oleh :
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa
Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Jenderal Soedirman dengan judul MEKANISME PENGAJUAN KLAIM BPJS
DENGAN SISTEM INA - CBGs DI RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO, yang disusun oleh:
NIM : G1B012013
Mengetahui,
DAFTAR ISI
2
3
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
DAFTAR TABEL............................................................................................. vi
BAB I PENDHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum................................................................................. 4
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 4
D. Manfaat................................................................................................. 4
1. Bagi Institusi Magang..................................................................... 4
2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat.............................................. 5
3. Bagi Mahasiswa.............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7
A. Asuransi Kesehatan............................................................................... 7
B. Asuransi Kesehatan Sosial.................................................................... 9
C. Rumah Sakit.......................................................................................... 11
D. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial................................................... 11
E. Pola Kerjasama BPJS Kesehatan dengan Rumah Sakit........................ 13
F. Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan.................. 17
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN........................................ 20
A. Rencana Kegiatan................................................................................. 20
B. Lokasi Kegiatan.................................................................................... 21
C. Waktu Kegiatan..................................................................................... 21
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 4. Dokumentasi 74
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam
hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada
zaman seperti ini apa bila kita berobat ke rumah sakit atau ke dokter spesialis
tetapi juga memberatkan kalangan menengah atas. Hal tersebut terjadi karena
langsung dan menggunakan uang sendiri (out of pocket) dalam jumlah yang
Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan karena
Ilyas (2014), apabila ingin mengajukan klaim maka diperlukan sikap kehati-
hatian dari pihak rumah sakit dan lebih memperhatikan kesalahan yang
mungkin terjadi dalam aplikasi INA CBGs, karena bukan tidak mungkin
asuransi.
BPJS adalah RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Oleh karena itu,
rumah sakit ini menjadi salah satu sasaran bagi para mahasiswa yang ingin
uraian di atas maka melalui kegiatan magang ini penulis tertarik untuk
BPJS dengan Sistem INA CBGs di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto
A. Perumusan Masalah
5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
jalan.
inap.
pengajuan klaim BPJS dengan sistem INA CBGs di RSUD Prof. Dr.
C. Manfaat
3. Bagi Mahasiswa
Soekarjo Purwokerto.
teori asuransi dan pengajuan klaim yang telah diperoleh dari proses
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi Kesehatan
yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan
kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing- masing peserta
konstribusi anggota secara teratur oleh salah satu bentuk organisasi guna
kesehatan dari kantong sendiri out of pocket, dalam jumlah yang sulit
itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta
peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per orang ( Kemenkes RI,
2014).
pihak (third party) yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama
dibutuhkan peserta.
3. Penyedia pelayanan yakni yang bertanggung jawab menyediakan
pelayanan kesehatan bagi peserta dan untuk itu mendapatkan imbal jasa
yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
Asuransi Kesehatan Sosial atau Jaminan Kesehatan Sosial (JKN). Hal ini
dengan biaya yang wajar dan terkendali, bukan terserah dokter atau terserah
seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh warga,
2013).
Setiap saat kita sangat berpotensi mengalami risiko seperti dapat terjadi
sakit berat, menjadi tua dan pensiun, tidak ada pendapatan masa hidup bisa
panjang. Sementara dukungan anak/ keluarga lain tidak selalu ada dan tidak
dan jangka pendek sehingga belum ada budaya menabung untuk dapat
10
mungkin premi asuransi yang ada (komersial) mahal atau memang belum
risiko tersebut dapat teratasi tanpa adanya hambatan financial maka Jaminan
ekuitas, dan lain- lain merupakan jalan keluar untuk mengatasi risiko yang
menimpa mereka dan atau anggota keluarganya. Selain itu dipaparkan juga
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya oleh pemerinta (BPJS
Kesehatan, 2013).
C. Rumah Sakit
kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
lengkap baik kuratif dan preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
melalui kegiatan medis serta perawatan. Rumah sakit juga merupakan pusat
pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta riset kesehatan (Azwar, 1996).
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS juga diberi
medis dengan teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).
kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari
tua.
adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN. Peserta
PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan tidak
mampu, sedangkan peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong
Negeri Sipil (PNS), anggota TNI, anggota Polri, pejabat Negara, Pegawai
luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang bukan
4. Penerima pensiun.
yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan
tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang
yaitu klinik utama yang atau yang setara, rumah sakit umum dan rumah sakit
kecukupan antara jumlah Fasilitas Kessehatan dengan jumlah peserta yang harus
dilayani.
memuat hak dan kewajiban yang diatur pada Permenkes RI No. 71 Tahun
lengkap.
disepakati.
Kesehatan; dan
disepakati.
maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat
rumah sakit tersebut dapat mengajukan klaim kepada BPJS dengan ketentuan
yang berlaku. Alur pelayanan kesehatan dapat dilihat pada gambar 2.1 (Idris,
2013)
16
Manfaat medis dan manfaat non medis. Manfaat medis bersifat pelayanan
obat sesuai kebutuhan medis. Manfaat non medis meliputi akomodasi dan
perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya, dapat meningkatkan haknya
selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang
5. Pelayanan ambulance;
Ada beberapa pelayanan yang tidak dijamin oleh BPJS menurut Idris
Nasional (JKN) yaitu dengan sistem INA- CBGs sesuai dengan Peraturan
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 setelah pihak
failitas mengirim berkas pengajuan klaim kepada BPJS Kesehtan. Untuk tarif
yang berlaku pada 1 Januari 2014, telah dilakukan penyesuaian dari tarif
lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap di
Sistem INA CBGs lebih lanjut diatur pada Permenkes No. 27 Tahun
Kesehatan Program JKN diatur pada Permenkes No.69 Tahun 2013 yang
tentang Standar Tarif JKN. Tarif INA CBGs mempunyai 1.077 kelompok tarif
terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok
pembayaran klaim rumah sakit oleh BPJS Kesehatan dengan sistem INA
CBGs, BPJS Kesehatan dan Rumah Sakit menggunakan aplikasi INA CBGs.
Sakit, serta memverifikasi apakah klaim akan disetujui dan dibayar atau tidak.
Setelah berkas klaim diperiksa dan benar maka BPJS Kesehatan akan
dan dibayar oleh BPJS Kesehatan setara dengan tarif yang berlaku di wilayah
pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari
pengajuan klaim dari rumah sakit ke BPJS Kesehatan dapat dilihat pada
gambar 2.2.
Gambar. 2.2. Alur Pengajuan Klaim dari Rumah Sakit ke BPJS Kesehatan
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan magang dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu
ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke- 4
1 Mempelajari profil
Puskesmas
2 Mengikuti dan
mempelajari proses
pendaftaran pasien
rawat jalan baik peserta
BPJS PBI dan Non PBI.
3 Mengikuti dan
mempelajari proses
pendaftaran pasien
rawat inap baik peserta
BPJS PBI dan Non PBI.
4 Mengikuti dan
mempelajari proses
billing rawat inap
pasien BPJS PBI dan
Non PBI.
5 Mengikuti dan
mempelajari proses
billing rawat jalan
pasien BPJS PBI dan
Non PBI
6 Mengikuti dan
mempelajari proses
verifikasi administrasi
21
7 Mengikuti dan
mempelajari proses
pencetakan Clinical
Pathway
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Minggu
ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke- 4
8 Mengikuti dan
mempelajari proses
verifikasi pelayanan
9 Mengikuti dan
mempelajari proses
pengajuan klaim BPJS.
10 Membantu pelaksanaan
tugas-tugas instansi,
studi pustaka dan
konsultasi dengan
pembimbing
B. Lokasi Kegiatan
Tengah.
C. Waktu Kegiatan
Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 3 29 Agustus 2015.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari RSU Purwokerto yang berlokasi di Jl. Dr. Angka No.2 Purwokerto.
rumah sakit yang terdri atas dua lantai yang berlokasi di Jl. Dr. Gumbreg
November 1995. Dilihat dari aspek geografis lokasi RSUD Prof. Dr.
terletak di kota yang terus berkembang menjadi kota besar dan kota
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, dengan jarak sekitar 200 km dari
Purwokerto (www.rsmargono.jatengprov.go.id).
Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto sebgai RSUD milik
dan tata kerja rumah sakit berpedoman pada Perda No. 8 Tahun 2008
23
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
Tahun 2008 No. 94). Dalam Peraturan Daerah (Perda) yang selanjutnya
sakit yang masing- masing dipimpin oleh seorang direktur yang berada
sangat memadai yaitu sekitar 710 dari setiap kelas (Profil RSMS, 2014).
4. Pengadaan Barang dan Jasa
a. Jumlah Kunjungan
Jumlah kunjungan data terbaru pada bulan Agustus 2015, data per 24
No Kelas Tersesia
1 I 13 bed
2 II 69 bed
3 III 107 bed
4 Utama 0 bed
5 VIP 11 bed
Sumber : www.rsmargono.jatengprov.go.id
5. Perkembangan RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto
Tahun 2013 RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto
melaksanakan pembangunan gedung bedah sentral terpadu meliputi
instalasi bedah sentral dengan 16 kamar operasi, intensive care unit
(ICU dengan 16 tempat tidur dengan 2 tempat tidur isolasi, dan ICPH
(Instalasi Cuci dan Pencucian Hama). Tahun 2014 melakukan renovasi
untuk penambahan bangsal kelas III dan pengembangan ICCU serta
picu. Hal ini yang dikembangkan adalah pembangunan bangasal
paviliun abiyasa untuk VIP dan VVIP sejumlah 72 tempat tidur. RSMS
melakukan persiapan akreditasi paripurna sebagai salah satu program
penjaminan mutu rumah sakit dengan pengembangan perencanaan
berbasis elektronik (e-planning) dan peningkatan 5 kompetensi dasar
bagi seluruh karyawan rumah sakit yaitu pelatihan basic life support,
patient safety, pengendalian infeksi, customer service dan K3 (Profil
RSMS, 2014).
Kesiapan RSUD Prof Dr Margono Purwokerto dalam menghadapi
masa BPJS yang tercantum dalam Profil RSMS (2014), yaitu bahwa
pada tahun 2014 dilakukan penambahan penyediaan bangsal kelas III
sebanyak 75 tempat tidur dari tahun 2013 bangsal kelas III dengan
angka hunian (BOR) 103%. RSUD Prof Dr Margono Purwokerto
memberikan pelayanan BPJS 2014 dengan melakukan penataan sistem
dan prosedur yaitu:
26
7. Klaim BPJS
Klaim BPJS RSUD Prof Dr Margono Purwokerto bulan januari april
B. Hasil Kegiatan
a. Pembiayaan Kesehatan RSUD Prof Dr. Margono Purwokerto
Berdasarkan Permenkes RI No 27 Tahun 2014 menyatakan dalam
dari pihak BPJS Kesehatan akan dijawab dengan isi dari Permenkes
tersebut.
Metode pembayaran RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
adalah dengan case base payment (Casemix), dan RSUD Prof Dr.
yang pada masa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) disebut dengan INA-
CBGs sesuai dengan perturan Presiden No. 12 Tahu 2013 tentang Jaminan
Tahun 2013. Dimana untuk tarif yang berlaku disesuaikan dengan tarif
dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode grup/kelompok
kesehatan akan dibayar sesuai dengan hasil grouping dari coder. Standar
kesehatan diatur dalam Permekes RI No. 59 Tahun 2014. Dan RSUD Prof
mengikuti tarif INA- CBG 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B yang
b. Klaim BPJS RSUD Prof Dr. Margono Purwokerto pada Unit Rawat
Jalan
Klaim rawat jalan di RSUD Prof Dr. Margono Purwokerto diajukan
secara kolektif dengan klaim rawat inap dan klaim IGD kepada BPJS
rawat jalan baik PBI maupun Non PBI. Karena kartu BPJS
Kesehatan.
b) Surat rujukan
RSUD Prof Dr. Margono Purwokerto merupakan rumah sakit PPK
II dan PPK III. Artinya, pasien dapat dirujuk dari dokter keluarga
dan puskesmas sehingga disebut PPK II, dan pasien dapat dirujuk
dipenuhi oleh pasien rawat jalan baik pasien PBI maupun Non PBI
sehingga ada toleransi untuk pasien tersebut agar tidak terlalu repot
untuk mengurus rujukan dari PPK 1. Untuk pasien yang baru rawat
lain- lain. Setelah SEP rawat jalan sudah dibuat beserta slip
poliklinik yang dituju. SEP rawat jalan akan dibuat apabila pasien
rujukan, surat kontrol bagi pasien lama, fotokopi KK, dan fotokopi
KTP.
d) Fotokopi KK dan Fotokopi KTP
Fotokopi KK dan KTP merupakan berkas pelengkap identitas
ICD-9-CM. Pada tahap ini seorang verifikator dari RSUD Prof Dr.
sakit terhadap tindakan, pemeriksaan, obat- obatan dan lain- lain. Tarif
yang ada di billing harus sesui dengan yang ada di Clinical Pathway
biaya pelayanan kesehatan pasien sesuai tarif rumah sakit dan tarif
sama dan jenis BPJS yang sama. Penggunaan billing massal akan
distempel.
5) Ceklist
Ceklist merupakan proses pengecekan kembali jumlah berkas
yang telah dibilling hal ini dimaksudkan agar tidak ada berkas klaim
atau tidak. Kalau masih ada statsus pasien yang masih diragukan
klaim di cek kembali oleh petugas keuangan. Lembar ceklist yang asli
dan tanda terima alat bantu kesehatan seperti kacamata, alat bantu
dengar, alat batu gerak dan lain- lain. Adapun tahap verifikasi
INA CBGs
ii. Verifikasi Administrasi Pelayanan
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam verifikasi
Non dan tidak layak. Contoh kasus klaim yang berstatus Non seperti
Untuk kasus lain yang berstatus tidak layak dikarenakan SEP tidak
sehingga tidak terbaca oleh petugas BPJS Kesehatan. Alasan lain yang
yang tidak lengkap, tanggal SEP yang keliru, tidak terdapat tanda
tangan dokter dan pasien, bukti penunjang yang tidak ada seperti bukti
uji lab, bukti rontgen dan hasil bacaannya, kode prosedur yang tidak
kelengkapan berkas dan tim yang mengurus secara sistem seperti kode
diagnosis dan prosedur, dan lain- lain.Pada proses revisi ini atau proses
rontgen tidak ada. Maka pihak verifikator dari keuangan akan merekap
Kesehatan.
RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selalu melakukan
BPJS Kesehatan yang ada di rumah sakit. Dalam closing ada beberapa
hal yang perlu dituntaskan dan dicari solusi terkait beberapa kasus
disetujui, data digabung secara keseluruhan baik untuk rawat jalan dan
dan mengetahui nama dan kode pasien yang di klaim per bulannya. Di
Inap
Klaim BPJS pada unit rawat inap tidak jauh berbeda dengan klaim
pada unit rawat jalan. Hanya saja, klaim pada unit rawat inap lebih
kompleks. Pasien rawat inap masuk melalui 2 jalur yaitu melalui unit IGD
dan melalui unit rawat jalan atau poliklinik. Hal ini akan mempengaruhi
dalam hal persyaratan yaitu pasien rawat inap yang bersal dari IGD tidak
harus ada surat rujukan sedangkan pasien rawat inap yang berasal dari
pasien. Setelah itu koder akan mulai mengkoding dengan sistem INA-
rumah sakit. Sama halnya dengan koding rawat jalan, koding pada unit
inap.
Kriteria diagnosis utama menurut WHO Morbidity Reference
sumber daya atau hari rawatan paling lama. Diagnosis Sekunder adalah
diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau
operasi dan pengobatan serta non operasi seperti CT Scan, MRI, Cek
grouping maka akan diketahui tarif sesuai grouping tarif sakit kelas B
f) RM 14 manual
g) RM 14 elektronik
h) Clinical Pathway
i) Data pemeriksaan medis
j) Data pelayanan pasien
k) Data penunjang ( Laborat/ CT Scan, dan lain- lain)
l) Resep obat
m) Fotokopi laporan operasi jika pasien operasi
2) Clinical Pathway
Pencetakan Clinical Pathway rawat inap berbeda dengan rawat jalan.
Clinical Pathway dicetak oleh koder dari unit rekam meidk di ruang
prosedur. Jika masih ada yang keliru maka akan diperbaiki oleh
verifikator yang berasal dari unit rekam medik. Selain itu verifikasi
Kesehatan.
4) Billing
Seperti halnya dengan klaim rawat jalan, berkas klaim rawat inap
pasien. Invoice harus sesuai dengan isi Clinical Pathway rawat inap
dan apabila pada saat proses invoice ditemukan tarif yang berbeda
jatah kelas pada lembar pra billing. Apabila masih ada kesalahan dan
klaim rawat inap, harus benar- benar teliti mengenai isi dari billing.
sudah di invoce maka tidak bisa diperbaiki lagi. Dalam lembar billing
kronis. Karena apabila yang di pakai adalah sistem yang biasa dipakai
untuk obat yang biasa maka obat tidak akan muncul. Setelah proses
invoice selesai billing akan dicetak. Ketika pada saat proses invoice
yang sudah diklaim agar tidak ada berkas yang tercecer sebelum
jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Adapun jenis verifikasi antara
lain:
a) Verifikasi Administrasi
Pada unit rawat inap, berkas verifikasi yang akan diverifikasi
adalah:
i. Surat perintah rawat inap
ii. Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
iii. Resume medis yang mencantumkan diagnosa dan prosedur,
khusus onkologi
(2) Resep alat bantu kesehatan (alat bantu gerak, collar neck,
yang ditolak oleh BPJS Kesehatan dan bisa terjadi hingga beberapa
dengan rawat jalan. Ketika ada berkas yang masih direvisi maka
tidak sesuai, menjawab tentang episode rawat inap dan lain- lain.
verifikator dari keuangan. Ketika pada akhirnya masih ada yang belum
44
bulannya.
8) Pengajuan Klaim
Klaim diajukan secara kolektif oleh di RSUD Prof Dr Margono
perintah rawat inap, resume medis yang ditandatangani oleh DPJP, dan
BPJS Kesehatan.
dengan pihak BPJS hampir 2 tahun dan selama melakukan kerja sama
dengan pihak BPJS tentunya menggunakan sistem INA CBGs dalam hal
penerapan sistem INA CBGs. Adapun kelebihan dan kekurang INA CBGs
peyalayanan kesehatan
e) Adanya pembagian resiko keuangan dengan rumah sakit perujuk
dan yang dirujuk sehingga rumah sakit lain dengan RSMS sama-
Soekarjo Purwokerto
Setiap pelaksanaan suatu program tidak terlepas dari adanya
berjalan dengan lancar. Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses
tanggal 13 agustus 2015 dan langsung dirawat inap. Setelah pasien pulang,
dibutuhkan untuk pengajuan klaim. Ternyata klaim ditolak oleh BPJS dengan
alasan kenapa pasien tersebut masuk dalam kategori pasien rawat inap
padahal pasien yang bersangkatan hanya satu hari di rumah sakit dan dengan
penyakit katarak tanpa komplikasi yang hanya perlu kontrol atau hanya perlu
Tahun 2014 tentang Juknis Sistem INA - CBGs yang menyatakan Pelayanan
IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah sehari (one day care/
Permenkes No. 27 Tahun 2014 tentang Juknis Sistem INA CBGs yang
menyatakan Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien
mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah
47
perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara
administrasi telah menjadi pasien rawat inap. Karena masalah tersebut klaim
belum dibayar, yang bisa jadi akan berefek kepada menurunnya kualitas
pelayanan yang akan diberikan oleh RSMS kepada pasien yang ingin berobat.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan magang tentang mekanisme pengajuan
klaim BPJS dengan sistem INA - CBGs di BPJS RSUD Prof Dr Margono
Soekarjo Purwokerto, secara umum sudah berjalan dengan baik dan terpadu
yaitu pengajuan klaim selalu dilakukan dengan tepat waktu yaitu paling
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini sesuai dengan isi
agar pengajuan klaim dilakukan tepat waktu dan klaim pun dibayar tepat
waktu sehingga tidak berefek negatif terhadap kualitas pelayanan rumah sakit
yang diberikan. Setelah pihak rumah sakit mengajukan klaim, pihak BPJS
diberikan kepada peserta paling lambat 15 hari kerja sejak dokumen klaim
JKN pasien peserta BPJS yang mau berobat semakin membludak baik yang
datang dari dalam kota maupun dari luar kota sehingga antrean pun tak
terelakkan. Setiap harinya pasien BPJS yang berobat bisa mencapai 500 800
menjadi satu, agar penyedia pelayanan kesehatan seperti rumah sakit yang
pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi lebih cepat sehingga pasien tidak
perlu terlalu lama berada di rumah sakit. Khusus bagi rumah sakit, bridging
system bisa menghemat sumber daya manusia, kecepatan pengisian data dan
sistem BPJS Kesehatan, SIMRS dan INA - CBGS. Sednagkan sistem yang
menghubungkan yang ada di rumah sakit yaitu dalam bentuk KHS (Krakatau
Hospital System).
Proses pengajuan klaim juga sangat dibantu dengan adanya bridging
Peserta (SEP) menjadi lebih cepat, proses verifikasi baik dari internal rumah
sakit maupun dari BPJS Kesehatan menjadi lebih efektif dan efisien, hingga
49
pada saat klaim diajukan kepada BPJS Kesehatan. Dengan adanya Bridging
ruangan, semisal ketika dari rekam medik atau dari keuangan membutuhkan
diakses.
Rekam medik juga erat kaitannya dengan pengajuan klaim rumah sakit
diberikan kepada pasien (Permenkes No. 269, 2008). Rekam medis juga
keperluan keuangan yaitu klaim asuransi. Rekam medik baik manual dan
Status rekam medik seyogiyanya diisi dengan lengkap dan sebenar- benarnya
medis, nomor SEP, tanggal masuk, tanggal keluar, surat rujukan fotokopi
kesalahan penulisan tanggal masuk atau tanggal keluar, nomor SEP yang
keliru dan lain- lain. Hal ini akan menghambat kelancaran pengajuan klaim.
50
Keadaan ini bisa dilihat dari kualitas SDM yang menangani dokumen klaim.
pekerjaan atau tidak tau cara melaksanakan tanggung jawab, juga disebabkan
mengatasi hal ini diperlukan monitorong dan evaluasi terhadap kinerja dari
para petugas rekam medik. Sehingga dapat diketahui mana- mana saja yang
mempercepat proses klaim dan sebagai dokumen arsip pada rumah sakit.
kepada BPJS Kesehatan. Dokumen klaim antara pasien rawat inap dan pasien
rawat jalan baik PBI maupun Non PBI tidak jauh berbeda. Hanya saja pada
pasien rawat inap dokumen klaim yang harus dilengkapi lebih kompleks.
Dokumen klaim rawat jalan hanya membutuhkan SEP rawat jalan,
fotokopi kartu peserta BPJS, surat rujukan, fotokopi KK/KTP. Surut rujukan
51
bisa berasal dari Puskesmas, dokter keluarga atau rumah sakit lain dengan
lama, bisa memakai surat kontrol yang diberikan oleh dokter dan untuk
pasien yang baru dirawat inap akan diganti dengan RM 13 yang hanya bisa
dipakai satu kali saja. Sedangkan untuk persyaratan pasien rawat inap harus
ada SEP rawat inap, SEP rawat jaan/ SEP rawat inap, fotokopi kartu peserta
tidak ada yang memakai kartu BPJS orang lain. Hal ini sesuai dengan yang
Kesehatan orang lain dan memalsukan kartu BPJS Kesehatan. Dengan adanya
tersebut.
Selain persyaratan umum dan khusus yang harus dipenuhi dalam
dokumen klaim berkas pendukung dan bukti pelayanan lain juga perlu
pendukung yaitu seperti bukti rontgen, resume medis baik manual maupun
Selain itu ketidak lengkapan dokumen juga menjadi pemicu ketidak lancaran
verifikator BPJS Kesehatan akan dikembalikan untuk dilengkapi. Hal ini akan
52
menjadi lama. Hal ini sesuai dengan penelitian Malonda dkk (2015), tentang
pengembalian status rekam medis dan dokumen klaim pada berkas klaim dan
pengajuan klaim.
Setelah medapat rekam medis pasien, proses selanjutnya yaitu grouping
INA CBGs, yaitu proses memasukkan kode diagnosa pasien yang terdapat
dalam resume medis manual ke dalam software INA-CBGs. Hasil dari proses
rumah sakit di keuangan setelah digabung dengan berkas lain. Menurut Ulfah
data statistik penyakit dan masalah kesehatan, serta dalam proses pembayaran
biaya kesehatan dengan software INA CBGs. Dokumen rekam medis yang
tidak lengkap secara tidak langsung dapat mengurangi biaya klaim yang
kode diagnosis sesuai dengan ICD 10 dan untuk tindakan atau prosedur
yang dilakukan oleh koder. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama
sampai clinical pathway dan dibilling dapat dicetak. Kesalaan koding akan
BPJS Kesehatan di rumah sakit akan direvisi kembali. Koder di ruang rawat
inap berasal dari petugas rekam medik, sedangkan koder dari poliklinik
dimana kode diagnosis tidak sesuai dengan ICD-10 dan tindakan yang tidak
sesuai dengan ICD-9-CM. Hal ini menunjukkan kualitas SDM dalam hal ini
para koder ynag masih kurang memahami dan kurang teliti dalam hal
pengkodean ICD-10 dan ICD-9-CM. Oleh karena itu perlu didukung dengan
adanya pelatihan khusus yang berhubungan denga materi coding ICD-10 dan
petugas koder merupakan orang yang terampil dan mengerti coding dengan
sangat dibutuhkan dalam setiap proses yang ada di sytem rumah sakit mulai
informasi yang dihasilkan dari suatu proses perolehan data tidak boleh
koding selesai dan telah diverifikasi oleh verifikator internal rumah sakit
54
yaitu yang berasal dari petugas keuangan dan rekam medis, maka clinical
yang dilakukan pada pasien mulai masuk rumah sakit sampai dengan keluar
yang dapat diukur. Dengan penerapan clinical pathway yang mengacu pada
berkualitas baik, maka dengan sendirinya Rumah Sakit akan untung, dan
begitu pula sebaliknya. Tetapi dalam pelayanan pasien, terkadang para dokter
tidak memberikan pelayanan sesuai dengan clinical pathway. Hal ini karena
sistem tersebut tidak selalu bisa diterapkan untuk semua penyakit. INA-CBG
dengan clinical pathway ini hanya bisa diterapkan pada penyakit tertentu.
fungsi administrasi dan fungsi klinis yang dapat secara langsung memperbaiki
registrasi sampai pasien keluar dari rumah sakit, didalam fungsi ini terkait
55
tinjauan pada informasi pasien atau alaram otomatis yang mengigatkan kontra
tagihan biaya pelayanan yang diterima oleh pasien. RSUD Prof Dr Margono
invoice. Invoice berfungsi untuk menutup transaksi. Rincian biaya yang ada
di billing harus sesuai dengan clinical pathway, dan jika ada perbedaan maka
transpara, dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan penelitian Malonda
Lembar billing yang sudah dicetk akan digabung dengan berkas lainnya untuk
diverifikasi.
Verifikasi pada dokumen klaim bertujuan untuk memastikan bahwa
biaya rogram JKN oleh BPJS Kesehatan dimanfaatkan secara tepat jumlah,
tepat waktu dan tepat sasaran. Selain itu, verifikasi juga berfungsi
dalam pengajuan klaim, hal ini memberikan tanda bahwa koodinasi antar
lembaga ini tidak boleh putus ataupun tidak jelas. Dengan komunikasi juga
koordinasi yang intensif antar kedua belah pihak. Dalam proses verifikasi
oleh verifikator dari pihak BPJS Kesehatan sering terlalu lama dalam
sehingga akan merugikan pihak rumah sakit apalagi jika masih ada klaim
yang ditolak dan pihak rumah sakit harus segera melengkapi segala
klaim yang harus diverifikasi sangatlah banyak. Hal ini tentunya sangat
mempengaruhi kualitas dari pekerjaan mereka. Hal ini sesuai dengan yang
mereka.
Saat verifikasi berlangsung, ada beberapa klaim yang ditolak dengan
verifikator internal rumah sakit untuk diperbaiki. Ada beberapa hal yang
menyebabkan klaim yang ditolak karena berkas yang kurang lengkap seperti
dengan kode prosedur, tanda tangan dokter yang tidak ada, episoede rawat
inap yang masih diragukan dan lain- lain. Episode rawat inap sering menjadi
pernah terjadi, bahwa klaim ditolak oleh BPJS Kesehatan dimana seorang
rawat inap. Pihak BPJS Kesehatan menganggap bahwa pasien tersebut masih
masuk dalam pelayanan rawat jalan yang mengacu kepada Permenkes No. 27
Tahun 2014 tentang Juknis Sistem INA CBGs yang menyatakan Pelayanan
IGD, pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah sehari (one day care/
katarak tersebut dengan memberi alasan penolakan klaim, pihak rumah sakit
tentang Juknis Sistem INA CBGs yang menyatakan Episode rawat Inap
adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam
di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien
rawat inap. Oleh karena itu pihak rumah sakit tetap bersikeras bahwa pasien
tersebut masuk dalam pasien rawat inap, selain diilihat dari waktu
ruang perawatan.
58
yaitu dilihat dari keadaan pasien dan keparahan penyakit yang diderita pasien
(2015) yang menyatakan bahwa salah satu tindakan fraud yang biasa
memanipulasi rawat inap. Selain itu dari pihak pembuat kebijakan sebaiknya
sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap terutama dalam hal waktu
Kesehatan lebih memahami mengenai episode rawat inap. Selain itu, antara
kebijakan. Dengan begitu, kasus yang seperti itu tidak akan menghambat
proses pengajuan klaim dan klaim tetap bisa dibayar tepat waktu dan tidak
rumah sakit selalu memegang komimen untuk mengajukan klaim secara tepat
waktu. RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto memiliki cara jitu
untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengadakan closing setiap tanggal
masih ditolak sehingga pada akhirnya klaim bisa diajukan. Closing ini akan
melibatkan DPJP, Verifikator internal rumah sakit yaitu dari keuangan dan
rekam medik serta verifikator dari BPJS Center. Dengan adanya closing ini
sangat membantu pihak rumah sakit dalam manaje. men klaim, sehingga
klaim dapat dibayar oleh pihak BPJS Kesehatan secara tepat wakt
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengajuan klaim BPJS Kesehatan di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada unit rawat jalan sudah terlaksana secara terpadu dan
Purwokerto pada unit rawat inap sudah terlaksana secara terpadu dan
diagnosis dengan kode prosedur, tandatangan dokter yang belum ada dan
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sama hal nya yang tercantum dalam
Permenkes No. 27 Tahun 2014 dan adanya perbedaan tarif Rumah Sakit
petugas medis dan non medis sesuai dengan tupoksi masing- masing
seperti mengadakan pelatihan koding bagi koder dan lain- lain untuk
hal penelitian.
3. Bagi Mahasiswa
Menjadikan pengalaman kerja yang diperoleh selama magang sebagai
DAFTAR PUSTAKA