Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

1. Definisi Pneumonia
- Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan benda-benda asing (Muttaqin , 2008)
- Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan
sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap oksigen
berkurang.
- Pneumonia Aspirasi adalah proses terbawanya bahan yang ada diorofaring pada saat
respirasi ke saluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.
Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya
tahan tubuh.
- Pneumonia Aspirasi merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung.
Pneumonia yang diakibatkan karena cairan bersifat kimia, reaksi dari asam lambung dan
bersifat bakterial oleh karena adanya organisme yang mendiami mulut atau lambung.
- Pneumonia Aspirasi disebabkan masuknya benda asing padat atau cair atau terhirupnya
asap atau uap ke dalam saluran napas bawah yang berasal dari :
1.Bahan-bahan endogen : orofaring, cairan/makanan di lambung
2.Bahan-bahan eksogen : makanan, minuman, air tawar, air asin, bahan bahan lainnya
(tanah, lumpur, dll)

2. Etiologi Pneumonia
- Bakteri : Disebabkan oleh streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
- Virus : Disebabkan oleh influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Contoh :
Influenza, parainfluenza, adenovirus.
- Jamur : Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos. Contoh: Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis,
coccidioido mycosis, cryptococosis
- Protozoa: Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumonia (CPC). Biasanya
menyerang pasien mengalami immunosupresi
- Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
- Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
- pneumonia aspirasi karena infeksi virus, bakteri atau jamur
- Pneumonia aspirasi karena cairan masuk ke paru-paru atau tersedak ASI
- Didalam kandungan : aspirasi mekonium
- Pada bayi baru lahir: tersedak air ketuban ibu, aspirasi mekonium
- Pada neonatus : tersedak karena air susu

3. Faktor Risiko Pneumonia


ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
Kekurangan nutrisi (Gizi kurang)
Lansia
Gizi kurang
Polusi udara
Kepadatan tempat tinggal
penyakit kronik menahun
Minum Alkohol
Perokok
Tidak mendapatkan imunisasi
Jenis kelamin laki-laki > daripada wanita
- Pada Anak-anak:
Imunisasi yang tidak memadai
Berat badan lahir rendah
Tidak mendapat ASI yang cukup
Tersedak ASI

4. Klasifikasi pneumonia
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / noso comial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
Penyebab bakteri gram negatif, kleibseilla, pseudomonas, serratia, enterobacter,
eschericia proteus; bakteri gram postif, staphylococcus dan aspirasi asam lambung
Faktor risiko: Alkoholisme debilitas, perawatan (ex: infeksi nosokomial)dan
gangguan kesadaran.
Tanda dan gejala: Anaerob campuran: mulanya onset perlahan, demam rendah,
batuk, dan sputum produksi/bau busuk. Rontgen: jaringan interstitial yang terkena
tergantung dari bagian parunya.
Gambaran klinis mungkin sama dengan pneumonia klasik, distres respirasi
mendadak, dispnea berat, sianosis, batuk, hipoksemia dan diikuti tanda-tanda
infeksi sekunder.
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang
tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial
Berdasarkan berat ringannya penyakit, sesuai dengan beratnya sesak nafas dan
keadaan umum pneumonia dibedakan menjadi:
1. Pneumonia ringan: batuk dan sedikit sesak / takipneu tetapi masih aktif bermain,
mampu makan dan tidur seperti biasanya
2. Pneumonia sedang-berat: sesak dengan retraksi otot pernapasan, lemah dan tidak
mampu makan minum sesuai kebiasaanya, serta gelisah.
3. Pneumonia sangat berat: sesak berat, penurunan kesadaran dan sianosis

5. Stadium Pneumonia
Untuk pneumonia, terdapat empat macam stadium penyakit, diantara lain :
1) Stadium I disebut Hipetermia
Mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung didaerah paru yang
terinfeksi, Hali ini ditandai oleh peningkatan aliran darah dan permiabilitas kapiler
ditempat infeksi.Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
paeradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan sel cedera.
2) Stadium II disebut Hepatisasi Merah
Terjadi sewaktu alveolus terisi sel-sel darah merah, eksudat, dan fibrin, stadium yang
dihasilkan oleh pejamu sebagai bagian dari reaksi paradangan.
3) Stadium III disebut Hepatisasi Kelabu
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih berkolonisasi bagian paru yang terinfeksi.
4) Stadium IV disebut Resolusi
Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda:sisa-sisa sel, fibrin dan bakteri
telah dicerna:dan makrofag, sel pembersih pada reaksi paradangan ,mendominasi.

6. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara. Aspirasi organisme dari
nasofaring atau penyebaran hematogen dari focus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk
ke paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronkhiolus dan alveoli lalu mneimbulkan
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli
dan jaringan interstitial.
Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus Kohn dari alveoli ke alveoli di seluruh
segmne/lobus.Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan
beberapa leukosit dari kapiler paru.Alveoli dan septa menajadi penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli
menjadi melebar.Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah.Pada
tingkat lanjut, alirah darah menurun, alveoli penuh dengan leukoit dan relative sedikit
eritrosit.Bakteri pneumokokus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi
berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit pneumokokus di
dalamnya.Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu
kekuningan.Secara perlahan-lahan sela darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alveoli.Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa
kehilangan kemampuannya dalam melakukan pertukaran gas.
Tidak terjadinya pneumonia pada orang normal yang sehat adalah akibat adanya
mekanisme pertahan yang terdiri atas reflex glottis dan batuk, lapisan mucus dan gerakan
silia yang mengeluarkan organisme yang melekat pada lapisan mucus tersebut dan
sekresi humoral setempat. Sel-sel yang melapisi saluran trakeobronkial menghasilkan zat
kimia yang mempunyai sifat antimiroba yang tidak spesifik meliputi:
1.Lisozim, suatu enzim yang menghancurkan bakteri terutama jika ada komplemen
2.Laktoferin, suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai sifat bakteriostatik
3.Interferon, suatu protein berat molekul rendah dengan aktivitas antivirus

7. Manifestasi Klinis pneumonia


Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah muda
(untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk pseudomonas
aeruginosa). Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang
nafsu makan, dan sakit kepala.
Menurut Asih & Effendy (2004), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia,tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri.Gejala-gejala mencakup :
1).Demam dan mengiggil akibat proses peradangan.
2).Batuk yang sering produktif dan purulen
3).Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae ),merah muda (untuk
staphylococcus aureus),atau kehijauan dengan bau khas (Pseudomonas Aeruginosa).
4).Ronchi (bunyi paru tambahan)
5).Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6).Biasanya sering terjadi respon subyektif dispnu.
7).Timbul tanda-tanda sianosis
8).Ventilasi mungkin berkurang akibat panimbunan mukus,yang dapat menyebabkan
atelektasis absorpsi.
9).Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada kapiler ,
atau akibat reaksi paradangan yang menyebabkan kerusakan kapiler.

8. Komplikasi Pneumonia
Efusi pleura
Empiema
Abses Paru
Pneumotoraks
Gagal napas
Sepsis

9. Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia


- Jumlah Leukosit diatas 15.000-40.000/mm3.
- Laju Endapan Darah hingga 100 mm/jam
- Adanya peningkatan produksi Sputum
- Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) menunjukkan hipoksemia sebab terdapat
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi didaerah pneumonia.
- Pemeriksaan Radiologis
Foto Thoraks posterior-anterior dan lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi
retrokardial sehingga lebih muda untuk menentukan lobus mana yang terkena karena
setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus inferior lebih sering
terkena, lobus atas dan lobus tengah juga dapat terkena. Yang khas adalah tampak
gambaran konsolidasi homogen sesuai dengan letak anatomi lobus yang terkena.
Densitasnya bergantung pada intensitas edsudat dan hampir selalu ada bronkogram
udara. Pada masa akut,biasanya tidak ada pengecilan volume lobus yang terkena.
Sedangkan pada mara resulusi ada atelektasis sebab eksudat dalam saluran pernafasan
dapat menyebabkan obstruksi .kebanyakan lesi terbatas dalam satu lobus tapi dapat
mengnai lobus lain (Muttaqin, 2008)

10. Penatalaksanaan Medis pneumonia


Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada penyebab,sesuai dengan yang
ditemukan oleh pemeriksaan sputum pengobatan dan mencakup,antara lain :
1)Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis.Pneumonia lain juga dapat diobati
dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder.
2) Istirahat
3)Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4)Teknik-Teknik bernapas untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko
atelektasis
5)Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang
diidentifikasikan dari biakan sputum.
Menurut (Muttaqin,2008)penatalaksanaan medis pada pneumonia yaitu:
1. Klien diposisikan dalam keadaan fowler sudut 45 derajat
2. Pemberian O2 adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alfeoli-arteri & mencegah
hipoksia seluler, pemberian O2 sebaiknya dg konsentrasi tidak beracun(PO 240) untuk
mempertahankan arteri sekitar 6070 mmHg dan juga penting mengawasi
pemeriksaan BGA.
3. Pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa dengan baik.
4. Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk
mencegah penurunan volume cairan tubuh secara umum.
5. Bronkodilator seperti aminofilin dapat diberikan untuk memperbaiki drainase secret
dan distribusi fentilasi.
6. Jika pnemonia mengenai lobus bawah dapat menyebabkan hipotensi, jika hipotensi
terjadi segera atasi hipoksemia arteri dengan cara memperbaiki volume intravaskuler
dan melakukan dekompresi lambung apabila timbul dilatasi lambung mendadak,
kalau hipotensi tidak dapat diatasi dapat dipasang kateter Swan Ganz dan infus
dopamin 2 5 gr/kg/menit.
7. Pemberian antibiotik terpilih, seperti penisilin secara IM 2 x 600rb unit per hari.
Penisilin diberikan selama sekurang kurangnya sampai klien tidak mengalami sesak
nafas lagi selama 3 hari dan tidak ada komplikasi lain.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius
Juall, Lynda Carpenito. 2000. Buku Diagnosa KeperawatanEdisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai