Anda di halaman 1dari 38

A.

LATAR BELAKANG

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup. Sekarang,
kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing berfungsi sebagai
katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian
besar enzim dapat diperoleh dengan ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya.

Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik sederhana
yang umumnya dapat mengatalisis berbagai reaksi kimia, Enzim memiliki spesifitas yang
sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi yang dikatalisiskan. Pada
umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu susbstrat
tertentu. Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan
produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadaan biasa (fisiologis)
tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat
demikian.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini antara lain adalah:
1. Pengertian enzim,

2. Fungsi enzim,

3. Mekanisme kerja enzim

4. Tatanama enzim

5. Enzim-enzim yang digunakan untuk diagnosis

6. Jenis, metode, dan cara pemeriksaan Enzim

a. Serum Glutamic Oxaloacetic Transferase (SGOT) / Aminotransferase Asparat (AST).

b. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) / Aminotransferase Alanin (ALT).

c. Amilase dengan isoenzim (serum)

d. Lipase (serum)

e. Fosfatase asam

f. Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) dengan isoenzim (serum)


g. Laktat dehidrogenase (LDH)

h. Kreatin fosfokinase (serum), isoenzim CPK (serum) kreatin kinase (CK)

i. Gamma-Glutamil Transferase (GGT) serum

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah analisa enzim ini yaitu :

1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian enzim

2. Agar pembaca dapat mengetahui fungsi enzim

3. Agar pembaca dapat mengetahui mekanisme kerja enzim

4. Agar pembaca dapat mengetahui tatanama enzim

5. Agar pembaca dapat mengetahui enzim-enzim yang digunakan dalam diagnosis

7. Agar pembaca dapat mengetahui Jenis, metode, dan cara pemeriksaan Enzim.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah analisa enzim ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan tambahan untuk diri penulis

2. Memberikan pengetahuan tambahan untuk pembaca


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Enzim

Enzim adalah molekul protein yang mengatalisis reaksi kimia tanpa mengalami

perubahan secara kimiawi. Ensim mengatur metabolisme dengan ikut serta pada hampir pada

semua fungsi sel. Setip enzim bersifat spesifik bagi substrat yang diubahnya menjadi suatu

produk tertentu. Pada dasarnya, terdapat ribuan enzim yang berlainan, tetapi hanya beberapa

yang secara rutin diperiksa untuk diagnosis klinis.

Karena enzim terdapat di dalam sel, adanya peningkatan jumlah suatu enzim dalam

serum atau plasma umumnya merupakan konsikuensi dari cedera sel sehingga molekul-

molekul intrasel dapat lolos keluar. Dengan demikian, jumlah enzim yang sangat berlimpah

dalam serum digunakan secara klinis sebagai bukti adanya kerusakan organ. Enzim-enzim

yang dibebaskan ke dalam sirkulasi tidak memiliki fisiologik di sana dan secara bertahap

dibersihkan melalui rute ekskresi normal.

Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan

penyakit. Analisis enzim dalam serum dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit, seperti:

infarktus otot jantung, prostat, hepatitis, dan lain-lain. Ditemukannya suatu enzim dalam darah

dengan tingkat berlebihan seringkali menunjukkan adanya kerusakan sel di dalam organ yang

sakit. Penyakit tertentu seperti hepatitis terinfeksi menyebabkan jaringan hati mengalami

kerusakan akibat infeksi, sehingga terjadi pelepasan enzim hati ke dalam darah.

B. Fungsi Enzim

Fungsi suatu enzim yaitu sebagai katalisis untuk proses reaksi biokimia yang terjadi

dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien,
disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi, seperti katalis lainnya maka enzim

dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia.

Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.

1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.

2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.

Fungsi biologis enzim

Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh organisme hidup. Enzim

berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase

Enzim juga berperan dalam menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis

ATP untuk menghasilkan kontraksi otot ATPase lainnya dalam membran sel umumnya adalah

pompa ion yang terlibat dalam transpor aktif. Enzim juga terlibat dalam fungs-fungsi yang

khas, seperti lusiferase yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang. Virus juga

mengandung enzim yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik.

C. Mekanisme Kerja Enzim

Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya

menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang

disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.

1. Apoenzim

Apoenzim adalah bagian protein dari enzim, bersifat tidak tahan panas, dan berfungsi

menentukan kekhususan dari enzim. Contoh, dari substrat yang sama dapat menjadi senyawa

yang berlainan, tergantung dari enzimnya.


2. Koenzim

Koenzim disebut gugus prostetik apabila terikat sangat erat pada apoenzim. Akan tetapi,

koenzim tidak begitu erat dan mudah dipisahkan dari apoenzim. Koenzim bersifat termostabil

(tahan panas), mengandung ribose dan fosfat.

Fungsinya menentukan sifat dari reaksinya. Misalnya, Apabila koenzim NADP (Nicotiamida

Adenin Denukleotid Phosfat) maka reaksi yang terjadi adalah dehidrogenase. Disini NADP

berfungsi sebagai akseptor hidrogen.

Ada dua cara kerja enzim , yautu model kunci gembok dan induksi pas.

1. Model kunci gembok (block and key)

Enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatan

dengan substrat . bagian tersebut disebut sisi aktif. Substrat dimisalkan sebagai kunci karena

dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim (gembok). Setiap enzim memiliki sisi aktif

yang tersusun dari sejumlah asam amino. Bentuk sisi aktif ini sangat spesifik, sehingga hanya

molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim.

2. Induksi pas (model induced fit)

Pada model ini sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substratnya.Sisi

aktif enzim merupakan bentuk yang tidak kaku (fleksibel). Ketika substrat memasuki sisi aktif

enzim, bentuk sisi aktif berubah bentuk sesuai dengan bentuk substrat kemudian terbentuk

kompleks enzim-substrat. Pada saat produk sudah terlepas dari kompleks, maka enzim lepas

dan kembali bereaksi dengan substrat yang lain.

Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan

laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi).

Suatu enzim dapat mempercepat reaksi sampa kali lebih cepat dari pada jika reaksi tersebut
dilakukan tanpa katalis. Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks

dengan substrat. Setelah produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk

membentuk kompleks baru dengan substrat yang lain.

Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi

ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat

mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan

enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat

bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.

D. Tatanama Enzim

Lebih dari 5000 macam enzim telah ditemukan pada organisme hidup, dan masih

bertambah terus sejalan dengan berlangsungnya penelitian. Tiap enzim dinamai menurut

sistem baku dan juga diberi nama umum yang sederhana. Pada kedua sistem tersebut nama

enzim pada umumnya diakhiri dengan ase dan mencirikan substrat yang terlibat dan jenis reaksi

yang dikatalisis. Sebagai contoh, sitokrom oksidase, suatu enzim utama dalam respirasi,

mengoksidasi molekul sitokrom . Asam malat dehidrogenase melepaskan dua atom hidrogen

dari asam malat. Namun contoh di atas tidak menjelaskan siapkah penerima elektron atau atom

hidrogen yang dilepaskan.

Persatuan Internasional Biokimia memberi nama yang lebih panjang tapi lebih

deskriptif dan baku bagi semua enzim yang telah dicirikan dengan jelas. Sebagai contoh,

sitokrom oksidase dinamakan sitokrom c: O2 oksidoreduktase, menunjukkan bahwa elektron

dilepaskan dari sitokrom tertentu, yakni jenis c dan molekul oksigen adalah penerima elektron.

Dehidrogenase asam malat disebut L-malat : NAD oksidoreduktase, menunjukkan enzim

tersebut khas untuk bentuk L-asam malat terionisasi, dan molekul yang disingkat NAD adalah
penerima atom hidrogen. Tabel berikut mencantumkan enam kelas utama enzim berdasarkan

tipe reaksi yang dikatalisis, disertai beberapa contoh.

Tabel klasifikasi enzim menurut jenis reaksi yang dipacu

Kelas dan sub kelas Jenis reaksi

Melepas dan menambah elektron atau elektron dan


Oksidoreduktase
hidrogen

Mentrasfer elektron atau hidrogen hanya kepada


Oksidase
oksigen

Reduktase Menambahkan elektron atau hidrogen

Dehidrogenase Melepaskan hidrogen

Transferase Memindahkan gugus senyawa kimia

Kinase Memindahkan gugus fosfat, terutama dari ATP

Hidrolase Memutuskan ikatan kimia dengan penambhan air

Proteinase Menghidrolisis protein (ikatan peptida)

Ribonuklease Menghidrolisis RNA

Deoksiribonuklease Menghidrolisis DNA

Lipase Menghidrolisis lemak

Membentuk ikatan rangkap dengn melepaskan satu


Liase
gugus kimia

Menata kembali atom-atom pada suatu molekul untuk


Isomerase
membentuk isomer

Menggabungkan 2 molekul yang disertai dengan


Ligase atau sintetase
hidrolisis ATP atau nukleosida fosfat + lainnya
Menggabungkan subunit (monomer) sehingga
polimerase
terbentuk polimer

E. Enzim-enzim yang digunakan untuk diagnosis

Tidak semua enzim, baik yang bekerja ekstrasel maupun intrasel, dapat digunakan

untuk tujuan memastikan diagnosis suatu penyakit atau menilai suatu keadaan fisiologis

berjalan sebagaimana mestinya. Selain kekhasan enzim atau isozim bagi suatu jaringan seperti

yang telah dibicarakan, kemudahan cara pengukuran menjadi pertimbangan yang tidak dapat

ditepiskan demikian saja. Selain itu, keserasian atau keterbiasaan dengan suatu enzim yang

telah dikenal baik kinerjanya sebagai petanda proses juga merupakan suatu hal yang selalu

dipertimbangkan dalam pemilihan.

Beberapa enzim umum sekali digunakan untuk tujuan diagnosis. Enzim-enzim itu

adalah :

Alanin aminotransferase (ALT) atau glutamat piruvat transaminase (GPT)

Aldolase

Amylase-

Aspartat aminotransferase (AST) atau glutamate oksaloasetat transaminase (GOT)

Fossfatase alkali

Fosfatase asam

-glutamil transferase

Glutamate dehidrogenase

isositrat dehidrogenase

kimotripsin

kolinesterase
kreatinkinase

laktat dehidrogenase (LDH)

lipase

5-nukleotidase

Tripsin

Beberapa enzim lain juga sering diukur untuk menilai suatu keadaan. Enzim glukosa-6

fosfat dehidrogenase (G6PDH) dalam sel darah merah sering dinilai untuk memastikan

penyebab hemolisis tertentu. Enzim superoksida dismutase (SOD) dan glutation peroksidase

dismutase (GSH-Px) sering pula diukur untuk menilai status antioksidan suatu objek.

F. Pemeriksaan Enzim

1. Pemeriksaan serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) / Aminotransferase

Asparat (AST)

Aminotransferase asparat/transaminase oksaloasetat glutamat serum (AST/SGOT)

merupakan enzim yang sebagian besar ditemukan dalam otot jantung dan hati, sementara dalam

konsentrasi sedang dapat ditemukan pada otot rangka , ginjal, dan pankreas. Konsentrasinya

yang rendah terdapat dalam darah, kecuali jika terjadi cedera selular, kemudian dalam jumlah

yang banyak, dilepas ke dalam sirkulasi.

Kadar AST serum tinggi dapat ditemukan setelah trjadi infark miokardium (MI) akut

dan kerusakan hati. 6 sampai 10 jam setelah MI akut, AST akan keluar dari otot jantung dan

memuncak dalam 24 sampai 48 jam setelah terjadi infark. Kadar AST serum akan kembali

normal dalam 4 sampai 6 hari kemudian, jika terjadi proses infark tambahan. Kadar AST serum
biasanya dibandingkan dengan kadar enzim-jantung yang lain (kreatin kinase [creatine kinase,

CK], laktat dehidrogenase [lactate dehydrogenase, LDH]).

Pada penyakit hati, kadar serum akan meningkat 10 kali atau lebih, dan tetap demikian

dalam waktu yang lama.

Metode : kinetik UV

Prinsip :

2- oxoglutarate+L-asparttate L-glutamte+ Oxaloacetat dccc

Oxaloacetate + NADH + H2 L malate + NAD+

oxalaacetat yang di hasilkan sebanding dengan oksidasi dari NADH menjadi NAD.

Reaksi tersebut menggambarkan aktifitas AST dan di ukur secara fotometrik.

Alat dan bahan :

1. Alat :

Tabung reaksi

Rak tabung

Spektrofotometer

Centrifuge

Mikropipet

Tips biru dan kuning

2. Bahan :

Serum

Reagen SGOT

aquadest
Cara kerja :

a. Persiapan reagen kerja

Buffer / reagen 1 Substrat / reagen 2

2000 l 500 l

Campur reagen buffer dan substrat dengan perbandingan 4 : 1

Volume reagen di sesuaikan dengan kebutuhan.

b. Pemeriksaan

Pipet ke dalam tabung

Reagen kerja 500 l

Serum 50 l

Sebelum ditambahkan serum, reagen kerja di inkubasi terlebih dahulu selama 10 menit pada

suhu 370C

Serum ditambahkan ke dalam reagen kerja pada saat pembacaan pada photometer.

Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm.

Nilai Rujukan :

Dewasa : kisaran rata-rata 8-38 U/l ; 5-40 U/ml (frankel), 4-36 IU/l, 16-60 U/ml pada suhu

30oC (karmen), 8-33 U/l pada suhu 37oC (satuan SI).

Laki-laki : sampai 37 U/L

Wanita : sampai 31 U/L

Anak : sama dengan dewasa


Bayi baru lahir : empat kali dari kadar normal.

Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa.

Tujuan :

Untuk mendeteksi peningkatan Ast serum, enzim yang ditemukan, terutama dalam otot

jantung dan hati, yang meningkat selama MI akut dan kerusakan hati.

Untuk membandingkan temuan AST dengan kadar CK dan LDH dalam mendiagnosis MI

akut.

Masalah Klinis :

Penurunan kadar : kehamilan, ketoasidosis diabetik. Pengaruh obat : salisilat.

Peningkatan kadar : MI akut, hepatitis, nekrosis hati, penyakit dan traumamuskuloskeletal,

pankreatitis akut, kanker hati, angina pektoris yang serius, olahraga berat, injeksi IM. Pengaruh

obat : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin

A), narkotik (kodein, morfin, meperidin [demerol]), antihipertensif (metildopa [aldomet],

guanetidin), mitramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (dalmane), indometasin

(indocin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, salisilat, teofilin.

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium

injeksi per IM dapat meningkatkan kadar AST serum.

Hemolisis spesimen darah dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

Obat yang meningkatkan kadar AST serum (lihat pengaruh obat) dapat mempengaruhi

temuan pengujian.

Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
2. Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) / Aminotransferase Alanin

(ALT)

Aminotransferase alanin (ALT)/SGPT merupakan enzim yanng utama banyak di

temukan pasa sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini juga

di temukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka.

Kadar ALT serum dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transferase lainnya

(transaminase), aminotransferase aspartat (aspartate aminotransferse, AST)/serum glutamic

oxatoacetic transaminase (SGOT), dalam kasus hepatitis akut serta serta kerusakan hati akibat

penggunaan obat dan zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200-4000 U/l. ALT digunakan

untuk membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik hemolitik. Meninjau

ikterik, kadar ALT serum yang berasal dari hati, temuannya bernilai lebih tinggi dari 300 unit;

yang berasal dari bukan hati, temuan bernilai <300 unit. Kadar ALT serum biasanya meningkat

sebelum tampak iktrik.

Kadar ALT/SGPT sering kali dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan

diagnostik. ALT meningkat lebih khasdari pada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis

akut, sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark miokardium

akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan kongesti hati. Kadar AST ditemukan normal

atau meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar ALT kembali lebih lambat ke

kisaran normal daripada kadar AST pada kasus hati.

Metode : kinetik UV

Prinsip :

L alanine + a Keoglutarat + L alanin L - Glutamat + piruvat

Piruvat + NADH + H + L laktat + NAD +


Piruvat yang dihasilkan tersebut sebanding dengan oksidasi dari NADH menjadi NAD. Reaksi

tersebut menggambarkan aktifitas ALT dan diukur secara fotometrik.

Alat dan Bahan :

1. Alat :

Tabung reaksi

Rak tabung

Spektrofotometer

Centrifuge

Mikropipet

Tips biru dan kuning

2. Bahan :

Serum

Reagen SGOT

Aquadest

Cara kerja :

1. Persiapan reagen kerja

Buffer / reagen 1 Substrat / reagen 2

2000 l 500 l

Campur reagen buffer dan substrat dengan perbandingan 4 : 1


Volume reagen di sesuaikan dengan kebutuhan.

2. Pemeriksaan

Pipet ke dalam tabung

Reagen kerja 500 l

Serum 50 l

Sebelum ditambahkan serum, reagen kerja di inkubasi terlebih dahulu selama 10 menit pada

suhu 370C

Serum ditambahkan ke dalam reagen kerja pada saat pembacaan pada photometer.

Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546 nm, factor 1746.

Nilai Rujukan :

Dewasa : 10-35 U/I : 4-36 U/l pada suhu 370C (Satuan SI).

Laki-laki : sampai 42 U/L

Wanita : sampai 32 U/L

Anak : sama dengan dewasa.

Bayi : temuan bisa dua kali lipat setinggi dewasa.

Usia lanjut : sedikit lebih tinggi dari dewasa.

Tujuan :

Untuk mendeteksi penyakit hati.

Masalah klinis :

Penurunan kadar : latihan. Pengaruh obat : salisilat


Peningkatan kadar :

Peningkatan tertinggi : hepatitis (virus) akut, nekrosis hati (toksiksitas obat atau kimia).

Peningkatan ringan atau medium : sirosis, kanker hati, kegagalan jantung kongestif, intoksikasi

akut alkohol. Pengaruh obat : antibiotik (karbenisilin, klindamisin, eritromisin, gentamisin,

linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotik (meperidin [demerol], morfin,

kodein), antihipertensif (metildopa, guanetidin), persia[an digitalis, indometasin (indocin),

salisilat, rifampin, flurazepam (dalmane), propranolol (inderal), kontrasepsi oral (progestin-

estrogen), lead, heparin.

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Hemolisis spesimen darah mungkin menyebabkan hasil uji palsu.

Aspirin dapat menyababkan penurunan atau peningkatan ALT serum.

Obat tertentu dapat meningkatkan kadar ALT serum (lihat pengaruh obat).

3. Pemeriksaan Amilase Dengan Isoenzim (serum)

Amilase adalah enzim yang berasal dari pankreas, kelenjar ludah, dan hepar.

Fungsinya adalah mengubah zat tepung menjadi gula. Pada pankreatitis akut, kadar amilase

serum meningkat menjadi dua kali lipat kadar normalnya. Peningkatan kadarnya dimulai 2

sampai 12 jam setelah awitan, memuncak dalam 20 sampai 30 jam, dan kembali ke kadar

normalnya dalam 2 sampai 4 hari. Pankreatitis akut sering dikaitkan dengan inflamasi, nyeri

yang berat, dan nekrosis akibat enzim pencernaan (termasuk amilase) yang keluar ke jaringan

di sekitarnya.
Enzim ini dihasilkan oleh sejumlah organ, seperti kelenjar liur, kelenjar pancreas,

kelenjar air mata, kelenjar prostat, cairan semen, testis, ovarium, tuba faloppi, uterus, paru-

paru, susu, otot lurik dan jaringan lemak.

Peningkatan kadar amilase serum dapat terjadi setelah pembedahan abdomen yang

mengenai kandung empedu (batu atau saluran empedu) dan lambung (gastrektomi parsial).

Setelah pembedahan abdomen, beberapa dokter bedah mungkin akan menganjurkan

pemeriksaan amilase serum secara rutin selama 2 hari untuk memastikan apakah pankreas

mengalami cedera.

Kadar amilase urin sangat membantu untuk menetapkan signifikansi kadar amilase

serum apakah normal atau agak naik, terutama jika klien menunjukkan gejala pankreatitis.

Kadar amilase juga dapat diperoleh dari cairan abdomen, cairan asites, efusi pleura, dan saliva.

Ada dua jenis isoenzim amilase, jenis P (berasal dari pankreas) dan jenis S (berasal

dari saliva). Peningkatan jenis P lebih sering terjadi pada pankreatitis akut. Penigkatan jenis S

dapat terjadi akibbat parotitis, dan tumor ovarium dan bronkogenik. Isoenzim amilase biasanya

diperlukan untuk menentukan apakah peningkatan kadar amilase serum berasal bukan dari

pankreas. Alat pemeriksaan isoenzim pankreas tersedia di pasaran.

Metode : Kinetik Enzimatik

Prinsip :

Substrat(4,6-ethylidene-p-nitrophenyl--D-maltoheptaoside) akan diuraikan oleh enzim -

amylase dimana hasilnya berupa oligosakarida akan dihidrolisa oleh -glukosidase

menghasilkan glukosa dan p-nitrophenol. Peningkatan pnitrophenol sebanding dengan

aktivitas - amylase dalam sampel.

Cara kerja :

Masukkan 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.


Jangan makan dalam waktu 1 sampai 2 jam sebelum pengambilan darah. Jika pasien terlanjur

makan atau mengonsumsi narkotik dalam 2 jam sebelum pengujian, temuan serum mungkin

tidak valid.

Catat obat yang dapat menyebabkan temuan kadar amilase yang keliru dalam formulir

laboratorium.

Nilai Rujukan :

Dewasa : 60-160 somogyi U/dl, 30-170 U/l (satuan SI).

Hamil : sedikit meningkat.

Anak : tidak biasa dilakukan.

Lansia : agak meningkat dibandingkan yang didapat pada orang dewasa.

Isoenzim serum : jenis S (saliva) : 45-70%. Jenis P (pankreas) : 30-55%. Nilai mungkin akan

berbeda sesuai dengan metode yang digunakan.

Tujuan :

Untuk membantu dalam mendiagnosis pankreatitis akut dan masalah kesehatan lainnya (lihat

masalah klinis).

Masalah Klinis :

Penurunan kadar : dekstrosa 5% intravena dalam air (lV D5W), pankreatitis kronis tahap

lanjut, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme kronis, hepatitis toksik, luka bakar yang

parah, tirotoksikosis yang parah. Pengaruh obat : glukosa (lV D5W), sitrat, fluorida, oksalat.

Peningkatan kadar : pankreatitis akut, pankreatitis kronis (awitan akut), gastrektomi parsial,

pembentukan ulkus peptik, obstruksi saluran pankreas, kolesistitis akut, kanker pankreas,
asidosis diabetik, diabetes melitus, intoksikasi alkohol akut, gondong, gagal ginjal, hipertrofi

prostat jinak, luka bakar, kehamilan, pengaruh obat : meperidin (demerol), kodein, morfin,

betanekol klorida (urecholine), pentazosin (talwin), etil alkohol (jumlah besar), ACTH,

guanetidin, tiazid, salisilat, tetrasiklin.

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Obat narkotik dapat menyebabkan hasil positif palsu.

Cairan lV yang mengandung glukosa dapat menyebabkan kadar negatif palsu.

Kontaminasi saliva pada spesimen dapat terjadi akibat batuk, bersin, atau berbicara,

saat tabung terbuka. Hal ini dapat menyebabkan hasil positif palsu.

4. Pemeriksaan Lipase (serum)

Lipase adalah enzim hidrolase yang menguraikan ikatan ester dalam lemak, yang

terbentuk antara gliserol dan asam lemak rantai panjang. Ikatan ester yang diuraikan adalah

yang terdapat antara asam lemak tersebut dengan atom C, yaitu atom C1 atau 3. Sebagai

hasilnya, terbentuklah dua asam lemak bebas dan atau 2-monoasilgliserol.

Lipase, merupakan enzim yang disekresikan oleh pankreas, dan membantu

pencernaan lemak. Lipase, seperti halnya amilase, muncul pada aliran darah setelah terjadi

kerusakan pada pankreas. Pankreas akut merupakan penyebab terumum peningkatan kadar

lipase serum. Kadar lipase dan amilase meningkat pada awal penyakit, tetapi lipase serum dapat

meningkat sampai 14 hari setelah episode akut, sedangkan kadar amilase serum kembali

normal setelah kira-kira 3 hari. Lipase serum berguna untuk diagnosis akhir pankreatitis akut.

Metode : Enzymatik photometrik

Prinsip :
1-2-o-dilauryl-rac-glycero-3-glutamic acid (6-methylresorufin) ester ditambahkan pada suatu

micro-emulsion yang akan dipecah oleh lipase menjadi co-lipase dan bile acid. Kombinasi co-

lipase, bile acid dan substrat akan mengalami penguraian oleh enzim lipolitik dan esterase

sehingga menghasilkan methylresorufin ester yang dengan cepat terdegradasi menjadi

methylresorufin yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan aktivitas lipase dalam

sampel.

Cara kerja :

Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah terjadinya

hemolisis.

Terapkan puasa pada klien, kecuali tetap diperbolehkan minum air selama 8 sampai 12 jam.

Pemberian obat narkotik dihentikan selama 24 jam sebelum uji dilakukan jika obat narkotik

diberikan dalam 24 jam sebelum uji dilakukan, nama obat dan waktu pemberian harus tertulis

pada formulir laboratorium.

Nilai Rujukan

Dewasa : 20-180 IU/l, 114-286 U/l, 14-280 U/l (Satuan SI). Nilainya berfariasi disetiap

laboratorium.

Anak : Bayi : 9-105 IU/l pada suhu 37C. Anak : 20-136 IU/l pada suhu 37C.

Tujuan

Untuk mengetahui keberadaan pankreatitis akut atau gangguan pankreatik lainnya (lihat

masalah klinis).

Masalah klinis

Penurunan kadar: kanker pankreas stadium akhir, hepatitis.


Peningkatan kadar: pankreatitis akut dan kronis, kanker pankreas (stadium awal), ulkus

terperforasi, obstruksi duktus pankreatikus, kolesistitis akut (sebagian kasus), gagal ginjal akut

(tahap awal). Pangaruh obat: kodein, morfin, meperidin (demerol), steroid betanekol

(urecholine), guanetidin.

Faktor Yang Memengaruhi Temuan Laboratorium

Sebagian besar obat narkotik meningkatkan kadar lipase serum.

Makanan yang dikonsumsi dalam 8 jam sebelum uji dapat memengaruhi kadar lipase serum.

Terdapatnya hemoglobin dan ion kalsium dapat menyebabkan penurunan kadar lipase serum.

5. Pemeriksaan Fosfatase Asam

Fosfatase asam (acid phosphatase, ACP). Fosfatase asam bekerja pada pH yang lebih

kecil dari 7. Rentangan pH yang memenuhi syarat ini tentu saja banyak sekali. Akan tetapi,

enzim terpenting di dalam kelompok ini, yaitu fosfatase asam yang berasal dari kelenjar prostat,

bekerja pada pH tertentu, yaitu disekitar 5. Enzim ini adalah enzim lisosom, sehigga terdapat

di semua sel yang mempunyi lisosom, kecuali sel darah merah.

Konsentrasi enzim fosfatase asam yang tinggi (ACP) dapat di temukan pada kelenjar

prostat dan semen. Konsentrasinya agak berkurang di dalalm sum-sum tulang, sel darah merah,

hati, dan limpa. Kenaikan ACP serum tertinggi terjadi pada kasus kanker prostat. Pada

hipertrofi prostat yang jinak (benign prostatic hypertrophy, BPH), kadarnya juga di atas

normal. Peningkatan kadar fosfatase alkalin yang cukup tinggi dapat menyebabkan kadar

seruMm ACP tinggi yang keliru.

Metode : Kinetic / Clinicon

Cara kerja :
Tampung 3-7 ml darah vena adalam tabung tertutup merah.

Cegah terjadinya hemodialisis, spesimen harus di bawa ke laboratorium segera. ACP peka

terhadap panas dan pH. Jika spesimen di pajankan di udara terbuka dan di biarkan dalam suhu

kamar, aktifitasnya akan menurun setelah 1 jam.

Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.

Nilai rujukan :

Dewasa : <2,6 ng/ml ; kisaran 0-5 U/l, beragam sesuai metode yang digunakan : 0,2-13 IU/l

(satuan SI).

Tujuan :

Untuk membandingkan uji ACP dengan hasil laboratorium lainnya, untuk mendiagnosis

kanker prostat atau BPH.

Masalah Klinis :

Penurunan kadar : sindrom down. Pengaruh obat : fluorida, oksalat, fosfat, alkohol.

Penigkatan kadar : karsinoma prostat, mieloma multipel, penyakit paget, kanker payudara

dan tulang, BPH, anemia sel sabit, sirosis, gagal ginjal kronis, hiperparatiroidisme,

osteogenesis, imperfekta, infark miokardium. Pengaruh obat : androgen pada wanita, klofibrat

(astromid-S).

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium :

Hemolisis pada sampel darah dapat menyebabkan hasil uji yang tidak akurat.

Obat tertentu dapat menurunkan kadar ACP serum (lihat pengaruh obat).

Jika spesimen darah terpajan di udara terbuka dan dibiarkan dalam suhu kamar lebih dari 1

jam, kadar ACP akan menurun.


6. Pemeriksaan Fosfatase Alkali (Alkaline Phosphatase, ALP) Dengan Isoenzim (serum)

Fosfatase alkali (ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama olah hati dan

tulang; enzim ini juga dapat berasal dari usus, ginjal, dan plasenta. Pengujian ALP berguna

untuk menentukan apakah terdapat penyakit hati dan tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada

sel hati, kadar ALP mungkin agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit

hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar

bilirubin serum tetap meningkat. Untuk menentukan apakah sudah terjadi disfungsi hati,

terdapat beberapa pengujian laboratorium yang perlu dilakukan (mis., bilirubin, meusin

aminopeptidase (LAP), 5-nukleotidase [5-NT], dan gamma-glutamil transpeptidase

[GGTP]).

Metode paling muda dan paling sering digunakan untuk membedakan isoenzim-

isoenzim ALP adalah fraksionasi panas, yang sampel serumnya dipanaskan 56C selama 15

menit dan kemudian diperiksa untuk mendeteksi sisa aktivitas ALP. Hasilnya dibandingkan

sengan aktivitas ALP dari sampel yang sama yang tidak dipanasi. ALP tulang sangat labil dan

setelah pemanasan mungkin hanya mengemukakan aktivitas 10-20% dari aktivitas semula,

sedangkan ALP hati relatif stabil dan mempertahankan 30-50% aktivitasnya. ALP plasenta

sangat stabil panas dan pada dasarnya dapat mempertahankan semua aktivitas setelah

dipanaskan. Dalam keadaan normal serum mengandung aktivitas ALP dari berbagai jaringan,

sehingga hasil fraksionasi panas dapat membingungkan. Inhibisi kimiawi dengan urea

(menghambat fraksi plasenta) atau fenilalanin (menghambat fraksi hati dan tulang) juga

memungkinkan kita membedakan isoenzim ALP.

Pada kasus kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena aktivitas osteoblastik

(pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak,

baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan tulang.
Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dengan penyakit tulang,

ALP1 menandakan penyakit yang disebabkan oleh hati, sementara ALP2 oleh tulang.

Metode : Autometik

Prinsip :

Alkali Phosphatase akan menghidrolisis p-nitrophenyl phosphat menjadi p-nitrophenol dan

phosphat. Aktivitas ALP ditentukan dengan mengukur p-nitrophenol secara kinetik pada 405

nm.

Cara kerja :

Tampung 3-5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah hemolisis.

Tidak ada pembatasan makanan minuman. Untuk uji isoenzim ALP, klien mungkin

dianjurkan untuk puasa satu malam.

Tangguhkan sekitar 8 sampai 24 jam untuk pemberian obat yang dapat meningkatkan kadar

ALP, dengan persetujuan dokter.

Catat usia klien dan obat yang dapat memengaruhi hasil pengujian dalam formulir

laboratorium.

Nilai Rujukan

Dewasa : 42-136 U/l; ALP1 : 20-130 U/l; ALP2 : 20-120 U/l.

Anak : bayi dan anak (usia 0-12 tahun) : 40-115 U/l. Anak berusia lebih tua (13-18 tahun) : 50-

230 U/l.

Usia lanjut : agak lebih tinggi dari orang dewasa.

Tujuan

Untuk menemukan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.


Untuk membandingkan hasil pengujian ALP dengan pengujian laboratorium lain, guna

memastikan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.

Masalah Klinis

Penurunan kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vitamin C),

hipofosfatasia, anemia pernisiosa, insufisiensi plasenta. Pengaruh obat : fluorida, oksalat,

propranolol (inderal).

Peningkatan kadar : penyakit obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis,

hiperparatiroidisme, leukimia, kanker tulang (payudara dan prostat), penyakit paged, osteitis

deforman, penyembuhan fraktur mieloma multipel, osteomalasia, kehamilan trimester akhir,

artritis reumatoid (aktif), penyakit ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antigeotik (aritromisin,

linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat

penenang, indometasin (indocin), prokainamid, kontrasepsi oral (beberapa), tolbutamid,

isoniazid (INH), asam paraaminosalisilat (PAS).

Faktro Yang Memegaruhi Temuan Laboratorium

Obat tertentu yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar ALP serum dapat

menyebabkan hasil yang keliru (lihat pengaruh obat di atas).

Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP serum 5 sampai 10 kali dari nilai

normalnya.

Usia pasien (mis., usia muda dan tua dapat menyebabkan peningkatan serum). Kehamilan

trimester akhir sampai 3 minggu pascapartum, dapat menyebabkan peningkatan kadar ALP.

7. Pemeriksaan Laktat Dehidrogenase (LDH)


Laktat Dehidrogenase (Lactic dehydrogenase, LDH) adalah enzim intraseluler

yang terdapat hampir semua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi

ditemukan di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah (SDM). LDH

memiliki dua subunit yang berbeda-O (otot) dan J (Jantung). Subunit ini berkombinasi dalam

bentuk yang berbeda untuk membuat lima isoenzim.

LDH1 : fraksi jantung ; J, J, J, J; di jantung, SDM, ginjal, otak (beberapa).

LDH2 : fraksi jantung ; J, J, J, O; di jantung, SDM, ginjal, otak (beberapa).

LDH3 : fraksi paru ; J, J, O, O; di paru-paru dan jaringan lain, limpa, pankreas, adrenal,

tiroid, limfatik.

LDH4 : fraksi hati ; J, O, O, O; di hati, otot rangka, ginjal, dan otak (sebagian)

LDH5 : fraksi hati ; O, O, O, O; di hati, otot rangka, ginjal (beberapa).

Seperti uji enzimatik lainnya, seperti kreatinin fosfokinase (CPK) dan aspartat

aminotranserase (AST), LDH dan LDH1 serum digunakan untuk mendiagnosis MCI akut.

Kadar LDH (total) dalam serum yang tinggi, terjadi 12-24 jam setelah infark, mencapai

puncaknya dalam 2 sampai 5 hari, dan cepat tinggi selama 6 sampai 12 hari, membuatnya

menjadi uji yang sangat berguna untuk diagnosis MCI yang tertunda. Rasio LDH1/LDH2,

dengan kadar LDH1 yang tertinggi, mengindikasikan MCI.

LDH3 berhubungan dengan penyakit paru, dan LDH5 berhubungan dengan

penyakit hati dan otot rangka. Pada hepatitis akut, kadar LDH Total meningkat, dan LDH5

biasanya meningkat sebelum terjadi ikterik dan menurun sebelum kadar bilirubin menurun.

Metode : kinetik UV

Prinsip :

Pyruvate + NADH + H+ L-Laktat + NAD+NADH

akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur dengan

fotometer.
Cara kerja :

a. Persiapan reagen

1. Reagen 1 berisi NADH 0,22 mol

2. Reagen 2 berisi Tris 89 mmol, Pyruvat 1,8 mmol, Sodium Ch/Na Ch 222 mmol,

Sodpersiapan reagenium Azide <0,1

b. Pemeriksaan :

1. Masukkan 50 l sampel ke dalam cup sample, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai nomor

pemeriksaan

2. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes LDH.

3. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes .

4. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.

5. Hasil tes akan keluar pada print out. 12

Nilai Rujukan

Dewasa : LDH total : 100-190 IU/l, 70-250 U/l. Kadar dapat berbeda berdasarkan metode

yang digunakan.

Isoenzim : LDH1, 14-26% ; LDH2, 27-37% ; LDH3, 13-26% ; LDH4, 8-16% ; LDH5, 6-16%.

Perbedaan sebesar 2% sampai 4% dianggap normal.

Anak : bayi baru lahir : 300-1500 IU/l. Anak : 50-150 IU/l ; 110-295 U/l.

Tujuan

Untuk mendiagnosis kerusakan otot miokardium atau otot rangka.

Untuk membandingkan temuan uji dengan uji enzim jantung lainnya (mis., CPK, AST).
Untuk memeriksa temuan isoenzim LDH, guna menentukan keterlibatan organ.

Masalah klinis

Peningkatan kadar : MCI akut, CVA, kanker (paru-paru, tulang, usus, hati, payudara,

serviks, testis, ginjal, lambung, melanoma kulit), leukemia akut, infark pulmonar akut,

mononukleosis infeksius, anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, sel sabit, hemolitik

didapat), hepatitis akut, syok, penyakit otot rangka, pingsan karena panas. Pengaruh obat :

narkoti (kodein, morfin, meperidin [Demerol]).

Faktor yang memengaruhi temuan laboratorium

Obat narkoti dan injeksi IM dapat meningkatkan kadar LDH serum.

Hemolisis sampel darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LDH serum; enzim

tersebut cukup banyak terdapat dalam SDM.

8. Pemeriksaan Kreatin Fosfokinase (serum), Isoenzim CPK (serum) Kreatin Kinase

(CK)

Kreatin fosfokinase (creatine phosphokinase, CPK) juga dikenal sebagai kreatin

kinase (creatine kinase, CK), merupakan enzimyang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada

otot jantung dan otot rangka dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak. CPK/CK serum

biasanya meningkat akibat penyakit otot rangka, MCI akut, penyakit serebrovaskular, aktifitas

berat, injeksi intramaskular (IM), dan hipokalemia (akibat ketidakseimbangan elektrolit).

CPK/CK memiliki dua jenis isoenzim : M yang berkaitan dengan otot (muscle), dan berkaitan

dengan otak (brain). Proses elektroforesis dapat memisahkan isoenzim menjadi tiga subdivisi

: MM (dalam otot rangka dan beberapa di jantung), MB (di dalam jantung), dan BB (dalam

jaringan otak). Jika kadar CPK/CK meningkat, elektroforesis CPK dilakukan untuk
memastikan kelompok isoenzim mana yang meningkat. Peningkatan CPK-MB isoenzim dapat

menandakan terjadinya kerusakan pada sel miokardium.

CPK/CK dan CPK-MB serum meningkat dalam 4 samapi 6 jam setelah MCI akut,

mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24 jam (>6 kali kadar normalnya) dan kembali normal

dalam 3 sampai 4 hari, kecuali terjadi nekrosis atau kerusakan jaringan yang baru. Jika

pengobatan untuk MCI akut harus diberikan per parenteral (misalnya morfin), akan lebih baik

jika pengobatan diberikanper intravena daripada per intramuskural sehingga cedera otot ringan

(akibat suntikan diberikan per IM) tidak akan meningkatkan kadar CPK ; namun, injeksi hanya

sedikit atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap kadar CPK-MB. Pengambilan

darah untuk uji kadar CPK/CK serum sebaiknya dilakukan sebelum injeksi IM.

Metode : NAC Activate

Prinsip :

Enzim ini mengkatalisis reaksi pembentukan ATP dari kreatinfosfat dan ADP dan sebaliknya,

seperti yang tertera dalam persamaan berikut ini.

Kreatin + ATP keratin-fosfat + ADP

Cara kerja :

Kumpulkan 5 sampai 7 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah hemolisis

Catat dalam formulir laboratorium jumlah frekuensi injeksi IM yang diterima klien 24 sampai

48 jam terakhir.

Tidak ada pembatasan asupan makanan dan minuman.

Nilai rujukan :
Dewasa :

Pria : 5-35 g/ml, 30-180 IU/l, 55-170 U/l pada suhu 37oC (satuan SI).

Wanita : 5-25 g/ml, 25-150 IU/l, 30-135 U/l pada suhu 37oC (satuan SI).

Anak :

Pria : 0-70 IU/l pada suhu 30oC.

Wanita : 0-50 IU/l pada suhu 30oC.

Bayi baru lahir : 65-580 IU/l pada suhu 30oC.

Isoenzim CPK :

CPK-MM : 94%-100% (otot)

CPK-MB : 0%-6% (jantung)

CPK-BB : 0% (otak)

Sebagian besar laboratorium sudah mengganti uji isoenzim CPK dengan pecahan CPK-MB.

Tujuan

Untuk memastikan keberadaan penyakit miokardium atau otot rangka.

Untuk membandingkan temuan uji dengan kadar AST/SGOT dan dehidrogenase laktat

(lactate dehydrogenase, LDH). Guna memastikan keberadaan kerusakan miokardium

Masalah klinis

Peningkatan kadar : Infark miokardium akut (MCI akut), penyakit otot rangka, cedera

serebrovaskular (CVA), dan akibatnya terjadi peningkatan isoenzim CPK. Pengaruh obat :

injeksi IM, deksametason (Decadron), furosemid (lasix), aspirin (dosis tinggi), ampisilin,

karbenisilin, klofibrat.
Isoemzim CPK-MM : distrofi muskular, delirium tremen, cedera/trauma remuk, status bedah

dan pascabedah, aktivitas berat, injeksi IM, hipopalemia, hemofilia, hipotiroidisme.

CPK-MB : MCI akut, angina pektoris berat, bedah jantung, iskemia jantung, miokarbitis,

hipokalemia, defibrilasi janting.

CPK-BB : CVA, perdarahan subaraknoid, kanker pada otak, cedera otak akut, sindrom

RAYE, embolisme dan infark paru, kejang.

Faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium

Injeksi IM dapat menyebabkan peningkatan kadar total CPK/CK serum.

Aktifitas berat dapat menyebabkan peningkatan kadar.

Trauma dan tindakan bedah dapat meningkatkan kadar serum.

9. Pemeriksaan Gamma-Glutamil Transferase (GGT) serum

Enzim gamma-glutamil transferase (gamma glutamyl transferase, GGT) ditemukan

terutama dalam hati dan ginjal, sementara kuantitas yang lebih rendah ditemukan dalam limpa,

kelenjar prostat dan otot jantung. GGPT merupakan uji yang sensitif untum mendeteksi

beragam jenis penyakit parenkim hepar (hati). Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih

awal dan akan tetap meningkat selama kerusankan sel tetap berlangsung.

Enzim ini bekerja dengan memindahkan suatu gugus gamma-glutamil dari suatu

peptide atau senyawa lain yang mengandung gugus ini, ke suatu molekul lain yang menerima

(akseptor).

Kadar tinggi GGT terjadi setelah 12 sampai 24 jam bagi orang yang minum alkohol

dalm jumlah banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2 sampai 3 minggu setelah

asupan alkohol dihentikan. Beberapa program rehabilitasi pencandu alkohol menggunakan

kadar GGPT sebagai arahan saat merencakan asuhan dikarenakan bagi pecandu alkohol.
Uji GGPT dipandang lebih sensitif untuk menentukan disfungsi hati daripada uji

alkalin fosfatase (alkaline phosphatase, ALP).

Metode : Kinetik Soluble subtrate, modifikasi Szasz

Prinsip :
(-GT)
L--Glutamyl-3-Carbozy-4-Nitroanilide + Glycylglycine

L--Glutamylglycylglycine + 5-amino-2-Nitrobenzoate

Nilai 5-Amino-2-Nitrobenzoate yang terbentuk sebanding dengan aktivitas -GT dalam serum

bila diukur pada panjang gelombang 405 nm dengan reaksi kinetik.

Alat dan Bahan :

1. Alat :

Kuvet

Pipet 1,0 mL

Mikropipet 50L

Pemanas 30oC / 37oC

Photometer 405 (400-420)

Yellow dan blue tip

centrifuge

Tissue

2. Bahan :
Reagen kerja

Serum

Cara kerja :

1. Pembuatan larutan kerja

Larutkan reagensia dengan pelarut aquabidest sesuai volume pada label botol dan campur

dengan baik.

Larutan ini stabil selama 21 hari pada suhu 2-8oC dan 3 hari pada suhu kamar (18-30oC).

Absorbance larutan blanko reagensia harus < 0,85 bila dibaca terhadap aquabidest pada

panjang gelombang 405 (400-420)nm.

2. Bahan pemeriksaan :

Spesimen terbaik adalah serum (dari darah yang tidak hemolisis). -GT dalam serum

stabil selama 7 hari pada suhu 2-25oC dan 1 tahun pada suhu -20oC.

Masukkan ke dalam cuvet Test


Larutan kerja ( dihangatkan pada 30oC / 37oC 1,0 mL
selama 5 menit )

Serum 50 L
3. Pemeriksaan :

Campur homogen dan hangatkan pada 30oC / 37oC selama 60 detik. Baca Absorbance test

setiap 60 detik selama 3 menit terhadap blanko air/udara 405nm. Hitung nilai rata-rata dari

selisih absorbance nya.

Faktor : 2211

Perhitungan :
-GT (IU/L) = ( Abs. Test / menit) x Faktor

Nilai rujukan :

30 oC 37 oC
Pria 8-37 ( IU/ L ) 9-54 ( IU/L)
Wanita 6-24 ( IU / L) 8-35 (IU/L)

Tujuan

Untuk mendeteksi keberadaan gangguan hepar

Untuk memantau kadar enzim GGT selama terjadi gangguan hati dan selama pengobatan

yang diberikan.

Untuk membandingkan kadar enzim ini dengan kadar enzim hati yang lain guna

mengidentifikasi disfungsi hati.

Masalah klinis

Peningkatan kadar : Sirotis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut

dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), diabetes militus,

hiperlipoproteinemia (tipe IV), MCI akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut, kolesistitis

akut, epilepti, sindrom nefrotik. Pengaruh obat : fenitoin (Dilantin), fenobarbital,

aminoglikosida, warfarin (coumadin).

Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium

Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan uji GGT positif palsu

Asupan alkohol yang berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan kadar

GGT.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Enzim adalah molekul protein yang mengatalisis reaksi kimia tanpa mengalami

perubahan secara kimiawi. Ensim mengatur metabolisme dengan ikut serta pada hampir pada

semua fungsi sel. Setip enzim bersifat spesifik bagi substrat yang diubahnya menjadi suatu

produk tertentu. Pada dasarnya, terdapat ribuan enzim yang berlainan, tetapi hanya beberapa

yang secara rutin diperiksa untuk diagnosis klinis.

Enzim mempunyai dua fungsi pokok sebagai berikut.

1. Mempercepat atau memperlambat reaksi kimia.

2. Mengatur sejumlah reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama.

Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh organisme hidup. Enzim

berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase

Enzim juga berperan dalam menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis

ATP untuk menghasilkan kontraksi otot ATPase lainnya dalam membran sel umumnya adalah

pompa ion yang terlibat dalam transpor aktif. Enzim juga terlibat dalam fungs-fungsi yang

khas, seperti lusiferase yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang. Virus juga

mengandung enzim yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik.

Enzim tersusun atas dua bagian. Apabila enzim dipisahkan satu sama lainnya

menyebabkan enzim tidak aktif. Namun keduanya dapat digabungkan menjadi satu, yang

disebut holoenzim. Kedua bagian enzim tersebut yaitu apoenzim dan koenzim.

Ada dua cara kerja enzim , yautu model kunci gembok dan induksi pas.
Beberapa enzim umum sekali digunakan untuk tujuan diagnosis. Enzim-enzim itu

adalah :

Alanin aminotransferase (ALT) atau glutamat piruvat transaminase (GPT)

Aldolase

Amylase-

Aspartat aminotransferase (AST) atau glutamate oksaloasetat transaminase (GOT)

Fossfatase alkali

Fosfatase asam

-glutamil transferase

Glutamate dehidrogenase

isositrat dehidrogenase

kimotripsin

kolinesterase

kreatinkinase

laktat dehidrogenase (LDH)

lipase

5-nukleotidase

Tripsin

Enzim yang umum digunakan dalam proses diagnosis yaitu :

1. Serum Glutamic Oxaloacetic Transferase (SGOT) / Aminotransferase Asparat (AST).

Tujuannya yaitu :

Untuk mendeteksi peningkatan Ast serum, enzim yang ditemukan, terutama dalam otot

jantung dan hati, yang meningkat selama MI akut dan kerusakan hati.
Untuk membandingkan temuan AST dengan kadar CK dan LDH dalam mendiagnosis MI

akut.

2. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) / Aminotransferase Alanin (ALT). Tujuannya

yaitu :

Untuk mendeteksi penyakit hati.

3. Amilase dengan isoenzim (serum)

Tujuannya yaitu :

Untuk membantu dalam mendiagnosis pankreatitis akut dan masalah kesehatan lainnya (lihat

masalah klinis).

4. Lipase (serum)

Tujuannya yaitu :

Untuk mengetahui keberadaan pankreatitis akut atau gangguan pankreatik lainnya (lihat

masalah klinis).

5. Fosfatase asam

Tujuannya yaitu :

Untuk membandingkan uji ACP dengan hasil laboratorium lainnya, untuk mendiagnosis

kanker prostat atau BPH.

6. Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) dengan isoenzim (serum)

Tujuannya yaitu :

Untuk menemukan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.

Untuk membandingkan hasil pengujian ALP dengan pengujian laboratorium lain, guna

memastikan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.

7. Laktat dehidrogenase (LDH)

Tujuannya yaitu :
Untuk mendiagnosis kerusakan otot miokardium atau otot rangka.

Untuk membandingkan temuan uji dengan uji enzim jantung lainnya (mis., CPK, AST).

Untuk memeriksa temuan isoenzim LDH, guna menentukan keterlibatan organ.

8. Kreatin fosfokinase (serum), isoenzim CPK (serum) kreatin kinase (CK)

Tujuannya yaitu :

Untuk memastikan keberadaan penyakit miokardium atau otot rangka.

Untuk membandingkan temuan uji dengan kadar AST/SGOT dan dehidrogenase laktat

(lactate dehydrogenase, LDH). Guna memastikan keberadaan kerusakan miokardium

9. Gamma-Glutamil Transferase (GGT) serum

Tujuannya yaitu :

Untuk mendeteksi keberadaan gangguan hepar

Untuk memantau kadar enzim GGT selama terjadi gangguan hati dan selama pengobatan

yang diberikan.

Untuk membandingkan kadar enzim ini dengan kadar enzim hati yang lain guna

mengidentifikasi disfungsi hati.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan

makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan

maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca

mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai