Anda di halaman 1dari 11

1

Materi Seminar tugas akhir

PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT dan


KOORDINASI SETTING WAKTU RELAY OCR dan GFR
PADA KONFIGURASI JARINGAN RING 3 BUS
(Studi kasus PT. Polysindo Eka Perkasa)
Cecep moh. Ramadon[1], Ir. Tejo Sukmadi[2], Karnoto ST.MT[3]

ABSTRAK
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem tenaga listrik baik gangguan tiga fasa, antar
fasa maupun gangguan fasa ke tanah. Penyebabnya bisa bermacam-macam antara lain terkelupasnya isolasi sehingga
menyebabkan flash over, kelebihan beban, kegagalan proteksi dan lain-lain sehingga diperlukan suatu koordinasi yang
baik agar gangguan tersebut dapat dilokalisir secepat mungkin dan tidak meluas ke area atau peralatan yang lain. Sistem
proteksi bertujuan untuk mengurangi terjadinya gangguan serta mengurangi akibat gangguan tersebut Salah satu
koordinasi pengaman yang sering dilakukan adalah koordibasi OCR dan GFR. Relay ini pada dasarnya mendeteksi adanya
kelebihan arus akibat gangguan yang terjadi dalam system tenaga listrik.
Kajian mengenai perhitungan arus hubung singkat disini akan disimulasikn dengan menggunakan program Delphi
7.0. Adapun langkah-langkah perhitungannya berdaasarkan pada single line diagram serta spesifikasi data-data
peralatan. Hasil dari perhitungan arus hubung singkat ini akan dipergunakan untuk menghitung setting relay OCR dan
GFR. Dengan penerapan karakteristik yang sesuai maka diharapkan bisa mendapatkan karakteristik yang tepat untuk
koordinasi relay OCR dan GFR .
Hasil perhitungan hubung singkat tiap bus diperoleh arus hubung singkat tiga fasa terbesar 14,8 kA pada bus
tegangan tinggi sedangkan arus hubung singkat terkecil (satu fasa ke tanah) sebesar 2,76 kA pada bus 3. Berdasarkan
nilai tms (time multiple setting) dan waktu operasi (top)hasil perhitungan maka jika terjadi gangguan pada jaringan, relay
4 dan relay 7 akan beroperasi lebih cepat beroperasi dalam mengamankan gangguan yang terjadi karena mempunyai nilai
yang lebih kecil.

Kata kunci : Koordinasi Relay, OCR, GFR

1.1 Latar Belakang Masalah


Proteksi arus lebih sangat diperlukan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan
dalam sistim tenaga. Sistem proteksi arus lebih
terjadinya gangguan sistem tenaga listrik baik
yang baik dilakukan dengan cara melakukan
gangguan tiga fasa, antar fasa maupun
koodinasi terhadap relay arus lebih OCR dan
gangguan fasa ke tanah. Penyebabnya bisa
Relay gangguan tanah GFR yang terpasang.
bermacam-macam antara lain kelebihan beban,
Perhitungan koordinasi rele arus lebih mudah
kegagalan proteksi dan lain-lain sehingga
untuk dilakukan untuk sistem radial, tetapi
diperlukan suatu koordinasi yang baik agar
untuk sistem yang lebih komplek yang terdiri
gangguan tersebut dapat dilokalisir secepat
dari banyak bus tidaklah mudah untuk
mungkin dan tidak meluas ke area atau
melakukan koordinasi setting relay.
peralatan yang lain. Sistem proteksi bertujuan
Perbedaan prosedur setting waktu relay
untuk mengurangi terjadinya gangguan serta
antara sistem jaringan distribusi radial dan ring
mengurangi akibat gangguan tersebut. Salah
(cincin) mendorong penulis untuk melakukan
satu koordinasi pengaman yang sering
penelitian di jaringan listrik PT. Polysind Eka
dilakukan adalah koordibasi OCR dan GFR.
Perkasa yang mempunyai konfigurasi jaringan
Prinsip kerja relay ini adalah mendeteksi
distribusi ring (cincin). Penelitian ini dilakukan
adanya kelebihan arus akibat kelebihan beban
untuk mendapatkan setting arus dan setting
atau terjadi gangguan kemudian memerintahkan
waktu operasi relay arus lebih (OCR) dan relay
PMT untuk membuka sehingga gangguan dapat
gangguan tanah (GFR).
dilokalisi.

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
2

500 kV dan 150 kV yang kemudian diturunkan


1.2 Tujuan Penelitian menjadi tegangan menengah yaitu tegangan 20
kV pada jaringan distribusi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Penurunan tegangan dari tegangan tinggi
adalah:
menjadi tegangan menengah dilakukan dalam
1. Mengetahui besarnya arus hubung singkat
suatu gardu induk sedangkan dari tegangan
jaringan listrik PT. Polysindo Eka Perkasa.
menengah ke tegangan rendah dilakukan dalam
2. Menghitung koordinasi setting waktu relay
gardu-gardu distribusi. Sehingga sistem tenaga
OCR dan GFR pada karakteristi normal
listrik dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu
inverse.
pusat pembangkit, saluran transmisi dan saluran
distribusi.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari presepsi yang salah dan 2.2. Gardu Induk
meluasnya pembahasan, maka pada penelitian ini Gardu Induk (GI) sebagai sub-sistem
pembatasan masalahnya meliputi : dalam penyaluran energi listrik memegang
1. Membahas mengenai relay proteksi OCR dan peranan penting dalam menaikkan maupun
GFR . menurunkan tegangan, fungsi dari Gardu Induk
2. Nilai resistansi pada perhitungan diabaikan. adalah sebagai berikut:
3. Impedansi gangguan Zf diabaikan. 1. Transformasi tenaga listrik dari level satu
4. Lokasi penelitian pada sistem jaringan level tegangan ke level tegangan yang lain
distribusi konfigurasi ring PT. Polysindo (dari tegangan tinggi ke tegangan
Eka Perkasa. menengah atau sebaliknya)
5. Evaluasi perhitungan arus hubung singkat 2. Pengukuran, pengawasan operasi, serta
dan setting waktu relay arus lebih (OCR) dan pengaturan pengaman sistem tenaga listrik.
relay gangguan tanah (GFR) dilakukan 3. Pengaturan daya ke gardu-gardu Induk lain
dengan program Borland Delphi 7.0. melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu
induk distribusi melalui feeder tegangan
II DASAR TEORI menengah.
2.1. Sistem Tenaga Listrik
Letak sentral atau sistem pembangkit sering
sangat berjauhan dari pusat beban atau konsumen. 2.2.1. Klasifikasi Gardu Induk
maka penyaluran tenaga listrik ini harus pula Berdasarkan konstruksinya gardu induk dapat
dilakukan melalui jarak yang cukup jauh, diklasifikasikan atas:
misalnya Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) hanya 1. Gardu induk Outdoor
dapat dibangun pada tempat tersedianya potensi Peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu
tenaga air yang pada umumnya berada didaerah induk ini ditempatkan diluar bangunan atau
pegunungan. Hal ini mengakibatkan saluran di tempat terbuka (switchyard).
tenaga listrik yang dibutuhkan semakin panjang 2. Gardu induk indoor
dan kerugian yang ditimbulkan oleh saluran Pada gardu induk indoor instalasi peralatan
listrik semakin besar. Oleh karena itu diusahakan listrik ditempatkan di dalam gedung atau di
memperkecil arus listrik dan menaikan level tempat tertutup.
tegangan transmisi sehingga kerugian daya yang 3. Gardu induk pasangan gabungan
ditimbulkan semakin kecil.Tanaga listrik yang Pada gardu induk ini mempunyai ciri khas
disalurkan dari jauh dengan transmisi tegangan hanya transformatornya yang diletakkan di
tinggi bila mendekati daerah pinggiran kota perlu luar, sedangkan peralatan lainnya berada di
diturunkan menjadi tegangan menengah. Di dalam gedung.
Indonesia saat ini level tegangan transmisi adalah 4. Gardu induk dalam tanah

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
3

Gardu induk dalam tanah mempunyai ciri Peralatan-peralatan tersebut diatas


khas mirip dengan gardu induk pasangan merupakan peralatan-peralatan yang terdapat
dalam (gardu induk indoor), hanya saja pada suatu gardu induk. Namun peralatan di
tempatnya di dalam tanah. gardu induk tersebut ada yang digolongkan
sebagai peralatan pengaman, peralatan-
2.2.2. Peralatan Gardu induk peralatan tersebut antara lain:
Suatu gardu induk merupakan semacam unit 1. Disconnecting Switch/DS
rangkaian yang meliputi bagian-bagian peralatan 2. Circuit breaker(CB) / Pemutus Tenaga
pemasuk rangkaian(circuit entry), rel (busbar), (PMT)
pemisah (disconecting switch), pemtus tenaga 3. Arrester
(circuit breaker), transformator daya dan 4. Relay proteksi
peralatan-peralatan pendukung lainnya seperti
trafo tegangan (voltage transformer), trafo arus
(current transformer), arrester, pemisah dan lain- 2.3 Relay Proteksi
lain.
Relay proteksi adalah peralatan-peralatan
elektronika yang berupa relay yang dapat
1. Disconnecting Switch (DS)/Pemisah (PMS)
merasakan, mendeteksi dan mengukur adanya
Disconnecting Switch (DS) berfungsi
gangguan serta ketidaknormalan pada peralatan
memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan
atau bagian sistem tenaga listrik dan secara
tidak berbeban.
otomatis bereaksi memisahkan daerah yang
2. Busbar / Rel
terganggu dari sistem. Ada dua jenis relay yang
Busbar dalam gardu induk merupakan suatu
digunakan untuk mendeteksi kenaikan atau
konduktor tempat bertemunya sejumlah titik
kelebihan arus yaitu relay arus lebih (Over
pertemuan antara transformator tenaga,
Current Relay) dan relay gangguan tanah
Saluran Udara Tegangan tinggi.
(Ground Fault Relay).
3. Circuit Breaker (CB)/Pemutus Tenaga (PMT)
CB (Circuit Breaker) atau PMT merupakan
2.3.1 Zona Proteksi
saklar yang dapat membuka atau menutup
Koordinasi pengaman merupakan kinerja
rangkaian listrik, baik pada kondisi kerja
dua buah pengaman atau lebih pada jaringan
normal maupun pada saat terjadi gangguan.
listrik yang saling mendukung atau melengkapi
4. Transformator Daya
dalam melakukan proses tugasnya. Koordinasi
Transformator daya digunakan sebagai
pengaman ini dapat berupa relay, recloser
pemasok daya, terdapat dua macam fungsi
maupun pengaman lainnya.
transformator yaitu menaikan tegangan listrik
Pada dasarnya prinsip dasar koordinasi
(step-up) dan menurunkan tegangan listrik
adalah:
(step-down).
1. Peralatan pengaman pada sisi beban harus
5. Transformator Ukur
dapat menghilangkan gangguan menetap
Transformator ukur didesain secara khusus
atau sementara yang terjadi pada saluran
untuk pengukuran dalam sistem daya.
sebelum peralatan pengaman di sisi sumber
6. Arrester
beroperasi memutuskan saluran sesaat atau
Arrester adalah pengaman yang pada saat
membuka terus.
normal berlaku sebagai isolator, tetapi pada
2. Memadamkan gangguan sementara yang
saat terjadi tegangan transient yang melebihi
terjadi dan gangguan menetap harus
kekuatan isolator pada sistem maka akan
dibatasi sampai pada seksi sekecil mungkin
menjadi konduktor yang baik.

2.2.3 Peralatan pengaman gardu induk

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
4

melindungi sistem dari gangguan yang terjadi.


Arus gangguan satu fasa-tanah ada
kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini
disebabkan karena salah satu atau dari kedua
Gambar 2.5 Zona Proteksi hal berikut:
Jaringan Distribusi. Gangguan tanah ini melalui tahanan
gangguan yang masih cukup tinggi.
Untuk dapat melaksanakan fungsi diatas
Pentanahan netral sistemnya melalui
maka relay pengaman harus memenuhi
impedansi/tahanan yang tinggi, atau
persyaratan sebagai berikut:
bahkan tidak ditanahkan
1. Dapat diandalkan (Reliable)
2.3.5 Karakteristik Relay Arus Lebih (OCR)
2. Selektif
3. Peka ( Sensitif )
1. Relay Arus Lebih Seketika (instantaneous)
4. Waktu kerja relay cepat
Relay arus lebih dengan karakteristik
5. Stabil
waktu seketika adalah relay dengan jangka
6. Ekonomis dan sederhana.
waktu kerjanya dari pick up sampai selesai
sangat pendek (sesaat).
2.3.2 Grading time Relay
Grading time merupakan tingkatan waktu
yang terjadi antara waktu relay pertama dengan
waktu relay berikutnya.

Gambar 2.9. karakteristik kerja


relay arus lebih tipe (instantaneous)

2. Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (definite


time relay)
Gambar 2.6 Time-graded pada jaringan radial. Relay ini memberikan perintah kepada
pemutus beban (PMT) pada saat terjadi
2.3.3 Relay OCR (Over Current Relay) gangguan bila besar arusnya melampaui
Relay arus lebih (Over Current Relay) penyetelan arusnya (I setting) dan jangka waktu
adalah relay yang bekerja berdasarkan adanya kerja relay mulai pick up sampai kerja relay
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai diperpanjang dengan waktu tertentu dan tidak
pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu. tergantung pada besarnya arus gangguan.
Fungsi utama dari relay arus lebih ini adalah
untuk merasakan adanya arus lebih kemudian
memberikan perintah kepada pemutus beban
(PMT) untuk membuka.

2.3.4 Relay GFR (Ground Fault Relay)


Fungsi relay ini adalah Relay Gangguan Gambar 2.10. Karakteristik relay arus lebih
Tanah (Ground Fault Relay) adalah relay yang waktu tertentu (Definite)
mendeteksi adanya gangguan fasa ke tanah.
Karena seringnya terjadi gangguan satu fasa
ke tanah dibandingkan antar fasa menjadikan
relay ini penting untuk pengindraan dan

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
5

3. Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Invers Time 2.4.1 Macam-macam gangguan
Relay) a. Gangguan satu fasa ke tanah
Relay arus lebih waktu terbalik Merupakan gangguan yang antara satu
memberikan perintah kepada pemutus beban fasa ke tanah, baik secara langsung maupun
(PMT) pada saat terjadi gangguan bila besar arus melalui impedansi.
gangguannya melampaui arus penyetelannya (I
setting)ndan jangka waktu kerja relay dari pick
up waktunya berbanding terbalik dengan besar
arusnya.

Gambar 2.13. Gangguan satu fasa ke tanah

Gambar 2.11. Karakteristik relay arus lebih waktu


Maka:
terbalik ( Invers )
Relay arus lebih waktu terbalik ini dibagi menjadi
empat, yaitu[12]:
1. Normal inverse, maka,
2. very inverse,
3. Longtime inverse,
4. Extremely invers,

b. Gangguan antar fasa

Dimana:
t = waktu operasi (detik);
k = time multiplier
If = arus gangguan (Ampere) ;
Iset = arus setting (Ampere)
Gambar 2.14. Gangguan antar fasa
Tabel 2.1 harga dan untuk karakteristik inverse Iaf = 0, Iao = 0, Ibf = -Icf
Kurva Dan Vbc = Vb-Vc = Zf.Ibf

Karakteristik Iao=0
Normal Inverse 0,02 0,14 Sehingga arus urutan dapat dikethui sebagai
Very inverse 1,0 13,5 berikut:
Longtime Inverse 1,0 120
Extremely Inverse 2,0 80

2.4 Gangguan-gangguan pada sistem tenaga


listrik
Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem
tenaga listri terdiri dari:
1. Gangguan hubung singkat/ paralel
2. Gangguan hubung buka / gangguan simetris
3. Gangguan simultan/serentak

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
6

c. Gangguan dua fasa ke tanah


III. PERANCANGAN TAMPILAN
PROGRAM dan DATA LAPANGAN
3.1 Perancangan Tampilan Program
Program perhitungan hubung singkat
dan relay arus lebih (OCR) dan relay Gangguan
tanah (GFR) dibuat dengan bahasa komputasi
dengan menggunakan program Borland Delphi
7.0 dengan memanfaatkan fasilitas GUI
Gambar 2.15. Gangguan dua fasa ke tanah (Graphical User Interface) pada Delphi itu
sendiri. Fasilitas GUI ini digunakan untuk
Iaf = 0=Ia0+Ia1+Ia2 jika Ia1 dan Ia2 diketahui membuat suatu tampilan grafis dari menu-menu
program yang ada pada program Delphi 7.0,
maka: sehingga memberikan kemudahan bagi
pengguna untuk dapat menjalankan program
Ia0 = -(Ia1+Ia2) tersebut.

d. Gangguan tiga fasa ke tanah

Gambar 2.16. Gangguan tiga fasa ke tanah

Jika Zf = 0, Maka arus gangguan tiga fasanya


adalah:
Gambar 3.1 flowchart program perhitungan
arus hubung singkat

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
7

IV. PERHITUNGAN dan ANALISIS 4.2 Perhitungan arus hubung singkat


4.1.1 Perhitungan Impedansi Setiap Bagian
Impedansi-impedansi setiap bagian pada
jaringan distribusi PT. Polysindo Eka perkasa
adalah sebagai berikut:
a. Dari data yang diperoleh, GI PEP
mempunyai MVA hubung singkat tegangan
tinggi sebesar 4268 MVA, dengan impedansi
sumber adalah
Impedansi urutan positif
Z1 : 1,755 + j5,85
Impedansi urutan negatif
Z2 : 1,7325 + j5,9625
Impedasi urutan nol
Z0 : 3,735 + j13,027

b. Menghitung impedansi trafo daya:

Gambar 4.1 Single line diagram

Tabe 4.1 hasil perhitungan arus hubung singkat pada tiap


bus
4.1.2 Konversi Satuan ke dalam per-unit (pu) Arus hubung singkat BUS (Ampere)
Arus HS
Untuk mempermudah dalam melakukan ACSR 1 2 3
perhitungan impedansi urutan maka diperlukan 1 -G 3486,48 2849,23 2767,59 2816,53
perubahan satuan dari satuan ohm ke dalam 2 7331,43 6170,59 6025,7 6112,73
satuan pu (per unit). 3 14803,9 12440,9 12146,5 12323,3
Bila base yang digunakan adalah:
MVAbase = 100 MVA Tabel 4.2 hasil perhitungan arus hubung singkat pada
kVbase = 150 kV tiap feeder
Arus hubung singkat feeder(Ampere)
Maka impedansi dalam pu diperoleh: Arus HS
ACSR Feeder 1 Feeder2 Feeder3
1 -G 3486,48 2790,4 2797,3 2762,66
2 7331,43 6066,33 6078,61 6016,91
3 14803,9 12229 12254 12128,6

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
8

Tabel 4.4 hasil perhitungan setting relay GFR


4.3 Perhitungan Waktu Kerja Relay CT rasio Iset Iset
lokasi Relay
4.3.1 Relay gangguan tanah (GFR) P S hitung data
Ifl = 650 A ; If 3 phasa = 12,3 kA Bus 150 1 150 1 15 15
CT ratio = 650/5 A Bus 1 2 1300 5 130 125
Menghitung arus setting primer, 3 650 5 65 70
Feeder 1
4 650 5 65 65
5 650 5 65 60
Maka setting yang diambil adalah: Feeder 2
6 650 5 65 60
7 650 5 65 65
Feeder 3
= 120 % x 650 = 780 Ampere. 8 650 5 65 70
Menghitung waktu setting relay arus lebih
(OCR) 4.4 Analisa dan Pembahasan
0,14 0,1 4.4.1 Analisa arus hubung singkat
top =
12323,3 0,02
1 Merujuk pada tabel 4.1 dan 4.2 pada sub
780
bab 4.2 yang merupakan tabel perhitungan
= 0,24 detik arus hubung singkat pada setiap bus dan
feeder. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
4.3.2 Relay gangguan tanah (GFR) gangguan terbesar terjadi pada bus
Ifl = 650 A ; If 3 phasa = 12,3 kA tegangan tinggi ACSR 150 kV sebesar
CT ratio = 650/5 A 14.803,9 Ampere dan arus hubung singkat
I set primer = 10% x InCT 3 terkecil ada pada bus 3 sebesar
= 0,1 x 650 = 65 Ampere 12.128,6 Ampere. Untuk arus hubung
Menghitung arus setting sekunder singkat satu fasa tanah, gangguan terbesar
Is sekunder juga berada pada pada bus ACSR 150 kV
Menghitung waktu setting relay gangguan sebesar 3.486 Ampere sedangkan arus
tanah (GFR) hubung singkat fasa tanah terkecil berada
0,14 0,1 pada feeder 3 sebesar 2762,66 Ampere
top =
2816,53 0, 02 Secara logika teori, jika lokasi gangguan
1 semakin jauh dari sumber, maka impedansi
65
gangguan semakin besar dan akibatnya
= 0,178 detik arus gangguan semakin kecil. Berdasarkan
Tabel 4.3 hasil perhitungan setting relay OCR
logika tersebut. Terlihat bahwa arus
CT rasio Iset Iset
lokasi Relay gangguan pada bus 2 dan 3 lebih kecil bila
P S hitung data
dibandingkan dengan arus gangguan pada
Bus 150 1 150 1 180 165 bus 1 sebaliknya impedansi pada bus 2 dan
Bus 1 2 1300 5 1560 1500 3 lebih besar dibandingkan dengan bus1.
3 650 5 780 800 Perbandingan hasil perhitungan hubung
Feeder 1
4 650 5 780 750 singkat yang diambil dari contoh dengan
5 650 5 780 760 membandingkan gangguan pada bus
Feeder 2 150kV dengan bus 3 yang terjauh dari
6 650 5 780 760
sumber maka diperoleh bahwa arus hubung
7 650 5 780 750
Feeder 3 singkat pada bus 150 kV sebesar 14,8 kA
8 650 5 780 800
dengan impedansi Zs = 0,0260 pu
dibandingkan dengan bus3 yang

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
9

mampunyai arus hubung singkat sebesar mempertimbangkan pola pengamanan


12,14kA dengan impedansi Zbus3 = 0,0317 pu pentanahan (grounding) pada jaringan listrik
dari perbandingan ini terlihat bahwa untuk dan pada peralatan-peralatan listrik.
lokasi gangguan yang letaknya jauh dari
sumber akan menghasilkan arus hubung 4.4.4 Analisa koordinasi Relay OCR
singkat yang lebih kecil dari arus hubung
singkat sumber (Ihs sumber>Ihs bus3) namun
berkebalikan dengan impedansi, semakin
jauh lokasi gangguan maka semakin besar
pula impedansinya (Zs<Zbus3)

4.4.2 Analisa relay OCR


Setting arus relay harus lebih besar dari
beban maksimal (Iset >Ifull load) dan tidak trip
pada beban maksimal maka setting arus relay
arus lebih. Jika mengacu pada aturan tersebut Gambar 4.3 koordinasi relay 3 dan relay 4
maka baik setting data dilapangan maupun jika terjadi gangguan langsung 3 phasa
telah sesuai dengan aturan tersebut. Ini dapat sebesar 12,2 kA maka 4 akan trip selama 0,24
dilihat ketika pada jaringan mengalir arus detik lebih cepat dari relay 3 yang waktu
sebesar 650 A dengan setting arus sebesar operasinya selama 0,84 detik. Dari perbedaan
780 A maka relay tidak akan pick up karena waktu operasi diatas terlihat adanya suatu
arus beban maksimal tersebut lebih kecil dari koordinasi grading time antara relay 3 dan 4
arus setting sehingga pada keadaan tersebut dalam melokalisir gangguan yang terjadi pada
relay arus lebih OCR tidak trip dan jaringan feeder 1 dimana relay 4 akan beroperasi lebih
masih dapat mengalirkan arus ke beban cepat daripada relay 3 dalam melokalisir
dengan normal. gangguan. Dari hasil perhitungan top relay arus
Relay Arus lebih (OCR) harus trip pada arus lebih antara relay 3 dan 4.
hubung singkat dua phasa minimum diujung
penghantar yang diamankan, Imax < Iset < 4.4.5 Koordinasi Relay Gangguan tanah
0.8 Ihs 2 min. Bila Imax tidak diketahui, maka (GFR)
dapat menggunakan In penghantar atau In
trafo. Berdasarkan pada kaidah ini maka
setting arus dari tabel 4.5 juga telah sesuai
baik data hasil perhitungan maupun data
lapangan jika arus hubung singkat dua phasa
minimum sebesar 6016,91 maka, 650 A <
780 A < 4813,5 A.
4.4.3 Analisa relay GFR
Setting arus Iset GFR direkomendasikan
10% InCT sehingga didapat data seperti tabel 4.4
diatas. Arus gangguan gangguan tanah yang Gambar 4.6 koordinasi relay 3 dan 4
terjadi pada jaringan nilainya bisa kecil atau besar Dari Grafik 4.4 diatas merupakan grafik
tergantung dari hambatan yang dilalui oleh arus relay OCR karakteristik normal invers. ketika
ketika terjadi gangguan satu fasa-tanah. Jika terjadi gangguan arus hubung singkat 3 phasa
impedansi yang dilalui nilainya besar maka arus yang besarnya 12,2 kA maka 7 akan trip selama
hubung singkat satu fasa tanah ini nilainya 0,24 detik lebih cepat dari relay 8 yang waktu
menjadi kecil dan sebaliknya. Relay ini juga operasinya selama 0,84 detik.

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
10

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil perhitungan arus hubung singkat maka
arus hubung singkat terbesar adalah arus
hubung singkat 3 phasa sebesar 14,8 kA pada
bus tegangan tinggi sedangkan arus hubung
singkat terkecil adalah arus hubung singkat
fasa tanah sebesar 2,67 kA yang terjadi pada
pada bus 3.
2. Dari hasil perhitungan dan analisa setting
relay arus lebih (OCR) dan relay gangguan
tanah (GFR) pada konfigurasi jaringan ring 3
bus dengan menggunakan karakteristik
normal inverse maka dapat disimpulkan
bahwa relay-relay yang mempunyai waktu
operasi (top) serta nilai time multiple setting
(tms) yang kecil akan beroperasi lebih cepat
dalam melokalisir gangguan dibandingkan
dengan relay yang mempunyai waktu operasi
dan tms yang lebih besar.

5.2 Saran
1. Dalam melakukan perhitungan hubung
singkat diusahakan untuk mengetahui nilai
setiap komponen yang akan digunakan untuk
perhitungan hubung singkat seperti MVA
hubung singkat, reaktansi, impedansi baik
untuk urutan positif, negatife maupun urutan
nol agar dapat mendekati nilai kebenarannya.
2. Koordinasi relay dapat lakukan kembali untuk
jaringan yang lebih kompleks yang terdiri dari
banyak bus dengan program yang aplikatif.

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP
11

Daftar Pustaka: Penulis


Cecep Moh. Ramadon
[1]. ABB Automation Inc, 2006, SPAJ 140 C L2F307015
Overcurrent and earth faulth relay, Teknik Elektro
http://www.abb.com/global/seitp328.nsf/ Universitas Diponegoro
[2]. Gonen, Turan. Modern Power System
Analysis. John Wiley & Son, Inc. 1988
[3]. Hakim, Yanuar. MSc protection of industrial
power system.mei 2002
[4]. Paithankar, Y.G. Bhide, S.R.Fundamental Of
Power System Protection, Prentice-Hall Mengetahui,
of INDIA. New Delhi.2003
[5]. Sulasno,Ir.Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Pembimbing I, Pembimbing II,
Badan Penerbit Undip, Semarang: 2003
[6]. Vishwakarma DN, Ram Badri, Power System
Protection And Switchgear, Mc
GrawhillHill, New York:1999 Ir. Tejo sukmadi, MT Karnoto, ST. MT
[7]. Zuhal,Dasar Teknik Tenaga Listrik dan 196111171988031001 196907091997021001
Elekronika Daya,PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta:1992
[8]. http://budi54n.wordpress.com
[9]. http://dunia-listrik.blogspot.com
[10]. ..Materi Kuliah Proteksi Sistem Distribusi,
jilid II badan penerbit Undip, Semarang:
2001
[11]. PT. PLN (Persero) P3B. Pelatihan O&M Relai
Proteksi Jaringan September 2005

[1] Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP


[2] [3] Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP

Anda mungkin juga menyukai