Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

DI SUSUN

OLEH :

KELAS E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

SEMESTER III

NAMA KELOMPOK VI

1. KASMA UMAR :214200178


2. YULIANA FITRI :214200299
3. MEYTASARI :214200171
4. KASMI :214200188
5. NUR ALIA :214200206

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE

2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim,

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat


hidayah dan naungan yang diberikan sehingga kami masih memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


akuntansi sektor publik, dimana kami sangat mengharapkan melalui
makalah ini ada manfaat yang diperoleh yang dapat digunakan
sebagai wawasan kita untuk dikemudian hari.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
menjalankan sesuatu memang tidak mudah tapi tanpa
menjalankannya kita tidak dapat mengetahui kesusahan itu dan tanpa
kesalahan kita tidak dapat mengetahui kebenaran. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar menambah pengetahuan untuk
pembuatan makalah selanjutnya.

Pare-pare, 09 Desember 2015

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................ 2
D. Sistematika Penulisan ....................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah ............. 4
B. Dasar Akuntansi Keuangan Daerah .................................. 7
C. Siklus Akuntansi Keuangan Daerah . 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 12
B. Saran ................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi keuangan daerah mempunyai dua pengertian,
pengertian yang pertama mengacu pada kegiatan administrasi atau
pengurusan keuangan daerah, sehingga akuntansi keuangan daerah
lebih diartikan sebagai tata usaha keuangan atau tata buku.
Pengertian yang kedua mengacu pada kegiatan penyediaan informasi
dalam bentuk laporan keuangan bagi pihak eksternal dari Pemerintah
Daerah. Pengertian kedua laporan keuangan inilah yang lebih
mencerminkan definisi akuntansi karena ia tidak membatasi akuntansi
hanya sebagai kegiatan administratif, namun menuntut adanya sistem
yang yang bertujuan untuk menghasilkan informasi berupa laporan
keuangan bagi pihak eksternal pemerintah daerah yang memerlukan
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonominya .
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan
dan dasar akuntansi tertentu pada era pra dan pasca reformasi. Selain
itu, dasar atau basis akuntansi merupakan salah satu asumsi dasar
yang penting dalam akuntansi. Hal ini disebabkan karena asumsi ini
menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang dikenal
dalam tata buku keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan
daerah.
Dari definisi menurut American Accounting Association yang
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi, maka
dapat diketahui bahwa akuntansi terdiri atas beberapa tahap. Setelah
tahap terakhir selesai, maka selanjutnya akan berputar kembali ke
tahap pertama, dan terus seperti itu. dengan kata lain, akuntansi
adalah suatu siklus atau urutan tahap-tahap yang terus berulang.
Tahap-tahap yang ada dalam siklus akuntansi lebih rinci dari keempat
tahap yang ada dalam definisi di atas, karena tahap-tahap dalam

1
definisi akuntansi merupakan garis besar dari tahap-tahap yang ada
dalam siklus akuntansi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini
antara lain:
1. Bagaimana sistem pencatatan keuangan daerah?
2. Apa dasar akuntansi yang digunakan dalam akuntansi keuangan
daerah?
3. Bagaimana sebenarnya siklus akuntansi keuangan daerah?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mengetahui sistem pencatatan keuangan daerah.
2. Mengetahui dasar akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
keuangan daerah.
3. Mengetahui siklus akuntansi keuangan daerah.

D. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini terdapat tiga bab, diawali dengan bab
pendahuluan dan yang terakhir bab penutup yang berisi kesimpulan,
dibawah ini adalah sistematika penulisannya:
BAB I Pendahuluan, diantaranya meliputi:
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
4. Sistematika penulisan
BAB II Pembahasan meliputi:
1. Sistem pencatatan akuntansi keuangan daerah
2. Dasar akuntansi keuangan daerah
3. Siklus akuntansi keuangan daerah
BAB III Penutup berisikan kesimpulan dan saran

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari entitas pemerintah daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi)
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemda (kabupaten, kota atau provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas
pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi
keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur,
dan donatur, analisis ekonomi dan pemerhati pemda, rakyat, pemda
lain dan pemerintah pusat, yang seluruhnya berada dalam lingkungan
akuntansi keuangan daerah.
Pada organisasi pemda, laporan keuangan yang dikehendaki
diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 serta
Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun
2002 Pasal 81 ayat (1) dan lampiran XXIX butir (11). Peraturan
tersebut diperbarui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai

3
Standar Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Laporan keuangan tersebut
adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Karena akuntansi pemerintah/keuangan daerah merupakan
salah satu jenis akuntansi, maka dalam akuntansi keuangan daerah
juga terdapat proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan
pelaporan transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi di pemda.
Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat
digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan
triple entry. Pembukuan hanya menggunakan sistem pencataan single
entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem
pencatatan tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa
pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.

1. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan
sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu
kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan di catat
pada sisi penerimaan dan transaksi yang berkaitan berkurangnya
kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.
Sistem pencatatan single entry ini memiliki beberapa
kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem
ini memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan
(kurang memudahkan penyusunan laporan), sulit untuk
menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit di
kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem
pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan
tersebut.
2. Double Entry

4
Sistem pencatatan double entry sering juga disebut sebagai
sistem tata buku berpasangan. Dan merupakan cikal bakalilmu
akuntansi yang dicetuskan oleh Luca Pacioli dalam artikelnya yang
berjudul Summa Arithmatica Geometri Proertiontent
Proportionalita. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi
ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi
Debit berada di sebelah kiri sedangkan sisi Kredit berada di
sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi
merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini.
Persamaan dasar akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut:
AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA +
PENDAPATAN
Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat
pada sisi debit sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva
akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang sama dilakukan untuk
mencatat belanja.
Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana,
dan pendapatan. Apabila suatu transaksi mengakibatkan
bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan pada sisi
kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka
pencatatan dilakukan pada sisi debit. Hal serupa ini dilakukan untuk
ekuitas dana dan pendapatan. Cara melakukan system double
entry atau menjurnal ini adalah dengan mencatat sisi debet tepat di
sisi kiri dan mencatat sisi kredit tepat di sisi kiri dan mencatat sisi
kredit agak menjorok ke kanan kira-kira 1-2 cm.
3. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan
pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry,
ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi sementara
sistem pencatatan double entry dijalankan, PPK SKPD maupun
bagian keuangan atau SKPKD juga mencatat transaksi tersebut

5
pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek
pada sisa anggaran.

B. Dasar Akuntansi Keuangan Daerah


Setelah memahami sistem pencatatan masih terdapat satu hal
lagi yang penting dalam proses pencatatan. Hal tersebut adalah
masalah pengakuan ( recognition ). Oleh karena Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) telah ditetapkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005,
maka Standar Akuntansi Keuangan Daerah pun mengikuti aturan
tersebut.
Menurut SAP, pengakuan adalah proses penetapan
terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam
catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan, sebagaimana termuat dalam laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan.
Pengakuan tersebut diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang
terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian
atau peristiwa terkait. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu
kejadian atau peristiwa untuk diakui yaitu :
a. Terdapat kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar atau masuk
kedalam entitas pelaporan yang bersangkutan.
b. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur atau diestimasi dengan modal.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa secara
sederhana pengakuan adalah penetapan kapan suatu transaksi
dicatat. Untuk menentukan kapan suatu transaksi dicatat digunakan
berbagai basis / dasar akuntansi atau sistem pencatatan. Basis/dasar
akuntansi atau suatu sistem pecatatan adalah himpunan dari standar
standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan
( Partono, 2001:16 ). Basis-basis tersebut berkaitan dengan

6
penetaapaan waktu (timing) atas pengukuran yang dilakukan,
terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis atau dasar
akuntansi atau sistem pencatatan tersebut antara lain adalah :
1. Basis kas
Basis kas ( cash basis ) menetapkan pengukuran atau
pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi
tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila transaksi
tersebut belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi
tersebut tidak dicatat. Contohnya adalah SP2D biaya perjalan dinas
yang diterbitkan pada tanggal 1 Januari 2006 dan diterima oleh
bendahara pngeluaran pada tanggal 5 Februari 2006, maka oleh
bendahara pengeluaran, transaksi tersebut baru dicatat pad
tanggal 5 Februari 2006, yaitu pada saat pertanggungjawaban.
Secara akuntansi, pengeluaran tersebut seharusnya diakui (dicatat)
pada tanggal 1 Januari 2006 bukan pada saat
pertanggungjawaban.
2. Basis akrual
Basis akrual ( acrual basis ) adalah dasar akuntansi yang
mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa tersebut terjadi ( dan bukan hanya pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar ). Oleh karena itu, transaksi-
transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi
dan diakui dalam laporan keuangan periode terjadinya. Untuk
contoh di atas, transaksi tersebut akan dicatat pada tanggal 1
Januari 2006 dengan mendebit biaya perjalan dinas dan
mengkredit kas sebesar yang tercantum dalam SP2D tersebut.
Basis akrual telah ditetapkan dalam SAP dan dalam Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 untuk Pemda. Sehingga seluruh Pemda di
Indonesia sudah harus menerapkan mulai tahun 2007.

3. Basis kas modifikasian:

7
Basis atau dasar kas modifikasian merupakan kombinasi
dasar kas dengan dasar akrual. Transaksi penerimaan atau
pengeluaran kas dibukukan ( dicatat atau dijurnal ) pada saat uang
diterima atau dibayar ( dasar kas ). Pada akhir periode dilakukan
penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam
periode berjalan meskipun pengeluaran atau penerimaan kas dari
transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisasi.
Jadi penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara
pengeluaran mencatat transaksi dengan basis kas selama tahun
anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran
berdasarkan basis akrual.
4. Basis Akrual Modifikasian
Basis akrual modifikasian (modified accrual basis) mencatat
transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi
tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar
transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh
pertimbangan kepraktisan, contohnya adalah pengakuan piutang
pendapatan.tidak semua piutang pendapatan (misalnya
pendapatan pajak) diakui dengan basis akrual. Pembatasannya
adalah jangka waktu piutang pendapatan tersebut. Apabila piutang
pendapatan tersebut berjangka waktu 3 bulan atau lebih maka
rekening piutang pendapatan tersebut di hapus.

C. Siklus Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri
atas subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling
berhubungan dan mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah
input menjadi output. Input system akuntansi adalah bukti-bukti
transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah
laporan keuangan. Dalam proses akuntansi, terdapat beberapa
catatan yang dibuat, yaitu jurnal, buku besar, dan buku pembantu.
Apabila digambarkan, system akuntansi tersebut akan tampak seperti
yang ditunjukkan pada tampilan berikut.

8
Dalam konteks akuntansi keuangan daerah juga terdapat
System Akuntansi Pemerintahan Daerah. Konsep Sistem Akuntansi
Pemerintahan Daerah ini pun sejalan dengan konsep system
akuntansi di atas dan system akuntansi pemerintahan dalam SAP. Hal
ini tercantum dalam pasal 1 ayat (5) PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang
SAP yang menyebutkan bahwa system akuntansi pemerintahan
adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, serta
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah. Oleh
karena itu, system akuntansi pemerintahan daerah adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi, mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan pemda, sedangkan definisi system
akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama
(kepmendagri nomor 29 tahun 2002) adalah system akuntansi yang
meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan, serta pelaporan keuangannya
dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
System akuntansi keuangan daerah memiliki contoh input
berupa bukti memorial, surat tanda setoran, dan surat perintah
pencairan dana. Proses system akuntansi keuangan daerah dilakukan
dilakukan dengan menggunakan catatan seperti buku jurnal umum,
buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, buku besar,
dan buku besar pembantu. Output system akuntansi keuangan daerah
berupa laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
(Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 232)
System akuntansi diatas dapat dijelaskan secara rinci melalui
siklus akuntansi, yaitu tahap-tahap yang terdapat dalam system
akuntansi, seperti :

9
a. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan
melakukan analisis transaksi keuangan tersebut.
b. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal, tahapan ini
disebut menjurnal.
c. Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang
sudah dijurnal. Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan.
d. Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan
menuangkannya dalam neraca saldo.
e. Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling
up-to-date (mutakir)
f. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan
menuangkannya dalam neraca saldo setelah penyesuaian (NSSP).
g. Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.
h. Menutup buku besar.
i. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam
neraca saldo setelah tutup buku.

1. Analisis Transaksi
Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan analisis
transaksi, terlebih dahulu akan diulang kembali penjelasan tentang
system (tata buku) berpasangan dan persamaan dasar akuntansi.
Akuntansi menggunakan system pencatatan berpasangan (double
entry system). Sebagai contoh, pemda mengeluarkan kas untuk
membayar sewa garasi. Terhadap transaksi ini, akuntansi mencatat
tidak hanya pengeluaran kas, tetapi juga tujuan dikeluarkannya
kas tersebut. Analisis transaksi juga tunduk pada system
berpasangan tersebut. Untuk memahami analisis transaksi demikian,
kita akan menggunakan alat bantu persamaan dasar akuntansi.
Pada saat pembentukan suatu entitas, para pemilik menyetorkan
sejumlah uang atau barang pada entitas tersebut. Kontribusi para
pemilik menyebabkan entitas tersebut memiliki harta atau aktiva.
Kesepakatan akuntansi menghendaki kontribusi para pemilik (dalam
hal ini rakyat) secara nyata menjadi aktiva pemda yang dipisahkan
dari kekayaan pemiliknya, yaitu rakyat. Kesepakatan akuntansi
menghendaki pula pencatatan yang jelas di mana aktiva pemda

10
diperoleh. Sumber diperolehnya aktiva dicatat pada sisi yang
bersebrangan dengan sisi pencatatan aktiva pemda, sehingga selalu
terpelihara keseimbangan antara aktiva dan sumbernya.
Secara matematis, posisi keseimbangan antara aktiva (sarana)
dan sumbernya dinyatakan dengan identitas (persamaan) sebagai
berikut:
AKTIVA = PASIVA
Dalam perjalanan hidup selanjutnya, bisa jadi pemda menerima
aktiva dari para pihak kreditur. Jadi, terdapat dua pihak yang menjadi
sumber diperolehnya aktiva, yaitu pemilik (rakyat) dan kreditur. Agar
dapat dibedakan dengan jelas antara hak pemilik dan hak kreditur,
maka hak para kreditur disebut utang atau kewajiban sedangkan hak
para pemilik (rakyat) disebut ekuitas dana. Dengan demikian,
persamaan akuntansinya menjadi:
AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA
Jadi, aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh
suatu entitas dan masih memberikan kemanfaatan di masa yang
akan datang. Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomi
untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain di masa
yang akan datang. Ekuitas dana adalah hak residu atas aktiva
setelah dikurangi utang.
Jika entitas berupa perusahaan, maka dalam rangka mencari
laba perusahaan menjual produknya (barang atau jasa). Aktivitas
penjualan barang atau penyerahan jasa akan diikuti dengan
penerimaan aktiva, baik berupa uang maupun piutang. Dalam
konteks keuangan daerah, pemda juga menerima aktiva. Contoh
pendapatan pemda adalah pendapatan asli daerah (PAD) dan dana
perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua penerimaan daerah
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi
kekayaan daerah.
Disamping itu, jika entitas berupa perusahaan, dalam rangka
mencari laba, perusahaan perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk
membiayai berbagai pengeluaran, yang disebut dengan biaya. Jadi,

11
biaya adalah semua pengorbanaan ekonomi yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan. Pemda, sebagai suatu entitas, juga
melakukan pengorbanan ekonomi, baik untuk melaksanakan
pelayanan public maupun melaksanakan kegiatan-kegiatan lainya.
Pengorbanan ekonomi tersebut disebut dengan belanja. Jadi, belanja
adalah semua pengeluaran pemda pada suatu periode anggaran.
Contohnya biaya atau belanja tersebut adalah belanja pegawai,
belanja bunga, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja
tak terduga.
Baik pendapatan maupun biaya atau belanja akan menyebabkan
perubahan pada ekuitas dana. Pendapatan pemda akan
menyebabkan naiknya ekuitas dana, sedangkan biaya atau belanja
akan menurunkan ekuitas dana. Dengan adanya pendapatan dan
biaya atau belanja tersebut, maka persamaan dasar akuntansi di
asta menjadi:
AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN
BELANJA
Atau, jika rekening biaya dipindah ke ruas kiri sebelum tanda
sama dengan, maka persamaan akuntansi dasar di atas akan
menjadi
AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA +
PENDAPATAN
Karena pada dasarnya rekening-rekening pendapatan dan
biaya/belanja merupakan subbagian dari rekening ekuitas dana,
maka pada akhir periode akuntansi atau akhir tahun anggaran saldo-
saldonya akan ditransfer ke rekening ekuitas dana memalui proses
tutup buku. Rekening pendapatan dan biaya tersebut disebut dengan
rekening temporer (nominal) karena bersifat sementara. Di pihak lain,
kelompok rekening aktiva, utang, dan ekuitas dana disebut rekening
permanen (riil) karena bersifat permanen.

2. Jurnal Transaksi
Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan
pada buku jurnal. Jurnal dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum

12
dan jurnal khusus. Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk
mencatat semua jenis transaksi, sedangkan jurnal khusus adalah
jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis transaksi.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal
yang digunakan dalam akuntansi keuangan daerah meliputi buku
jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, dan buku jurnal
umum.

3. Posting ke Buku Besar


Transaksi keuangan pertama kali dicatat dalam buku jurnal,
kemudian diringkas dalam Buku Besar. Buku besar adalah sebuah
buku yang berisi kumpulan rekening perkiraan/akun. Rekening-
rekening digunakan untuk mencatat secara terpisah pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Proses memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam
buku besar inilah yang disebut dengan posting. Dalam Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006, pemerintah telah menetapkan format-format
jurnal umum, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, buku
besar, buku besar pembantu, dan neraca. Oleh karena itu, semua
pemda wajib mengikuti format tersebut.

4. Neraca Saldo
Prosedur penjurnalan dan posting dilakukan selama satu periode
akuntansi. Prosedur berikutnya adalah penyusunan neraca saldo
pada akhir periode akuntansi. Neraca saldo adalah daftar rekening-
rekening beserta saldo yang menyertainya. Neraca saldo yang benar
menuntut kesamaan keseluruhan jumlah pendebitan dengan
keseluruhan jumlah pengkreditan. Neraca saldo akan benar jika
proses pemindahan transaksi dari jurnal ke rekening juga benar.

5. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Melaporkan semua pendapatan yang diperoleh selama periode
akuntansi.

13
b. Melaporkan semua belanja yang terjadi selama periode
akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aktiva pada tanggal neraca.
Sebagian nilai aktiva pada awal periode telah terpakai selama
satu periode akuntansi yang dilaporkan.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban (utang) pada tanggal
neraca. Dalam hal ini pembiayaan sebenarnya sudah terjadi,
tetapi belum dibayar.

6. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian


Setelah jurnal penyesuaian dibuat, langkah berikutnya adalah
memostingnya ke buku besar, sesuai dengan rekening-rekeningnya.
Setelah posting dilakukan, maka rekening-rekening akan
menunjukkan saldonya yang terbaru. Prosedur akuntansi berikutnya
adalah penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, yaitu neraca
saldo yang disusun setelah membuat jurnal-jurnal penyesuaian.
Dengan demikian, saldo-saldo rekening yang terdapat dalam neraca
saldo setelah penyesuaian adalah saldo rekening-rekening setelah
baru ini juga dimasukkan dalam neraca saldo setelah penyesuaian.

7. Laporan Keuangan
Berdasarkan PasaL 232 dari Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, laporan keuangan pemda terdiri atas:
a. Laporan realisasi anggaran
b. Neraca
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan

8. Jurnal Penutup
Proses penutupan rekening temporer terdiri atas tiga tahap;
tahap pertama menutup rekening pendapatan ke rekening ikhtisar
surplus defisit atau surplus/defisit, tahap kedua menutup rekening
belanja ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, dan
tahap ketiga menutup rekening ikhtisar surplus defisit ke rekening
ekuitas dana atau R/K Pemda.

9. Neraca Saldo Setelah Tutup Buku

14
Tahap terakhir dari siklus akuntansi adalah penyusunan neraca
saldo setelah penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang lain,
neraca saldo setelah tutup buku juga berisi ringkasan saldo rekening-
rekening, hanya saja saldo tersebut adalah setelah pembuatan jurnal
penutup. Karena proses penutupan rekening temporer mentransfer
saldo rekening-rekening pendapatan dan biaya ke rekening ekuitas
dana, maka dalam neraca saldo setelah tutup buku tidak akan
dijumpai rekening-rekening temporer tersebut. Kalaupun ada,
saldonya akan bernilai nol.
Dengan disusunnya neraca saldo setelah tutup buku ini, akan
tampak bahwa rekening-rekening pemda atau satuan kerja sudah
siap untuk digunakan kembali pada periode akuntansi berikutnya.
Rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan rekening-
rekening riil menyajikan jumlah yang benar-benar menjadi
aset/aktiva, utang, dan ekuitas dana atau rekening koran pemda.

Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus


akuntansi yang telah dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada
proses penyusunan laporan keuangan pemda. Setelah menyusun neraca
saldo setelah penyesuaian, dapat disusun laporan perhitungan APBD.
Namun demikian, untuk lebih mempermudah penyusunan laporan
keuangan yang lain, yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana atau R/K
Pemda, laporan Aliran Kas dan Neraca, biasanya terlebih dahulu
dilakukan proses tutup buku dengan membuat jurnal penutup. Kemudian,
setelah jurnal penutup itu diposting, barulah disusun ketiga laporan
dimaksud. Selain itu, perlu diketahui bahwa siklus tersebut didasari pula
dengan konsep artikulasi. Sebenarnya, sangat mungkin dalam lingkup
sektor public ini diterapkan konsep nonartikulasi, mulai dari proses dan
siklus akuntansi hingga tersusunnya laporan keuangan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah dapat kami bahwa Akuntansi keuangan daerah
mempunyai dua pengertian, pengertian yang pertama mengacu pada
kegiatan administrasi atau pengurusan keuangan daerah, sehingga
akuntansi keuangan daerah lebih diartikan sebagai tata usaha
keuangan atau tata buku. Pengertian yang kedua mengacu pada
kegiatan penyediaan informasi dalam bentuk laporan keuangan bagi
pihak eksternal dari Pemerintah Daerah. Pengertian kedua laporan
keuangan inilah yang lebih mencerminkan definisi akuntansi karena ia
tidak membatasi akuntansi hanya sebagai kegiatan administratif,
namun menuntut adanya sistem yang yang bertujuan untuk
menghasilkan informasi berupa laporan keuangan bagi pihak eksternal
pemerintah daerah yang memerlukan dalam pengambilan keputusan-
keputusan ekonominya
Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan)
dari entitas pemerintah daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi)
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas
pemda (kabupaten, kota atau provinsi).

16
Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat
digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan
triple entry.
Adapun basis system pencatatan akuntansi terdiri dari basis kas,
basis akrual, basis kas modifikasian, dan basis akrual modifikasian.

B. Saran
Seiring dengan perkembangan zaman maka terjadi pula
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat perlu untuk
diketahui seperti halnya dalam makalah ini yang membahas tentang
akuntansi keuangan daerah, perlu ada pemahaman terkait akuntansi
keuangan daerah terutama kita yang sebagai mahasiswa yang
konsentrasinya pada akuntansi keuangan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

17
Heibilon. 2011. Akuntansi Keuaangan Daerah (online),
(http://heibilon.blogspot.co.id/2011/12/akuntansi-keuangan-
daerah.html diakses taanggal 10 Desember 2015).
Wahyoenogroho. 2013. Akuntansi Keuangan Daaerah (online),
(http://wahyoenoegroho.blogspot.co.id/2013/04/akuntansi-
keuangan-daerah.html diakses tanggal 10 December 2015).
Data. 2014. Akuntansi Keuangan Daerah (online),
(https://datakata.wordpress.com/2014/04/01/akuntansi-keuangan-
daerah/ diakses tanggal 10 Desember 2015).

18

Anda mungkin juga menyukai