Anda di halaman 1dari 12

No. ID dan Nama Peserta : / dr.

Nyndia Weri
No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Batara Guru Belopa LUWU
Topik: Otitis Media supuratif kronik (OMSK)
Tanggal (kasus) :13 Juni 2016
Nama Pasien : An. D No. RM :078XX
Tanggal Presentasi : Agustus 2016 Pendamping: dr. Muhammad Hasrun
M.Kes
Tempat Presentasi: RSUD Batara Guru Belopa LUWU
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien seorang perempuan berumur 14 tahun datang ke poli umum RSUD
Batara Guru dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan sejak 1 bulan yang
lalu.Keluarcairan dirasakan hilang timbul berwarna putih, kental, berbau dan tidak bercampur
darah. Dalam satu hari cairan keluar dari telinga sebanyak 1-3kali, tidak tentu kapan keluar
cairan tersebut.

Keluhan lain berupa nyeri dalam telinga kanan, kurang pendengaran pada telinga kanan,
adanya demam yang hilang timbul, dan terkadang merasakan pusing berputar.

Tujuan: Mendiagnosa pasien OMSK dan memberikan penatalaksanaannya


Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: An. D No.Registrasi: 09.22.40


Nama klinik RSUD.Batara Guru Belopa
LUWU
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Pasien seorang perempuan berumur 14 tahun datang ke
poli umum RSUD Batara Guru dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan
sejak 1 bulan yang lalu.Keluarcairan dirasakan hilang timbul berwarna putih, kental,
berbau dan tidak bercampur darah. Dalam satu hari cairan keluar dari telinga
sebanyak 1-3kali, tidak tentu kapan keluar cairan tersebut.
Keluhan lain berupa nyeri dalam telinga kanan, kurang pendengaran pada telinga
kanan, adanya demam yang hilang timbul, dan terkadang merasakan pusing berputar.
2. Riwayat penyakit batuk pilek disertai panas badan sekitar 3 kali sebulan
3. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga: tidak ada
Daftar pustaka

1. Helmi.2005.Otitis Media Supuratif Kronis: pengetahuan, terapi medik, mastoidektomi,


timpanoplasti. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Parry, D.; Roland, P.S. 2005. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.
www.emedicine.com: situs internet.
3. Djaafar, Z.A. 2004. Kelainan Telinga Tengah. Dalam E.A. Soepardi dan N. Iskandar, Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher. Edisi V Cetakan
IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Jones, M.; Wilson, L. 2004. Otitis Media. www.emedicine.com: situs internet.
5. Jain, A.; Knight, J.R. 2003. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Surgical Treatment.
www.emedicine.com: situs internet.
6. Jackler, R.K.; Kaplan, M.J. 2002. Ear, Nose, & Throat. Dalam L.M. Tierney, Jr., S.J.
McPhee, dan M.A. Papadakis; Current Medical Diagnosis & Treatment 2002. San
Fransisco: Lange Medical Books / McGraw-Hill.
Hasil pembelajaran:
1 Diagnosis OMSK
2 Penatalaksanaan OMSK

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1 Subyektif:
Pasien seorang perempuan berumur 14 tahun datang ke poli umum RSUD Batara Guru
dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanan sejak 1 bulan yang lalu.Keluarcairan dirasakan
hilang timbul berwarna putih, kental, berbau dan tidak bercampur darah. Dalam satu hari cairan
keluar dari telinga sebanyak 1-3kali, tidak tentu kapan keluar cairan tersebut.
Keluhan lain berupa nyeri dalam telinga kanan, kurang pendengaran pada telinga kanan,
adanya demam yang hilang timbul, dan terkadang merasakan pusing berputar.

2 Obyektif:
BB: 37 kg
TB: 140 cm
Status Pasien:
KU: Sedang, Kesadaran Composmentis GCS (E4M6V5)
TTV : T: 120/80 mmHg N: 80 x/mnt reguler P: 24x/mnt S: 36,80C
Pemeriksaan Fisis:
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+
Hidung : Deformitas (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), epistaksis -/-
Mulut : mukosa tenang, lidah simetris, uvula ditengah, faring tidak hiperemis
Tonsil palatina
Kanan Kiri
- Ukuran T2 T2
- Mukosa Tenang Tenang
- Kripta Tidak melebar Tidak melebar
- Detritus - -
- Pilar anterior Tenang Tenang
- Pilar posterior Tenang Tenang

Leher : Trakea Deviasi (-), pembesaran KGB (-)

Thorax
Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Gerak hemithorak simetris, vesikuler diseluruh lapang paru, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen
Hati : Dalam batas normal
Lien : Tidak teraba pembesaran
Extremitas:
Superior : aktif
Inferior : aktif

STATUS LOKALIS
TELINGA
TELINGA KANAN TELINGA KIRI

Daun telinga :
Normal
Normal
Liang Telinga : Tenang, nyeri tekan (-), Tenang, nyeri tekan (-),
Serumen (-), sekret (+) serumen (-), sekret (+)
Purulent, kental, putih,
Kekuningan. Berbau, tidak
Ada darah

Gendang Telinga : perforasi sentral, Intak, reflek cahaya


Reflek cahaya (-) (+)

Daerah Retro Aurikuler : Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)


TEST PENALA : tidak dilakukan tidak dilakukan
TEST BERBISIK : tidak dilakukan tidak dilakukan
AUDIOGRAM : tidak dilakukan tidak dilakukan

3 Assesment (Penalaran klinis) :


Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Penyakit ini terbagi menjadi otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif. Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, sehingga
secara rinci penyakit ini terbagi menjadi otitis media supuratif akut (OMA), otitis media
supuratif kronis (OMSK), otitis media serosa akut, dan otitis media serosa kronis. Selain itu,
terdapat juga otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika, dan otitis media adhesiva. 1 Pada
makalah ini, akan dibahas tentang otitis media supuratif kronik.
Bagan 1 : Pembagian otitis media 1
Otitits Media
Otitis Media Supuratif
Supuratif Akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronis ()

Otitis Media

Otitis Media Serosa Akut (barotrauma)


Otitis Media Non Supuratif

Otitis Media Serosa Kronis

Definisi:
Otitis media supuratif kronis (OMSK), dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam
bahasa awam disebut sebagai congek, ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang
timbul.
Etiologi
Mekanisme infeksi saluran telinga tengah terjadi akibat translokasi bakteri dari saluran
telinga luar melalui perforasi memban timpani kemudian masuk ke telinga tengah. Beberapa ahli
menduga bahwa organisme patogen masuk melalui refluks tuba Eustachius, namun data-data
yang mendukung teori ini kurang memuaskan. Sebagian besar bakteri patogen yang masuk
adalah bakteri yang terdapat pada saluran telinga luar.5
Beberapa penelitian yang berupaya menunjukkan hubungan antara frekuensi penyakit
dengan pendidikan orang tua, perokok pasif, pola menyusui, status sosioekonomi, dan jumlah
infeksi saluran pernafasan atas dalam setahun, tidak memberikan hasil yang memuaskan.5
Pasien dengan anomali kraniofasial merupakan populasi khusus yang berisiko untuk
menderita OMSK. Celah palatum, sindrom Down, sindrom Cri du Chat, atresia khoana, celah
bibir, dan mikrosefal adalah berbagai kelainan yang dapat meningkatkan risiko OMSK. Hal ini
diduga karena adanya perubahan anatomi dan fungsi tuba Eustachius pada berbagai kelainan
tersebut.5
Jenis bakteri penyebab OMSK berbeda dengan jenis bakteri penyebab OMA. Organisme
yang biasa ditemukan pada OMSK meliputi Pseudomonas aeruginosa, spesies Proteus,
Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, difteroid, dan infeki anaerobik campuran.
Bakteri anaerob dan jamur dapat pula berkembang bersama dengan bakteri aerob secara
simbiotik.2,5
Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada OMSK.
Berbagai ahli selama beberapa dekade terakhir menemukan bakteri ini pada 48 98 % pasien
dengan OMSK. Stafilokokus aureus merupakan organisme tersering kedua; data menunjukkan
bahwa bakteri ini ditemukan pada 15 30 % pasien dengan OMSK. OMSK juga disebabkan
oleh berbagai jenis bakteri gram negatif. Bakteri spesies Klebsiella (10 21 %) dan Proteus (10
15 %) sedikit lebih sering ditemukan pada OMSK dibandingkan dengan bakteri gram negatif
lainnya.5
Selain faktor bakteri, status sosioekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi,
gizi buruk, dan penyakit infeksi (seperti campak), turut berperan dalam perkembangan OMSK.
OMSK dapat pula merupakan hasil dari predisposisi genetik, terutama berkaitan dengan
disfungsi tuba Eustachius. Disfungsi ini dapat dilihat pada berbagai populasi, seperti pada orang
Eskimo dan Indian Amerika, dan juga pada orang dengan celah palatum. Hipertrofi adenoid dan
sinustis kronis juga berperan pada perkembangan OMSK.3
Patofisiologi
OMSK timbul sebagai kelanjutan dari infeksi akut yang berulang. Patofisiologi OMSK
diawali dengan iritasi dan inflamasi subsekuen pada mukosa telinga tengah. Respon inflamasi
menyebabkan edema mukosa. Proses peradangan yang berlangsung pada akhirnya menyebabkan
ulserasi mukosa dan kerusakan epitel. Upaya tubuh untuk menanggulangi infeksi atau
peradangan menghasilkan jaringan granulasi yang dapat berkembang menjadi polip dalam
rongga telinga tengah. Siklus inflamasi, ulserasi, infeksi, dan pembentukan jaringan granulasi
dapat terus berlanjut, sehingga menyebabkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya
menyebabkan berbagai komplikasi dari OMSK.5
Walaupun belum terbukti, kepentingan hubungan antara bakteri anaerob dengan bakteri
aerob pada OMSK diduga meningkatkan virulensi infeksi ketika kedua jenis bakteri tersebut
berkembang di telinga tengah. Dengan memahami mikrobiologi penyakit ini, ahli kesehatan
dapat mengembangkan suatu rencana penatalaksanaan dengan efikasi terbaik dan morbiditas
terendah.2,5
Jenis
OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
dan OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya). Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar,
dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang
keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.1
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat
kolesteatoma.1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik, terkadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya
timbul pada OMSK tipe maligna.1
Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Apabila
diperlukan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis OMSK melalui anamenis, maka pemeriksa perlu
menanyakan / mengetahui hal-hal sebagai berikut:1,5
1. Sekret keluar dari telinga tengah, baik terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah.
2. Gangguan pendengaran pada telinga yang terkena.
3. Riwayat OMA rekuren, perforasi karena trauma, atau pemasangan saluran ventilasi.
4. Adanya demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya komplikasi intratemporal
atau intrakranial.
5. Riwayat OMSK persisten harus dicurigai sebagai adanya kolesteatoma.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan hal-hal sebagai berikut:1,5
1. Kanalis akustikus eksterna dapat terlihat edema dan biasanya tampak keras.
2. Sekret dapat berupa encer atau kental, bening atau berupa nanah.
3. Perforasi membran timpani.
4. Adanya jaringan granulasi yang terlihat pada kanalis media atau rongga telinga tengah.
5. Mukosa telinga tengah yang terlihat melalui perforasi membran timpani, dapat terlihat
edema atau polipoid, pucat atau edema.
Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium
- Penatalaksanaan OMSK dapat dilakukan tanpa pemeriksaan laboratorium.
- Sebelum terapi sistemik dilakukan, pemeriksaan kultur harus dilakukan untuk
mengetahui sensitifitas.
o Pencitraan
- CT Scan
1. Jika OMSK tidak responsif terhadap terapi medikamentosa, maka CT scan
terhadap tulang temporal dapat memberikan penjelasan. Alasan yang
mungkin terjadi pada kegagalan terapi termasuk kolesteatoma atau adanya
benda asing.
2. CT scan perlu dilakukan apabila pemeriksa curiga adanya proses neoplastik
pada telinga tengah atau untuk mengantisipasi komplikasi intratemporal atau
intrakranial.
3. CT scan dapat menunjukkan adanya erosi tulang akibat kolesteatoma, erosi
osikular, keterlibatan apeks petrosus, mastoiditis koalesen, erosi saluran
Fallopi, dan abses subperiosteal.

- MRI
1. Lakukan pemeriksaan MRI pada tulang temporal dan otak jika diduga
adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.
2. MRI pun dapat menunjukkan adanya peradangan dura, trombosis sinus
sigmoid, labirintitis, serta abses bakteri, ekstradural, dan intrakranial.
o Lain-lain
- Audiogram sebaiknya juga dilakukan. Pada pasien dengan OMSK, pasien diduga
akan menderita tuli konduktif. Namun jika pasien menderita tuli campuran, maka
hal ini menunjukkan penyakit tersebut berada dalam keadaan lebih ekstensif,
sehingga pemeriksa harus sadar terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Plan :
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat mengering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh beberapa keadaan, yaitu:1
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
3. Sudah terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid.
4. Gizi dan higienis yang kurang.
Medikamentosa
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan H 2O2 3 %
selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa
semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik.
Oleh sebab itu, Djaafar (2004) menganjurkan agar obat tetes telinga tidak diberikan terus-
menerus lebih dari 1 atau 2 minggu, atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin),
sebelum tes hasil resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Pembedahan
Indikasi pembedahan pada OMSK adalah sebagai berikut:3
o Perforasi yang bertahan lebih dari 6 minggu.
o Otore yang berlangsung lebih dari 6 minggu setelah menggunakan antibiotik.
o Pembentukan kolesteatoma.
o Bukti radiografi adanya mastoiditis kronis.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatoma,
sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. Beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi
yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna,
antara lain:1
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy).
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologis. Tujuannya ialah agar infeksi tenang dan telinga tidak
berair lagi. Pada operasi ini, fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatoma
yang sudah meluas, Pada operasi ini, rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologis. Dinding batas antara lubang telinga luar dan telinga tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologis dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol agar tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karir pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar lubang telinga menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi. (Operasi Bondy).
Opeasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior lubang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua
jaringan patologis dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih
ada.
4. Miringoplasti.
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrana
timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Opearasi ini dilakukan pada OMSK
tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh
perforasi membran timpani.

5. Timpanoplasti.
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran.
Pada operasi ini, dilakukan rekonstruksi membran timpani dan rekonstruksi
tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan, maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi
dikerjakan, dilakukan terlebih dahulu eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa
mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini terpaksa
dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 12 bulan.
6. Pendekatan kombinasi timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior
lubang telinga).
Pembersihan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (combined approach), yaitu melalui lubang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna
belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kolesteatoma kambuh kembali.

Diagnosis Kerja
Otitis Media Supuratif Kronis Auris Dextra tipe Benigna
Terapi
Medikamentosa :
Spooling dengan H2O2
H2O2 3% 3x3 gtt AD
Antibiotik
kortikosteroid
Tujuan Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan pada pasien ini bersifat terapi empiris dan simptomatis.

Edukasi pada Keluarga Pasien

Hindari masuknya air kedalam telinga


Menjaga kebersihan telinga dari infeksi (tidak mengorek-ngorek
telinga).
Segera berobat bila batuk pilek
Menjaga daya tahan tubuh

Belopa, Agustus 2016

Peserta, Pendamping,
dr.Nyndia Weri dr. Muhammad Hasrun M.Kes

Anda mungkin juga menyukai