Anda di halaman 1dari 21

I.

LATAR BELAKANG
a. Rute pemberian
Injeksi Intravena
b. Efek farmakologi
Salbutamol merupakan agen simpatomimetik yang bekerja dengan
menduduki reseptor eta dan secara selektif mendudui reseptor -2
yang berefek pada aksi bronkodilatasi dibandingkan kerjanya oada
jantung (Martindale;1133)
c. Dosis
Dewasa : 0,5-1 ml, anak-anak : 0,2-0,3 ml disuntikan tiap 4 jam
(informas spesialis Obat ; 465)

II. PEMBUATAN FORMULA


a. Salbutamol digunakan sebagai zat aktif.
b. Asam asetat digunakan sebagai dapar.
c. Natrium asetat digunakan sebagai dapar.
d. Natrium klorida digunakan sebagai pengisotonis.
e. Metil paraben digunakan sebagai pengawet.
f. Aqua pro Injeksi digunakan sebagai pelarut.
g. Asam klorida digunakan sebagai adjust ph.
h. Natrium Hidroksida digunakan sebagai adjust ph.

III. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PERMASALAHNYA

NO PERMASALAHAN SOLUSI

1. Zat aktif memiliki ph Digunakan dapar untuk


kestabilan yang sempit mempertahankan ph
2.
Penggunaan berulang rentang Digunakan pengawet
memiliki mikroba

IV. PREFORMULASI
a. Zat aktif
1. Salbutamol (FI IV; 751)
Nama resmi : SALBUTAMOL SULFAT
Nama lain : Mesoprostol
Bm : 576,70
Rumus struktur : C13H21NO3. H2SO4
pH : 3,4 -5 (The pharmaceutical ordex,
1994; 1041)
Pemerian : Serbuk putih, atau hamper putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol, kloroform dan eter
Stabilitas : Panas; pada penelitian menunjukan
salbutamol sulfat masih memiliki
stabilitas yang baik dalam rentang
suhu 55 - 855c. Dekomposisi larutan
salbutamol sulfat pada 205c pada ph
3,5 dipercepat bergantung pada
konsentrasi baik glukosa atau sukrosa.
Degradasi salbutamol sulfat pada suhu
55-855c dalam larutan buffer berair
yang terlindungi dari cahaya
mengikuti laju kinetika orde pertama
dengan stabilitas maksimum pada ph
3,5. Hidrolisis; tidak ada
permasalahan dalam hidrolisis,
Oksidasi; tidak ada permasalahan
dalam oksidasi, (The pharmaceutical
ordex, 1994; 1041)
Kemasan : Vial 10 ml yang tertutup baik
Kesimpulan : Bentuk zat yang digunakan; garam
Cara stabilitas sediaan ; sterilisasi aktif
dengan autoklaf pada suhu 1215c
selama 15 menit.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindari

dari cahaya

b. Zat tambahan
1. Asam Asetat (HPE 6th ; 34)
Nama resmi : ACIDUM ACETAT
Nama lain : Asam Asetat
Bm : 60,05
Rumus struktur : C2H4O2
Ph : 4 7,6
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau
khas, tajam, jika diencerkan dengan
air, rasa asam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
etanol, glycerin, ether dan dengan
gliserol serta dengan minyak menguap.
Stabilitas : Panas; menguap pada suhu 1185c ,
larutan berair Nacl stabil terhadap
pemanasan, Hidrolisis; satbil dalam air,
Cahaya; stabil.
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf
Kesimpulan : Asam asetat glasial berfungsi sebagai
pendapar dengan Pka 4,76
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Natrium Asetat (HPE 6th ; 620)


Nama resmi : NATRII ACETAT
Nama lain : Natrium Asetat
Bm : 82,03
Rumus struktur : CH3COONa
pH : 7,5 - 9
Pemerian : Hablur; putih, kelabu pucat atau
coklat sangat pucat. Higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam 0.8 bagian dalam air,
dalam 20 bagian di etanol (95%).
Stabilitas : Natrium asetat harus disimpan dalam
wadah kedap udara.
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf.
Kesimpulan : Natrium asetat berfungsi sebagai
pendapar dengan pKa 4,76 bercampur
dengan air.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah kedap udara

3. Natrium klorida (HPE 6th ; 637)


Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida
Bm : 58,44
Rumus struktur : NaCl
pH : 6,7 7,3
Pemerian : Kristal tidak berwarna atau bubuk
kristal putih berasa garam.
Kelarutan : Natrium klorida. etanol sedikit larut
dalam 250 Bagian etanol (95%),
dalam 10 bagian gliserin, dalam 2.8
bagian air, dalam 2.6 bagian air pada
suhu 100 C.
Stabilitas : Larutan natrium klorida stabil tapi
dapat menyebabkan pemisahan
partikel dari beberapa jenis wadah
kaca. Larutan dapat disterilisasi oleh
autoclaving atau penyaringan. Bahan
padat stabil dan harus disimpan dalam
wadah tertutup dengan baik, di tempat
yang dingin, kering. Telah terbukti
bahwa karakteristik pemadatan dan
sifat mekanik dari tablet dipengaruhi
oleh kelembaban relatif dari kondisi
dan keadaan penyimpanan di mana
natrium klorida disimpan.
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan asam
sebagai bantuan pengisotonis.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Natrium hidnroksida (HPE 6th ; 648)


Nama resmi : NATRII HIDROKSIDA
Nama lain : Natrium hidnroksida
Bm : 40,00
Rumus struktur : NaOH
pH : 13
Pemerian : Berbentuk seperti pelet, serpihan, atau
bentuk lainya, berwarna putih atau
hampir putih. menunjukkan fraktur
kristal.
Kelarutan : Dalam 7.2 bagian etanol, praktis tidak
larut dalam eter, larut dalam gliserin,
dalam 4.2 bagian metanol, dalam 0.9
bagian air, dalam 0.3 bagian air 1005c.
Stabilitas : Natrium hidroksida harus disimpan
dalam wadah nonmetalik kedap udara
di tempat yang dingin, kering.Ketika
terkena udara, natrium hidroksida
cepat menyerap kelembaban dan
mencair, tapi kemudian menjadi padat
lagi karena penyerapan karbon
dioksida dan pembentukan natrium
karbonat.
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf.
Kesimpulan : Natrium hidroksida digunakan
sebagai pengatur pH
Wadah penyimpanan : Dalam wadah kedap udara dan di
tempat sejuk dan kering.

5. Aqua pro Injection (HPE 6th ; 766)


Nama resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama lain : Aqua pro injection
Bm : 18,02
Rumus struktur : H2O
pH :
Pemerian : Cairan jernih tidak memiliki warna,
tidak berasa, tidak berbau.
Kelarutan : -
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil dalam
semua keadaan fisik (es, cair, dan
uap). Secara khusus, sistem
penyimpanan dan distribusi air harus
memastikan bahwa air dilindungi
terhadap kontaminasi ionik dan
organik, yang mengarah ke
peningkatan dalam konduktivitas dan
karbon organik total. Sistem juga
harus dilindungi terhadap masuknya
partikel asing dan mikroorganisme
sehingga pertumbuhan mikroba
dicegah atau diminimalkan. Air untuk
tujuan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf.
Kesimpulan : Aqua pro injeksi digunakan sebagai
pelarut.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

6. Asam klorida (FI III; 53)


Nama resmi : ACIDUM CHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Bm : 36,46
Rumus struktur : Hcl
pH : 1 3,5
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasao, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air asap dan bau hilang.
Kelarutan : -
Stabilitas : produk ini stabil.
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf.
Kesimpulan : Asam klorida digunakan sebagai
pengadjust pH.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

7. Metil paraben (HPE 6th ; 441)


Nama resmi : METIL PARABEN
Nama lain : Metil paraben
Bm : 152.15
Rumus struktur : C8H8O3
pH : 48
Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk
kristal putih, tidak berbau, atau
hampir tidak berbau. Memberi rasa
panas di lidah.
Kelarutan : Metil Paraben larut dalam berbagai
pelarut. Pelarut kelarutan 25 C kecuali
dinyatakan lain, dalam 2 bagian
etanol, dalam 3 bagian etanol (95%),
dalam 6 bagian etanol (50%), dalam
10 bagian eter, dalam 60 bagian
gliserin, minyak Mineral praktis tidak
larut, dalam 200 bagian minyak
kacang, dalam 5 bagian Propylene
glycol, dalam 400 bagian air, dalam
50 bagian air pada suhu 50 C, dalam
30 bagian air pada suhu 80 C.
Stabilitas : Larutan metil pada pH 3 - 6 dapat
disterilisasi oleh autoclaving 120 c
selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
Larutan pada pH 3 - 6 stabil (kurang
dari 10% terdekomposisi) dan tahan
sekitar 4 tahun disuhu kamar,
sementara larutan pada pH 8 atau di
atas akan cepat terhidrolisis hingga
10% atau lebih setelah sekitar 60 hari
disimpan pada suhu kamar
Cara sterilisasi : Pemanasan akhir dengan autoklaf.
Kesimpulan : Metil paraben digunakan sebagai
pengawet.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
V. PERHITUNGAN
a. Tonisitas
Metode : penurunan titik beku

No Bahan Konsentrasi TF Konsentrasi x TF


.
1. Salbutamol 0,01% 0,003% 0,0003
2. Asam asetat 0,0046 % 17% 0,0782

3. Natrium asetat 0,005 % 0,765% 0,001325

4. Metil paraben 0,012 % 0,015% 0,00018

Nacl yang dibutuhkan


0,520,078
= 0,52 = 0,85 % x 10 ml = 0,085 mg = 85 mg

Maka Nacl yang diperlukan agar larutan dapat isotonis adalah 85 mg

b. Dapar
Jenis dapar/ kombinasi asam asetat C2H402 dan Natrium asetat
CH3COONa.
Target pH : 9,5
Kapasitas Dapar : 0,01

Perhitungan :
pKa = 4,76
( garam)
pH = pKa + log (asam)

( garam)
4,5 = 4,76 + log (asam)

(garam)
log (asam) = - 0,26

(garam) = 0,55 (asam)

ka x H

+


ka x H

= 2,303 x Ctotal x +






104,76 X 104,6
0,01 = 2,303 x Ctotal x 104,76 +104,52
10
( 4,76+104,5)2
0,01 = 2,303 x Ctotal x 5,4954 X 104,6

0,01 = 2,303 x Ctotal = 0,228873 Ctotal = 0,019

(garam) + (asam) = 0,019


0,55 (asam) + (asam) = 0,019
1,55 (asam) = 0,019
(asam) = 0,0123 m
3
(garam) = 0,006765 x 10 m

Dalam 10 ml sediaan
massa asam asetat = 0,0123 m x 10 ml x 60,05 mg/mol = 7,38 mg
3
massa Natrium asetat = 6,765 x 10 x 10 ml x 82 mg/mol = 5,5473

mg

VI. FORMULA YANG DIUSULKAN

NO. BAHAN JUMLAH FUNGSI


1. Salbutamol 50 mg Zat aktif
2. Asam asetat 0,023 ml Dapar
3. Natrium asetat 0,025 mg Dapar
4. Metil paraben 0,06 mg Pengawet

5. Natrium klorida 4,25 mg Pengisotonis

6. Asam klorida - Adjust pH


7. Natrium Hidroksida - Adjust pH
8. Aqua pro injection Ad 50 ml Pelarut
VII. PERSIAPAN ALAT/WADAH/BAHAN
a. Alat

No Nama alat Cara sterilisasi waktu Jumlah


.
1. Gelas kimia 25 ml autoklaf 20 menit 1 buah
2. Gelas kimia 10 ml autoklaf 20 menit 2 buah
3. Lumpang dan alu oven 1 jam 1 buah
4. Batang pengaduk autoklaf 20 menit 2 buah

5. Corong autoklaf 20 menit 2 buah

6. Pipet volume 1 ml autoklaf 20 menit 2 buah


7. Gelas ukur 50 ml autoklaf 20 menit 2 buah

b. Wadah

No Nama alat Cara sterilisasi waktu Jumlah


.
1. Botol vial 10 ml oven 20 menit 3 buah

c. Bahan

No Nama alat Cara sterilisasi waktu Jumlah


.
1. Asam asetat autoklaf 20 menit 0,023 ml
2. Natrium asetat autoklaf 20 menit 0,025 mg
3. Metil paraben autoklaf 20 menit 0,06 mg

4. Natrium klorida autoklaf 20 menit 4,25 mg

5. Asam klorida autoklaf 20 menit -


6. Natrium Hidroksida autoklaf 20 menit -
7. Aqua pro injection autoklaf 20 menit Ad 50 ml

d. Penimbangan
Volume tertera dalam kelebihan volume yang dinyatakan untuk
penandaan 10 ml cairan encer 0,50 ml untuk cairan kental 0,70 ml (FI
IV; 644)
VIII. Prosedur Pembuatan
Ruang sterilisasi - Permukaan meja dilap dengan etanol 70%.
- Semua peralatan, wadah sediaan, yang telah
dikalibrasi dan aquadest yang akan digunakan
disterilkan sesuai cara sterilisasinya.
Ruang penimbangan - Ruang disterilisasi selama 12 jam dengan lampu
uv.
- Aqua pro inkesi dibuat dengan menyuling kembali
air segar dan disterilkan dengan autoklaf
- Kaca arloji yang sudah disterilkan, digunakan untuk
menimbang salbutamol 50mg, asam asetat 7,38
mg, natrium asetat 5,547 mg, natrium klorida 85
mg, setelah ditimbang tiap zat diletakan pada kaca
alroji disiapkan pada adjust pH dan pelat.
- Hcl 0,1 N : 10 ml
- Aqua pro injeksi : 10ml
Transfer Box - Semua wadah peralatan dan bahan dimasukan
keruang pencampuran.
Ruang Pencampuran - Gelas kimia a 10 ml dimasukan 0,5 ml salbutamol
sulfat, lalu dimasukan aqua pro injeksi sambil
diaduk, bilas kaca arloji 1 kali dan add 0,5 ml.
- Gelas kimia B 10 ml, dimasukan 0,5 mg dan
tambahkan 2 ml aqua streil pro injeksi sambl
diaduk. Bilas kaca arloji 1 kali dan add 0,5 ml
- Gleas kimia C 10 ml, dimasukan asam asetat 0,1 N
sebanyak 1,3 ml atau 7,8 mg, lalu ditambahkan
0,5 ml aqua pro injeksi sambil diaduk. Bilas kaca
arloji 1 kali dan add 0,5 ml.
- Gelas kimia D 10 ml, dimasukan asam asetat 5,547
mg lalu ditambahkan 0,5 ml aquapro injeksi
sambil diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali
dan add 0,5 ml.
- Gelas kimia E 10 ml, dimasukan metil paraben 0,06
mg, lalu ditambahkan 0,5 ml aqua pro injeksi
sambil diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali
dan add 0,5 ml.
- Gelas kimia F campurkan bahan pada gelas c dan D
hingga homogeny kemudian tambahkan larutan
pada kelas kimia B, dicampurkan larutan pada
gelas kimia A ke F sambil diaduk hingga
homogen, bilas gelas kimia 1 kali dan add 0,5 ml.
- Ditambahkan aqua pro injeksi sebanyak 1,5 ml
ditambahkan hingga tercapai volume sediaan 50
ml.
- pH dicek dan bila diperlukan genabkan pH dengan
NaOH encer 0,1 N dan Hcl O,1 N hingga tercapai
Ph sediaan.
- Volume digenabkan hingga 50 ml menggunakan
aqua pro injeksi
- sediaan diisikan kedalam wadah vial dengan
memperhitungkan volume terpindahkan sesuai
yang tertera di farmakope sebesar 10,5ml setiap
vial yang sudah ditutup dimasukan dalam gelas
kimia.
Transfer Box - Bawa sediaan keruang penutupan melalui transfer
box.
Ruang Penutupan - Tutup sedian menggunakan mesin penutup vial.
Tranfer Box - Bawa sedian keruang sterilisasi melalui transfer
box
Ruang sterilisasi - Sterilkan sediaan menggunakan autoklaf pada
suhu 1215c selama 15 menit.
IX. ETIKET

Mantol
Injection
Komposisi :
Tiap 10 ml mengandung
Manitol 25mg
Bahan tambahan ad 500 ml

Indikasi :
profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik
berat, dan menderita ikterus berat. Manitol juga banyak digunakan untuk menurunkan tekanan
serebrospinal dan tekanan intraokuler, serta pada pengelolaan terhadap reaksi hemolitik transfusi
Kontraindikasi :
Penderita jantung pemberian manitol berbahaya penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali bila akan dilakukan
kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivitas terhadap manitol.

Efek Samping :
Gangguan keseimbangan cairan tubuh & elektrolit; gangguan GI; rasa haus; sakit kepala, pusing,
menggigil, demam; takikardi, nyeri dada; hiponatremia; dehidrasi; penglihatan kabur, urtikaria, hipotensi
atau hipertensi.

Dosis :
Dewasa 250 mL-1 L dalam 24 jam.

Penyimpanan :
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap

Perhatian :
Jangan ditambahkan ke dalam darah transfusi. Monitor kondisi cairan tubuh & elektrolit.
perh

NO.BATCH : 701011
EXP : Maret 2021

Diproduksi oleh :
PT. EMULGATOR FARMA
PALU-INDONESIA

Farmakologi
Manitol merupakan diuretik osmotik. Manitol disaring dengan mudah di glomerulus ginjal, tidak
direabsorpsi dan tidak disekresi di tubulus ginjal. Manitol mempengaruhi reabsorpsi air di tubulus
serta meningkatkan ekskresi natrium dan klorida dengan cara meningkatkan osmolaritas dari filtrat
glomerulus. Peningkatan osmolaritas ekstraseluler akibat pemberian Manitol secara intravena akan
menginduksi perpindahan air intraseluler menuju ekstraseluler dan intravaskuler

Indikasi :
profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik
berat, dan menderita ikterus berat. Manitol juga banyak digunakan untuk menurunkan tekanan
X. BROSUR
serebrospinal dan tekanan intraokuler, serta pada pengelolaan terhadap reaksi hemolitik transfusi
Kontraindikasi :
Penderita jantung pemberian manitol berbahaya penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra kranial, kecuali bila akan dilakukan kraniotomi,
serta pada pasien yang hipersensitivitas terhadap manitol.

Efek Samping : Mantol


Gangguan keseimbangan cairan tubuh & elektrolit; gangguan GI; rasa haus; sakit kepala, pusing, menggigil
demam; takikardi, nyeri dada; hiponatremia; dehidrasi; penglihatan kabur, urtikaria, hipotensi atau
hipertensi. Injection
Dosis :
Dewasa 250 mL-1 L dalam 24 jam.

Penyimpanan :
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap

Perhatian :
Jangan ditambahkan ke dalam darah transfusi. Monitor kondisi cairan tubuh & elektrolit.
perh

NO.BATCH : 701011
EXP : Maret 2021
Diproduksi oleh :
PT. EMULGATOR FARMA
PALU-INDONESIA

INDIKASI : Komposisi :
Sebagai bronkodilator Tiap 10 ml mengandung
Salbutamol 10 mg
Bahan tambahan ad 100 %
DOSIS:
Subkutan 200 mg tiap 4 jam , iv 250 mg, im 500 mg tiap 4 jam

PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu 25c

PERHATIAN :
c. Wadah sekunder
Keterangan lengkap Lihat di brosur

NO.BATCH : 701011
EXP : Maret 2021

Diproduksi oleh :

PT. EMULGATOR FARMA


PALU-INDONESIA

Keterangan Lengkap
Lihat Brosur
XI. DATA PENGAMATAN E0ALUASI SEDIAAN

No Pengujian Hasil
.
1. Organoleptik
- Warna
- Aroma
- Rasa
PH
2.

X. PEMBAHASAN

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi, atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan,
mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah
pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda. (FI III, 13)
Obat suntik atau injeksi didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril
bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah
parenteral seperti yang umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat
suntikan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan disuntikkan. Kata
ini berasal dari kata Yunani, Para dan enteron berarti diluar usus halus dan
merukan rute pemberian lain dari rute oral. (Ansel,399)
Sediaan yang dibuat pada praktikum ini adalah injeksi salbutamol
dengan volume sediaan 10 ml.Dimana komponen dari sediaan ini adalah
salbutamol sebagai zat aktif, aqua pro injeksi sebagai pelarut, dan natrium
klorida sebagai pengisotonis. Salbutamol merupakan agen simpatomimetik
yang bekerja dengan menduduki reseptor eta dan secara selektif mendudui
reseptor -2 yang berefek pada aksi bronkodilatasi dibandingkan kerjanya
pada jantung.

Pada perhitungan bahan didapat hasil yang hipotonis untuk injeksi


salbutamol ini, sehingga diperlukan pengisotonis sediaan yang stabil agar
didapat larutan yang isotonis dan mudah diterima oleh tubuh. Arti isotonis
adalah mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan cairan
tubuh yang lain. Digunakan pengisotonis NaCl karena tekanan osmosenya
0,9% sama dengan tekanan osmose cairan tubuh seperti darah, air mata, dan
cairan lumbal.

Setelah sediaan dimasukkan kedalam vial dengan volume 10 ml, lalu


dilakukan sterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121 0C selama 15 menit.
Perlu diperhatikan, saat menyimpan di dalam autoklaf pastikan vial dalam
kondisi berdiri, karena jika vial dalam kondisi miring atau terbalik akan
menguapkan sediaan yang berada di dalamnya. Setelah itu dilakukan pada
formulasi yang telah dibuat dapat dievaluasi salah satu stum evaluasi secara
organoleptik dimana melibatkan uji kebocoran, uji warna, uji pH dari sediaan
yang telah didapatkan. Hasil dari injeksi yang telah dibuat dengan tidak
terdapat kebocorn, warna bening, setelah itu dilakukan pengukuran ph
ditujukan untuk mengetahui stabilitas ph sediaan yaitu nilai ph yang
didapatkan

Kesalahan pada praktikum ini adalah tidak dilakukan penyaringan


sebelum dikemas, sehingga setelah di sterilisasi pun masih terdapat partikel-
partikel asing dalam sediaan. Serta tidak semua alat yang digunakan di
sterilkan sebelum digunakan, sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi dari alat yang digunakan, dari udara, dan dari bagian tubuh kita
sendiri.

Aplikasi dalam bidang farmasi terkait pembuatan sediaan injeksi ialah


baik digunakan untuk pasien dengan luka parah atau dalam keadaan koma
sehingga tetap diberikan pengobatan dalam bentuk pemberian melalui
pembuluh darah sistemik.

BAB
PENUTUP
Kesimpulan

1. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikksn dengan cara merobek


jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.
Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
2. Sediaan yang dibuat adalah injeksi salbutamol dengan volume 10 ml.
Injeksi ini bersifat hipotonis sehingga diperlukan pengisotonis agar
sediaan menjadi isotonis dan mudah diterima oleh tubuh.
3. Kesalahan pada praktikum ini adalah tidak dilakukan penyaringan
sebelum dikemas, sehingga setelah di sterilisasi pun masih terdapat
partikel-partikel asing dalam sediaan. Serta tidak semua alat yang
digunakan di sterilkan sebelum digunakan, sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi dari alat yang digunakan, dari udara, dan dari
bagian tubuh kita sendiri yang tidak terlindungi dari APD (alat
pelindung diri).

Saran
Diharapkan pada praktikan agar lebih berhati-hati dalam melakukan
pengerjaan didalam laboratorium sehingga dapat mengurangi kesalahan atau
kecelakaan kesalahan selama praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation, 697-69
Anief, M., 2002, Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, Gadjah
Mada University Press , Yogyakarta.

Ansel, C Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat.


Jakarta: UI Press.
Departemen kesehatan., (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV , Departemen
Kesehatan Republik Indonesi. Jakarta.

Sweetman,S.C.,2009, Martindale 36th Edition, Pharmaceutical Press, London.

Tjay, T.H., Kirana R., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
Efek Sampingnya Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

LABORATORIUM FARMASETIK FARMASI


JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO

JURNAL AKHIR
FORMULA 5
(INJEKSI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10
FARMASI E

MAGHFIRANI FARO FAUZIA G 701 15 192


NUR AFIYANI G 701 15 137
GRATIA CAHYANI POSUNDU G 701 15 067

ASISTEN : INTAN FADILA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
FARMAKOLOGI
Manitol merupakan diuretik osmotik. Manitol disaring dengan mudah di
glomerulus ginjal, tidak direabsorpsi dan tidak disekresi di tubulus ginjal.
Manitol mempengaruhi reabsorpsi air di tubulus serta meningkatkan ekskresi
natrium dan klorida dengan cara meningkatkan osmolaritas dari filtrat glomerulus.
Peningkatan osmolaritas ekstraseluler akibat pemberian Manitol secara intravena
akan menginduksi perpindahan air intraseluler menuju ekstraseluler dan
intravaskuler (sanbe-farma.com).

4. Indikasi dan penggunaan


Sebagai diuretik untuk memelihara fungsi ginjal pada kasus gagal ginjal akut,
untuk mengurangi tekanan intrakranial, memperlancar diuresis dan ekskresi
material toksik dalam urin, massa pada otak, dan TIO yang tinggi (IAI, 2014).

5. Kontra indikasi
Edema paru, perdarahan intrakranial kecuali selama prosedur kraniotomi, gagal
jantung kongestif, edema metabolik dengan fragilitas kapiler abnormal, gagal
ginjal, anuria, dehidrasi berat, edema pulmonari (IAI, 2014).

6. Perhatian dan Peringatan


a. Hati-hati bila diberikan pada penderita diabetes, hipertensi, gangguan fungsi
jantung dan ginjal.
b. Pemantauan terhadap elektrolit, terutama natrium dan kalium, harus dilakukan
selama pemberian infus Manitol. Kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah
berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang serius.
c. Pada pemberian Manitol secara kontinu, kehilangan air dan elektrolit berlebihan
dapat menyebabkan hipernatremia.
d. Jika pengeluaran urine terus bekurang selama pemberian infus Manitol, maka
kondisi klinis pasien harus diawasi dengan ketat dan pemberian infus Manitol
dihentikan jika perlu.
e. Akumulasi Manitol dapat menyebabkan kelebihan volume cairan ekstraseluler.
f. Manitol diberikan pada wanita hamil hanya jika benar-benar dibutuhkan.
g. Hati-hati penggunaan Manitol pada wanita menyusui (IAI, 2014).
h. Jangan ditambahkan kedalam darah transfusi
i. Monitor kondisi cairan tubuh dan elektrolit (IAI, 2014).

Anda mungkin juga menyukai