6.1. Pendahuluan
Kolom merupakan elemen vertical dari bangunan rangka / frame yang memikul
beban yang berasal dari balok. Elemen kolom merupakan batang tekan sehingga
keruntuhan yang terjadi pada suatu kolom dapat menyebabkan runtuhnya lantai
diatasnya dan runtuhnya bangunan secara keseluruhan.
Keruntuhan pada kolom structural merupakan suatu hal yang harus diperhatikan
baik secara ekonomis maupun dari segi keselamatan jiwa manusia. Karena itu, didalam
merencanakan kolom perlu lebih hati-hati dengan cara memberikan factor keamanan
yang lebih besar daripada elemen struktur lainnya seperti balok dan pelat, terlebih lagi
keruntuhan tekan yang terjadi pada kolom tidak memberikan peringatan awal yang
cukup jelas.
Untuk memberikan keamanan yang cukup pada analisa maupun perencanaan
kolom maka peraturan beton Indonesia SKSNI-T-15-03-1993 menyaratkan factor
reduksi kekuatan ( ) yang lebih kecil dibandingkan dari elemen lainnya seperti lentur,
geser maupun torsi pada pelat dan balok.
Didalam analisa maupun perencanaan kolom, dasar-dasar teori yang digunakan
dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi ada tambahan factor
baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan yang diikutkan dalam
perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian dalam menyusun persamaan
keseimbangan dengan meninjau kombinasi momen lentur dan gaya normal tekan.
Pada lentur balok, banyaknya tulangan yang terpasang dapat direncanakan agar
balok berperilaku daktail, tetapi pada kolom biasanya gaya normal tekan adalah
dominant sehingga keruntuhan yang bersifat tekan sulit untuk dihindari.
Prinsip-prinsip dasar yang dipakai untuk analisa kolom pada dasarnya sama
dengan balok yaitu :
1. Distribusi tegangan adalah linier diseluruh tinggi penampang kolom
2. Regangan pada baja sama dengan regangan beton yang menyelimutinya.
3. Regangan tekan beton dalam kondisi batas adalah 0,003 mm/mm
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dalam perhitungan kekuatan
6.2. Jenis Kolom Berdasarkan Bertulangan dan Posisi Beban pada Penampang
Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya,
posisi beban yang bekerja pada penampang, dan panjang kolom yang berkaitan dengan
dimensi penampangnya.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan macam penulangannya dapat dibagi menjadi tiga
katagori yang diperlihatkan pada gambar 6.2.1 yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan sengkang berbentuk spiral
c. Kolom komposit yaitu gabungan antara beton dan profil baja sebagai pengganti
tulangan didalamnya.
g m in 0,01 Ag
g m ax 0,08 Ag
Gambar 6.5.1. Kolom sentries dan gaya-gaya dalam yang bekerja pada kolom
Dimana :
Ag = b x h (luas penampang bruto)
Ast = luas total baja tulangan
Gaya tekan tulangan NT :
NT1 = As1, fy 6.5.1.2
NT2 = As2, fy 6.5.1.3
Dimana :
As1 & As2 = Luas tulangan baja
fy = Tegangan leleh baja
Kesetimbangan gaya luar dan gaya dalam :
Po = ND + NT1 + NT2
= 0,85 fc (Ag Ast) + As1.fy + As2.fy
= 0,85 fc (Ag Ast) + (As1 + As2) fy
Po = 0,85 fc (Ag Ast) + Ast.fy ..6.5.1.4
Po = Kapasitas beban dengan eksentris e = 0
Kolom beban bertulang dengan eksentrisitas beban e = 0 adalah hal yang tidak mungkin
dalam struktur actual, hal ini disebabkan ketidaktepatan letak dan ukuran kolom, beban
yang tidak simetris dan lainnya. Sehingga dalam analisis dan perencanaan kolom beton
bertulang perlu ditambahkan eksentrisitas minimal dalam arah tegak lurus sumbu lentur.
Besarnya eksentrisitas tersebut adalah :
emin 0,10 h untuk kolom bersengkang dan
emin 0,010 h untuk kolom berspiral
Ast
g dimana As t Pg x Ag
Ag
Sehingga kapasitas aksial beban rancang adalah :
Pn (max) = 0,8 0,8 fc ' ( Ag As t ) As t . fy
= 0,8 0,8 fc ' ( Ag Ag .Pg ) Ag .Pg . fy
= 0,8 Ag 0,8 fc ' (1 Pg ) Pg . fy .6.5.2.4
Dari persamaan 6.5.2.1 dengan mengambil nilai Pn pada persamaan 6.5.2.4 dan
menyamakan Pn = Pu maka dapat dihitung luas penampang perlu pada kolom dengan
beban sentries yang dapat dipakai sebagai perencanaan dimensi penampang yaitu :
- Untuk kolom bersengkang :
Pu
Ag(perlu) =
0,8 0,85 fc ' 1 Pg Pg . fy
- Untuk kolom dengan tulangan spiral :
Pu
Ag(perlu) =
0,85 0,85 fc ' 1 Pg Pg . fy
Dimana :
Ag = Luas bruto kolom (b x h)
Pu = Beban ultimate yang bekerja pada kolom
= Reduksi kekuatan :
- Sengkang = 0,65
- Spiral = 0,70
Ast
g = dengan syarat 0,01 Pg 0,08
Ag
fc = Kuat tekan beton
fy = Kuat leleh baja
6.5.3. Kolom Dengan Beban Aksial Eksentris
Pada umumnya beban aksial yang bekerja pada kolom adalah beban eksentris.
Beban aksial eksentris ini dapat terjadi karena dua hal yaitu (1) Gaya aksial yang
terletak tidak tepat pada titik berat penampang atau (2) Terdapat gaya aksial dan momen
lentur pada penampang tersebut. Pada kolom yang mendapat gaya aksial dan momen
lentur, eksentrisitas gaya e adalah momen lentur Mu dibagi gaya aksialnya Pu yang
Mu
diperlihatkan pada gambar 6.5.3.1 dapat ditulis dalam persamaan e . Momen
Pu
lentur yang bekerja akan menyebabkan tegangan tekan dan tegangan tarik pada
penampang sedangkan gaya aksial yang bekerja menyebabkan tegangan tekan saja.
Kombinasi antara Mu dan Pu ini akan menyebabkan makin membesarnya tegangan
tekan pada tepi penampang terdekat dan makin mengecilnya tegangan tekan pada tepi
penampang terjauh dari titik eksentrisitas. Bila momen lentur yang terjadi bertambah
besar maka tepi penampang terjauh yang semula tertekan akan berubah menjadi tertarik
sedangkan tegangan tekan pada tepi penampang tertekan makin bertambah besar
sehingga penampang berperilaku tidak linier lagi dan bila momen yang terjadi makin
besar maka akan terjadi keruntuhan lentur seperti pada balok dan sebaliknya makin
besar gaya tekan yang terjadi makin kecil eksentrisitasnya dan bila kekuatan bahan
terlampui maka akan terjadi keruntuhan tekan.
Dari penjelasan diatas maka dikenal ada 3 macam jenis keruntuhan yang terjadi
pada kolom yaitu :
a. Keruntuhan tekan (keruntuhan dengan eksentrisitas kecil) : terjadi bila gaya aksial
tekan lebih dominant dari momen lentur dimana beton mencapai kondisi tegangan
hancur yaitu regangan beton Ec = 0,003 akibat tekan sebelum baja mencapai kondisi
regangan lelehnya.
b. Keruntuhan tarik (keruntuhan dengan eksentrisitas besar) : kondisi ini terjadi bila
momen lentur lebih dominan dari gaya aksial tekannya. Keruntuhan ditandai dengan
lelehnya regangan baja tulangan Es = Ey akibat tarik sebelum beton mencapai
regangan batasnya
c. Keruntuhan balance (keruntuhan seimbang) : bila eksentrisitas semakin kecil maka
akan ada suatu transisi dari keruntuhan tarik ke keruntuhan tekan. Kondisi
keruntuhan balance tercapai jika tulangan baja tarik mencapai regangan lelehnya Es
= Ey dan secara bersamaan beton mencapai regangan batasnya Ec = 0,003 dan
mulai hancur.
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial dalam kondisi balance
maka apabila :
Pn < Pnb Keruntuhan tarik
Pn = Pnb Keruntuhan balance
Pn > Pnb Keruntuhan tekan
Cb
600
d ..6.5.3.1.1
600 fy
Gambar 6.5.3.1.1. Geometris penampang, diagram regangan beton dan baja serta gaya-gaya dalam
pada penampang balance.
Kapasitas desak aksial dalam kondisi balance :
Kapasitas desak aksial kondisi balance dihitung dari kesetimbangan gaya horizontal
yaitu :
Pnb = Cc + Cs Ts
Pnb = 0,85 fc a.b + As (fy 0,85 fc) As.fy 6.5.3.1.2
Pb = Kapasitas desak aksial dalam kondisi balance
Momen Kapasitas Balance (Mub) :
Momen kapasitas penampang dihitung terhadap pusat plastic dimana untuk penampang
dengan tulangan simetri, titik pusat plastic berada di tengah-tengah penampang. Pada
gambar 6.5.3.1.2 menggambarkan penampang beton bertulang dalam kondisi balance
yang mendapat beban sebesar Pnb dengan eksentrisitas sebesar eb, akibat beban
eksentris tersebut pada penampang timbul gaya-gaya dalam yaitu :
Tekan beton : Cc = 0,85 fc.a.b
Gaya tekan baja : Cs = As2.fy dan
Gaya tarik baja : T = As1.fy
Jarak gaya-gaya tersebut ke sumbu plastis adalah X 1 untuk
T, X2 untuk Cs dan X3 untuk cc.
Momen kapasitas balance terhadap pusat plastisnya adalah :
Mnb = Cc(X3) + Cs(X2) + T(X1)
Mnb = Cc d 1 a d ' ' Csd d ' 'd ' Ts (d ' ' ) .....6.5.3.1.3
2
Atau :
Mnb = Pnb x eb .6.5.3.1.4
Mnb
Dimana eb
Pnb
Apabila e dan c masing-masing adalah eksentrisitas beban dan jarak garis netral
penampang, eb dan cb adalah eksentrisitas beban dan garis netral penampang dalam
kondisi balance maka jika :
- e < eb dan c > cb Keruntuhan tekan (eksentrisitas kecil)
- e > eb dan c < cb Keruntuhan tarik (eksentrisitas besar)
Penyelesaian :
a. Letak garis netral balance (untuk regangan berimbang)
600
Cb = Xb = .d
600 fy
600
= .540 324 mm
600 400
b. Tinggi balok tegangan tekan ekivalen kondisi balance :
ab = 1 .Cb ; untuk fc= 20 mpa maka 1 = 0,85
ab = 0,85 .324 = 275mm
c. Kontrol regangan tekan baja :
Kontrol Reg. Tekan Baja
s' Xb d '
x Xb
s'
324 60 .0,003
324
s' 0,00244
Jadi :
s' y Tul. Tekan leleh sehingga fs= fy = 400 mpa
0,85c 540 c
O = 436620(300 60 200) 5058c 200 300 484000
2 c
x (540 300 + 200)
1,15.1011 2,13.108 C
O = 17464800 1011600c 1517400c 2150c 2
C
1,15.1011 2,13.108 C
= 17464800 505800C 2150C 2
C
1,15.1011 2,13.108 C
= 174,65 5,06C 0,215C 2
C
= 0,215 C 2 2124 C 1150175 0
540 514,4
= 600 30 mpa < fy
514,4
T = 1140.30 = 34,2 kNm
Kekuatan desak nominal penampang :
Pn = Cc + Cs T
= 2601 + 436,6 34,2 = 303,4 kN
Momen nominal penampang :
Mn = Pn.e = 3003,4 x 400.10-3 = 600,68 kNm
Contoh Soal 3 :
Dari contoh soal nomor 1 bila harga e dirubah menjadi e = 400 mm > eb = 324 mm
Hitung gaya dalam, kekuatan desak dan momen nominal penampang
Penyelesaian : Anggapan fs = fy = 400 MPa (leleh)
Gaya tekan beton :
Cc = 0,85 fc.a.b
a = 1 .C = 0,85 C
Cc = 0,85 . 20 . 0,85C . 350 . 10-3 = 5,057 C
Gaya tekan beton :
Cs = As (fs 0,85 fc) ; fs = fy = 400 mpa
= 1140 (400 0,85.20).10-3 = 436,6 kN
Gaya tarik baja :
Ts = As.fy = 1140 (400) .10-3 = 456 kN
Kesetimbangan gaya :
Pn = Cc + Cs Ts
= 5,057 C + 436,6 465
Pn = 5,057 C 28,4
Letak garis netral penampang c dicari dengan menjumlahkan momen kopel penampang
terhadap tulangan tarik. Jarak momen kopel akibat gaya dalam yang bekerja pada
penampang dapat dilihat pada gambar 6.5.3.3.4, maka jarak garis netral penampang
(diambil momen terhadap tulangan tarik) adalah :
d d ' a
Pn e Cc d Cs d d '
2 2
275 3
= 1402 300 689(300 60) 720(540 300).10
2
Mnb = 566 kNm
Mnb
eb = 0,431 m = 413 mm
Pnb
c. Patah Desak (bila C > Cb) atau e < eb
1. Diambil C = 500 mm >< Cb = 324 mm
d C 540 500
fs = .600 .600 48 mpa < fy
C 500
fc = 20 mpa , nilai 1 = 0,85
a = 1 .C = 0,85.500
= 425 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 425 . 300 . 10-3
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 180 . 48 . 10-3 = 86 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 2167 + 689 89 = 2770 kN
a
Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2
425 3
= 2167 300 689300 60 86540 300.10
2
= 376 kNm
Mn 376
e = 0,135 m = 135 mm < eb (413 mm)
Pn 2770
2. Diambil C = 600 mm >< Cb = 324 mm
d C 540 600
fs = .600 .600 60 mpa < fy
C 600
fc = 20 mpa , nilai 1 = 0,85
a = 1 .C = 0,85.600
= 510 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 510 . 300 . 10-3 = 2601 kN
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 1800 . (-60) . 10-3 = -108 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 2601 + 689 (-108) = 3398 kN
h 600
As = As x 300 mm
2 2
a
Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2
425
= 2601 300 689300 60 (108)540 300
2
= 256 kNm
Mn 256
e = 0,075 m = 75 mm
Pn 3398
d. Patah Tarik (C < Cb)
Diambil C = 200 mm < Cb
d C
fs = .600
C
200 60
= .600 420 Mpa > fy
200
Diambil harga fs = fy = 400 mpa
fc = 20 mpa 1 =0,85
a = 1 .C
= 0,85 . 200 = 170 mm
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 170 . 300 . 10-3 = 867 kN
Cs = As. (fs.0,85 fc)
= 1800 (400 0,85 . 20).10-3 = 689 kN
Ts = As.fs
= 1800 . 100 . 10-3 = 720 kN
Harga Pn, Mn dan
Pn = Cc + Cs Ts
= 867 + 689 (720)
= 836 kN
h 600
As = As x 300 mm
2 2
a
Mn = Cc x Cs x d ' Ts d x
2
170
= 687 300 689300 60 (720)540 300
2
= 524 kNm
Mn 524
e = 0,627 m = 627 mm. b
Pn 836
e. Lentur Murni ( ~ )
fs = fy = 400 Mpa
C d'
fs = .600 Nilai C dicari
C
600C 3600
fs =
C
Cc = 0,85 fc.a.b
= 0,85 . 20 . 0,85C . 300 . 10-3 = 4,335 C
Cs = As (fs 0,85 fc)
600 C 3600
= 1800 0,85 .20 .10 3
C
1049,3C 64800
=
C
Ts = As.fy
= 1800 . 400 . 10-3 = 720 kN
Cc + Cs Ts = 0
1049,4C 64800
4,335C 720 0
C
Dengan menyelesaikan persamaan ini didapat nilai C = 90 mm
a = 1 .C
= 0,85 . 90 = 70,6 mm
90 60
fs = .600
90
= 300 Mpa < fy
Dengan memasukkan nilai C akan didapatkan :
Cc = 4,335 C
= 4,335 (90).10-3 = 390 Kn
1049,3C 64800
Cs =
C
1049,3(90) 64800 3
= .10 330 kN
90
Ts = 728 kN
a
Mn = Cc d Cs d d ' 354 kNm
2
70 ,6
330 540 60 .10
3
= 390 540
2
= 354 kNm
Dari perhitungan diatas, harga Pn dan Mn dimasukkan didalam tabel dan dibuatkan
diagram interaksi kolom sebagai berikut :
Tabel Pn dan Mn hasil perhitungan
Pn 4439 3398 2270 1371 836 0
Mn 0 253 376 566 524 354