NURUL AZIMA
I 111 07 008
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
0
PENDAHULUAN
kuda, dan unta (Soeharsono, 2008). Dari sekian banyak mamalia, hanya beberapa
spesies saja yang susunya dimanfaatkan oleh manusia. Salah satunya adalah
kerbau lumpur. Kerbau lumpur merupakan ternak yang memiliki ciri-ciri tubuh
dewasa antara 300-600 kg, ambing berjumlah empat berwarna putih kemerahan
dengan puting relatif panjang, namun kerbau lumpur bukan merupakan ternak
Sejak dahulu kala terrnak kerbau merupakan salah satu sumber produksi
sebagai bahan baku pembuatan dangke susu kerbau Kecamatan Curio merupakan
Susu merupakan bahan pangan yang mengandung nilai gizi tinggi yang
fungsinya yang begitu penting. Produksi susu merupakan jumlah produksi susu
yang dihasilkan oleh ternak mamalia baik untuk anaknya maupun untuk
kebutuhan manusia.
1
Produksi susu ternak perah dan ternak mamalia biasa berbeda karena
ternak perah memiliki produksi lebih bukan hanya untuk anak-anaknya namun
juga dapat dimanfaatkan dan diperah oleh manusia. Sedangkan untuk ternak yang
Kerbau lumpur sama dengan halnya dengan ternak lainnya yang juga
memiliki periode laktasi. Laktasi ialah kombinasi proses sekresi air susu dari
seekor induk ternak. Periode laktasi merupakan rentang masa laktasi pertama ke
(Soeharsono, 2008).
memperhatikan keadaan periode laktasi yang terbaik pada ternak. Tiap periode
laktasi memiliki produksi susu berbeda-beda jadi perlu diketahui periode laktasi
laktasi dan produksi susu, sehingga dapat dilihat ada atau tidaknya hubungan yang
laktasi terbaik diperoleh produksi susu tertinggi. Kegunaan dari penelitian ini
adalah sebagai bahan informasi bagi peneliti, petani peternak, dan masyarakat
umum yang dapat mendorong usaha lebih lanjut untuk peningkatan pendapatan
2
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak dulu kerbau mempunyai peranan yang cukup besar pada keluarga
organik, dan sumber tenaga kerja yang potensial untuk mengolah lahan usahatani.
Susu kerbau yang diolah dan dijual peternak dalam bentuk dadih di Sumatera
Barat, gula puan, sagon puan dan minyak samin (ghee) di Sumatera Selatan, serta
daerah di Indonesia, kerbau mempunyai fungsi yang terkait dengan sosial budaya
1. Secara luas dipercaya ternak kerbau adalah ternak yang liar dan ganas.
Sebenarnya kalau tidak disakiti kerbau adalah ternak yang jinak dan lembut,
seperti halnya ternak kesayangan (pet animals) sehingga tak jarang dijumpai
anak-anak bermain menunggang kerbau dan kerbau tetap asyik merumput atau
mandi.
2. Kerbau hanya dapat dipelihara di daerah yang banyak airnya atau dekat air.
Kerbau memang suka melumpur dan dapat hidup, tumbuh, dan bereproduksi
secara normal di luar daerah tersebut, asalkan pada waktu panas atau musim
3. Kerbau sering disebut ternak yang hanya cocok untuk daerah tropis.
3
4. Kerbau dianggap sebagai beban bagi orang miskin, padahal kerbau sangat
dan bahan kering bebas lemak (SNF) lebih tinggi daripada susu sapi.
dan kerbau sungai (Riverine buffalo), dengan total populasi sekitar 2.246.000 ekor
terutama di provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Sutama, 2008). Kerbau lumpur
dipelihara terutama sebagai ternak kerja dan untuk produksi daging, namun di
beberapa daerah kerbau ini juga diperah (Sjamsul dan Talib, 2008; Wirdahayati,
2008). Kerbau lumpur juga terdapat di daerah Nusa Tenggara Barat dan susu
selain itu sebagai bahan dasar pembuatan bahan pangan lokal berupa palopo dan
Susu kerbau banyak digunakan oleh manusia untuk pembuatan keju jenis
Mozzarella di Italia, Karnal di India, dan Domiati di Mesir. Keju yang dihasilkan
dari susu kerbau seringkali dinilai jelek karena mengalami proses penggumpalan
(renneting) yang terlalu cepat. Hal ini dikarenakan di dalam susu kerbau
gumpal yang lebih cepat atau bisa juga menyebabkan terjadinya proteolisis,
rendahnya kemampuan mengikat air, dan tingginya nilai tegangan permukaan dari
gumpalan keju. Selain itu keju yang dibuat dari susu kerbau cenderung memiliki
4
tekstur yang keras dan kering serta lambat dalam pematangan (Anonim, 2011c).
Produk susu kerbau lainnya yaitu zabadi/laban dari Mesir, susu bubuk, susu
2011b).
kondisi dan genetis ternak. Berkaitan dengan produksi susu yaitu ambing
berjumlah empat, tidak terlalu besar, warna ambing putih kemerahan, letak di
belakang (dekat kaki belakang) dan simetris, dan puting susu relatif panjang.
(Anonim, 2012a). Namun ambing susu kerbau rawa atau kerbau lumpur kurang
berkembang dengan baik, kecil, dan terlalu jauh dekat kaki belakang. Jumlah
5
Kerbau rawa mampu menghasilkan anak 10-15 ekor selama hidupnya dan
dapat hidup sampai 25 tahun. Hewan-hewan betina muda tidak boleh dikawinkan
tubuh) untuk suatu kebuntingan dan kelahiran normal. Hal ini karena dewasa
kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai. Umur kerbau betina pada
penggunaan pakan, dan genetik. Umur kawin pertama kerbau rawa di Malaysia
adalah rata-rata 28 bulan atau 2,3 tahun. Ternak kerbau betina di Kalimantan
Selatan baru berahi pertama setelah berumur 3 tahun atau lebih lama dibanding
Mongkopunya (1980) dalam Lita (2009) menyatakan bahwa lama bunting kerbau
rawa adalah 336 hari, dan menurut Toelihere (1981) dalam Lita (2009), rata-rata
perbedaan lama kebuntingan bisa disebabkan oleh manajemen, pakan dan iklim
lingkungan.
Air susu yang dihasilkannya pun tidak mampu mencukupi kebutuhan anak
pada masa laktasi sehingga pertumbuhan anak terganggu dan kejadian kematian
terhadap anak kerbau cukup tinggi, terutama pada umur kurang dari 3 bulan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian pakan tambahan guna mencukupi
6
Klasifikasi ilmiah kerbau lumpur adalah sebagai berikut menurut Kerr
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bubalus
Spesies : B. bubalis
Laktasi ialah kombinasi proses sekresi air susu dari seekor induk ternak.
berikutnya dan seterusnya. Lama laktasi kerbau lumpur di Asia Tenggara yaitu 7-
(Madamba dan Eusebio, 1980) dalam Ibrahim (2008). Produksi susu dipengaruhi
(Arman, Gamarius, Ratna, Robertus, 2012). Ditambahkan oleh Izza (2011) bahwa
produksi susu dipengaruhi oleh breed atau bangsa kerbau, umur beranak pertama
kali, musim beranak, periode laktasi dan tatalaksana pemberian pakan. Produksi
susu kerbau lumpur 1,0-2,5 liter/hari, produksi susu kerbau sungai yaitu 4-15
liter/hari sedangkan pada kerbau hasil persilangan (crossbreed) yaitu 3-4 liter/hari
(Sjamsul dan Talib, 2007). Susu kerbau memiliki kadar kolesterol 43%, jauh
lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi ( Ridwan dan Chalid, 2007).
7
Mekanisme keluarnya susu (Anonim, 2008) :
keluar.
progesteron dan esterogen di dalam darah dan peningkatan prolaktin atau hormon
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat dibuat berlaktasi. Oleh karena itu
sebelumnya).
4. Penyakit : Penyakit apat mempengaruhi denyut jantung dan dengan
8
5. Makanan : Laju sintesis dan difusi berbagai komposisi susu tergantung
secara tetap ( Bath, 1992) dalam Izza (2011). Produksi susu kerbau pada bulan-
bulan awal laktasi cukup banyak, dimana puncaknya dicapai pada bulan kedua.
meningkatnya umur anak dan umur kebuntingan (Ibrahim, 2008). Secara umum
produktivitas susu masih rendah yaitu sekitar 1,2 liter/ekor/hari (Anonim, 2011d).
Produksi susu kerbau lumpur di Sumatera Barat rata-rata sebesar 1,5 liter/hari,
sedangkan produksi susu kerbau sungai di Sumatera Utara dilaporkan sebesar 5-6
berperan juga sebagai penghasil susu dengan produksi susu lebih tinggi dari
Sumatera Barat yang masing-masing sebesar 1,94 kg/hari, 1,55 kg/hari, dan 2,15
lumpur yang dipelihara memiliki lama laktasi paling pendek 6 bulan dan yang
paling lama adalah 12 bulan (Ibrahim, 2008). Total produksi susu dalam satu
masa laktasi yang dapat dihasilkan oleh seekor kerbau berbeda-beda. Perbedaan
ini disebabkan berbedanya bulan dan tingkat laktasi, penampilan individu, latar
produksi susu kerbau yang memiliki kondisi dan kualitas pakan yang baik bisa
9
mencapai 4 liter/hari, namun produksi susu kerbau tersebut masih tergolong
rendah bila dibandingkan dengan produksi susu kerbau tipe perah seperti kerbau
Sebagian kerbau rawa lebih besar daripada kerbau rawa lainnya. Kerbau
rawa menghasilkan sangat sedikit susu dan tidak digunakan sebagai penghasil
susu. Namun demikian, persilangan antara kerbau sungai dan kerbau rawa telah
dilakukan di Thailand, Filipina, Vietnam, dan Cina dalam skala besar. Kerbau
hasil persilangan ini merupakan hewan pekerja yang kuat, menghasilkan daging
10
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
umur berkisar 3 8 tahun, dengan menggunakan 3 ekor kerbau tiap masa laktasi
hari pukul 06.00 pagi selama 7 hari kemudian susu yang diperoleh
11
ditampung dalam wadah dan diukur jumlah produksi susunya
pekarangan rumah penduduk, kemudian pada pagi dan sore hari dibawa
sungai.
dihasilkan (liter).
Analisis Data
regresi dan korelasi antara periode laktasi dengan produksi susu. Analisis
Y^ =a+bX
Dimana :
( Y i) ( X 2i ) ( X i ) ( X i Y i ) n X i Y i ( X i ) ( Y i )
a= b= 2
n X 2i ( Y i )2 n X 2i ( Y i )
n XiYi( Xi ) ( Yi )
r=
[ n X i ( Xi ) ][ n Y i ( Yi ) ]
2 2 2 2
12
Keterangan untuk kedua persamaan :
Y^ = Estimasi produksi susu X =
Variabel bebas (periode laktasi)
a = Konstanta Y = Variabel terikat
(produksi susu)
b = Koefisien regresi r = Koefisien
korelasi
produksi susu dinyatakan dalam persen (%). Sampel dibandingkan antara periode
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berada pada 740 1.098 m diatas permukaan laut (dpl). Luas Kecamatan
Curio adalah 178,51 km2. Jumlah penduduk Kecamatan Curio 14.533 jiwa yang
terbagi dalam jumlah laki-laki 7.335 jiwa dan jumlah perempuan 7.198 jiwa.
peternakan sebagian besar pada ayam buras dan sapi potong. Kecamatan Curio
juga memiliki potensi dibidang kehutanan seperti kayu pinus, damar, lebah hutan,
pengembalaan 600 ha dan luas areal kebun HMT (Hijauan Makanan Ternak) 514
14
ha dari 1,786,01 ha luas wilayah Kabupaten Enrekang disebutkan Anonim (2009)
dalam Ancong (2011). Salah satu ternak yang banyak dipelihara masyarakat di
manfaatkan sebagai sumber protein hewani dan tenaga kerja. Populasi ternak
Kabupaten Enrekang dari tahun 2006 sampai tahun 2009 mengalami penurunan
dari 1.320 ekor menjadi 827 ekor. Populasi kerbau yang terus menurun dapat
pengetahuan masyarakat bahwa kerbau memiliki fungsi yang banyak dan terlepas
dari persepsi negatif. Kerbau lumpur kadang dianggap merupakan ternak liar dan
ganas, hanya bisa dipelihara di daerah yang banyak airnya, tidak cocok untuk
15
jika tidak disakiti, kerbau dapat menjadi jinak jika dipelihara dengan baik. Jika
kerbau tidak mendapatkan daerah yang banyak air, yang penting kerbau memiliki
tempat berteduh.
Enrekang disajikan pada Gambar 2, bahwa kecenderungan produksi air susu yang
tinggi diperlihatkan pada periode laktasi 3,4 dan 5. Namun produksi tertinggi
2
1.8
1.6 f(x) = 0.15x + 0.93
1.4 R = 0.69
1.2
1
Produksi Susu
0.8 Produksi Susu
0.6 Linear (Produksi Susu)
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6
Periode Laktasi
16
Gambar 2. Grafik Rata-rata Produksi Susu Ternak Kerbau per Periode Laktasi
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ternak tersebut telah
memiliki kemampuan untuk memproduksi susu lebih baik dari periode laktasi
sebelumnya, faktor pemberian pakan yang sudah lebih baik, sistem pemeliharaan
jauh lebih intensif dan lain sebagainya. Bath (1992) dalam Izza (2011)
produksi pada laktasi ke 4-6 setelah itu produksi susu kerbau akan cenderung
menurun secara tetap. Kondisi tersebut serupa pada kerbau lumpur. Perbedaan
periode laktasi dapat menyebabkan perbedaan jumlah susu yang didapatkan dalam
satu masa laktasi. Kondisi yang serupa juga ditemukan pada sapi perah FH
dimana puncak produksi susu sapi terjadi pada periode laktasi keempat lalu terjadi
Pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah produksi total susu kerbau berkisar
antara 1,0 1,7 liter/hari. Hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian
Sjamsul dan Talib (2007) yang menyatakan bahwa produksi total susu kerbau
terjadi peningkatan produksi susu. Meskipun pada periode laktasi kelima terdapat
penurunan produksi susu namun hal tersebut disebabkan oleh faktor internal dari
ternak tersebut yaitu kondisi tubuh yang menurun akibat umur ternak yang
semakin tua maupun pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh
korelasi yang tinggi dengan produksi susu kerbau yaitu 82,8%. Persentase
17
korelasi memperlihatkan hubungan yang erat antara periode laktasi dan produksi
susu.
lumpur di Kecamatan Curio masih bersifat tradisional dan pemberian pakan yang
mempengaruhi jumlah produksi susu kerbau. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arman, Gamarius, Ratna, dan Robertus (2012) bahwa produksi susu dipengaruhi
Produksi susu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti breed atau
bangsa kerbau, umur beranak pertama kali, musim beranak, jarak kelahiran antara
kedua anaknya, dan pakan dan tatalaksana pemberian. Selain itu ada juga faktor
layanan perkawinan, kebuntingan, panjang laktasi dan non genetik meliputi waktu
keluarnya susu, waktu pemerahan, dan kecepatan keluarnya susu (Anonim 2012b).
Khusus untuk tata laksana pakan, di Kecamatan Curio, kabupaten Enrekang yang
cukup lama. Kerbau yang diberi pakan kualitas rendah, misal limbah pertanian
maka tidak menjamin kualitas susu yang baik. Wirdahayati (2008) menyatakan
produksi susu ternak kerbau. Sehingga sangat penting bagi peternak mengetahui
18
tingkat periode laktasi ternak. Produksi susu tiap periode laktasi pada ternak
kerbau, mereka juga memerah susu kerbau untuk dijadikan dangke. Nilai jual
dangke jauh lebih mahal dibanding susu segar biasa sehingga mampu memberikan
penghasilan yang cukup baik bagi keluarga peternak. Ada juga beberapa peternak
memproduksi dangke.
laktasi untuk dapat meningkatkan produksi susu ternak kerbau sehingga produksi
lain tanpa diberi makanan penguat. Sebagian kerbau memperoleh rumput, air
19
2. Kerbau diikat pada musim penanaman padi dan dilepaskan setelah padi di
panen.
3. Kerbau dilepaskan di siang hari dan dikandangkan di malam hari.
4. Kerbau dilepas siang dan malam di padang pengembalaan sepanjang
tahun.
kebersihan dan kesehatan susu. Hal ini berbeda dengan di Kecamatan Curio
di sekitar pekarangan ataupun dibawa ke lapangan. Pada saat pagi atau sore di
jumlah produksi susu kerbau yang tak jauh berbeda yaitu 1,5 liter di Sumatera
20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
produksi susu.
Saran
produksi susu tertinggi pada kerbau lumpur sehingga dapat mengetahui apa bisa
diafkir.
agar tidak merugikan dimana periode laktasi yang memiliki produksi susu
tertinggi pemberian pakannya lebih banyak daripada periode lainnya yang lebih
21
DAFTAR PUSTAKA
______,2011a.http://www.milkproduction.com/Library/Articles/Buffalo_Milk_Pro
duction_Chapter_1_ Introduction_to_buffaloes.htm (diakses 15 Oktober
2012).
_______,2011b.http://palopothaliankksb.com/2010/06/kandungan-gizi-susu-
kerbau_05.html (diakses 15 Oktober 2012)
_______,2011c.http://amaliatria.com/2011/07/07/balada - sapi - kerbau - sumbawa
/ dadih2 / (diakses 15 Oktober 2012)
_______,2011d.http://www.pandaisikek.net/index.php/perekonomian/pertanian-
dan-perkebunan/141-pemeliharaan-ternak-kerbau (diakses 15 Oktober 2012)
_______,2012a.Kerbau.http://peternakan-kambing-sapi_kerbau./2010/03/
karakteristik-khas-kerbau.html (diakses 15 Oktober 2012)
_______,2012b.ProduksiSusuKerbau.http://www.scribd.com/doc/115183019/Prod
uksi-Susu-Kerbau. (diakses 31 Januari 2013)
22
Arman, Z., B.A. Gamarius, J, Ratna, dan B, Robertus. 2008. Ciri dan
Karakteristik Kerbau. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Joint
Program PPPPTK Pertanian Cianjur dengan Universitas Pendidikan
Indonesia.http://peternakan_kerbau.com/2010/03/karakteristik-khas-
kerbau.html diakses [5 Januari 2012].
Hamdan, A., E. S., Rohaeni, dan M., Sabran. 2012. Karakteristik kerbau rawa di
Kalimantan Selatan. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan
Sumber Daya Genetik di Indonesia : Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan
Ekonomi Nasional. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, Kalimantan Selatan.
Muthalib, A. 2012. Potensi sumber daya ternak kerbau di Nusa Tenggara Barat.
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokakarya Nasional
Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi. Nusa
Tenggara Barat.
Ridwan dan Chalid. 2007. Ternak kerbau, ternak potensial masa depan di
Indonesia. Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau.
Jakarta.
Sangbara, Y. 2011. Pengaruh Periode Laktasi terhadap Produksi Susu pada Sapi
Perah Fries Holland di Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
23
Sutama, I.K., 2008. Pemanfaatan sumberdaya ternak lokal sebagai ternak perah
mendukung peningkatan produksi susu nasional. Wartazoa, Vol. 18 (4) : 1-
11.
Y^ =a+bX
Dimana :
( Y i) ( X 2i ) ( X i ) ( X i Y i ) n X i Y i ( X i ) ( Y i )
a= b= 2
n X 2i ( Y i )2 n X 2i ( Y i )
n XiYi( Xi ) ( Yi )
r=
[ n X i ( Xi ) ][ n Y i ( Yi ) ]
2 2 2 2
24
2 1.13 2.26 4 1.28
3 1.50 4.50 9 2.25
4 1.74 6.96 16 3.03
5 1.50 7.50 25 2.25
15 6.92 22.27 55.00 9.91
( Y i) ( X 2i ) ( X i ) ( X i Y i )
a=
n X 2i ( Y i )2
6,92 ( 55 )(15)(22,27)
5.65(15)
380,6334,05
275225
46,55
50
0,931
n X i Y i ( X i ) ( Y i )
b= 2
n X 2i ( Y i )
5 x 22,2715 x 6,92
5 x 55(15)
111,35103,8
275225
7,55
50
0,151
5 .22,7(15)(6,92)
r=
[5.55(15) ][5.9,91(6,92) ]
25
111,35103,8
r=
[275225 ][49,5547,89]
7,55
r= [1,66 ]
83
7,55
r=
7,55
r=
9,11
r=0,828
= 82,8 %
26
Tabel Hasil Uji Beda (Uji-t) Menggunakan Paired Sample Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
27
Correlations
N Produksi Susu 5 5
Periode Laktasi 5 5
Model Summaryb
28
ANOVAb
Total .330 4
29