Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2


(HKKK 431P)

PERCOBAAN III
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V

M. FAHMI OKTAVIAN (H1D115013)


WIRANANDITAMI HAZRIFAWATI (H1D115027)
DINI APRILLA (H1D115033)
IDORA DIAH VITALOKA (H1D115036)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2017
ABSTRAK

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu
akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan
bertambah bila suhu dinaikkan
Percobaan ini dialukan dengan metode menurunkan dan menaikan suhu. Sejumlah larutan asam
dengan suhu tertentu dititrasi dengan basa hingga mencapai titik ekivalen. Larutn yang digunakan
adalah asam oksalat dengan titrat larutan NaOH. Variasi suhu yang digunakan adalah 0C,
5C,10C, 15C, 20C, 25C dan 30C.

Panas pelarutan (H) yang didapat pada percobaan ini sebesar -19528,17 , yang
menunjukkan bahwa panas pelarut bersifat eksoterm. Adapun nilai entropi (s) diperoleh sebesar

30,56 . Hal ini menunjukkan bahwa molekul asam oksalat dengan akuades tidak teratur.
Kata kunci: ekstraksi, soxhlet, sirkulasi, minyak kacang tanah, recovery, pelarut, distilasi.

III-i
PERCOBAAN 3

KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

3.1 PENDAHULUAN

3.3.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan pengaruh suhu terhadap
kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya.

3.3.2 Latar Belakang


Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Larutan jenuh adalah larutan dalam suatu keadaan ketika
suatu zat dengan konsentrasi yang maksimum. Nilai konsentrasi maksimum yang
dapat dicapai oleh suatu zat inilah yang dimaksud dengan kelarutan dan diberi
lambang s (solubility).
Larutan yang yang masih dapat melarutkan zat terlarut disebut larutan
kurang jenuh. Larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
membentuk endapan disebut larutan lewat jenuh. Semakin besar kelarutan dari
suatu zat, maka semakin mudah zat tersebut untuk larut.
Aplikasi kelarutan dalam bidang industri adalah pada pembuatan reaktor
kimia, pada proses pemisahan. Proses pemisahan tersebut dengan cara
pengkristalan integral. Selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam
proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Oleh karena itu, penting bagi
praktikan untuk melaksanakan percobaan ini agar dapat menambah wawasan
praktikan.

III-1
III-2

3.2 DASAR TEORI


Suatu zat bisa larut dalam pelarut cair, tetapi jumlah yang dapat larut selalu
terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut
dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh
merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu akan dapat bergeser bila
suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila
suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi
ada zat yang sebaliknya, yaitu eksotermik dalam melarut, seperti Cl2(SO4)2.
Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat yang berbeda satu dengan yang lain.
Perbedaan ini dapat dipakai untuk memisahkan campuran dua zat atau lebih dengan
cara rekristalisasi bertingkat, contohnya memisahkan KNO3 dengan KBr. Kelarutan
KNO3 sangat terpengaruh
Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh jenis pelarut, jenis zat
terlarut, temperatur dan tekanan. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip,
umumnya dapat saling bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar
bercampur (like dissolve like). Air dan alkohol bercampur sempurna (completely
miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan
minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible). Pengaruh temperatur
tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (H) negatif, daya larut turun
dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (H) positif, daya larut naik
dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut
zat padat dan zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1990).
Zat padat dapat bercampur dengan cairan melalui tiga cara. Pertama, zat
padat itu diserang oleh partikel cairan sehingga terurai menjadi molekul atau
ionnya, contohnya gula dan garam dalam air. Kedua, padatan pada malam, tidak
bercampur dengan cairan, tetapi setelah digerus menjadi halus akan bercampur bila
dikocok kuat, contohnya tanah atau susu dengan air. Ketiga cairan dapat masuk
dalam zat padat, bila zat padat berongga, seperti air dalam garam dapur dan tanah
(Syukri, 1999).
Sejumlah besar zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah
terbatas pelarut, maka pelarutan terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku karena
III-3

adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion atau molekul) ke
keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau
kecepatan yang sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap
sama pada setiap waktu. Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan
larutannya dinamakan larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai
kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu. Kelarutan umumnya merupakan fungsi
suhu. Apabila larutan penuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu diturunkan
maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat terlarut dalam larutan. Tetapi
dalam beberapa kejadian semua zat terlarut tetap dalam keadaan larut karena
kuantitas zat terlarut tetap dalam keadaan larut. Karena kuantitas zat terlarut dalam
hal ini lebih besar daripada larutan jenuh normal pada suhu tertentu, larutan
demikian dinamakan larutan lewat jenuh (supersaturated). Jika sedikit kristal
terlarut ditambahkan kedalam larutan lewat jenuh, kelebihan zat terlarut biasanya
mengendap. Larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan
larutan jenuh dinamakan larutan tak jenuh (unsaturated). (Petrucci, 2000).
Proses pelarutanadaalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika suatu
mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan
suatu senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam
prakteknya, pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi
timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut. Panas pelarutan
suatu padatan dapat dituliskan sebagai berikut (Bird, 1993):

X (s) + aq X (aq) H ...(3.1)

Penambahan kalor ke dalam sistem pada kesetimbangan (dengan


meningkatkan suhu) merangsang proses penyerapan kalor atau proses endoterm.
Jika zat terlarut mempunyai entalpi (kalor) pelarutan endoterm, kelarutannya
meningkat menurut suhu. Sebaliknya, apabila zat terlarut mempunyai entalpi
(kalor) peraturan eksoterm, ia akan menunjukkan penurunan kelarutan jika suhunya
meningkat (atau proses pengendapannya adalah endoterm). Hal tersebut merupakan
kaidah umum yang harus berhati-hati dalam penerapannya. Entalpi pelarutan harus
didasarkkan pada pelarutan sejumlah kecil terlarut ke dalam larutan yang telah
III-4

jenuh atau hampir jenuh dan ini mungkin sangat berbeda dengan efek kalor yang
diamati pada penambahan terlarut ke dalam pelarut murni. Misalnya, pada waktu
NaOH dilarutkan dalam air prosesnya sangat eksoterm, tetapi jika ditambahkan
sedikit NaOH ke dalam NaOH (aq) yang telah atau hampir jenuh, kalor diserap. Hal
ini disebabkan padatan yang berbeda berada kesetimbanga dengan NaOH (aq)
jenuh pada selang suhu termasuk 25C sebenarnya adalah NaOH.H2O senyawa
tersebut merupakan hidrat dari NaOH yang ketergantungannya pelarutannya pada
suhu dapat diramaikan menurut pelarutannya pada suhu dapat diramalkan menurut
prinsip le Charelief. Dengan demikian kelarutan NaOH akan memingkat dengan
suhu dan bukan menurun (Petrucci, 2000).
Asam oksalat (HOOC-COOH) atau asam etadionat dengan berat molekul
90, 04 g/mol adalah asam dikarboksilat paling sederhana, larut dalam air dan
bersifat asam kuat. Asam ini tidak terbentuk anhidrat di alam dan secara komersial
tersedia dalam bentuk padatan. Asam oksalat dihidrat (C2H2O4.2H2O) dengan
berat molekul 126, 07 g/mol. Asam oksalat banyak digunakan sebagai bahan
pemutih dalam bidang obat-obatan dan serat, pengolahan air limbah, agen reduksi
untuk fotografi dan penghapusan tinta, penghapusan noda karat dan meja dapur,
perlengkapan pipa dan kain, pewarna modern untuk bahan glup. Dalam penggunaan
sistem organik, asam oksalat digunakan dalam memproduksi barteriofag, persiapan
bahan baku untuk kapasitas porselen dan detergen peralatan elektronik dan
pengolahan limbah fotokatalitik. Asam oksalat juga digunakan dalam industri
minyak dan gas serta pabrik gula (Pandang, 2016).
Natrium hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan
dilaboratorium. Namun demikian, karena padatan natrium hidrroksida sulit
diperoleh dalam keadaan murni, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi
terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan
keakuratan. Kita dapat menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan
mentitrasinya secara tepat. Asam yang sering digunakan untuk analisis ini suatu
asam monoprotik yang disebut kalium hidrogen ftalat (KHP), yang memiliki rumus
molekul KH C8H4O4. KHP adalah zat padat berwarna putih yang dapat larut yang
secara komersial tersedia dalam keadaan sangat murni (Chang, 2005).
III-5

Indikator yang berubahmempunyai nilai Ka yang berbedasehingga


menunjukkan perubahan warna pada nilai pH yang berbeda pula, semakin lemah
suatu indikator sebagai asam, semakin tinggi pH ditempat terjadinya perubahan
warna. Perubahan warna tersebut muncul pada rentang satu sampai dua satuan pH.
Sebagai contoh, metil merah akan merah pada saat pH dibawah 4,0 dan kuning
diatas 6,0. Warna jingga akan terlihat pada pH antara. Ini membatasi ketepatan pH
melalui pemakaian indikator (Oxtoby, 2001).
III-6

3.3 METODOLOGI PERCOBAAN


3.3.1 Alat dan rangkaian alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas arloji , gelas beker
100 mL, erlenmeyer 100 mL, buret, sudip, termometer, corong, pengaduk kaca,
ppipet tetes, neraca analitik, pemanas listrik, propipet, gelas ukur 100 mL, pipet
volume 10 mL, statif dan klem. Adapun rangkain alat pada percobaan ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

1
2
Keterangan :
1. Buret
2. Statif dan klem
3. Erlenmeyer

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Titrasi

3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang dugankan pada percobaan ini adalah kristal asam
oksalat (H2C2O4) larutan naoh, 0,5 N, indikator metil merah, garam, akuades dan
es batu.

3.3.3 Prosedur kerja


Kristal asam oksalat ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 5 gram. Kristal asam oksalat dilarutkan sedikit demi sedikit dalam gelas
beker 100 mL dengan 50 mL akuades. Larutan yang sudah dilarutkan diukur
suhunya menggunakan termometer. Gelas beker yang berisi larutan asam oksalat
dimasukkan dalam wadah berisi es batu dan garam untuk menurunkan suhunya
sampai suhu yang diinginkan, larutan diukur kembali suhunya mengunakan
termometer. Larutan diambil dengan pipet volume sebanyak 5 mL. Larutan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes metil merah. Selanjutnya
III-7

larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 N samapai larutan berubah
warna dari merah menjadi kuning dan dicatat volume titran. Suhu larutan dinaikkan
dengan cara larutan dipanaskan di atas pemanas listrik sampai suhu yang
diinginkan, kemudian diulangi tahapan yang sama pada saat larutan didinginkan.
Percobaan dilakukan dengan variasi suhu 30C, 25C, 20C, 15C, 10C, 5C dan
0C.
III-8

3.3.4 Diagram Alir

Kristal Asam Oksalat

- Ditimbang sebanyak 5 gram


- Dilarutkan dengan 50 mL akuades

Larutan Asam Oksalat

- Diukur suhu larutannya menggunakan termometer


- Diturunkan suhu larutan pada gelas beker dengan
dimasukkan ke dalam wadah berisi es batu dan
garam
- Dipanaskan larutan pada gelas beker sampai suhu
yang diinginkan diatas pemanas litrik
- Diambil larutan sebanyak 5 mL
- Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah
- Dititrasi dengan laritan NaOH 0,5 N, sampai warna
larutan berubah menjadi kuning
- Dicatat volume titran
- Diulangi percobaan pada suhu 0C, 5C,10C, 15C,
20C, 25C dan 30C.
Hasil

Gambar 1.6 Diagram Alir Kelarutan Zat Padat dalam Cairan sebagai Fungsi
Suhu
III-9

3.4 Hasil Dan Pembahasan


3.4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan

No. Suhu Larutan (C) Volume Titran (mL)


1 0 8.6
2 5 10.1
3 10 10.7
4 15 16.2
5 20 16.5
6 25 17.2
7 30 19.5

3.4.2 Hasil Perhitungan

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Kelarutan H2c2o4 Dalam Akuades

V S Log S
No. T(K) 1/T (K-1) g ()
(mL) ( 1000 ) ( 1000 )

1 273.15 0.003661 8.6 0.86 -0.0655 -27857.65753


2 278.15 0.003595 10.1 1.01 0.004321 -28010.44391
3 283.15 0.003532 10.7 1.07 0.029384 -28163.23028
4 288.15 0.00347 16.2 1.62 0.209515 -28316.01666
5 293.15 0.003411 16.5 1.65 0.217484 -28468.80304
6 298.15 0.003354 17.2 1.72 0.235528 -28621.58942
7 303.15 0.003299 19.5 1.95 0.290035 -28774.3758

3.4.3 Pembahasan

Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut


dalam pelarut pada suhu tertentu. Percobaan ini dilakukan untuk mengamati
hubungan antara kelarutan zat padat dengan perubahan suhu. Zat padat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah asam oksalat (h2c2o4.2h2o) dan akuades
sebagai pelarutnya. Fungsi pengadukan yaitu agar larutan homogen hingga jenuh,
yaitu terjadinya keseimbangan antara zat terlarut dengan pelarut. Asam oksalat
yang dilarutkan dalam akuades akan mengakibatkan proses penyerapan kalor atau
III-10

proses endoterm. Penyerapan kalor berlangsung dari lingkungan ke dalam sistem,


sehingga terjadi penurunan suhu pada lingkungan . Hal ini dibuktikan dengan
turunnya suhu gelas beker yang merupakan lingungan dari sistem plearutan asam
oksalat tersebut.

Percobaan ini dilakukan pada suhu 0 sampai suhu 30c dengan setiap kenaikan suhu
5c. Penggunaan garam dapur bertujuan untuk menjaga suhu disekitarnya dengan
cara memperlambat mencairnya es batu. Semakin turun suhunya maka akan makin
besar jumlah endapan larutan asam oksalat terbentuk, hal ini disebabkan karena
kelarutan berkurang seiring dengan turunnya suhu dan mengakibatkan kerapatan
antar molekul dan sebaliknya. Besarnya kristal asam oksalat yang dapat larut
ditentukan melalui titrasi asam basa. Pada percobaan ini, digunakan laeutan 0,5 n
sebagai titran.

Sebelum titrasi, larutan ditetesi dengan indikator metil merah. Indikator metil
merah mempunyai kisaran ph 4,2-6,3. Titik ekuivalen tercapai ditandai dengan
perubahan warna dari merah menjadi kuning. Titrasi larutan asam oksalat dengan
larutan naoh 0,5 n bertujuan untuk mengetahui kelarutan asam oksalat pada
berbagai suhu. Reaksi yang terjasi pada saat titrasi adalah:

2 2 4 . 22 () + 2() 2 2 4 () + 42 (3.2)

Reaksi diatas menunjukkan bahwa kristal asam oksalat yang dpat larut jumlahnya
sebanding dengan volume larutan naoh yang diperlukan untuk mencapai titik
kesetimbangan. Pada percobaan ini pada suhu berturut-turut 0c; 5c; 10c; 15c;
20c; 25c; dan 30c akan memerlukan volume naoh sebanyak 8,6 ml; 10,1 ml; 10,7
ml; 16,2 ml; 16,5 ml; 17,2 ml; dan 19,2 ml.

Dari volume naoh yang digunakan untuk titrasi, dapat dihitung nilai kelarutan asam
oksalat pada suhu yang berbeda. Setelah mendapat kelarutan asam oksalat pada
masing-masing suhu dapat dilihat hubungan antara kelarutan dan 1 pada grafik
berikut:
III-11

0.35

0.3

0.25

0.2 y = -1019.9x + 3.6754

0.15
Log S

0.1

0.05

0
0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355 0.0036 0.00365 0.0037
-0.05

-0.1
1/T (K)

Gambar 3.4 grafik hubungan antara log s dengan 1

Dari grafik pada gambar 3.4 terlihat bahwa pada kurva terjadi penurunan. Hal ini
sesuai dengan data teoritis yang menyatakan semakin tinggi nilai 1, maka
semakin rendah nilai log s-nya. Sehingga percobaan ini dapat dikatakan berhasil,
dengan nilai y sebesar -1019,9x+3,6754 yang merupakan slope dan intersep. Dari
perhitungan diperoleh nilai kelaruan asam okasalat pada suhu 0c; 5c; 10c; 15c;

20c; 25c; dan 30c yaitu 0,86 1000 ; 1,01 1000 ; 1,07


1000 ; 1,62 1000 ; 1,65 1000 ; 1,72


1000 ; dan 1,92 1000 . Data yang telah diperoleh

tersebut dapat dikatakan percobaan telah sesuai dengan hukum vant hoff yang
menyatakan makin tinggi temperatur, maka makin tinggi zat yang terlarut (panas)
pelarut positif (endoterm). Adanya kalor mengakibatkan semakin renggangnya
jarak antar molekul zat padat, menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya
tarik molekul-molekul air. Hal ini mengakibatkan nilai kelarutan akan semakin
besar akibat makin tingginya suhu jadi, semakin tinggi maka semakin mudah pula
III-12

kristal-kristal asam oksalat untuk dapat larut dalam akuades. Kelarutan sebenarnya
merupakan konsentrasi ion yang terlarut dalam suatu larutan.

Entalpi (H) merupakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika
ditambah dengan energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Percobaan ini

menunjukan slope yang didapat negatif yaitu -19510, 9377 , berarti panas
pelarutan (H) yang dihasilkan juga negatif. Nilai negatif ini menunjukkan
kelarutan asam oksalat bersifat eksotermis. Reaksi eksotermis yaitu reaksi yang
melepas panas dari sistem ke lingkungan.

s adalah perubahan ukuran keadaan atau selang ketidakteraturan dalam suatu



sistem. Nilai s (entropi) yang diperoleh sebesar 30,57728 dari perhitungan
intersep. Entropi menunjukkan bahwa molekul asam oksalat mengalami
ketidakteraturan pada sistem. Nilai energi gibbs (G) yang diperoleh berturut-turut

dari suhu 0c sampai 30c, adalah -27857,678 ; -28010,444 ; -

28163,230 ; -28316,016 ; -28468,803 ; -28626,589 ; dan

-28774,376 . Energi bebas gibbs adalah fungsi kuantitas termodinamika yang
menyatakan hubungan antara entalpi, entropi dan temperatur sistem. Nilai g
(energi bebas gibbs) yang negatif menunjukkan bahwa reaksi berlangsung spontan.
Semakin rendah suhu maka makin kecil kelarutannya ditandai dengan g semakin
besar.
III-13

3.5 PENUTUP

3.5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah kelarutan berbanding lurus dengan


suhu, semakin tinggi suhu semakin banyak kristal asam oksalat yang dapat
dialrutkan. Panas pelarutan (H) yang didapat pada percobaan ini sebesar -

19528,17 , yang menunjukkan bahwa panas pelarut bersifat eksoterm.

Adapun nilai entropi (s) diperoleh sebesar 30,56 . Hal ini menunjukkan
bahwa molekul asam oksalat dengan akuades tidak teratur. Nilai G yang
berbanding terbalik dengan suhu menandakkan bahwa kelarutan berjalan spontan.

3.5.2 Saran

Saran untuk percobaan ini adalah penurunan suhu dilakukan hingga 0c


dan perlahan-lahan naik. Hal ini diharapkan dapat memudahkan praktikan
memperoleh suhu yang diinginkan.
Daftar Pustaka

Bird. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Cetakan Ke-2. Pt Gramedia Pustaka.
Jakarta.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1. Erlangga.


Jakarta.

Keenan, Charles W. 1984. Kimia Universitas. Erlangga. Jakarta.

Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.

Pandang, Dkk. 2016. Pembutaan Asam Oksalat Dari Pelepah Kelapa Sawit
(Elaeis Guineensis) Dengan Kalsiu Hidroksida. Jurnal Usu. Medan.

Petrucci, Ralph H. 2000. Kimia Dasar Prinsip Dan Terpan Modern. Erlangga.
Jakara.

Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

DP-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui : m H2C2O4 = 5 gram


V akuades = 50 mL
akuades = 1 gr/mL
R = 8,314 J/mol.K
Ditanya : Hv ?
G ?
0,5 1
Jawab : s= x gmol
5 1000

- Untuk T = 0C = 273, 15 K
8,6 ,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000

= 0,86 grmol/1000 gram


Log s = - 0,0655

- Untuk T = 15C = 288,15 K


16,2 0,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000

= 1,62 grmol/1000 gram


Log s = 0,209515

- Untuk T = 20C = 293,15 K


165 0,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000

= 1,65 grmol/1000 gram


Log s = 0,217484

- Untuk T = 25C = 298,15K


17,2 0,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000

= 1,72 grmol/1000 gram


Log s = 0,235528

LP-1
- Untuk T = 30C = 3030,15K
19,5 0,5 1
s = x grmol
5 1 / 1000

= 1,95 grmol/1000 gram


Log s = 0,290035

1
Besarnya nilai tiap percobaan

1
T1 = 0C = 273,15K = = 0,03661K-1
273,15K
1
T2 = 5C = 278,15K = = 0,003555K-1
278,15
1
T3 = 10C = 283,15K = = 0,003532 K-1
283,15
1
T4 = 15c = 288,15K = = 0,00347 K-1
288,15K
1
T5 = 20C = 293,15K = = 0,003411 K-1
293,15
1
T6 = 25C = 298,5K = = 0,003354 K-1
298,15
1
T7 = 30C = 303,15K = = 0,003299 K-1
303,15

Persamaan yang diperoleh berdasarkan grafik hubungan log s dan 1 adalah:


y = - 1019,9x + 3,6754


- Slope garis =
2,303

a =
2,303 8,314 .

Hu = -1019,9 x 2,303 x 8,314 J/mol.K


= -19528,17 J/mol.K

Intercept =b =

LP-2
s =b.R
= 3,6754 x 8,314 J/mol.K
= 30,56 J/mol.K

Besarnya G tiap temperatur


- untuk T = 0C = 273,15K
G = H (T x s)
= -19528,17 J/mol - (273,15 K x 30,56 J/mol.K)
= -27875,634 J/mol
- untuk T = 5C = 278,15K
G = H (T x s)
= -19528,17 J/mol (278,15 K x 30,56 J/mol.K)
= - 28028,434 J/mol
- untuk T = 10C = 283,15K
G = H (T x s)
= -19528,17 J/mol (283,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28181,234 J/mol
- untuk T = 15C = 288,15K
G = H (T x s)
= -19528,17 J/mol (288,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28334,034 J/mol
- untuk T = 20C = 293,15K
G = H (T x s)
= - 19528,17 J/mol (293,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28486,834 J/mol
- untuk T = 25C = 298,15K
G = H (T x s)
= -19528,17 J/mol (298,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28639,634 J/mol
- untuk T = 30C = 303,15K
G = H (T x s)

LP-3
= -19528,17 J/mol (303,15K x 30,56 J/mol.K)
= -28792,434 J/mol

LP-4

Anda mungkin juga menyukai