundar bertulangan spiral
(c) Kolom komposit
Kolom bersengkang merupakan jenis kolom yang paling banyak digunakan karena
pengerjaan yang mudah dan murah dalam pembuatannya. Walaupun demikian kilom
segi empat maupun kolom bundar dengan penulangan spiral kadang-kadang digunakan
juga, terutama untuk kolom yang memerlukan daktilitas cukup tinggi untuk daerah
rawan gempa.
Berdasarkan posisi beban terhadap penampang, dapat dibedakan menjadi tiga
jenis kolom yaitu (a)Kolom dengan beban sentries, (b)Kolom dengan beban aksial dan
momen satu bumbu dan(c) Kolom biaxial (memon bekerja pada sumbu x dan sumbu y).

Gambar 6.2.2 Gaya-gaya pada kolom


6.3. Pembatasan Tulangan Pada Kolom
Didalam perencanaan kolom beton bertulang SKSNI-T-15-1993-03
mensyaratkan pembatasan tulangan utama dan tulangan geser sebagai berikut :
a. Tulangan Utama
- Kolom bersengkang minimal ada 4 tulangan pokok yang dipasang pada keempat
tepinya
- Kolom bundar bertulangan spiral minimal ada 6 tulangan pokok
- Diameter tulangan minimum 12 mm
Gambar 6.2.3. Jumlah minimum tulangan utama kolom
b. Rasio tulangan tarik diameter tulangan :
Rasio tulangan ( g )

g m in 0,01 Ag

g m ax 0,08 Ag

Dianjurkan 0,001 Pg 0,003


Dimana Ag adalah luas penampang kolom
c. Tulangan geser
- Bila dipakai sengkang maka diameter minium sengkang adalah 10 mm untuk
diameter tulangan utama < D32 mm dan 12 mm jika tulangan utama D32
mm.
- Bila sebagai tulangan geser dipakai, spiral maka diameter dimeter tulangan
adalah 10 mm sampai dengan 16 mm dengan jarak spasi tulangan antara 80 mm
sampai dengan 250 mm.
6.4. Dasar-dasar perhitungan kolom
Didalam analisa kekuatan kolom maka perhitungan kekuatan kolom didasarkan
pada kekuatan desak rencana yaitu :
Pn Pu (SKSNI-T-15-1993-03)
Dimana :
Pn = Kekuatan nominal kolom
Pu = Kekuatan kolom akibat beban berfaktor
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
= Reduksi kekuatan yang tergantung dari jenis beban dan tulangan gesernya.
- Kolom dengan aksial tarik dan lentur = 0,80
- Kolom dengan aksial tekan dan lentur :
Untuk tulangan Sengkang = 0,65
Untuk tulangan Spiral = 0,70
Bila suatu kolom dibebani gaya aksial tekan dan momen lentur yang berasal dari beban
gravitasi, maka beban berfaktor pada kolom harus dihitung sebagai berikut :
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
Pada kolom-kolom yang menerima beban tetap yaitu beban mati dan beban hidup, maka
kekuatan desak dan momen nominal penampang dapat dihitung sebagai berikut:
Pu 1,2 M D 1,6 M L
Pn (kolom bersengkang)
0,65
Mu 1,2M D 1,6 M L
Mn (kolom bersengkang)
0,65
Rasio tulangan Spiral minimum yang harus dipasang pada kolom adalah :
Ag fc
s (m in) 0,45 1
As fy
Vol. tulangan spiral satu putaran
s =
Volume int i kolom setinggi S
S = Jarak spasi tulangan spiral
Ag = Luas penampang kolom bruto
Ac = Luas inti penampang kolom
= Rc2 ; Rc = Radius kolom (R) Selimut beton (d)

6.5. Analisa Kolom Pendek Dengan Beban Sentris


Dasar perhitungan yang paling sederhana untuk analisa penampang kolom
adalah bila beban aksial tepat berada pada titik berat sumbu kolom atau kolom dengan
beban sentries. Pada gambar 6.5.1 diperlihatkan kolom yang mendapat beban aksial
tekan yang bekerja pada titik berat sumbu kolom yang mengakibatkan seluruh
penampang kolom tertekan.
Gambar a. Kolom dengan beban sentries
Kolom dengan kapasitas beban Po yang terletak di titik berat
penampang
Gambar b. Penampang melintang
Potongan penampang kolom tinggi penampang h dan lebar
penampang b, dengan penulangan simetris dimana As = As 1 + As2
dimana luas tulangan As1 = As2
Gambar c. Diagram regangan baja dan tegangan beton
Karena beban yang bekerja sentries maka regangan dan tegangan
beton maupun tulangan mengalami tekan
Gambar d. Tegangan & Gaya Dalam
Kapasitas beban Po akan diimbangi oleh gaya tekan beton maupun
baja tulangan sehingga timbul kesetimbangan gaya yaitu :
Po = ND + T1 + T2

Gambar 6.5.1. Kolom sentries dan gaya-gaya dalam yang bekerja pada kolom

6.5.1. Analisa kolom dengan beban sentries


Dengan melihat gambar 6.5.1c dan 6.5.1d maka dapat dilakukan perhitungan
analisa penampang. Langkah pertama adalah dengan melihat kesetimbangan gaya luar
dan gaya dalam pada penampang yaitu :
Gaya tekan beton (ND) :
N D 0,85 fc ' ( Ag Ast ) ..6.5.1.1

Dimana :
Ag = b x h (luas penampang bruto)
Ast = luas total baja tulangan
Gaya tekan tulangan NT :
NT1 = As1, fy 6.5.1.2
NT2 = As2, fy 6.5.1.3
Dimana :
As1 & As2 = Luas tulangan baja
fy = Tegangan leleh baja
Kesetimbangan gaya luar dan gaya dalam :
Po = ND + NT1 + NT2
= 0,85 fc (Ag Ast) + As1.fy + As2.fy
= 0,85 fc (Ag Ast) + (As1 + As2) fy
Po = 0,85 fc (Ag Ast) + Ast.fy ..6.5.1.4
Po = Kapasitas beban dengan eksentris e = 0
Kolom beban bertulang dengan eksentrisitas beban e = 0 adalah hal yang tidak mungkin
dalam struktur actual, hal ini disebabkan ketidaktepatan letak dan ukuran kolom, beban
yang tidak simetris dan lainnya. Sehingga dalam analisis dan perencanaan kolom beton
bertulang perlu ditambahkan eksentrisitas minimal dalam arah tegak lurus sumbu lentur.
Besarnya eksentrisitas tersebut adalah :
emin 0,10 h untuk kolom bersengkang dan
emin 0,010 h untuk kolom berspiral

6.5.2. Kekuatan nominal kolom sentries dan kapasitas beban rencana


Kekuatan nominal penampang pada kolom sentries (Pn) didasarkan pada
kapasitas beban (Po) yang dikalikan dengan reduksi kekuatan ( )
Pn Po .6.5.2.1
Dimana : = 0,8 untuk kolom bersengkang
= 0,85 untuk kolom berspiral
Dengan mengacu pada persamaan 6.5.2.1, maka kapasitas beban aksial rancang ( Pn)
pada kolom bersengkang dan kolom dengan tulangan spiral tidak boleh diambil lebih
besar dari :
Untuk kolom bersengkang :
Pn (max) = . 0,8 Po
= 0,8 {0,85 fc (Ag Ast) + Ast.fy} ..6.5.2.2
Utnuk kolom dengan tulangan spiral :
Pn (max) = . 0,85 Po
= 0,85 {0,85 fc (Ag Ast) + Ast.fy} 6.5.2.3
Untuk keperluan perencanaan praktis biasanya harga luasan penampang bersih (Ag -
As t ) dapat dianggap sebagai luasan penampang bruto dari beton (Ag), sehingga harga

rasio tulangan ( g ) adalah :

Ast
g dimana As t Pg x Ag
Ag
Sehingga kapasitas aksial beban rancang adalah :
Pn (max) = 0,8 0,8 fc ' ( Ag As t ) As t . fy
= 0,8 0,8 fc ' ( Ag Ag .Pg ) Ag .Pg . fy
= 0,8 Ag 0,8 fc ' (1 Pg ) Pg . fy .6.5.2.4
Dari persamaan 6.5.2.1 dengan mengambil nilai Pn pada persamaan 6.5.2.4 dan
menyamakan Pn = Pu maka dapat dihitung luas penampang perlu pada kolom dengan
beban sentries yang dapat dipakai sebagai perencanaan dimensi penampang yaitu :
- Untuk kolom bersengkang :
Pu
Ag(perlu) =
0,8 0,85 fc ' 1 Pg Pg . fy
- Untuk kolom dengan tulangan spiral :
Pu
Ag(perlu) =
0,85 0,85 fc ' 1 Pg Pg . fy
Dimana :
Ag = Luas bruto kolom (b x h)
Pu = Beban ultimate yang bekerja pada kolom
= Reduksi kekuatan :
- Sengkang = 0,65
- Spiral = 0,70
Ast
g = dengan syarat 0,01 Pg 0,08
Ag
fc = Kuat tekan beton
fy = Kuat leleh baja
6.5.3. Kolom Dengan Beban Aksial Eksentris
Pada umumnya beban aksial yang bekerja pada kolom adalah beban eksentris.
Beban aksial eksentris ini dapat terjadi karena dua hal yaitu (1) Gaya aksial yang
terletak tidak tepat pada titik berat penampang atau (2) Terdapat gaya aksial dan momen
lentur pada penampang tersebut. Pada kolom yang mendapat gaya aksial dan momen
lentur, eksentrisitas gaya e adalah momen lentur Mu dibagi gaya aksialnya Pu yang
Mu
diperlihatkan pada gambar 6.5.3.1 dapat ditulis dalam persamaan e . Momen
Pu
lentur yang bekerja akan menyebabkan tegangan tekan dan tegangan tarik pada
penampang sedangkan gaya aksial yang bekerja menyebabkan tegangan tekan saja.
Kombinasi antara Mu dan Pu ini akan menyebabkan makin membesarnya tegangan
tekan pada tepi penampang terdekat dan makin mengecilnya tegangan tekan pada tepi
penampang terjauh dari titik eksentrisitas. Bila momen lentur yang terjadi bertambah
besar maka tepi penampang terjauh yang semula tertekan akan berubah menjadi tertarik
sedangkan tegangan tekan pada tepi penampang tertekan makin bertambah besar
sehingga penampang berperilaku tidak linier lagi dan bila momen yang terjadi makin
besar maka akan terjadi keruntuhan lentur seperti pada balok dan sebaliknya makin
besar gaya tekan yang terjadi makin kecil eksentrisitasnya dan bila kekuatan bahan
terlampui maka akan terjadi keruntuhan tekan.
Dari penjelasan diatas maka dikenal ada 3 macam jenis keruntuhan yang terjadi
pada kolom yaitu :
a. Keruntuhan tekan (keruntuhan dengan eksentrisitas kecil) : terjadi bila gaya aksial
tekan lebih dominant dari momen lentur dimana beton mencapai kondisi tegangan
hancur yaitu regangan beton Ec = 0,003 akibat tekan sebelum baja mencapai kondisi
regangan lelehnya.
b. Keruntuhan tarik (keruntuhan dengan eksentrisitas besar) : kondisi ini terjadi bila
momen lentur lebih dominan dari gaya aksial tekannya. Keruntuhan ditandai dengan
lelehnya regangan baja tulangan Es = Ey akibat tarik sebelum beton mencapai
regangan batasnya
c. Keruntuhan balance (keruntuhan seimbang) : bila eksentrisitas semakin kecil maka
akan ada suatu transisi dari keruntuhan tarik ke keruntuhan tekan. Kondisi
keruntuhan balance tercapai jika tulangan baja tarik mencapai regangan lelehnya Es
= Ey dan secara bersamaan beton mencapai regangan batasnya Ec = 0,003 dan
mulai hancur.
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial dalam kondisi balance
maka apabila :
Pn < Pnb Keruntuhan tarik
Pn = Pnb Keruntuhan balance
Pn > Pnb Keruntuhan tekan

Gambar 6.5.3.1 Eksentrisitas beban pada kolom

6.5.3.1. Penampang kolom bertulangan seimbang (balance)


Didalam analisa penampang kolom bertulangan balance seimbang diperlihatkan
pada gambar 6.5.3.1.1 yaitu suatu kolom yang mempunyai lebar b dan tinggi
penampang h dengan luas tulangan Asb mendapat beban Pn = Pnb dengan eksentrisitas
beban e b . Dengan mengetahui gaya-gaya dalam yang bekerja pada penampang tersebut,
maka dapat diketahui kapasitas desak penampang balance yang merupakan
penjumlahan gaya-gaya dalam yang berasal dari beton dan tulangan baja sedangkan
momen kapasitas penampang adalah merupakan kopel momen gaya-gaya dalam
tersebut terhadap pusat plastic penampang.
Data-data yang diketahui :
b, h. Ast, fc dan fy
Regangan tekan beton :
b 0,003
Regangan tarik dan tekan baja :
s s' y
Gaya tarik baja :
Ts = As1.fy
Gaya tekan beton :
Cc = 0,85 fc.a.b
Gaya tekan baja didaerah tekan :
Cs = As.fy = As (fy 0,85 fc)
Garis netral penampang balance :
Cb b

d s b
Cb 0,003

d fy
0,003
Es
Dengan Es = 2,0 . 105 Mpa
Maka garis netral balance :

Cb
600
d ..6.5.3.1.1
600 fy

Gambar 6.5.3.1.1. Geometris penampang, diagram regangan beton dan baja serta gaya-gaya dalam
pada penampang balance.
Kapasitas desak aksial dalam kondisi balance :
Kapasitas desak aksial kondisi balance dihitung dari kesetimbangan gaya horizontal
yaitu :
Pnb = Cc + Cs Ts
Pnb = 0,85 fc a.b + As (fy 0,85 fc) As.fy 6.5.3.1.2
Pb = Kapasitas desak aksial dalam kondisi balance
Momen Kapasitas Balance (Mub) :
Momen kapasitas penampang dihitung terhadap pusat plastic dimana untuk penampang
dengan tulangan simetri, titik pusat plastic berada di tengah-tengah penampang. Pada
gambar 6.5.3.1.2 menggambarkan penampang beton bertulang dalam kondisi balance
yang mendapat beban sebesar Pnb dengan eksentrisitas sebesar eb, akibat beban
eksentris tersebut pada penampang timbul gaya-gaya dalam yaitu :
Tekan beton : Cc = 0,85 fc.a.b
Gaya tekan baja : Cs = As2.fy dan
Gaya tarik baja : T = As1.fy
Jarak gaya-gaya tersebut ke sumbu plastis adalah X 1 untuk
T, X2 untuk Cs dan X3 untuk cc.
Momen kapasitas balance terhadap pusat plastisnya adalah :
Mnb = Cc(X3) + Cs(X2) + T(X1)
Mnb = Cc d 1 a d ' ' Csd d ' 'd ' Ts (d ' ' ) .....6.5.3.1.3
2

Atau :
Mnb = Pnb x eb .6.5.3.1.4
Mnb
Dimana eb
Pnb
Apabila e dan c masing-masing adalah eksentrisitas beban dan jarak garis netral
penampang, eb dan cb adalah eksentrisitas beban dan garis netral penampang dalam
kondisi balance maka jika :
- e < eb dan c > cb Keruntuhan tekan (eksentrisitas kecil)
- e > eb dan c < cb Keruntuhan tarik (eksentrisitas besar)

6.5.3.2. Diagram Interaksi tekan aksial dan momen lentur


Diagram interaksi ini menggambarkan hubungan antara gaya tekan aksial tekan
dan momen lentur yang dimulai pada penampang balance.

Gambar 6.5.3.2.1. Diagram interaksi Po dan Mn


Dari gambar 6.5.3.2.1. dapat disimpulkan bahwa :
Jika Po > Pb
s y Terjadi keruntuhan tekan

Jika Po < Pb Terjadi


Terjadi keruntuhan
keruntuhan tarik
tarik
s y
6.5.3.3. Contoh soal
Contoh Soal 1 :
Diketahui suatu penampang beton bertulang dengan tinggi penampang h = 600 mm,
lebar penampang b = 350 mm dan ukuran-ukuran lainnya diperlihatkan pada gambar
6.5.3.3.1. penampang bertulangan simetris As = As = 3 22 (1140 mm2). Mutu beton
fc= 20 Mpa dan tegangan leleh baja fy = 400 Mpa.
Ditanyakan :
Tentukan kekuatan desak eksentris Pn = Pb dan eksentrisitas eb untuk keadaan regangan
berimbang dari penampang kolom pada gambar

Penyelesaian :
a. Letak garis netral balance (untuk regangan berimbang)
600
Cb = Xb = .d
600 fy
600
= .540 324 mm
600 400
b. Tinggi balok tegangan tekan ekivalen kondisi balance :
ab = 1 .Cb ; untuk fc= 20 mpa maka 1 = 0,85
ab = 0,85 .324 = 275mm
c. Kontrol regangan tekan baja :
Kontrol Reg. Tekan Baja
s' Xb d '

x Xb

s'
324 60 .0,003
324
s' 0,00244
Jadi :
s' y Tul. Tekan leleh sehingga fs= fy = 400 mpa

Gambar 6.5.3.3.2. Gaya dalam penampang


d. Gaya-gaya dalam :
Gaya tarik baja
Ts = As.fy = 1140 (400).10-3 = 456 kN
Gaya tekan beton
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 .20 . 275 .350 .10-3
= 1636 kN
Gaya tekan baja
Cs = As (fy 0,85 fc)
= 1636 + 436 456
= 436 kN
e. Kapasitas aksial desak Pb = Pnb
Pnb = Cc + Cs Ts
= 1636 + 436 456
= 1616 kN
f. Momen nominal penampang balance
a

Mnb = Cc x Cs x d ' Ts d x
2

x = Garis sumbu penampang = 300 mm


a = 275 mm
d = 540 mm
d = 60 mm
275
Mnb = 1636 300 436 (300 60 ) 456 (540 300 )
2
Mnb = 479930 kNmm
= 479,93 kNm
g. Eksentrisitas Balance :
Mnb 479,93
eb 0,297 m = 297 mm
Pnb 1616
Contoh Soal 2 :
Dari contoh soal nomor 1 bila harga e dirubah menjadi e = 200 mm
Penyelesaian :
Harga e < eb
Anggapan beban batas runtuh :
1. Reg. Beton b 0,003
2. Bila s' y maka fs= fy
3. Bila s y maka fs < fy
Gaya-gaya dalam penampang :
Gaya tekan beton :
Cc = 0,85 fc.a.b ; harga a = 1 .c

Cc = 0,85 . 20 . 0,85.C . 350 untuk fc= 20 mpa harga 1 = 0,85


= 5058 C lebar kom b = 350 mm
Gaya tekan baja :
Cs = 0,85 fc.a.b
(Anggapan Tulangan leleh)
Cs = 1140.40 1140 (0,85.20)
Cs = 436620 N
Gaya tarik baja :
T = As . fs (anggapan tulangan tarik belum leleh)
c c

c s d
d c d c
s c 0,003
c c
fs = es. Es dan Es = 20.000 Mpa
d c
fs = 600
c
540 c
fs = 600
c
540 c
T = As . fy = 1140 .600
c
540 c
= 484000
c
Kekuatan desak nominal penampang :
Pn = Cc + Cs T
5470 c
= 5058 C 436620 484000
c
261360000 484000 c
= 5058 C 436620
c
261360 484 c
Pn = 5,058 C 436 ,62
c
Letak garis netral penampang c dicari dengan menjumlahkan momen kopel penampang
terhadap Pn. Jarak momen kopel akibat gaya dalam yang bekerja pada penampang dapat
dilihat pada gambar 6.5.3.3.3, maka jarak garis netral penampang (diambil momen
terhadap Pn) adalah :
0,85c
Pn(o) = Cs' x d 'e Cc e x T d x e
2

0,85c 540 c
O = 436620(300 60 200) 5058c 200 300 484000
2 c
x (540 300 + 200)
1,15.1011 2,13.108 C
O = 17464800 1011600c 1517400c 2150c 2
C

1,15.1011 2,13.108 C
= 17464800 505800C 2150C 2
C
1,15.1011 2,13.108 C
= 174,65 5,06C 0,215C 2
C
= 0,215 C 2 2124 C 1150175 0

2125 21252 4.0,215.1150175 2125 2346


C12 =
2.(0,215) 0,43
C1 = 514,4 mm (yang memenuhi)

Gambar 6.5.3.3.3. Gaya-gaya dalam penampang untuk e = 200 mm


Gaya-gaya dalam :
Dengan mengetahui letak garis netral penampang, maka besarnya gaya dalam dapat
dihitung sebagai berikut :
Gaya tekan beton :
Cc = 5058 C
= 5058 (514,4).10-3 = 2601 kN
Cs = 436620 N = 436,62 kN
Gaya tekan baja :
T = As.fs
Harga fs = s .Es
540 C
fs = 600
C

540 514,4
= 600 30 mpa < fy
514,4
T = 1140.30 = 34,2 kNm
Kekuatan desak nominal penampang :
Pn = Cc + Cs T
= 2601 + 436,6 34,2 = 303,4 kN
Momen nominal penampang :
Mn = Pn.e = 3003,4 x 400.10-3 = 600,68 kNm

Contoh Soal 3 :
Dari contoh soal nomor 1 bila harga e dirubah menjadi e = 400 mm > eb = 324 mm
Hitung gaya dalam, kekuatan desak dan momen nominal penampang
Penyelesaian : Anggapan fs = fy = 400 MPa (leleh)
Gaya tekan beton :
Cc = 0,85 fc.a.b
a = 1 .C = 0,85 C
Cc = 0,85 . 20 . 0,85C . 350 . 10-3 = 5,057 C
Gaya tekan beton :
Cs = As (fs 0,85 fc) ; fs = fy = 400 mpa
= 1140 (400 0,85.20).10-3 = 436,6 kN
Gaya tarik baja :
Ts = As.fy = 1140 (400) .10-3 = 456 kN
Kesetimbangan gaya :
Pn = Cc + Cs Ts
= 5,057 C + 436,6 465
Pn = 5,057 C 28,4
Letak garis netral penampang c dicari dengan menjumlahkan momen kopel penampang
terhadap tulangan tarik. Jarak momen kopel akibat gaya dalam yang bekerja pada
penampang dapat dilihat pada gambar 6.5.3.3.4, maka jarak garis netral penampang
(diambil momen terhadap tulangan tarik) adalah :

M terhadap tulang tarik :

d d ' a
Pn e Cc d Cs d d '
2 2

5,057 C 28,4400 480 5,057 C 540 0,85C 436 ,6480


2 2
3236,5 C 18304 = 2730 C 2,15 C2 + 209568
C2 + 236 C 105987 = 0

236 236 2 4.105987


C12 =
2
236 692,6
C12 =
2
C = 228 m (letak garis netral penampang)
Gambar 6.5.3.3.4. Gaya-gaya dalam penampang untuk e = 400 mm
Kekuatan Desak Nominal (Pn)
Pn = 5,057 (228) 28,4 = 1125 kN
Momen Nominal Penampang (Mn)
Mn = Pn . e
= 1125 (0,4) = 450 kNm
Atau :
a

Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2
Dari gambar dan gaya dalam penampang yaitu :
h
x = 300 mm
2
a = 1 .C = 0,85 (228) = 194 mm
d = 540 mm
d = 60 mm
Cc = 5,057 C = 5,057 (228) = 1153 KN
T = 456 KN
Cs = 436,6 KN
Maka harga Mn :
194
436 ,6300 60 456 (540 300 ). 10
3
Mn = 1153 300
2
= 448,2 KNm 450 KNm ok!!
Kontrol Regangan Tekan Baja
s1 C d '

x C
C d'
s1 . x
C
228 60
s1 .0,003 0,00221
228
fy 400
y 0,002
Es 200.000
s1 y ok !!
6.6. Diagram Interaksi Kolom
(Diagram Pn dan Mn ; Mn = Pn.e)
Diagram interaksi kolom adalah diagram yang menyatakan hubungan antara
kekuatan desak penampang Pn dan momen nominal penampang Mn. Perbandingan
antara Mn dan Pn adalah merupakan eksentrisitas beban e dimana besar eksentrisitas
beban tersebut dapat mempengaruhi jenis keruntuhan kolom
Rumus-rumus yang digunakan dalam membuat diagram interaksi yaitu sebagai berikut :
600
1. Garis netral penampang balance : Cb .d
600 fy
C d'
2. Tegangan tekan baja : fs' .600 fy
C
d C
3. Tegangan tarik baja : fs .600 fy
C
4. Gaya tekan beton : Cc 0,85. fc'.a.b
5. Gaya tekan baja : Cs As ' fs '0,85 fc '
6. Gaya tarik baja : Ts As. fy
7. Kekuatan desak nominal penampang : Pn Cc Cs Ts
a

8. Momen nominal penampang : Mn Cn x Cs x d ' Ts d x
2
Contoh pembuatan diagram interaksi :
Gambar grafik interaksi kolom Pn-Mn untuk kolom ukuran 300 mm x 600 mm
Jika diketahui :
Ast = 2% Ag (tulangan simetris : As = As)
fc = 20 mpa
fy = 400 mpa
d = 60 mm
Penyelesaian :
a. Beban Sentris
Po = 0,85 fc (Ag Ast) + Ast.fy
Ast = 0,02 x 300 x 600 = 3600 mm2
Po = [{0,85.20(300.600-3600)} + 3600.400].10-3
= 4439 kN
b. Kondisi Balance (seimbang)
600
Cb = .d ; d = h d = 600 60 = 540 mm
600 fy
600
Cb = .540
600 400
= 324 mm
ab = 1 .Cn untuk fc= 20 mpa nilai 1 = 0,85
ab = 0,85 (334)
= 275 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 (20) (275) (300).10-3
= 1402 kN
Cb d '
fs = .600
cs
3600
Cs = As (fs 0,85 fc) ; As = As = 1800 mm
2
= 1800 (400 0,85.20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fy
= 1800.100.10-3
= 720 kN
Harga : Pnb ; Mnb ; b
Pnb = Cc + Cs Ts
= 1402 + 689 720
= 1371 kN
h 600
As = As (tulangan simetris) maka x 300 mm
2 2
a

Mnb = Cc x Cs x d ' Ts d x
2

275 3
= 1402 300 689(300 60) 720(540 300).10
2
Mnb = 566 kNm
Mnb
eb = 0,431 m = 413 mm
Pnb
c. Patah Desak (bila C > Cb) atau e < eb
1. Diambil C = 500 mm >< Cb = 324 mm
d C 540 500
fs = .600 .600 48 mpa < fy
C 500
fc = 20 mpa , nilai 1 = 0,85

a = 1 .C = 0,85.500
= 425 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 425 . 300 . 10-3
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 180 . 48 . 10-3 = 86 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 2167 + 689 89 = 2770 kN
a

Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2

425 3
= 2167 300 689300 60 86540 300.10
2
= 376 kNm
Mn 376
e = 0,135 m = 135 mm < eb (413 mm)
Pn 2770
2. Diambil C = 600 mm >< Cb = 324 mm
d C 540 600
fs = .600 .600 60 mpa < fy
C 600
fc = 20 mpa , nilai 1 = 0,85

a = 1 .C = 0,85.600
= 510 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 510 . 300 . 10-3 = 2601 kN
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 1800 . (-60) . 10-3 = -108 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 2601 + 689 (-108) = 3398 kN
h 600
As = As x 300 mm
2 2
a

Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2

425
= 2601 300 689300 60 (108)540 300
2
= 256 kNm
Mn 256
e = 0,075 m = 75 mm
Pn 3398
d. Patah Tarik (C < Cb)
Diambil C = 200 mm < Cb
d C
fs = .600
C
200 60
= .600 420 Mpa > fy
200
Diambil harga fs = fy = 400 mpa
fc = 20 mpa 1 =0,85

a = 1 .C
= 0,85 . 200 = 170 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 170 . 300 . 10-3 = 867 kN
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 1800 . 100 . 10-3 = 720 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 867 + 689 (720)
= 836 kN
h 600
As = As x 300 mm
2 2
a

Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2

170
= 687 300 689300 60 (720)540 300
2
= 524 kNm
Mn 524
e = 0,627 m = 627 mm. b
Pn 836
e. Lentur Murni ( ~ )
fs = fy = 400 Mpa
C d'
fs = .600 Nilai C dicari
C
600C 3600
fs =
C
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 0,85C . 300 . 10-3 = 4,335 C
Cs = As (fs 0,85 fc)
600 C 3600
= 1800 0,85 .20 .10 3
C
1049,3C 64800
=
C
Ts = As.fy
= 1800 . 400 . 10-3 = 720 kN
Cc + Cs Ts = 0
1049,4C 64800
4,335C 720 0
C
Dengan menyelesaikan persamaan ini didapat nilai C = 90 mm
a = 1 .C
= 0,85 . 90 = 70,6 mm
90 60
fs = .600
90
= 300 Mpa < fy
Dengan memasukkan nilai C akan didapatkan :
Cc = 4,335 C
= 4,335 (90).10-3 = 390 Kn
1049,3C 64800
Cs =
C
1049,3(90) 64800 3
= .10 330 kN
90
Ts = 728 kN
a
Mn = Cc d Cs d d ' 354 kNm
2

70 ,6
330 540 60 .10
3
= 390 540
2
= 354 kNm
Dari perhitungan diatas, harga Pn dan Mn dimasukkan didalam tabel dan dibuatkan
diagram interaksi kolom sebagai berikut :
Tabel Pn dan Mn hasil perhitungan
Pn 4439 3398 2270 1371 836 0
Mn 0 253 376 566 524 354

Gambar 6.6.1 Diagram interaksi penampang kolom untuk


b = 300 mm, h = 600 mm, As = 2%, fc= 20 MPa dan fy = 400 MPa
6.7. Prosedur Perencanaan Kolom Pendek
Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk desain kolom pendek apabila
perilaku kolom tersebut ditentukan oleh kegagalan material.
1. Hitunglah beban aksial luar rencana P u dan momen rencana M u.
Mu
2. Hitunglah aksentrisitas e
Pu
3. Asumsikan ukuran penampang kolom dan jenis tulangan lateral yang akan
digunakan. Dimensi kolom yang berupa pecahan (bukan bilangan bulat) sebaiknya
dihindari.
4. Asumsikan angka penulangan antara 1% sampai dengan 4%
5. Hitung luas tulangan berdasarkan harga rasio tulangan yang diasumsikan pada
langkah 4
6. Hitunglah P nb untuk penampang yang diasumsikan ini, dan tentukan jenis
keruntuhannya, apakah diawali dengan lelehnya tulangan tarik ataukah dengan
hancurnya beton tertekan.
7. Cek apakah penampang tersebut sudah memenuhi persyaratan yaitu :
Pn Pu dan
Mn Mu
Dimana nilai = 0,65 untuk kolom bertulangan sengkang
= 0,70 untuk kolom bertulangan spiral dan
= 0,80 untuk kolom dengan beban simetris
8. Apabila penampang tersebut tidak dapat memikul beban rencana atau terlalu besar,
ubah ukuran kolomnya dan (atau) tulangannya, kemudian ulangi langkah 4 dan 5.
9. Desainlah penulangan lateralnya dan gambarkan penulangannya.

Anda mungkin juga menyukai