PERCOBAAN III
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
2017
ABSTRAK
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu
akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan
bertambah bila suhu dinaikkan
Percobaan ini dialukan dengan metode menurunkan dan menaikan suhu. Sejumlah larutan asam
dengan suhu tertentu dititrasi dengan basa hingga mencapai titik ekivalen. Larutn yang digunakan
adalah asam oksalat dengan titrat larutan NaOH. Variasi suhu yang digunakan adalah 0C,
5C,10C, 15C, 20C, 25C dan 30C.
Panas pelarutan (H) yang didapat pada percobaan ini sebesar -19528,17 , yang
menunjukkan bahwa panas pelarut bersifat eksoterm. Adapun nilai entropi (s) diperoleh sebesar
30,56 . Hal ini menunjukkan bahwa molekul asam oksalat dengan akuades tidak teratur.
Kata kunci: ekstraksi, soxhlet, sirkulasi, minyak kacang tanah, recovery, pelarut, distilasi.
III-i
PERCOBAAN 3
3.1 PENDAHULUAN
III-1
III-2
adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion atau molekul) ke
keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau
kecepatan yang sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap
sama pada setiap waktu. Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan
larutannya dinamakan larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai
kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu. Kelarutan umumnya merupakan fungsi
suhu. Apabila larutan penuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu diturunkan
maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi
dalam beberapa kejadian semua zat terlarut tetap dalam keadaan larut karena
kuantitas zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam
hal ini lebih besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan
demikian dinamakan larutan lewat jenuh (supersaturated). Jika sedikit kristal
terlarut ditambahkan kedalam larutan lewat jenuh, kelebihan zat terlarut biasanya
mengendap. Larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan
larutan jenuh dinamakan larutan tak jenuh (unsaturated). (Petrucci, 2000).
Proses pelarutanadaalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika suatu
mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan
suatu senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi
timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut. Panas pelarutan
suatu padatan dapat dituliskan sebagai berikut (Bird, 1993):
jenuh atau hampir jenuh dan ini mungkin sangat berbeda dengan efek kalor yang
diamati pada penambahan terlarut ke dalam pelarut murni. Misalnya, pada waktu
NaOH dilarutkan dalam air prosesnya sangat eksoterm, tetapi jika ditambahkan
sedikit NaOH ke dalam NaOH (aq) yang telah atau hampir jenuh, kalor diserap. Hal
ini disebabkan padatan yang berbeda berada kesetimbanga dengan NaOH (aq)
jenuh pada selang suhu termasuk 25C sebenarnya adalah NaOH.H2O senyawa
tersebut merupakan hidrat dari NaOH yang ketergantungannya pelarutannya pada
suhu dapat diramaikan menurut pelarutannya pada suhu dapat diramalkan menurut
prinsip le Charelief. Dengan demikian kelarutan NaOH akan memingkat dengan
suhu dan bukan menurun (Petrucci, 2000).
Asam oksalat (HOOC-COOH) atau asam etadionat dengan berat molekul
90, 04 g/mol adalah asam dikarboksilat paling sederhana, larut dalam air dan
bersifat asam kuat. Asam ini tidak terbentuk anhidrat di alam dan secara komersial
tersedia dalam bentuk padatan. Asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dengan
berat molekul 126, 07 g/mol. Asam oksalat banyak digunakan sebagai bahan
pemutih dalam bidang obat-obatan dan serat, pengolahan air limbah, agen reduksi
untuk fotografi dan penghapusan tinta, penghapusan noda karat dan meja dapur,
perlengkapan pipa dan kain, pewarna modern untuk bahan glup. Dalam penggunaan
sistem organik, asam oksalat digunakan dalam memproduksi barteriofag, persiapan
bahan baku untuk kapasitas porselen dan detergen peralatan elektronik dan
pengolahan limbah fotokatalitik. Asam oksalat juga digunakan dalam industri
minyak dan gas serta pabrik gula (Pandang, 2016).
Natrium hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan
dilaboratorium. Namun demikian, karena padatan natrium hidrroksida sulit
diperoleh dalam keadaan murni, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi
terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan
keakuratan. Kita dapat menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan
mentitrasinya secara tepat. Asam yang sering digunakan untuk analisis ini suatu
asam monoprotik yang disebut kalium hidrogen ftalat (KHP), yang memiliki rumus
molekul KH C8H4O4. KHP adalah zat padat berwarna putih yang dapat larut yang
secara komersial tersedia dalam keadaan sangat murni (Chang, 2005).
III-5
1
2
Keterangan :
1. Buret
2. Statif dan klem
3. Erlenmeyer
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang dugankan pada percobaan ini adalah kristal asam
oksalat (H2C2O4) larutan naoh, 0,5 N, indikator metil merah, garam, akuades dan
es batu.
larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N samapai larutan berubah
warna dari merah menjadi kuning dan dicatat volume titran. Suhu larutan dinaikkan
dengan cara larutan dipanaskan di atas pemanas listrik sampai suhu yang
diinginkan, kemudian diulangi tahapan yang sama pada saat larutan didinginkan.
Percobaan dilakukan dengan variasi suhu 30C, 25C, 20C, 15C, 10C, 5C dan
0C.
III-8
Gambar 1.6 Diagram Alir Kelarutan Zat Padat dalam Cairan sebagai Fungsi
Suhu
III-9
V S Log S
No. T(K) 1/T (K-1) g ()
(mL) ( 1000 ) ( 1000 )
3.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan pada suhu 0 sampai suhu 30c dengan setiap kenaikan suhu
5c. Penggunaan garam dapur bertujuan untuk menjaga suhu disekitarnya dengan
cara memperlambat mencairnya es batu. Semakin turun suhunya maka akan makin
besar jumlah endapan larutan asam oksalat terbentuk, hal ini disebabkan karena
kelarutan berkurang seiring dengan turunnya suhu dan mengakibatkan kerapatan
antar molekul dan sebaliknya. Besarnya kristal asam oksalat yang dapat larut
ditentukan melalui titrasi asam basa. Pada percobaan ini, digunakan laeutan 0,5 n
sebagai titran.
Sebelum titrasi, larutan ditetesi dengan indikator metil merah. Indikator metil
merah mempunyai kisaran ph 4,2-6,3. Titik ekuivalen tercapai ditandai dengan
perubahan warna dari merah menjadi kuning. Titrasi larutan asam oksalat dengan
larutan naoh 0,5 n bertujuan untuk mengetahui kelarutan asam oksalat pada
berbagai suhu. Reaksi yang terjasi pada saat titrasi adalah:
2 2 4 . 22 () + 2() 2 2 4 () + 42 (3.2)
Reaksi diatas menunjukkan bahwa kristal asam oksalat yang dpat larut jumlahnya
sebanding dengan volume larutan naoh yang diperlukan untuk mencapai titik
kesetimbangan. Pada percobaan ini pada suhu berturut-turut 0c; 5c; 10c; 15c;
20c; 25c; dan 30c akan memerlukan volume naoh sebanyak 8,6 ml; 10,1 ml; 10,7
ml; 16,2 ml; 16,5 ml; 17,2 ml; dan 19,2 ml.
Dari volume naoh yang digunakan untuk titrasi, dapat dihitung nilai kelarutan asam
oksalat pada suhu yang berbeda. Setelah mendapat kelarutan asam oksalat pada
masing-masing suhu dapat dilihat hubungan antara kelarutan dan 1 pada grafik
berikut:
III-11
0.35
0.3
0.25
0.15
Log S
0.1
0.05
0
0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355 0.0036 0.00365 0.0037
-0.05
-0.1
1/T (K)
Dari grafik pada gambar 3.4 terlihat bahwa pada kurva terjadi penurunan. Hal ini
sesuai dengan data teoritis yang menyatakan semakin tinggi nilai 1, maka
semakin rendah nilai log s-nya. Sehingga percobaan ini dapat dikatakan berhasil,
dengan nilai y sebesar -1019,9x+3,6754 yang merupakan slope dan intersep. Dari
perhitungan diperoleh nilai kelaruan asam okasalat pada suhu 0c; 5c; 10c; 15c;
20c; 25c; dan 30c yaitu 0,86 1000 ; 1,01 1000 ; 1,07
1000 ; 1,62 1000 ; 1,65 1000 ; 1,72
1000 ; dan 1,92 1000 . Data yang telah diperoleh
tersebut dapat dikatakan percobaan telah sesuai dengan hukum vant hoff yang
menyatakan makin tinggi temperatur, maka makin tinggi zat yang terlarut (panas)
pelarut positif (endoterm). Adanya kalor mengakibatkan semakin renggangnya
jarak antar molekul zat padat, menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya
tarik molekul-molekul air. Hal ini mengakibatkan nilai kelarutan akan semakin
besar akibat makin tingginya suhu jadi, semakin tinggi maka semakin mudah pula
III-12
kristal-kristal asam oksalat untuk dapat larut dalam akuades. Kelarutan sebenarnya
merupakan konsentrasi ion yang terlarut dalam suatu larutan.
Entalpi (H) merupakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika
ditambah dengan energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Percobaan ini
menunjukan slope yang didapat negatif yaitu -19510, 9377 , berarti panas
pelarutan (H) yang dihasilkan juga negatif. Nilai negatif ini menunjukkan
kelarutan asam oksalat bersifat eksotermis. Reaksi eksotermis yaitu reaksi yang
melepas panas dari sistem ke lingkungan.
3.5 PENUTUP
3.5.1 Kesimpulan
3.5.2 Saran
Bird. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Cetakan Ke-2. Pt Gramedia Pustaka.
Jakarta.
Pandang, Dkk. 2016. Pembutaan Asam Oksalat Dari Pelepah Kelapa Sawit
(Elaeis Guineensis) Dengan Kalsiu Hidroksida. Jurnal Usu. Medan.
Petrucci, Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip Dan Terpan Modern. Erlangga.
Jakara.
DP-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN
- Untuk T = 0C = 273, 15 K
8,6 ,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000
LP-1
- Untuk T = 30C = 3030,15K
19,5 0,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000
1
Besarnya nilai tiap percobaan
1
T1 = 0C = 273,15K = = 0,03661K-1
273,15K
1
T2 = 5C = 278,15K = = 0,003555K-1
278,15
1
T3 = 10C = 283,15K = = 0,003532 K-1
283,15
1
T4 = 15c = 288,15K = = 0,00347 K-1
288,15K
1
T5 = 20C = 293,15K = = 0,003411 K-1
293,15
1
T6 = 25C = 298,5K = = 0,003354 K-1
298,15
1
T7 = 30C = 303,15K = = 0,003299 K-1
303,15
- Slope garis =
2,303
a =
2,303 8,314 .
LP-2
s =b.R
= 3,6754 x 8,314 J/mol.K
= 30,56 J/mol.K
LP-3
= -19528,17 J/mol (303,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28792,434 J/mol
LP-4